• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR KECAMATAN TIRTAYASA KABUPATEN SERANG - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA LONTAR KECAMATAN TIRTAYASA KABUPATEN SERANG - FISIP Untirta Repository"

Copied!
271
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh:

RATIH PERMITA SARI 6661091382

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

“Kawruh kang marakake reseping ati sasama iku

kawruh donya

kang mumpangati”

(Ilmu yang menyebabkan ketentraman hati adalah ilmu dunia yang bermanfaat)

Skripsi ini saya persembahkan ,,,,

Untuk orangtua dan orang-orang tersayang

yang telah banyak membantu dan

(6)

ABSTRAK

Ratih Permita Sari. 6661091382. Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dosen Pembimbing I: Riny Handayani, S.Si., M.Si. Dosen Pembimbing II: Juliannes Cadith, M.Si

Kata Kunci: Pengelolaan, Wilayah Pesisir

(7)

Administration. Faculty of Social and Political Science. The 1st advisor : Riny Handayani, S.Si., M.Si. 2nd advisor : Juliannes Cadith, M.Si.

Keywords: Management, Coastal Area

(8)

i

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul Pengelolaan Wilayah Pesisir Di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang. Adapun Penyusunan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis melibatkan banyak pihak yang senantiasa memberikan bantuan, baik berupa pengajaran, bimbingan, dukungan moral dan materil, maupun keterangan-keterangan yang sangat berguna hingga tersusunnya Skripsi ini. Untuk itu, dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat., M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan I Bidang

(9)

ii

4. Mia Dwianna W, M.Ikom selaku Wakil Dekan II Bidang Keuangan dan Umum FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Ismanto, S.Sos., MM selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Rina Yulianti, S.IP., M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Anis Fuad, S.Sos., M.Si selaku Sekertaris Program Studi Ilmu

Administrasi Negara FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Riny Handayani S.Si., M.Si Pembimbing I skripsi bagi penulis yang

senantiasa memberikan masukan yang bermanfaat dalam setiap bimbingan.

9. Julianes Cadith, M.Si Pembimbing II skripsi bagi penulis yang senantiasa

memberikan kritik dan saran yang berguna bagi penulis selama proses bimbingan.

10. Kepada seluruh Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah dan pernah memberikan bekal-bekal ilmiah kepada peneliti selama proses belajar mengajar.

11. Kasi Konservasi, Eksplorasi, Eksploitasi, dan Pulau-Pulau Kecil

(10)

iii

iii

12. Kepala Sub Bidang Perencanaan Pembangunan Pemukiman, dan Prasarana Wilayah BAPPEDA Kabupaten Serang Freddy L Sinurat, ST, M.Si yang telah menjadi narasumber bagi peneliti.

13. Pihak Kecamatan Tirtayasa dan Pihak Desa Lontar yang telah memberikan

data dan informasi kepada Peneliti. Serta seluruh masyarakat Desa Lontar yang telah menjadi narasumber bagi peneliti.

14. Bapak, Mamah, Mbak. Mas, dan Adik tercinta yang tidak pernah lelah

untuk terus memberikan cinta dan keceriaan serta senantiasa memberikan semangat dan doa yang begitu tulus.

15. Riski Panji Prakoso yang selalu membantu, memberi semangat dan dukungannya kepada penulis.

16. Sahabat-sahabat tercinta, Ria Purnama, Rikhnawati, Elisa Tanini, Tiara

Aktobrianti, Lisnawati, Dewi Sartika, Anindya Ayu, Listina Apriasari, Nuria Pratiwi, Ari Hardiawan, Irsyad Mahdi, Ismet Feridiana, Yan Adi, Bagus Pratama, Doni Winarno, Lutfi Hardiansyah, Ahmad Fazlurahman, Indra Miftah, Ryan Pratama, Prima Erfido, Gilang Prama yang selalu memberikan inspirasi.

17. Teman-teman kelas C Reguler 2009, yang dengan senang hati memberikan

(11)

iv

18. Kepada semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, terimakasih telah bersedia membantu dan memberikan informasi dalam penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan wawasan penulis. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati memohon maaf atas kekurangan dan kelemahan yang terdapat dalam Skripsi ini, peneliti berharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian ini.

Serang, 5 Juni 2014

(12)

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 13

1.3. Pembatasan Masalah ... 14

1.4. Rumusan Masalah ... 14

1.5. Tujuan Penelitian ... 15

(13)

1.6.1 Secara Teoritis ... 15

1.6.2 Secara Praktis ... 15

1.7. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR 2.1. Tinjauan Pustaka ... 23

2.1.1. Definisi Manajemen ... 24

2.1.1.1. Unsur-Unsur Manajemen ... 26

2.1.1.2. Fungsi-Fungsi Manajemen ... 27

2.1.1.3. Prinsip-Prinsip Manajemen ... 30

2.1.2. Karakteristik Umum Pesisir dan Laut ... 32

2.1.2.1. Batasan Kawasan Pantai (Pesisir) dan Perairan /Laut ... 33

2.1.2.2. Paradigma Baru dan Pendekatan Yang Serasi Dalam Pengelolaan Sumberdaya Kelautan ... 35

2.1.3. Potensi Pembangunan Wilayah Pesisir ... 38

2.1.3.1. Permasalahan Pembangunan Wilayah Pesisir ... 40

2.1.3.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Wilayah Pesisir ... 40

2.1.3.3. Dasar Pertimbangan Pengembangan Daerah Pantai ... 41

(14)

vii

2.1.3.5. Pengaturan dan Pengendalian Pengembangan

Daerah Pantai ... 42

2.1.3.6. Konsepsi Dasar Pengembangan dan Pengendalian Potensi ... 43

2.1.4. Manajemen Kawasan Pesisir Secara Terpadu ... 43

2.1.5. Sistem Manajemen (Pengelolaan) Sumberdaya Perairan Laut yang Komprehensif ... 46

2.2. Kerangka Berpikir ... 50

2.3. Asumsi Dasar ... 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 54

3.2. Instrumen Penelitian ... 56

3.2.1. Pengamatan Berperanserta ... 56

3.2.2. Manusia Sebagai Instrumen ... 56

3.3. Informan Penelitian ... 58

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 60

3.4.1. Studi Kepustakaan ... 61

3.4.2. Obsevasi ... 61

3.4.3. Wawancara ... 63

3.4.3.1. Pedoman Wawancara ... 64

3.4.4. Dokumentasi ... 68

(15)

3.6. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 71

3.7. Lokasi dan Jadwal Penelitian ... 73

3.7.1. Lokasi Penelitian ... 73

3.7.2. Jadwal Penelitian ... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Objek ... 75

4.1.1. Deskripsi Wilayah Kabupaten Serang ... 75

4.1.2. Deskripsi Wilayah Kecamatan Tirtayasa ... 79

4.1.3. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 81

4.1.4. Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Serang ... 83

4.1.5. Gambaran Umum Bidang Kelautan Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang ... 86

4.2. Deskripsi Data Penelitian ... 88

4.3. Daftar Informan Penelitian ... 91

4.4. Pembahasan dan Analisis Hasil Penelitian ... 94

4.4.1. Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Lontar ... 95

4.4.2. Pelaksanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Lontar ... 109

(16)

ix

4.4.4. Evaluasi Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Lontar .... 125 4.5. Pembahasan ... 132

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan ... 137 5.2 Saran ... 139

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar Kerangka Berpikir ... 53

Gambar 3.1 Proses Analisis Data ... 71

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Nama Pulau-Pulau di Kabupaten Serang ... 5

Tabel 1.2 Nama Desa di Kecamatan Tirtayasa ... 6

Tabel 1.3 Jumlah Rumah Tangga Sasaran/ Penduduk Miskin (RSTPM) ... 9

Tabel 1.4 Data Perusahaan Penambang Pasir Laut di Kabupaten Serang ... 10

Tabel 2.1 Fungsi-Fungsi Manajemen ... 27

Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 61

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ... 64

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 76

Tabel 4.1 Nama Desa di Kecamatan Tirtayasa ... 83

Tabel 4.2 Keterangan Informan ... 96

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Wilayah pesisir (coastal zone) menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.

(20)

2

Kecil. Sumberdaya pesisir tersebut mempunyai keunggulan karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat dimanfaatkan dengan biaya yang relatif murah sehingga mampu menciptakan kapasitas penawaran yang kompetitif. Kondisi perairan pantai yang baik, tidak akan hanya menguntungkan secara ekologis, tetapi juga merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat, baik secara langsung bagi masyarakat sekitar pesisir atau nelayan, maupun secara tidak langsung bagi masyarakat lainnya.

Kekayaan sumberdaya tersebut mendorong berbagai pihak terkait (stakeholders) seperti instansi pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk meregulasi dan memanfaatkannya. Masing-masing pihak terkait tersebut menyusun perencanaannya tanpa mempertimbangkan perencanaan yang disusun pihak lain, khususnya di wilayah pesisir yang berkembang pesat. Perbedaan fokus rencana tersebut memicu kompetisi pemanfaatan dan tumpang tindih perencanaan yang bermuara pada konflik pengelolaan. Konflik ini semakin berkembang akibat lemahnya kemampuan Pemerintah dalam mengkoordinasikan berbagai perencanaan sektor dan swasta.

Di samping berbagai potensi kewilayahan dan kekayaan sumber daya tersebut, wilayah pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil Indonesia sangat rentan terhadap perubahan lingkungan dan bencana, mengingat letak dan posisi geografis Indonesia berada pada daerah “the rings of fire”, sehingga rentan terhadap

(21)

pantai, sedimentasi, intrusi air laut akibat kerusakan ekosistem mangrove, terumbu karang, padang lamun. (Mukhtasor 2007:xvi)

Diperlukan suatu manajemen yang baik dan terpadu dalam mengelola serta mengembangkan kawasan pesisir. Walaupun manajemen hanya merupakan alat saja tetapi harus diatur dengan sebaik-baiknya. Karena jika manajemen ini baik maka tujuan optimal dapat diwujudkan, pemborosan terhindari, dan semua potensi yang dimiliki akan lebih bermanfaat. Mismanagement (salah urus) harus dihindari, karena mismanagement akan menimbulkan kerugian, pemborosan, bahkan tujuan tidak akan tercapai.

Dalam Undang-undang No 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil antar sektor, antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(22)

4

fungsi tersebut telah terjadi di sebagian besar wilayah pesisir Indonesia. (www.oseanografi.lipi.go.id)

Provinsi Banten mempunyai 78 pulau-pulau, diperkirakan 1/3 bagian wilayahnya terdiri dari lautan dengan luas perairan Provinsi Banten sekitar 11.134,224 km² dengan panjang pantai sekitar 501 km. Kekayaan alam kelautan dan sumberdaya pesisir yang dimiliki Banten antara lain berupa sumberdaya perikanan, sumberdaya hayati seperti mangrove (hutan bakau), terumbu karang, padang lamun, dan termasuk bahan tambang lainnya yang memiliki nilai ekonomi tinggi. (Mukhtar,2013)

(23)

Tabel 1.1

Daftar Nama Pulau-Pulau di Kabupaten Serang

No Nama Pulau Luas (ha) Letak

(24)

6

Bojonegara, Keramatwatu, Pontang, Tirtayasa sangat memprihatinkan. Kualitas lingkungan menurun, bahkan kondisi diberbagai titik teridentifikasi melampaui standar baku mutu lingkungan.

Kecamatan Tirtayasa memiliki 14 Desa dimana 6 Desa diantaranya merupakan wilayah pesisir/pantai yaitu Desa Sujung, Desa Lontar, Desa Susukan, Desa Wargasara, Desa Tengkurak, dan Desa Alang-alang.

Tabel 1.2

Nama Desa di KecamatanTirtayasa

Desa Uraian

Luas Wilayah (KM²) Pantai/Pesisir Dataran 1. Tengkurak Sumber: Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang, 2013

(25)

Berdasarkan keterangan dari Pak Marsyad (Karyawan Tempat Pelelangan Ikan Desa Lontar) dan Pak Sutiadi dari Front Kebangkitan Petani dan Nelayan (FKPN), masyarakat tidak ikut dilibatkan dalam perencanaan pengelolaan yang telah disepakati oleh pemerintah dan pihak swasta sehingga menimbulkan pertentangan-pertentangan di masyarakat Desa Lontar. Serta kurangnya Sosialisasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang tentang Wilayah Pesisir sehingga banyak Masyarakat Desa Lontar yang tidak mengetahui untuk perencanaan pembangunan wilayah pesisir di desa mereka.

(26)

8

nelayan untuk menangkap ikan karena jarak kapal penambang pasir cukup dekat dan merupakan wilayah nelayan untuk mencari ikan.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serang nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Serang, Pantai Lontar termasuk kedalam tempat wisata umum di Kabupaten Serang. Namun, tempat wisata ini keadaannya tidak terurus dan juga sepi dari wisatawan karena akses jalan untuk menuju ke Pantai Lontar rusak dan sarana fasilitas yang masih sangat minim. Selain itu, masih kurangnya Pemerintah dalam mempromosikan tempat wisata Pantai Lontar Indah ini.

(27)

Tabel 1.3

Jumlah Rumah Tangga Sasaran/ Penduduk Miskin (RSTPM) Tahun 2013 Sumber: Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang. 2013

Dari data Tabel 1.3 di atas dapat diketahui bahwa Desa Lontar merupakan desa yang memiliki Jumlah Rumah Tangga Sasaran/ Penduduk Miskin (RSTPM) terbanyak yaitu sebanyak 527 KK (Kepala Keluarga). Dimana indikator dari penentuan Rumah Tangga Sasaran/ Penduduk Miskin (RSTPM) ini adalah dilihat dari lantai rumah yang sudah berupa keramik atau belum, dan kebanyakan rumah yang dimiliki oleh masyarakat Desa Lontar masih berupa gubuk dan berlantaikan tanah.

(28)

10

Bidang Pertambangan Dinas Kelautan, Perikanan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Serang dimana yang melakukan seluruh kegiatan penambangan pasir adalah dari pihak swasta sedangkan pemerintah yang memberikan izin dan hanya sebagai pengawas. Adapun perusahaan-perusahaan yang mendapatkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) dari Pemerintah Kabupaten Serang adalah sebagai berikut:

Tabel 1.4

Data Perusahaan Penambang Pasir Laut di Wilayah Perairan Kabupaten Serang

No Perusahaan Lokasi Usaha Jangka

Waktu 4. PT. Sinar Serang Lepas Pantai Utara

Kec. Tirtayasa dan Kec. Pulo Ampel

2 Tahun 8 Oktober 2012

(29)

penambangan pasir di Desa Lontar, menurut Pak Sutiadi dari Front Kebangkitan Petani dan Nelayan (FKPN) bahwa Pemerintah dirasa tidak memihak kepada masyarakat, baik dari KOMNAS HAM, POLDA, Kementrian Perikanan dan Kelautan, Komisi IV DPRI, dan Pemerintah Kabupaten Serang karena tetap memberikan izin meskipun masyarakat menolak dan meminta kepada Pemerintah Kabupaten Serang untuk mencabut izin tersebut.

Selain penambangan pasir laut yang dilakukan oleh pihak swasta, di Desa Lontar juga terdapat penambangan pasir darat yang dilakukan di pesisir-pesisir pantai oleh masyarakat sekitar. Dimana penambangan pasir yang dilakukan oleh masyarakat tersebut tidak ada yang memiliki izin usaha tambang dari Pemerintah Kabupaten Serang.

Dari data yang terdapat di atas, permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pengelolaan wilayah pesisir di Desa Lontar adalah Pertama, kurangnya keterpaduan dari berbagai pihak terkait yaitu instansi pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat.

Kedua, Kurangnya perhatian dari Pemerintah Kabupaten Serang dalam

(30)

12

Ketiga, masyarakat tidak ikut dilibatkan dalam perencanaan pengelolaan

yang telah disepakati oleh pemerintah dan pihak swasta sehingga menimbulkan pertentangan-pertentangan di masyarakat Desa Lontar. Serta kurangnya Sosialisasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang tentang Wilayah Pesisir sehingga banyak masyarakat yang tidak mengetahui untuk perencanaan pembangunan wilayah pesisir di desa mereka.

Keempat, adanya pengelolaan sumber daya pesisir yang tidak optimal

(31)

Kelima, kurang memihaknya pemerintah kepada masyarakat terkait

aktivitas penambangan pasir laut. Dalam melaksanakan pengelolaan wilayah pesisir yang terintegrasi penting adanya koordinasi yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan pengusaha agar semua pihak terkait dapat merasakan kepuasan serta keuntungan dari adanya penambangan pasir tersebut. Namun dalam penambangan pasir laut di Desa Lontar, Pak Sutiadi FKPN (Front Kebangkitan Petani dan Nelayan) berpendapat bahwa Pemerintah dirasa tidak memihak kepada masyarakat. Itu beberapa masalah yang ditemukan peneliti dalam observasi awal, maka berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, penelitian ini perlu adanya identifikasi masalah, dari hasil studi pendahuluan peneliti mengidentifikasi masalah-masalah penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Kurangnya keterpaduan dari berbagai pihak terkait yaitu instansi pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat.

2. Kurangnya perhatian dari Pemerintah Kabupaten Serang dalam mengembangkan potensi sumberdaya pesisir yang dimiliki Desa Lontar. 3. Masyarakat tidak ikut dilibatkan dalam perencanaan pengelolaan yang

(32)

14

4. Kurang tegasnya Pemerintah Kabupaten Serang dalam mengambil keputusan terhadap pemanfaatan sumberdaya pesisir di Desa Lontar yang belum memiliki izin.

5. Masih belum terpenuhinya kesejahteraan masyarakat Desa Lontar.

1.3 Batasan Masalah

Dari uraian-uraian yang ada dalam latar belakang dan identifikasi masalah, maka peneliti mencoba membatasi masalah penelitiannya. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi bahasan masalah yang akan diteliti yaitu mengenai “Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang”.

1.4 Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka sebagai rumusan masalah yang akan dikaji sebagai berikut “Bagaimana

(33)

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan Ilmu administrasi dan pemecahan permasalahan administrasi khususnya mengenai Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang dan dapat digunakan sebagai dasar atau referensi dalam melakukan penelitian sejenis atau penelitian selanjutnya dibidang Manajemen Publik.

1.6.2 Secara praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan saran untuk Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

(34)

16

1.1 Latar Belakang Masalah

Latar belakang menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif, dari lingkup yang paling umum hingga menukik ke masalah yang paling spesifik, yang relevan dengan judul skripsi. Materi dari uraian ini, dapat bersumber pada hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya, hasil seminar ilmiah, hasil pengamatan, hasil pribadi, dan intuisi logis. Latar belakang berkaitan timbulnya masalah perlu diuraikan secara jelas faktual dan logis.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah mengidentifikasikan dikaitkan dengan tema/topik/judul dan fenomena yang akan diteliti. Penelitian atau dengan masalah atau variabel yang akan diteliti.

1.3 Batasan Masalah

Pembatasan masalah lebih difokuskan pada masalah-masalah yang akan diajukan dalam rumusan masalah yang akan diteliti. Pembatasan masalah dapat diajukan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan.

1.4 Rumusan Masalah

(35)

Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah penelitian. 1.6 Manfaat Penelitian

Menjelaskan manfaat teoritis dan praktis temuan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ASUMSI DASAR

Pada bab ini, peneliti memaparkan teori-teori dari beberapa ahli yang relevan terhadap masalah dan fenomena yang ada. Setelah memaparkan teori, lalu membuat kerangka berpikir yang menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari deskripsi teori, dan kemudian asumsi dasar yang merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti.

2.1 Tinjauan Pustaka

Mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep yang relevan dengan permasalahan dan variabel penelitian, kemudian menyusunya secara teratur dan rapi yang digunakan untuk merumuskan asumsi dasar. Dengan mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep maka kita akan memiliki konsep penelitian yang jelas, dapat menyusun pertanyaan yang rinci untuk penyelidikan, serta dapat menemukan hubungan antar variabel yang diteliti. Hasil penting lainnya dari kajian teori adalah didapatkan kerangka konseptual menurut peneliti, yang didalamnya tergambar konstruk dari variabel yang akan diukur, selain itu dari kajian teori akan diturunkan dalam bentuk kisi-kisi instrumen.

(36)

18

Kerangka berfikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca mengapa ia mempunyai anggapan seperti yang dinyatakan dalam hipotesis biasanya untuk memperjelas maksud peneliti, kerangka berfikir dapat dilengkapi dengan sebuah bagan yang menunjukan alur pikir peneliti serta kaitan antar variabel yang diteliti. Bagan tersebut disebut juga dengan nama paradigma atau model penelitian.

2.3 Asumsi Dasar

Asumsi dasar merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti, dan akan dicari kebenarannya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian mencakup beberapa uraian penjelasan mengenai metode penelitian, informan penelitian, teknik pengolahan data dan analisis data, dan tempat dan waktu penelitian tersebut dilaksanakan.

3.1 Metodologi Penelitian

Menjelaskan metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian. Metod penelitian antara lain dapat berbentu ; ex post facto, experiment, survey, descriptive, case study, action research, dan sebagainya.

3.2 Instrumen Penelitian

(37)

instrumen. Sedangkan penelitian kualitatif, instrumennya adalah peneliti itu sendiri.

3.3 Informan Penelitian

Peneliti menggunakan penelitian kualitatif dimana sampelnya disebut informan dan atau key informan yang dipilih secara langsung untuk pengumpulan data-data penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

3.5 Teknik Analisa Data

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan.

3.6 Pemeriksaan Keabsahan Data

(38)

20

3.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Menjelaskan lokasi dan dan alasan memilih lokasi penelitian, terkait tempat dan jadwal penelitian tersebut dilaksanakan. Kalau dipandang perlu dapat sedikit diberi deskripsi tentang tempat penelitian dilaksanakan dan disajikan dalam bentuk tabel.

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

Penjelasan mengenai obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi dari informan atau key informan yang telah ditetntukan, serta hal lain yang berhubungan dengan obyek penelitian.

4.2 Deskripsi Data

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang relevan.

4.3 Pembahasan

(39)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara jelas, singkat dan juga mudah dipahami. Kesimpulan juga harus sejalan dengan permasalahan serta asumsi dasar penelitian.

5.2 Saran

Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun secara praktis. Saran praktis biasanya lebih operasional sedangkan pada aspek teoritis lebih mengarah pada pengembangan konsep atau teori.

HALAMAN BELAKANG

Daftar Pustaka

Memuat daftar referensi yang digunakan dalam penyusunan skripsi. Daftar referensi bisa bersumber dari buku, skripsi, tesis, disertasi, jurnal, majalah, koran, website, dan/atau web blog.

Lampiran

Berisi mengenai daftar dokumen yang menunjang data penelitian seperti:

(40)

22

(41)

23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan kumpulan teori-teori yang akan digunakan oleh peneliti untuk menjawab masalah atau fenomena yang sedang diteliti. Beberapa definisi teori yang dikemukakan dan disajikan di bawah ini akan memberikan gambaran bahwa pandangan atau paradigma penyusun definisi berpengaruh terhadap konsep dasar teorinya. Snelbecker (1974:31) dalam Moleong (2006:57) mendefinisikan teori sebagai seperangkat proposisi yang berinteraksi secara sintaksi dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati.

(42)

24

tepat untuk mengelola sumber daya, waktu yang singkat untuk menyelesaikan pekerjaan dan alat yang tepat untuk memperingan pekerjaan.

Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (bukan sekedar pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti, berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan atau dideskripsikan akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefenisian dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. (Sugiyono, 2011 : 60)

Maka dari itu pada bab ini peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang berkaitan dengan masalah penelitian diantaranya teori Manajemen, dan mengenai Manajemen Kawasan Pesisir Secara Terpadu..

2.1.1 Definisi Manajemen

Pengertian manajemen begitu luas, sehingga dalam kenyataannya tidak ada definisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Terdapat beberapa pengertian manajemen menurut para ahli.

(43)

(2011:2) manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen menurut Sikula dalam Hasibuan (2011:2) adalah :

“Management in general refers to planning, organizing, controlling, staffing, leading, motivating, communicating, and decisioan making activities performed by any organization in order to coordinate the varied resources of the enterprise so as to bring an efficient creation of some product or service”. (Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien).

Manajemen menurut Harold dan O’Donnel dalam Hasibuan (2011:3) adalah :

“Management is getting things done through people. In bringing about this coordinating of group activities other people”. (Manajemen adalah usaha mencapai satu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian).

Manajemen menurut Terry dan Rue (2005:1) Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.

(44)

26

untuk mencapai tujuan. Sedangkan Manajemen menurut Millet dalam Siswanto (2011:1) adalah:

Is the process of directing and facilitating the work of people organized in formal groups to achieve a desired goal”. (Manajemen adalah suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan).

Millet lebih menekankan bahwa manajemen sebagai suatu proses, yaitu suatu rangkaian aktivitas yang satu sama lain saling berurutan.

Berdasarkan definisi-definisi manajemen yang disampaikan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses sekelompok orang atau organisasi untuk mencapai sebuah tujuan secara efektif dan efisien.

2.1.1.1 Unsur-unsur Manajemen

Dalam Hasibuan (2011:20) Unsur-unsur manajemen (tools of management) itu terdiri dari men, money, methods, materials, machines, and

market atau disingkat 6M.

1. Men yaitu tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan maupun

tenaga kerja operasional/ pelaksana.

2. Money yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Methods yaitu cara-cara yang dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan. 4. Materials yaitu bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. 5. Machines yaitu mesin-mesin/alat-alat yang diperlukan atau dipergunakan

untuk mencapai tujuan.

(45)

2.1.1.2 Fungsi-Fungsi Manajemen

Fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan para penulis tidak sama. Hal ini disebabkan latar belakang penulis, pendekatan yang dilakukan tidak sama. Berikut fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan oleh beberapa ahli:

Tabel 2.1

Fungsi-Fungsi Manajemen

Menurut Ahli Fungsi-Fungsi Manajemen

G.R TERRY 1. Planning

HENRY FAYOL 1. Planning

2. Organizing 3. Commanding 4. Coordinating 5. Controlling HAROLD KOONTZ & CYRIL

(46)

28

LUTHER GULLICK 1. Planning

2. Organizing

LYNDALL F. URWICK 1. Forecasting

2. Planning 3. Organizing 4. Commanding 5. Coordinating 6. Controling

JOHN D. MILLET 1. Directing

2. Faciliating

a. Perencanaan (planning)

Menurut Hasibuan (2011:40) Perencanaan adalah proses penentuan tujuan dan pedoman pelaksanaan dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada. Sedangkan Perencanaan menurut Harold Koontz and Cyril O’Donnel dalam Hasibuan (2011:40) adalah :

(47)

b. Pengorganisasian (organizing)

Hasibuan (2011:40) mendefinisikan bahwa Pengorganisasian yaitu :

“Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan , menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut”.

Sedangkan menurut G. R. Terry dalam Hasibuan (2011:40) adalah :

“Organizing is the establishing of effective behavioral relationship among persons so that they may work together efficiently and again personal satisfactions for the purpose of achieving some goal or objective”. (Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan dengan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran).

c. Pengarahan (Actuating)

Hasibuan (2011:41) mendefinisikan Pengarahan adalah mengarahkan semua bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan. Sedangkan Pengarahan menurut G. R. Terry adalah:

(48)

30

d. Pengendalian (Contolling)

Pengendalian menurut Earl P.Strong dalam Hasibuan (2011:41) adalah:

“Contolling is the process of regulating the various factors in enterprise according to the requirement of its plans”. (Pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu perusahaan, agar sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana).

Dan menurut Harold Koontz dalam Hasibuan (2011:41) :

Control is the measurement and correcting of the performance of subordinates in order to make sure that enterprise objectives and the plans devised to attain then are accomplished”. (Pengendalian adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan dapat terselenggara).

2.1.1.3 Prinsip-prinsip Manajemen

Fayol mengemukakan empat belas prinsip-prinsip manajemen yang secara ringkas adalah sebagai berikut :

1. Pembagian kerja – adanya spesialisasi akan meningkatkan efisiensi pelaksanaan kerja.

2. Wewenang – hak untuk memberi perintah dan dipatuhi.

3. Disiplin – harus ada respek dan ketaatan pada peranan-peranan dan tujuan-tujuan organisasi.

4. Kesatuan perintah – setiap karyawan hanya menerima instruksi tentang kegiatan tertentu dari hanya seorang atasan.

5. Kesatuan pengarahan – operasi-operasi dalam organisasi yang mempunyai tujuan yang sama harus diarahkan oleh seorang manajer dengan penggunaan satu rencana.

6. Meletakkan kepentingan perseorangan di bawah kepentingan umum – kepentingan perseorangan harus tunduk pada kepentingan organisasi. 7. Balas jasa – kompensasi untuk pekerjaan yang dilaksanakan harus adil

baik bagi karyawan maupun pemilik.

8. Sentralisasi – adanya keseimbangan yang tepat antara sentralisasi dan desentralisasi.

(49)

10. Order – bahan-bahan (material) dan orang-orang harus ada pada tempat dan waktu yang tepat. Terutama orang-orang hendaknya ditempatkan pada posisi-posisi atau pekerjaan-pekerjaan yang paling cocok untuk mereka. 11. Keadilan – harus ada kesamaan perlakuan dalam organisasi.

12. Stabilitas staf organisasi – tingkat perputaran tenaga kerja yang tinggi tidak baik bagi pelaksanaan fungsi-fungsi organisasi.

13. Inisiatif – bawahan harus diberi kebebasan untuk menjalankan dan menyelesaikan rencananya, walaupun beberapa kesalahan mungkin terjadi. 14. Esprit de Corps (semangat korps) – “kesatuan adalah kekuatan”, pelaksanaan operasi organisasi perlu memiliki kebanggan, kesetiaan dan rasa memiliki dari para anggota yang tercermin pada semangat korps. Disamping itu Fayol membagi operasi-operasi perusahaan menjadi enam kegiatan, yang semuanya saling tergantung satu dengan yang lain. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah:

(1) Teknik – produksi dan manufacturing produk

(2) Komersial – pembelian bahan baku dan penjualan produk (3) Keuangan (finansial) – perolehan dan penggunaan modal (4) Keamanan – perlindungan karyawan dan kekayaan

(5) Akuntansi – pelaporan, dan pencatatan biaya, laba dan hutang, pembuatan neraca, dan pengumpulan data statistik, dan

(6) Manajerial

2.1.2 Karakteristik Umum Pesisir dan Laut

(50)

32

sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan.

Sedangkan dalam Undang-Undang wilayah pesisir (coastal zone) adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Kawasan pesisir menurut Adisasmita (2006:50) adalah ruang daratan yang terkait erat dengan ruang lautan. Kawasan pesisir sebagai suatu sistem, maka pengembangannya tidak dapat terpisahkan dengan pengembangan wilayah secara luas.

Pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir harus mengacu pada prinsip-prinsip dasar Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, ada 15 prinsip dasar yang sebagian besar mengacu Clark (1992) yaitu:

1. Wilayah Pesisir adalah suatu sistem sumberdaya (resource system) yang unik, yang memerlukan pendekatan khusus dalam merencanakan dan mengelola pembangunannya.

2. Air merupakan faktor kekuatan pemersatu utama dalam ekosistem air. 3. Tata ruang daratan dan lautan harus direncanakan dan dikelola secara

terpadu.

4. Daerah perbatasan laut dan darat hendaknya dijadikan faktor utama dalam setiap program pengelolaan wilayah pesisir.

5. Batas suatu wilayah ditetapkan berdasarkan pada isu dan permasalahan yang hendak dikelola serta bersifat adaptif.

6. Fokus utama dari pengelolaan wilayah pesisir adalah untuk mengkonservasi sumberdaya milik bersama.

7. Pencegahan kerusakan akibat bencana alam dan konservasi sumberdaya alam harus dikombinasikan dalam suatu program Pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu.

8. Semua tingkatan di Pemerintahan dalam suatu wilayah terus diikutsertakan dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir.

9. Pendekatan pengelolaan yang disesuaikan dengan sifat dan dinamika alam adalah tepat dalam pembangunan wilayah pesisir.

(51)

11. Konservasi untuk pemanfaatan yang berkelanjutan adalah tujuan dari pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir.

12. Pengelolaan multiguna (multiple uses) sangat tepat digunakan untuk semua sistem sumberdaya wilayah pesisir.

13. Pemanfaatan multiguna (multiple uses) merupakan kunci keberhasilan dalam pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan.

14. Pengelolaan sumberdaya pesisir secara tradisional harus dihargai.

15. Analisis dampak lingkungan sangat penting bagi pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu.

(www.wwf.or.id)

2.1.2.1 Batasan Kawasan Pantai (Pesisir) dan Perairan/Laut

Kawasan pesisir meliputi wilayah daratan yang terkait pada wilayah perairan maupun wilayah laut berpengaruh terhadap wilayah daratan dan tata guna tanah. Di luar dari batas dari kawasan pesisir dan laut yang dimaksud itu mungkin saja mencerminkan interaksi antara pesisir dan laut, tetapi dapat pula tidak terjadi interaksi pesisir dan laut. Pada kawasan pesisir terdapat banyak penduduk dan pusat-pusat transportasi, tempat pendaratan ikan, kegiatan pertanian yang penting, industri (usaha) di bidang perikanan dan pariwisata, serta menempatkan kawasan tersebut merupakan struktur lahan yang penting untuk lokasi berbagai fasilitas (prasarana dan sarana) pelayanan umum (ekonomi dan sosial).

(52)

34

dampak ulah manusia atau karena peristiwa alamiah kawasan pesisir telah mensupport sebagian besar penduduk dunia karena peranannya di bidang ekonomi dan budaya, kawasan pesisir diharapkan akan menampung pertumbuhan penduduk pada masa depan.

Penentuan batas kawasan pesisir dan lautan agar dilakukan tidak secara statis (kaku) melainkan secara dinamis, artinya dapat berkembang dan bertambah luas karena interaksinya mengalami perkembangan, misalnya karena penggunaan kapal penangkap ikan yang berkapasitas lebih besar atau berteknologi lebih maju sehingga daerah penangkapannya bertambah lebih luas mengarah kepada laut bebas. Sebaliknya kawasan pesisir dan lautan mungkin saja berkurang luasnya karena peranan pusat-pusat di kawasan tetangga bertambah besar. Dapat pula kurang intensifnya interaksi sumberdaya dan pemanfaatan sumberdaya yang ada di kawasan pesisir dan lautan.

2.1.2.2 Paradigma Baru dan Pendekatan Yang Serasi Dalam Pengelolaan Sumberdaya Kelautan

(53)

menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakatnya (UU.22 Tahun 1999), Pasal 1 h). Kewenangan daerah diwilayah (perairan) laut meliputi (Pasal 10 ayat 2):

a. Eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan laut sebatas wilayah laut (sejauh 4 mil laut diukur dari garis pantai perairan laut)

b. Pengaturan kepentingan administratif c. Pengaturan tata ruang

d. Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah (Pusat)

e. Bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan negara

Paradigma baru dalam sistem pemerintahan adalah dari sentralisasi ke desentralisasi (otoda). Dalam pengelolaan sumberdaya perairan laut mempunyai makna:

- Pengelolaan berorientasi pada mekanisme pasar (demand and market driven)

- Pengelolaan berbasis sumberdaya dan masyarakat (resources and community based development)

- Pengelolaan tidak harus seragam tetapi harus sesuai kepentingan dan budaya masyarakat lokal

- Pengelolaan secara berkeadilan (harus memperhatikan kebutuhan dan kemampuan seluruh masyarakat)

Paradigma baru tersebut dijabarkan kepada pendekatan dalam pengelolaan sumberdaya perairan laut, diantaranya sebagai berikut :

a. Pendekatan komprehensif (holistik), multisektoral dan terpadu b. Pendekatan secara parsial

c. Pendekatan partisipatif

d. Pendekatan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

(54)

36

pemanfaatan sumberdaya alam tersebut, masyarakat setempat hanya memperoleh manfaat yang minimal dengan peran yang sangat marginal, hanya menjadi penonton. Ketika sumberdaya alam tersebut habis, maka daerah mereka ditinggalkan begitu saja. Hal ini berarti bahwa program “community development” yang telah dilaksanakan tidak mencapai

sasarannya. Kegagalan atau ketidakberhasilan program pembangunan daerah pada masa yang lalu medorong untuk memperbaharuinya dengan paradigma baru. Banyak istilah dilontarkan untuk memperbarui istilah misalnya “community empowerment developing program” (program pengembangan pemberdayaan masyarakat), “community based resource

management” (pengelolaan berbasis masyarakat), “community based management” (pembangunan berbasis masyarakat). Tetapi yang lebih penting adalah perubahan pendekatan dan paradigma. Nampaknya program yang telah diformulasikan itu ternyata belum mampu menjangkau dan memenuhi kepentingan sebagian besar masyarakat.

Apabila dalam pelaksanaan pembangunan daerah dan khususnya dalam pengelolaan sumberdaya perairan laut menerapkan konsep tahapan pemanfaatan sumberdaya alam berikut: development (pengembangan konsep sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan), involvement (mengikutsertakan komunitas lokal yang menjadi sasaran pengembangan), socialize (mensosialisasikan program pembangunan kepada seluruh

(55)

tenaga kerja setempat untuk mengerjakan proyek tersebut), dan sensitive (terdapatnya kepekaan dalam memahami situasi psikologis sosial dan budaya lokal), maka diharapkan pembangunan pengelolaan sumberdaya alam di daerah dapat terlaksana dengan lancar, terarah serasi, efektif, efisien, secara optimal dan berkelanjutan.

Meskipun konsep tahapan pemanfaatan sumberdaya di atas adalah sangat lengkap tetapi dalam pelaksanaannya mengalami berbagai hambatan dan keterbatasan, apabila dikaitkan dengan tujuan reformasi yang menuntut dilaksanakan perubahan dan perbaikan di segala bidang untuk menerapkan azas transparasi (keterbukaan bagi masyarakat), akuntabilitas (pertanggungjawaban kepada rakyat), desentralisasi (memberikan kewenangan kepada daerah-daerah), maka dalam pengelolaan sumberdaya alam, khususnya sumberdaya perairan laut, untuk menerapkan pendekatan yang serasi yang berorientasi kepada:

1. Pemanfaatan sumberdaya perairan laut berdasarkan mekanisme pasar (demand and market driven), sehingga tidak terjadi pengrusakan.

2. Menerapkan prinsip 3E (ekonomis, efisien, dan efektif) agar pemanfaatan sumberdaya perairan laut dilakukan secara optimal.

3. Pemanfaatan sumberdaya perairan laut berorientasi kepada masa depan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. 4. Perencanaan dan pembangunan sumberdaya perairan laut dilakukan dari

bawah (bottom-up planning and development) agar benar-benar sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat.

(56)

38

2.1.3 Potensi Pembangunan Wilayah Pesisir

Potensi pembangunan yang terdapat di wilayah pesisir lautan secara garis besar dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Sumber daya dapat pulih (renewable resource)

2. Sumber daya tidak dapat pulih (non-renewable resource) 3. Jasa-jasa lingkungan (environment service)

Sumber daya dapat pulih terdiri atas hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, dan rumput laut, serta sumber daya perikanan laut. Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir dan lautan. Pemanfaatan untuk industri dan sebagai komoditas ekspor baru berkembang pesat dalam beberapa dasawarsa terakhir ini. Sumber daya perikanan laut sebagai sumber daya yang dapat pulih sering dapat disalah tafsirkan sebagai sumber daya yang dieksploitasi secara terus menerus tanpa batas. (Mulyadi, 2005:44)

Sumber daya tidak dapat pulih meliputi seluruh mineral dan geologi, misalnya mineral terdiri dari tiga kelas, yaitu A (mineral strategis misalnya minyak, gas) B (mineral vital, meliputi emas, timah, nikel, bauksit) C (mineral, industri, termasuk bahan bangunan dan galian seperti granit).

(57)

pariwisata, media transportasi dan komunikasi, sumber energi, sarana pendidikan dan penelitian, pertahanan keamanan, penampung limbah, pengatur iklim (climate regulator), kawasan perlindungan (konservasi dan preservasi), dan system

penunjang.

2.1.3.1 Permasalahan Pembangunan Wilayah Pesisir

Pengelolaan sumber daya wilayah pesisir dan lautan di Indonesia dari sudut pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dihadapkan pada kondisi yang mendua atau, atau berada di persimpangan jalan. Disatu pihak, ada beberapa kawasan pesisir yang telah dimanfaatkan atau dikembangkan dengan intensif. Akibatnya, indikasi telah terlampauinya daya dukung atau kapasitas berkelanjutan (potensi lestari) dari ekosistem pesisir dan lautan. Seperti pencemaran, tangkap lebih (over fishing), degradasi fisik hanitat pesisir, dan observasi pantai telah muncul

di kawasan pesisir.

Aktivitas perekonomian utama yang menimbulkan permasalahan pengelolaan sumber daya dan lingkungan wilayah pantai dan lautan yaitu:

1. Perkapalan dan transportasi (tumpukan minyak, limbah padat dan kecelakaan)

2. Perikanan (over fishing, pencemaran pesisir, pemasaran dan distribusi, modal dan tingkat keahlian)

3. Budidaya peraturan (ekstrensivikasi dan konservasi hutan) 4. Pertambangan (penambangan pasir dan terumbu karang) 5. Kehutanan (penebangan dan konservasi hutan)

6. Industri (reklamasi dan pengerukan tanah)

(58)

40

2.1.3.2 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Wilayah Pesisir Tujuan jangka panjang pembangunan wilayah di pesisir pantai di Indonesia secara umum antara lain:

1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perluasan lapangan kerja dan kesempatan usaha

2. Pengembangan program dan kegiatan yang mengarah kepada peningkatan dan pemanfaatan secara optimal dan lestari sumber daya di wilayah pesisir dan lautan

3. Peningkatan kemampuan peran serta masyarakat pantai dalam pelestarian lingkungan

4. Peningkatan pendidikan, latihan, riset dan pengembangan di wilayah pesisir dan lautan (Mulyadi, 2005:67)

(59)

2.1.3.3 Dasar Pertimbangan Pengembangan Daerah Pantai

Pada suatu faktor yang umum dapat dikemukakan bahwa perkembangan dan pertumbuhan daerah pantai terjadi karena potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah pantai yang dapat dimanfaatkan secara ekonomis, seperti perikanan dan hasil laut lainnya (batu karang, tanaman laut, garam laut dan lain-lain) serta potensi keindahan alam pantai yang dapat dinikmati.

2.1.3.4 Tipologi Perkembangan Daerah Pantai

Ada dua jenis utama dari pola pengembangan pantai:

Pertama, perkembangan daerah pantai yang intensif maupun yang efektif secara continue disepanjang daerah pantai. Pola perkembangan demikian terutama terjadi disepanjang daerah pantai di Pulau Jawa dan sebagian di Pulau Sumatera. Perkembangan tersebut terjadi karena telah berkembangnya jaringan sarana perhubungan darat yang menghubungkan daerah - daerah sepanjang pantai. Kedua, perkembangan intensif yang terjadi karena berpencar di kota-kota tertentu yang secara historis mempunyai potensi perekonomian. Dalam pola yang kedua ini perkembangan dan pertumbuhan hanya terjadi secara intensif pada lokasi-lokasi tertentu saja dengan orientasi kedalaman”

(60)

42

2.1.3.5 Pengaturan dan Pengendalian Pengembangan Daerah Pantai

Melihat pada potensi yang dimiliki oleh daerah pantai dan lautnya baik secara alami maupun secara ekonomis, jelaslah daerah tersebut akan merupakan daya tarik potensial yang sangat kuat dalam perkembangan fisiknya potensi dengan sendirinya akan mengakibatkan berbagai permasalahan baik sosial, budaya dan politik, ekonomi maupun permaslahan fisik.oleh karena itu pemantauan dan pengembangan penggunaan tanah pantai adalah penting sekali.

2.1.3.6 Konsepsi Dasar Pengembangan dan Pengendalian Potensi

Berdasarkan kecenderungan dan kemungkinan perkembangan fungsi pantai, laut dan daerah sekitarnya, secara konseptual usaha pengembangan dan pengendalian tanah pantai dapat dipertimbangkan sebagai berikut:

1. Pengembangan daerah pantai secara mengelompok

2. Sehubungan dengan usaha pemanfaatan dan penggunaan tanah pantai tersebut, usaha pengaturan dan pengendalian perlu pula dilandasi oleh peraturan-peraturan serta pengendalian yang baik

(61)

2.1.4 Manajemen Kawasan Pesisir Secara Terpadu

Masalah yang berkaitan dengan pertumbuhan daerah pesisir yang relatif pesat, dampaknya terhadap destruksi sumberdaya-sumberdaya yang mudah rusak itu, dan perannya yang strategis dari lingkungan kawasan pesisir untuk bangsa-bangsa yang memiliki pesisir pantai telah mendorong untuk mencari solusi (pemecahan) bahwa pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk pembangunan terus dilanjutkan tanpa menimbulkan dampak kerusakan terhadap sumberdayanya (lingkungannya). Bentuk-bentuk manajemen kawasan pesisir yang terpilih (melihat sumber-sumberdaya pesisir dan pemanfaatan sumberdaya secara komprehensif lebih dari sebagai isu sumberdaya tunggal, dan menterpadukan banyak penggunaan sumberdaya pesisir dan kebutuhan yang bertentangan ke dalam suatu proses pengambilan keputusan yang seimbang), telah menjadi alat (sarana) yang dilakukan oleh bangsa-bangsa dalam mencari pemecahannya.

Menurut Dahuri (2008:12) pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu adalah Suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu (integrated) guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan.

(62)

44

implementasi, monitoring, dan evaluasi; maka jiwa atau nuansa keterpaduan tersebut perlu diterapkan sejak tahap perencanaan sampai evaluasi.

Menurut Sorensen dan Mc Creary dalam Dahuri (2008:5) adalah sebagai berikut :

Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu (Integrated Coastal Zone Management) adalah pengelolaan pemanfaatan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan (environmental services) yang terdapat di kawasan pesisir dengan cara melakukan penilaian menyeluruh (comprehensive assesment) tentang kawasan pesisir beserta sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat di dalamnya, menentukan tujuan dan sasaran pemanfaatan, dan kemudian merencanakan serta mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya guna mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan. Proses pengelolaan ini dilaksanakan secara kontinu dan dinamis dengan mempertimbangkan segenap aspek sosial ekonomi budaya dan aspirasi masyarakat pengguna kawasan pesisir (stakeholders) serta konflik kepentingan dan konflik pemanfaatan kawasan pesisir yang mungkin ada.

Sedangkan menurut Adisasmita (2006:) Proses manajemen kawasan pesisir secara terpadu diberikan batasan sebagai berikut yaitu:

Suatu proses dinamis dalam mana suatu strategi yang terkoordinasi dikembangkan dan diimplementasikan untuk alokasi sumberdaya-sumberdaya lingkungan, sosial-budaya, dan kelembagaan untuk mewujudkan konservasi dan penggunaan/pemanfaatan berbagai sumberdaya kawasan pesisir secara sustainable (berkelanjutan).

(63)

Dua tahap yang harus ditempuh yaitu tahap penyusunan program serta pengembangan program secara komprehensif dan tahap implementasi program, bila memperhatikan bagaimana oseanografi pesisir (coastal oceanography) terkait pada Coastal Zone Management. Mengingat kondisi saat ini dimana pengelolaan kawasan pesisir dan laut belum dapat dilaksanakan dengan baik, maka dibutuhkan suatu Atlas Pesisir dan Laut yang dapat menginformasikan tentang potensi sumberdaya alam, penggunaan lahan, prospek pengembangan dan pemanfaatan berdasarkan pertimbangan engineering dan science, konflik pengelolaan, kapasitas kelembagaan, program monitoring parameter biofisik kimiawi dan sosekbud (sosial, ekonomi dan budaya), penentuan indikator keberhasilan program dan umpan balik untuk pola pengelolaan yang berwawasan lingkungan.

(64)

46

Sejalan dengan Pelaksanaan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang dikenal dengan istilah otonomi daerah, dimana titik sentral pembangunan terletak di Kabupaten/Kota, maka akan memacu eksploitasi sumberdaya alam yang tidak terkontrol akan menimbulkan gangguan terhadap kestabilan ekosistem dan merusak lingkungan hidup sekitarnya.

2.1.5 Sistem Manajemen (Pengelolaan) Sumberdaya Perairan Laut yang Komprehensif

Manajemen komprehensif pada intinya adalah memilih alternatif langkah pembinaan dan pengembangan yang terbaik bagi pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perairan dan laut dalam segala aspek (tujuan) pengelolaan untuk mendukung pembangunan sumberdaya kelautan secara optimal dan berkelanjutan. Manajemen komprehensif itu sangat diperlukan dalam pengelolaan sumberdaya perairan laut karena meliputi banyak bidang, banyak sektor dan banyak aspek. Manajemen parsial dan manajemen jangka pendek dipastikan tidak akan berhasil. Penyusunan model pengelolaan sumberdaya perairan laut harus sejalan dengan manajemen komprehensif.

Manajemen komprehensif dalam pengelolaan sumberdaya perairan laut itu sangat penting peranannya, karena beberapa alasan sebagai berikut:

(65)

2. Membantu memikirkan kepentingan berbagai pihak, dengan demikian dapat memberikan manfaat serentak dan serempak kepada seluruh kelompok atau unsur pembangunan (masyarakat) maritim.

3. Dapat mengantisipasi terjadinya setiap perubahan internal dan kecenderungan eksternal baik secara global dan nasional maupun regional dan lokal. Dengan demikian dapat menentukan langkah dan tindakan bagaimana memanfaatkan peluang dan mengatasi tantangan (hambatan) secara menyeluruh.

4. Berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas secara perspektif adalah bagaimana mendorong keseimbangan dalam pengelolaan sumberdaya perairan laut secara efektif dan efisien.

Dalam membangun sistem Manajemen Komprehensif yang meliputi multi sektor, multi bidang, dan multi aspek itu, harus dilakukan identifikasi berbagai komponennya sehingga membentuk suatu sistem yang rasional, capable, dan implementable.

a. Manajemen Sumberdaya Perairan Laut menerangkan prinsip-prinsip: 1. Pengelolaan seluruh sumberdaya perairan laut secara optimal dan

berkelanjutan.

2. Diarahkan untuk kesejahteraan seluruh masyarakat.

3. Didasari oleh prinsip-prinsip ekonomis, efisiensi dan efektifitas 4. Transparansi dan Akuntabilitas

(66)

48

c. Dalam pengelolaan sumberdaya perairan laut harus terus memperhatikan analisis lingkungan, baik internal (kekuatan dan kelemahan) maupun eksternal (peluang dan ancaman) agar supaya dapat memilih strategi kebijakan dan langkah pembinaan dan pengembangan yang tepat dan serasi.

d. Pengembangan kelembagaan mempunyai peranan yang penting dalam pengelolaan sumberdaya perairan laut, selain meliputi fungsi dari instansi-instansi yang menangani masalah pemanfaatan pengelolaan sumberdaya perairan laut harus pula memperhatikan pula peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya perairan laut. e. Pihak perencana dan pengambil keputusan dalam bidang pengelolaan

sumberdaya perairan laut harus senantiasa menerapkan azas-azas pembangunan kabupaten gugus kepulauan, meliputi azas kesatuan wilayah kabupaten ; kesejahteraan masyarakat dan ketertiban umum ; musyawarah, partisipasi dan kemitraan, kelestarian dan keserasian dan kesimbangan. f. Secara keseluruhan, harus diupayakan agar semua komponen manajemen

komprehensif di atas dapat terselenggara dalam suasana dan irama yang harmoni, yang saling melengkapi dan saling menunjang terwujudnya kepulauan yang mapan mandiri, dan tercapainya kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi dari generasi ke generasi.

(67)

dan pesisir dari generasi ke generasi. Secara keseluruhan berarti peningkatan dan pengembangan pengelolaan sumberdaya perairan dan laut secara komprehensif manuju kearah kesempurnaan. Harmoni menjadi ikatan batin yang mempersatukan semangat, meningkatkan partisipasi, dan memperkuat tekad untuk mencapai keberhasilan pengelolaan sumberdaya perairan laut meliputi:

1. Pemantapan sistem manajemen komprehensif pengelolaan sumberdaya perairan laut.

2. Peningkatan pelayanan secara efektif dan efisien kepada masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya kelautan.

(68)

50

2.2 Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran merupakan alur berpikir dalam penelitian, untuk mendeskripsikan dengan apa adanya sesuai temuan yang peneliti dapatkan di lapangan. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang.

Selama peneliti melakukan penelitian peneliti memperoleh data dan informasi melalui pengamatan dan observasi langsung ke lapangan serta melakukan wawancara kepada pihak yang bersangkutan yaitu kepada Dinas Kelautan, Perikanan, Energi dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang, Karyawan TPI (Tempat Pelelangan Ikan), dan FKPN (Front Kebangkitan Petani dan Nelayan). Pada saat melakukan pengamatan dan observasi langsung di lapangan peneliti menemukan data dan informasi mengenai masih adanya hambatan dan kesulitan dalam melaksanakan Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang.

(69)

daya, dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu (integrated) guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan.

Dalam konteks ini, keterpaduan (integration) mengandung tiga dimensi: sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis. Mengingat bahwa suatu pengelolaan (management) terdiri dari empat tahap utama: perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi; maka jiwa atau nuansa keterpaduan tersebut perlu diterapkan sejak tahap perencanaan sampai evaluasi.

(70)

52

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Identifikasi Masalah:

1. Kurangnya keterpaduan dari berbagai pihak terkait yaitu instansi pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat.

2. Kurangnya perhatian dari Pemerintah Kabupaten Serang dalam mengembangkan potensi sumberdaya pesisir yang dimiliki Desa Lontar.

3. Masyarakat tidak ikut dilibatkan dalam perencanaan pengelolaan yang telah disepakati oleh pemerintah dan pihak swasta.

4. Kurang tegasnya Pemerintah Kabupaten Serang dalam mengambil keputusan terhadap pemanfaatan sumberdaya pesisir di Desa Lontar yang belum memiliki izin

5. Masih belum terpenuhinya kesejahteraan masyarakat Desa Lontar.

Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu menurut Dahuri (2008:12)

1. Perencanaan (planning) 2. Pelaksanaan

3. Pengawasan (monitoring) 4. Evaluasi

1. Terlaksananya Pengelolaan Wilayah Pesisir secara Terpadu

2. Pemanfaatan sumberdaya pesisir berorientasi kepada masa depan (berkelanjutan) untuk pembangunan tanpa menimbulkan dampak kerusakan terhadap

(71)

2.3Asumsi Dasar

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti berasumsi bahwa Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang masih belum optimal serta terpadu dan masih diperlukan perbaikan-perbaikan dalam pengelolannya, dan akan terlaksana dengan baik apabila pengelolaan wilayah pesisir tersebut memperhatikan mengenai Perencanaan (planning) bagi wilayah pesisir Desa Lontar, Pelaksanaannya, Pengawasannya, dan dibutuhkan Evaluasi untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari perencanaan yang ada guna perbaikan untuk pelaksanaan tahap berikutnya.

(72)

54

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2009:2) metodologi penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendeskripsikan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang harus diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Data yang diperoleh melalui itu adalah data empiris yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid. Valid yaitu derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2006:4) mendefinisikan metodologi kualitatif sedagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).

(73)

temuan-temuan itu terhadap kelompok lain atau populasi yang tidak diteliti. Karena itu, seleksi sampel dalam penelitian kualitatif tidak statis, melainkan bersifat dinamis, dari fase ke fase, berurut (sequental), berkembang (development), dan kontekstual. Moleong (2006:6) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistik, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif eksploratif, dimana peneliti tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Dalam prakteknya tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan klasifikasi data saja tetapi juga menganalisis dan menginterprestasikan tentang arti data tersebut. Itulah alasan mengapa peneliti mengambil penelitian eksploratif kualitatif.

(74)

56

3.2 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Menurut Moleong (2006:163) ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, namun peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya. Kedua hal tersebut diuraikan dalam bagian ini secara berturut-turut.

3.2.1 Pengamatan Berperanserta

Pengamatan berperanserta menceriterakan kepada peneliti apa yang dilakukan oleh orang-orang dalam situasi peneliti memperoleh kesempatan mengadakan pengamatan. Jadi pengamatan berperanserta pada dasarnya berarti mengadakan pengamatan dan mendengarkan secara secermat mungkin sampai pada yang sekecil-kecilnya.

3.2.2 Manusia Sebagai Instrumen Penelitian

Gambar

Tabel 1.1 Daftar Nama Pulau-Pulau di Kabupaten Serang
Tabel 1.2 Nama Desa di KecamatanTirtayasa
Tabel 1.3
Tabel 1.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

pengalman Proyek Pesisir ddam pengembangan Program Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir tingkat desa y ang dilaksmakan lewat proses terpadu antara partisipasi masyarakat,

Hasil penelitian bahwa strategi Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata dalam pengelolaan Pantai Sawarna di Kecamatan Bayah belum optimal karena minimnya sumber

Hal ini berarti kontinjensi yang dibuat oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Parahu Kecamatan Sukamulya Kabupaten Tangerang sudah baik dan sesuai

pemerintah desa kurang maksimal dalam melakukan pengarahan dan bimbingan menurut kepala desa Wanayasa sosialisasikan anggaran Alokasi Dana Desa kepada masyarakat yang

Dalam UU No 1 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 1 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah suatu pengoordinasian perencanaan, pemanfaatan, pengawasan,

a. Pengelolaan wilayah pesisir adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian sumber daya alam dan jasa lingkungan pesisir secara berkelanjutan yang

Pengelolaan Wilayah Pesisir adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian sumberdaya pesisir secara berkelanjutan yang mengintegrasikan

Desa Bedono merupakan salah satu desa di wilayah pesisir kabupaten Demak yang memiliki potensi wisata mangrove dan wisata religi, dengan adanya komunitas mangrove bahari