• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.2. Deskripsi Data Penelitian

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang relevan.

4.3 Pembahasan

Melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data. Pada akhir pembahasan peneliti dapat mengemukakan berbagai keterbatasan yang mungkin terdapat dalam pelaksanaan penelitiannya. Keterbatasan ini dapat dijadikan rekomendasi terhadap penelitian lebih lanjut dalam bidang yang menjadi obyek penelitiannya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara jelas, singkat dan juga mudah dipahami. Kesimpulan juga harus sejalan dengan permasalahan serta asumsi dasar penelitian.

5.2 Saran

Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun secara praktis. Saran praktis biasanya lebih operasional sedangkan pada aspek teoritis lebih mengarah pada pengembangan konsep atau teori.

HALAMAN BELAKANG

Daftar Pustaka

Memuat daftar referensi yang digunakan dalam penyusunan skripsi. Daftar referensi bisa bersumber dari buku, skripsi, tesis, disertasi, jurnal, majalah, koran, website, dan/atau web blog.

Lampiran

Berisi mengenai daftar dokumen yang menunjang data penelitian seperti:

1. Surat ijin penelitian 2. Lampiran tabel 3. Lampiran gambar 4. Lampiran grafik 5. Instrumen penelitian

6. Riwayat hidup peneliti disertai foto, dan 7. Dokumen lainya yang relevan.

23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan kumpulan teori-teori yang akan digunakan oleh peneliti untuk menjawab masalah atau fenomena yang sedang diteliti. Beberapa definisi teori yang dikemukakan dan disajikan di bawah ini akan memberikan gambaran bahwa pandangan atau paradigma penyusun definisi berpengaruh terhadap konsep dasar teorinya. Snelbecker (1974:31) dalam Moleong (2006:57) mendefinisikan teori sebagai seperangkat proposisi yang berinteraksi secara sintaksi dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati.

Definisi berikutnya dikemukakan oleh Marx dan Goodson (1976:235) dalam Moleong (2006:57) yang menyatakan bahwa teori ialah aturan menjelaskan proposisi atau seperangkat proposisi yang berkaitan dengan beberapa fenomena alamiah dan terdiri atas reprensentatif simbolik. Terakhir, Glaser dan Strauss (1967:1,3,35) dalam Moleong (2006:57) membobolkan konsep dasar teori klasik dengan menyodorkan rumusan teori dari dasar, yaitu teori yang berasal dari data dan yang diperoleh secara analitis dan sistematis melalui metode komparatif; selanjutnya dikemukakan bahwa unsur-unsur teori mencakup kategori konseptual dengan kawasannya dan hipotesis atau hubungan yang digeneralisasikan diantara kategori dan kawasannya. Dengan penggunaan teori akan ditemukan cara yang

tepat untuk mengelola sumber daya, waktu yang singkat untuk menyelesaikan pekerjaan dan alat yang tepat untuk memperingan pekerjaan.

Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (bukan sekedar pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti, berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan atau dideskripsikan akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefenisian dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. (Sugiyono, 2011 : 60)

Maka dari itu pada bab ini peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang berkaitan dengan masalah penelitian diantaranya teori Manajemen, dan mengenai Manajemen Kawasan Pesisir Secara Terpadu..

2.1.1 Definisi Manajemen

Pengertian manajemen begitu luas, sehingga dalam kenyataannya tidak ada definisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Terdapat beberapa pengertian manajemen menurut para ahli.

Stoner dalam Handoko (2003:2) mengartikan Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut Hasibuan

(2011:2) manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen menurut Sikula dalam Hasibuan (2011:2) adalah :

“Management in general refers to planning, organizing, controlling,

staffing, leading, motivating, communicating, and decisioan making activities performed by any organization in order to coordinate the varied resources of the enterprise so as to bring an efficient creation of some product or service”. (Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien).

Manajemen menurut Harold dan O’Donnel dalam Hasibuan (2011:3) adalah :

“Management is getting things done through people. In bringing about this coordinating of group activities other people”. (Manajemen adalah usaha mencapai satu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian).

Manajemen menurut Terry dan Rue (2005:1) Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.

Manajemen menurut Daft (2002:8) pencapaian sasaran-sasaran organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian sumberdaya organisasi. Menurut Siswanto (2011:2) Manajemen adalah seni dan ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian, dan pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja

untuk mencapai tujuan. Sedangkan Manajemen menurut Millet dalam Siswanto (2011:1) adalah:

Is the process of directing and facilitating the work of people organized in formal groups to achieve a desired goal”. (Manajemen adalah suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan).

Millet lebih menekankan bahwa manajemen sebagai suatu proses, yaitu suatu rangkaian aktivitas yang satu sama lain saling berurutan.

Berdasarkan definisi-definisi manajemen yang disampaikan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses sekelompok orang atau organisasi untuk mencapai sebuah tujuan secara efektif dan efisien.

2.1.1.1 Unsur-unsur Manajemen

Dalam Hasibuan (2011:20) Unsur-unsur manajemen (tools of management) itu terdiri dari men, money, methods, materials, machines, and market atau disingkat 6M.

1. Men yaitu tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan maupun tenaga kerja operasional/ pelaksana.

2. Money yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Methods yaitu cara-cara yang dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan. 4. Materials yaitu bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. 5. Machines yaitu mesin-mesin/alat-alat yang diperlukan atau dipergunakan

untuk mencapai tujuan.

2.1.1.2 Fungsi-Fungsi Manajemen

Fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan para penulis tidak sama. Hal ini disebabkan latar belakang penulis, pendekatan yang dilakukan tidak sama. Berikut fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan oleh beberapa ahli:

Tabel 2.1

Fungsi-Fungsi Manajemen

Menurut Ahli Fungsi-Fungsi Manajemen

G.R TERRY 1. Planning

2. Organizing 3. Actuating 4. Controlling

JOHN F. MEE 1. Planning

2. Organizing 3. Motivating 4. Controlling

LOUIS A. ALLER 1. Leading

2. Planning 3. Organizing 4. Controlling MC NAMARA 1. Planning 2. Programming 3. Budgeting 4. System

HENRY FAYOL 1. Planning

2. Organizing 3. Commanding 4. Coordinating 5. Controlling HAROLD KOONTZ & CYRIL

O’DONNEL 1. Planning 2. Organizing 3. Staffing 4. Directing 5. Controlling DR. S.P. SIAGIAN 1. Planning 2. Organizing 3. Motivating 4. Controlling 5. Evaluating PROF. DRS. OEY LIANG LEE 1. Perencanaan

2. Pengorganisasian 3. Pengarahan 4. Pengkoordinasian 5. Pengontrolan W.H. NEWMAN 1. Planning 2. Organizing 3. Assembling Resources 4. Directing 5. Controlling

LUTHER GULLICK 1. Planning

2. Organizing 3. Staffing 4. Directing 5. Coordinating 6. Reporting 7. Budgeting LYNDALL F. URWICK 1. Forecasting

2. Planning 3. Organizing 4. Commanding 5. Coordinating 6. Controling

JOHN D. MILLET 1. Directing

2. Faciliating

a. Perencanaan (planning)

Menurut Hasibuan (2011:40) Perencanaan adalah proses penentuan tujuan dan pedoman pelaksanaan dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada. Sedangkan Perencanaan menurut Harold Koontz and Cyril O’Donnel dalam Hasibuan (2011:40) adalah :

“Planning is the function of a manager which involves the selection from alternatives of objectives, policies, procedures, and programs”. (Perencanaan adalah fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan memilih tujuan-tujuan, kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur-prosedur, dan program-program dari alternatif-alternatif yang ada).

b. Pengorganisasian (organizing)

Hasibuan (2011:40) mendefinisikan bahwa Pengorganisasian yaitu :

“Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan , menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut”.

Sedangkan menurut G. R. Terry dalam Hasibuan (2011:40) adalah :

“Organizing is the establishing of effective behavioral relationship among persons so that they may work together efficiently and again personal satisfactions for the purpose of achieving some goal or objective”. (Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan dengan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran).

c. Pengarahan (Actuating)

Hasibuan (2011:41) mendefinisikan Pengarahan adalah mengarahkan semua bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan. Sedangkan Pengarahan menurut G. R. Terry adalah:

“Actuating is setting all members of the group to want to achieve and to strike to achieve the objective willingly and keeping with the managerial planning and organizing efforts”. (Pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian).

d. Pengendalian (Contolling)

Pengendalian menurut Earl P.Strong dalam Hasibuan (2011:41) adalah:

“Contolling is the process of regulating the various factors in enterprise according to the requirement of its plans”. (Pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu perusahaan, agar sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana).

Dan menurut Harold Koontz dalam Hasibuan (2011:41) :

Control is the measurement and correcting of the performance of subordinates in order to make sure that enterprise objectives and the plans devised to attain then are accomplished”. (Pengendalian adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan dapat terselenggara).

2.1.1.3 Prinsip-prinsip Manajemen

Fayol mengemukakan empat belas prinsip-prinsip manajemen yang secara ringkas adalah sebagai berikut :

1. Pembagian kerja – adanya spesialisasi akan meningkatkan efisiensi pelaksanaan kerja.

2. Wewenang – hak untuk memberi perintah dan dipatuhi.

3. Disiplin – harus ada respek dan ketaatan pada peranan-peranan dan tujuan-tujuan organisasi.

4. Kesatuan perintah – setiap karyawan hanya menerima instruksi tentang kegiatan tertentu dari hanya seorang atasan.

5. Kesatuan pengarahan – operasi-operasi dalam organisasi yang mempunyai tujuan yang sama harus diarahkan oleh seorang manajer dengan penggunaan satu rencana.

6. Meletakkan kepentingan perseorangan di bawah kepentingan umum – kepentingan perseorangan harus tunduk pada kepentingan organisasi. 7. Balas jasa – kompensasi untuk pekerjaan yang dilaksanakan harus adil

baik bagi karyawan maupun pemilik.

8. Sentralisasi – adanya keseimbangan yang tepat antara sentralisasi dan desentralisasi.

10.Order – bahan-bahan (material) dan orang-orang harus ada pada tempat dan waktu yang tepat. Terutama orang-orang hendaknya ditempatkan pada posisi-posisi atau pekerjaan-pekerjaan yang paling cocok untuk mereka. 11.Keadilan – harus ada kesamaan perlakuan dalam organisasi.

12.Stabilitas staf organisasi – tingkat perputaran tenaga kerja yang tinggi tidak baik bagi pelaksanaan fungsi-fungsi organisasi.

13.Inisiatif – bawahan harus diberi kebebasan untuk menjalankan dan menyelesaikan rencananya, walaupun beberapa kesalahan mungkin terjadi. 14.Esprit de Corps (semangat korps) – “kesatuan adalah kekuatan”, pelaksanaan operasi organisasi perlu memiliki kebanggan, kesetiaan dan rasa memiliki dari para anggota yang tercermin pada semangat korps. Disamping itu Fayol membagi operasi-operasi perusahaan menjadi enam kegiatan, yang semuanya saling tergantung satu dengan yang lain. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah:

(1) Teknik – produksi dan manufacturing produk

(2) Komersial – pembelian bahan baku dan penjualan produk (3) Keuangan (finansial) – perolehan dan penggunaan modal (4) Keamanan – perlindungan karyawan dan kekayaan

(5) Akuntansi – pelaporan, dan pencatatan biaya, laba dan hutang, pembuatan neraca, dan pengumpulan data statistik, dan

(6) Manajerial

2.1.2 Karakteristik Umum Pesisir dan Laut

Istilah daratan, pesisir, dan laut (samudera) secara umum telah dikenal luas oleh masyarakat. Secara fisik, batas-batas antara ketiganya bisa berbeda-beda, tergantung dari sudut pandang dan pemakaiannya. Namun demikian, terdapat suatu kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan laut. Bengen dalam Mukhtasor (2007:15) mendefinisikan wilayah pesisir di daratan sebagai wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut, yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang surut, angin laut, dan intrusi garam. Sedangkan batasan wilayah pesisir di laut adalah daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti

sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan.

Sedangkan dalam Undang-Undang wilayah pesisir (coastal zone) adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Kawasan pesisir menurut Adisasmita (2006:50) adalah ruang daratan yang terkait erat dengan ruang lautan. Kawasan pesisir sebagai suatu sistem, maka pengembangannya tidak dapat terpisahkan dengan pengembangan wilayah secara luas.

Pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir harus mengacu pada prinsip-prinsip dasar Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, ada 15 prinsip dasar yang sebagian besar mengacu Clark (1992) yaitu:

1. Wilayah Pesisir adalah suatu sistem sumberdaya (resource system) yang unik, yang memerlukan pendekatan khusus dalam merencanakan dan mengelola pembangunannya.

2. Air merupakan faktor kekuatan pemersatu utama dalam ekosistem air. 3. Tata ruang daratan dan lautan harus direncanakan dan dikelola secara

terpadu.

4. Daerah perbatasan laut dan darat hendaknya dijadikan faktor utama dalam setiap program pengelolaan wilayah pesisir.

5. Batas suatu wilayah ditetapkan berdasarkan pada isu dan permasalahan yang hendak dikelola serta bersifat adaptif.

6. Fokus utama dari pengelolaan wilayah pesisir adalah untuk mengkonservasi sumberdaya milik bersama.

7. Pencegahan kerusakan akibat bencana alam dan konservasi sumberdaya alam harus dikombinasikan dalam suatu program Pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu.

8. Semua tingkatan di Pemerintahan dalam suatu wilayah terus diikutsertakan dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir.

9. Pendekatan pengelolaan yang disesuaikan dengan sifat dan dinamika alam adalah tepat dalam pembangunan wilayah pesisir.

10.Evaluasi pemanfaatan ekonomi dan sosial dari ekosistem pesisir serta partisipasi masyarakat lokal dalam program pengelolaan wilayah pesisir.

11.Konservasi untuk pemanfaatan yang berkelanjutan adalah tujuan dari pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir.

12.Pengelolaan multiguna (multiple uses) sangat tepat digunakan untuk semua sistem sumberdaya wilayah pesisir.

13.Pemanfaatan multiguna (multiple uses) merupakan kunci keberhasilan dalam pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan.

14.Pengelolaan sumberdaya pesisir secara tradisional harus dihargai.

15.Analisis dampak lingkungan sangat penting bagi pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu.

(www.wwf.or.id)

2.1.2.1 Batasan Kawasan Pantai (Pesisir) dan Perairan/Laut

Kawasan pesisir meliputi wilayah daratan yang terkait pada wilayah perairan maupun wilayah laut berpengaruh terhadap wilayah daratan dan tata guna tanah. Di luar dari batas dari kawasan pesisir dan laut yang dimaksud itu mungkin saja mencerminkan interaksi antara pesisir dan laut, tetapi dapat pula tidak terjadi interaksi pesisir dan laut. Pada kawasan pesisir terdapat banyak penduduk dan pusat-pusat transportasi, tempat pendaratan ikan, kegiatan pertanian yang penting, industri (usaha) di bidang perikanan dan pariwisata, serta menempatkan kawasan tersebut merupakan struktur lahan yang penting untuk lokasi berbagai fasilitas (prasarana dan sarana) pelayanan umum (ekonomi dan sosial).

Kawasan pesisir memiliki kekayaan dan kebhinekaan sumberdaya alam. Pesisir pantai dan habitat (hutan bakau, estuari, daerah tambak, terumbu karang, rumput laut, delta dan lainnya) merupakan daerah yang produktif secara biologi tetapi mudah mengalami degradasi karena

dampak ulah manusia atau karena peristiwa alamiah kawasan pesisir telah mensupport sebagian besar penduduk dunia karena peranannya di bidang ekonomi dan budaya, kawasan pesisir diharapkan akan menampung pertumbuhan penduduk pada masa depan.

Penentuan batas kawasan pesisir dan lautan agar dilakukan tidak secara statis (kaku) melainkan secara dinamis, artinya dapat berkembang dan bertambah luas karena interaksinya mengalami perkembangan, misalnya karena penggunaan kapal penangkap ikan yang berkapasitas lebih besar atau berteknologi lebih maju sehingga daerah penangkapannya bertambah lebih luas mengarah kepada laut bebas. Sebaliknya kawasan pesisir dan lautan mungkin saja berkurang luasnya karena peranan pusat-pusat di kawasan tetangga bertambah besar. Dapat pula kurang intensifnya interaksi sumberdaya dan pemanfaatan sumberdaya yang ada di kawasan pesisir dan lautan.

2.1.2.2 Paradigma Baru dan Pendekatan Yang Serasi Dalam Pengelolaan Sumberdaya Kelautan

Reformasi yang dilancarkan setelah tumbangnya pemerintahan Orde Baru (1997) menuntut pembaharuan dalam berbagai bidang dengan menerapkan azas-azas transparansi, akuntabilitas, dan desntralisasi. Dalam bidang pemerintahan, Otonomi Daerah (Otoda) telah dilaksanakan sejak tanggal 1 Januari 2001. Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakatnya (UU.22 Tahun 1999), Pasal 1 h). Kewenangan daerah diwilayah (perairan) laut meliputi (Pasal 10 ayat 2):

a. Eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan laut sebatas wilayah laut (sejauh 4 mil laut diukur dari garis pantai perairan laut)

b. Pengaturan kepentingan administratif c. Pengaturan tata ruang

d. Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah (Pusat)

e. Bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan negara

Paradigma baru dalam sistem pemerintahan adalah dari sentralisasi ke desentralisasi (otoda). Dalam pengelolaan sumberdaya perairan laut mempunyai makna:

- Pengelolaan berorientasi pada mekanisme pasar (demand and market driven)

- Pengelolaan berbasis sumberdaya dan masyarakat (resources and community based development)

- Pengelolaan tidak harus seragam tetapi harus sesuai kepentingan dan budaya masyarakat lokal

- Pengelolaan secara berkeadilan (harus memperhatikan kebutuhan dan kemampuan seluruh masyarakat)

Paradigma baru tersebut dijabarkan kepada pendekatan dalam pengelolaan sumberdaya perairan laut, diantaranya sebagai berikut :

a. Pendekatan komprehensif (holistik), multisektoral dan terpadu b. Pendekatan secara parsial

c. Pendekatan partisipatif

d. Pendekatan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

Berkaitan dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam dalam konteks pembangunan di daerah sering dipandang sebagai suatu kesempatan untuk memanfaatkan sebesar-besarnya. Hingga selesai proses

pemanfaatan sumberdaya alam tersebut, masyarakat setempat hanya memperoleh manfaat yang minimal dengan peran yang sangat marginal, hanya menjadi penonton. Ketika sumberdaya alam tersebut habis, maka daerah mereka ditinggalkan begitu saja. Hal ini berarti bahwa program “community development” yang telah dilaksanakan tidak mencapai sasarannya. Kegagalan atau ketidakberhasilan program pembangunan daerah pada masa yang lalu medorong untuk memperbaharuinya dengan paradigma baru. Banyak istilah dilontarkan untuk memperbarui istilah misalnya “community empowerment developing program” (program pengembangan pemberdayaan masyarakat), “community based resource management” (pengelolaan berbasis masyarakat), “community based management” (pembangunan berbasis masyarakat). Tetapi yang lebih penting adalah perubahan pendekatan dan paradigma. Nampaknya program yang telah diformulasikan itu ternyata belum mampu menjangkau dan memenuhi kepentingan sebagian besar masyarakat.

Apabila dalam pelaksanaan pembangunan daerah dan khususnya dalam pengelolaan sumberdaya perairan laut menerapkan konsep tahapan pemanfaatan sumberdaya alam berikut: development (pengembangan konsep sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan), involvement (mengikutsertakan komunitas lokal yang menjadi sasaran pengembangan), socialize (mensosialisasikan program pembangunan kepada seluruh masyarakat), cater (program pembangunan yang dilaksanakan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat), utilize (melibatkan

tenaga kerja setempat untuk mengerjakan proyek tersebut), dan sensitive (terdapatnya kepekaan dalam memahami situasi psikologis sosial dan budaya lokal), maka diharapkan pembangunan pengelolaan sumberdaya alam di daerah dapat terlaksana dengan lancar, terarah serasi, efektif, efisien, secara optimal dan berkelanjutan.

Meskipun konsep tahapan pemanfaatan sumberdaya di atas adalah sangat lengkap tetapi dalam pelaksanaannya mengalami berbagai hambatan dan keterbatasan, apabila dikaitkan dengan tujuan reformasi yang menuntut dilaksanakan perubahan dan perbaikan di segala bidang untuk menerapkan azas transparasi (keterbukaan bagi masyarakat), akuntabilitas (pertanggungjawaban kepada rakyat), desentralisasi (memberikan kewenangan kepada daerah-daerah), maka dalam pengelolaan sumberdaya alam, khususnya sumberdaya perairan laut, untuk menerapkan pendekatan yang serasi yang berorientasi kepada:

1. Pemanfaatan sumberdaya perairan laut berdasarkan mekanisme pasar (demand and market driven), sehingga tidak terjadi pengrusakan.

2. Menerapkan prinsip 3E (ekonomis, efisien, dan efektif) agar pemanfaatan sumberdaya perairan laut dilakukan secara optimal.

3. Pemanfaatan sumberdaya perairan laut berorientasi kepada masa depan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. 4. Perencanaan dan pembangunan sumberdaya perairan laut dilakukan dari

bawah (bottom-up planning and development) agar benar-benar sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat.

5. Pembangunan dan pengelolaan sumberdaya perairan laut dilakukan secara terpadu, komprehensif, multi sektoral, spasial, partisipatif, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

2.1.3 Potensi Pembangunan Wilayah Pesisir

Potensi pembangunan yang terdapat di wilayah pesisir lautan secara garis besar dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Sumber daya dapat pulih (renewable resource)

2. Sumber daya tidak dapat pulih (non-renewable resource) 3. Jasa-jasa lingkungan (environment service)

Sumber daya dapat pulih terdiri atas hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, dan rumput laut, serta sumber daya perikanan laut. Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir dan lautan. Pemanfaatan untuk industri dan sebagai komoditas ekspor baru berkembang pesat dalam beberapa dasawarsa terakhir ini. Sumber daya perikanan laut sebagai sumber daya yang dapat pulih sering dapat disalah tafsirkan sebagai sumber daya yang dieksploitasi secara terus menerus tanpa

Dokumen terkait