• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.4. Pembahasan dan Analisis Hasil Penelitian

Pembahasan dan analisis dalam penelitian ini merupakan suatu data dan fakta yang peneliti dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan yaitu menggunakan teori Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu menurut Dahuri (2008:12) dimana dalam teori Dahuri proses pengelolaan ini melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu (integrated) guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan. Dalam konteks ini, keterpaduan (integration) mengandung tiga dimensi: sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis. Dan bahwa suatu pengelolaan (management) terdiri dari empat tahap utama: perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi.

4.4.1 Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Lontar

Tahap awal dari proses perencanaan adalah dengan cara mengidentifikasi dan mendefinisikan isu dan permasalahan yang ada, yang menyangkut kerusakan sumber daya alam, konflik penggunaan, pencemaran, dimana perlu dilihat penyebab dan sumber permasalahan tersebut, selanjutnya juga perlu diperhatikan sumber daya alam dan ekosistem yang ada yang menyangkut potensi, daya dukung, status, tingkat pemanfaatan, kondisi sosial ekonomi dan budidaya setempat seperti jumlah dan kepadatan penduduk, keragaman suku, jenis mata pencaharian masyarakat lokal, sarana dan prasarana ekonomi dan lain-lain.

Berdasarkan pendefinisian masalah yang dipadukan dengan informasi tentang sumber daya alam dan ekosistem serta aspirasi masyarakat selanjutnya disusun tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Berdasarakan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai serta melihat peluang dan kendala yang ada selanjutnya mulai dibuat perencanaan berupa kegiatan pembangunan dalam bentuk program dan proyek. Perencanaan yang telah disusun perlu disosialisasikan kembali kepada masyarakat luas untuk mendapat persetujuan rencana ini baru dimasukkan dalam agenda pembangunan baik daerah maupun nasional.

Baik di Indonesia maupun di Banten, khususnya Kabupaten Serang sudah memiliki acuan atau dasar hukum dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir yaitu:

- Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

- Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.16/MEN/2008 Tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

- Peraturan Bupati Serang Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Serang Tahun 2011-2030

- Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Serang Tahun 2013-2033

Adapun dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir terdapat pihak-pihak yang terkait, seperti yang dikatakan oleh Kasi Konservasi, Eksplorasi, Eksploitasi dan Pulau-Pulau Kecil Bidang Kelautan Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang, beliau mengatakan bahwa: “Untuk pengelolaan pesisir Kabupaten Serang, jadi kita kan sudah menyusun ada sesuai UU No 27 tahun 2007 ada perencanaan, Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RSWP3K) terus ada Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) nah itu kan pada saat penyusunan itu kan kita harus mengidentifikasi stakeholder, pihak-pihak terkait itu. Jadi kita merumuskan satu, ada Instansi Pemerintah bisa Instansi di dalam Pemda Kabupaten Serang, ada juga Instansi Vertikal (dibawah departemen kelautan, ada loka wilayah pesisir, Balai Konservasi Sumber Daya Alam, dan UPT Pelabuhan Perikanan Nusantara). Terus kemudian yang kedua masyarakat, yang dimaksud masyarakat disini ada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang kita libatkan, ada perguruan tinggi yang selama ini juga kita libatkan ada Untirta dan juga STP, terus ada juga masyarakat langsung disitu kan ada masyarakat pesisir, untuk di Lontar yaitu nelayan dan pengelola budidaya disana. Pihak swasta tidak ikut dilibatkan dalam perencanaan karena waktunya khusus dan sifatnya sebentar dan berganti-ganti sementara untuk penyusunan ini kan butuh waktu setahun dua tahun.” (Wawancara dengan I1, 24 Januari 2014, Pukul 11.15 WIB, Di Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang)

Berdasarkan wawancara dengan I1 dapat dilihat bahwa dalam penyusunan sebuah Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir terdapat pihak-pihak yang terkait yaitu Instansi Pemerintah yang terbagi menjadi dua yaitu Instansi Pemerintah Pemda Kabupaten Serang dan Instansi Pemerintah Vertikal (dibawah Departemen Kelautan), Kemudian Masyarakat yang juga terbagi menjadi dua yaitu LSM, Perguruan Tinggi dan masyarakat pesisir. Sedangkan untuk pihak swasta tidak ikut dilibatkan. Sedikit berbeda dengan Kasubid Renbang Kimpraswil BAPPEDA Kabupaten Serang, beliau mengatakan:

Pihak-pihak yang terkait itu ya semua SKPD, semua Dinas yang ada di Kabupaten Serang itu pasti. Semua stakeholder juga, baik itu pihak swasta, pihak masyarakat, juga itu untuk perencanaan pengelolaan. Karna yang namanya perencanaan itu kita menyusun dokumen itu harus dilibatkan masyarakatnya, jadi istilahnya ada yang namanya konsultasi publik pada saat kita membuat perencanaan sebelum di finalisasi kita harus melakukan konsultasi publik dengan masyarakat, perguruan tinggi, LSM, itu pasti ikut serta jadi yang namanya untuk perencanaan pengelolaan wilayah pesisir itu semua stakeholder ikut terlibat. Konsultasi publiknya itu kita memaparkan jadi bentuknya forum, masyarakat kita undang kita paparkan, ini loh yang namanya kita sudah menyusun perencanaan pengelolaan wilayah pesisir nih kedepan seperti ini. Masyarakat bagaimana apakah sudah sesuai, tapi kita ada aspirasinya yah makanya kita ada penjaringan informasi. Jadi sebelum dibuat perda, konsultasi publik itu harus.” (Wawancara dengan I2, 19 Februari 2014, Pukul 15.00 WIB Di BAPPEDA Kabupaten Serang) Berdasarkan wawancara dengan I2 dapat dilihat bahwa untuk penyusunan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir pihak-pihak yang terkait adalah Instansi Pemerintah, Pihak Swasta, dan Masyarakat. Hal tersebut sedikit berbeda dengan yang dikatakan oleh I1 bahwa pihak swasta tidak ikut dilibatkan dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir. Sedangkan menurut Sekdes Desa Lontar, beliau mengatakan bahwa “Kalo di perikanan itu yah langsung dengan orang-orang pelelangan kalo dari perikanan itu kebanyakan dari orang lelang yang mengelola. Kalo dibidang budidaya, yang mengelola itu kelompok

masyarakat.”. (Wawancara dengan I3, 26 Januari 2014, pukul 15.00 WIB, di Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I3 bahwa pihak yang terkait dalam mengelola wilayah Pesisir di Desa Lontar terbagi sesuai dengan wilayah yang dikelola oleh masyarakat yaitu di perikanan langsung dengan orang-orang pelelangan sedangkan dibidang budidaya, yang mengelola adalah kelompok masyarakat.

Masyarakat pesisir merupakan pihak terpenting karena masyarakat itu sendiri yang nantinya akan merasakannya secara langsung pengelolaan dari perencanaan yang sudah ada. Seperti yang diungkapkan oleh Sekdes Desa Lontar, beliau mengatakan:

Masyarakat ikut dilibatkan, umpamanya membuat proposal itu kan pengajuannya dari masyarakat, masyarakat ngajukan ke desa, desa ke pemerintah, jadi tetap dilibatkan. Toh yang akan menikmati juga masyarakat.” (Wawancara dengan I3, 26 Januari 2014, pukul 15.03 WIB, di Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I3 bahwa masyarakat Desa Lontar ikut terlibat dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dengan cara mengajukan ke Desa, kemudia Desa ke Pemerintah. Namun lain hal nya keterangan yang didapatkan dari masyarakat Desa Lontar yang mengungkapkan bahwa mereka tidak pernah ikut ataupun terlibat dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir. Seperti yang dikatakan oleh Karyawan Tempat Pelelangan Ikan di Desa Lontar, beliau mengatakan bahwa “Selama ini kami melihat dan memandang yah, tidak ada tuh sosialisasi Perda Pengelolaan Wilayah Pesisir seperti itu, tidak ada.” (Wawancara dengan I4, 16 Februari 2014, pukul 11.04 WIB di TPI Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I4 bahwa masyarakat Desa Lontar selama ini tidak pernah ikut dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir. Bahkan untuk Peraturan Daerah yang ada saja tidak mengetahuinya. Hal serupa diungkapkan oleh masyarakat (nelayan), bahwa mereka tidak ikut dilibatkan dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir, beliau mengatakan bahwa “Gak tau sih gak ada, mungkin pihak Desa kali kalo itu mah.” (Wawancara dengan I7-1, 26 Januari 2014, pukul 09.01 di Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I7-1 bahwa masyarakat Desa Lontar tidak ikut dilibatkan, padahal masyarakat merupakan elemen penting dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir karena dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir haruslah berdasarkan kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Kasi Konservasi, Eksplorasi, Eksploitasi dan Pulau-Pulau Kecil Bidang Kelautan Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang, beliau mengatakan bahwa:

Jadi gini, dokumen itu pada saat disusun sudah melibatkan masyarakat. Tadi itu ya perwakilan LSM dari kampus seperti itu. Nah setelah disusun, dalam konsep penyusunan itu kita libatkan, kita ada konsultasi publik. Dengan adanya konsultasi publik itu kita tau sesuai gak itu dengan keinginan masyarakat nah itu kita koordinasikan, kalau ada masukan-masukan itu kita akomodir, bahkan pertemuan itu tidak hanya sekali jadi pertemuan itu beberapa kali gitu. Setelah sesuai dengan keinginan masyarakat, sesuai juga dengan aturan-aturan yang memang ada di kita baik aturan Pemerintah Daerah maupun aturan Pemerintah Pusat baru itu dijadikan peraturan di kita ada yang Perda ada yang Peraturan Bupati. Bahkan untuk yang rencana strategis kita itu langsung turun ke kecamatan-kecamatan dan mengumpulkan masyarakat. Jadi visi dan misi itu masukan dari mereka. Nah programnya itu kita yang mendetilkannya dan membahasakannya.” (Wawancara dengan I1, 24 Januari 2014, Pukul 11.18 WIB, Di Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang)

Berdasarkan wawancara dengan I1 bahwa setelah perencanaan pengelolaan wilayah pesisir disusun, kemudian ada nya konsultasi publik untuk mengetahui sudah sesuai atau belum dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat pesisir. Dan masukan-masukan dari masyarakat yang ada akan diakomodir. Adapun yang ingin dicapai dari pengelolaan wilayah Pesisir di Desa Lontar sudah tercantum di dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Serang Tahun 2013-2033. Seperti yang dikatakan oleh Kasi Konservasi, Eksplorasi, Eksploitasi dan Pulau-Pulau Kecil Bidang Kelautan Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang, beliau mengatakan:

“Nah itu kita kan seperti yang ada di undang-undang no 27 tahun 2007 itu kan kita ada empat dokumen perencanaan yang harus dibuat oleh masing-masing kabupaten/kota yang punya pesisir, nah dokumen pertama yang harus dibuat itu Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RSWP3K). Renstra pesisir itu kita sudah buat masuk di Perbub no 14 tahun 2011, nah disana ada visi, misi, strategi, sasaran dan program ada disana. Jadi itu lah tujuan yang ingin kita capai gitu. Isinya ada disana semua. Caranya kita membuat turunan-turunan, sekarang ada Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) itu pengaturannya dimulai dari sana jadi visi yang ingin dicapai dan

tujuan itu udah ada di RZWP3K.” (Wawancara dengan I1, 24 Januari 2014, Pukul 11.20 WIB, Di Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang)

Berdasarkan wawancara dengan I1 bahwa yang ingin dicapai dari pengelolaan wilayah Pesisir di Kabupaten Serang dan Desa Lontar sudah tercantum didalam visi dan misi Peraturan Daerah Kabupaten Serang yaitu didalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Serang Tahun 2013-2033. Sedangkan menurut Kasubid Renbang Kimpraswil BAPPEDA Kabupaten Serang, beliau mengatakan bahwa:

“Kalo perencanaan pembangunan itu dikatakan baik, ada tahapannya yaitu

evaluasi nah gitu jadi kalo misalnya ya perencanaan sampai dengan pelaksanaan itu sesuai dengan target, sesuai dengan output yang diinginkan itu berarti sudah perencanaan yang baik. Jadi apa yang kita impikan, apa yang kita targetkan, outputnya pas waktu pelaksanaan terealisasi itu perencanaannya sudah baik. Tapi kalo target tidak tercapai belum tentu juga perencanaannya gak baik, liat juga kendala-kenadalanya apa, hambatannya apa, jadi istilahnya mah perencanaan itu mah butuh pengawasan butuh kontrol, saat kontrol itu kita melihat keadaan dilapangan gimana nanti diakhirnya kalo memang mencapai target itu perencanaannya sudah baik, tapi kalo tidak sesuai dan tidak tercapai

berarti perencanaannya tidak baik.” (Wawancara dengan I2 19 Februari 2014, Pukul 15.10 WIB Di BAPPEDA Kabupaten Serang)

Berdasarkan wawancara dengan I2 bahwa yang ingin dicapai dari pengelolaan wilayah pesisir harus sesuai dengan tahap-tahap pengelolaan, yaitu dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan hingga evaluasi. Dan didalam melaksanakan ke empat tahap tersebut perlu adanya keterpaduan dari berbagai sektor seperti yang dikatakan oleh Kasi Konservasi, Eksplorasi, Eksploitasi dan Pulau-Pulau Kecil Bidang Kelautan Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang, beliau mengatakan:

“Ya, sangat perlu makanya disana kenapa kita mengidentifikasi stakeholder

karena kita memang harus terpadu gitu. Untuk di undang-undang saja sudah mensyaratkan itu, didalam undang-undang no 27 itu ketua nya bukan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, ketua tim nya adalah Kepala BAPPEDA jadi disini sudah mengindikasikan bahwa ini untuk mencakup seluruh stakeholder terutama untuk yang di Pemda yang punya kebijakan-kebijakan dari masing-masing kementrian, masing-masing-masing-masing departemen, masing-masing-masing-masing dinas disatukan disana. Jadi kalo misalkan kita liat di rencana zonasi itu kita coba memasukkan ada orang dinas perhubungan, dinas pariwisata. Disini kita anggotanya juga ada BPBD untuk potensi kebencanaan, Dinas Tata Ruang dimana harus singkron dengan RTRW, terus karena ada potensi pariwisata kita juga ada Dinas

Pariwisata. Ada juga masukan dari Universitas, dia terkait kajian keilmuannya.”

(Wawancara dengan I1, 24 Januari 2014, Pukul 11.23 WIB, Di Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang)

Berdasarkan wawancara dengan I1 bahwa sangat perlu adanya keterpaduan dalam perencanaan dari berbagai sektor dengan cara mengidentifikasi seluruh stakeholder terutama untuk yang di Pemerintahan daerah Kabupaten Serang yang

memiliki kebijakan-kebijakan dari masing-masing Kementrian, masing-masing Departemen, dan masing-masing Dinas disatukan. Hal yang sama pun dikeluarkan oleh Kasubid Renbang Kimpraswil BAPPEDA Kabupaten Serang, beliau mengatakan bahwa:

“Iya harus keterpaduan itu ya jadi istilahnya dokumen perencanaan ya kan kalo kita di BAPPEDA ini dokumen perencanaan itu bisa disusun apabila sudah melibatkan berbagai sektor. Jadi misalnya nih seperti ini kalo kita mempunyai dokumen perencanaan mau mengelola pesisir, kan bukan cuma BAPPEDA bukan hanya Dinas Kelautan tapi ada yang namanya aspek ekonomi, aspek sosial, kemasyarakatan, aspek lingkungannya juga harus diperhatikan. Makanya perlu keterpaduan dari berbagai sektor jadi untuk mengelola pesisir ini misalnya bagaimana biar pengelolaannya bagus berarti kan sosialisasi ke masyarakatnya harus bagus, gimana supaya pengelolaan cara hidup mereka disana untuk pesisir

itu lebih bagus lagi.” (Wawancara dengan I2 19 Februari 2014, Pukul 15.12 WIB Di BAPPEDA Kabupaten Serang)

Berdasarkan wawancara dengan I2 bahwa perlu adanya keterpaduan perencanaan dari berbagai sektor dan berbagai aspek sehingga pengelolaan yang akan dilaksanakan berjalan dengan baik.

Dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir haruslah berdasarkan kepentingan dan kebutuhan masyarakat agar program yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan fokus dalam membantu masyarakat untuk mensejahterakan masyarakat pesisir. Seperti yang dikatakan oleh Kasi Konservasi, Eksplorasi, Eksploitasi dan Pulau-Pulau Kecil Bidang Kelautan Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang, beliau mengatakan:

“Jadi gini, dokumen itu pada saat disusun sudah melibatkan masyarakat. Tadi itu

ya perwakilan LSM dari kampus seperti itu. Nah setelah disusun, dalam konsep penyusunan itu kita libatkan, kita ada konsultasi publik. Dengan adanya konsultasi publik itu kita tau sesuai gak itu dengan keinginan masyarakat nah itu

kita koordinasikan, kalau ada masukan-masukan itu kita akomodir, bahkan pertemuan itu tidak hanya sekali jadi pertemuan itu beberapa kali gitu. Setelah sesuai dengan keinginan masyarakat, sesuai juga dengan aturan-aturan yang memang ada di kita baik aturan Pemerintah Daerah maupun aturan Pemerintah Pusat baru itu dijadikan peraturan di kita ada yang Perda ada yang Peraturan Bupati. Bahkan untuk yang rencana strategis kita itu langsung turun ke kecamatan-kecamatan dan mengumpulkan masyarakat. Jadi visi dan misi itu masukan dari mereka. Nah programnya itu kita yang mendetilkannya dan

membahasakannya.” (Wawancara dengan I1, 24 Januari 2014, Pukul 11.25 WIB, Di Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang)

Berdasarkan wawancara dengan I1 bahwa untuk membuat perencanaan wilayah pesisir ada konsultasi publik dimana masyarakat dapat memberikan masukan-masukan yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang kemudian selanjutnya Pemerintah Kabupaten Serang yang terkait menyusun dan membuat kedalam program di dalam Peraturan Daerah. Sama halnya dengan yang dikatakn oleh Kasubid Renbang Kimpraswil BAPPEDA Kabupaten Serang, beliau mengatakan bahwa:

“Ya harus sesuai keinginan dan kebutuhan masyarakat. Untuk membuat acuan

untuk pengelolaan sumberdaya pesisir itu kita kan harus liat masyarakatnya juga disana jangan sampai kita membuat perencanaan pengelolaan pesisir itu bertolak belakang dengan apa yang ada disana gitu. Sebelum kita membuat dokumen perencanaan kita lihat dulu kondisi existing nya disana itu seperti apa, masyarakat kehidupannya bagaimana, bagaimana kita juga bisa mempertahankan malah dokumen perencanaan itu sifatnya kan lebih kepada memperbaiki apa yang ada gitu. Gimana supaya lebih baik lagi kedepan, jadi kita tidak merubah secara total mah engga, kita liat juga existing nya seperti apa kalo memang existing nya itu bagus untuk masa depan kenapa engga kita ikutin gitu, tapi kalo yang namanya existing nya banyaknya pencemaran ya memang itu kita

harus tindak, kita arahkan.” (Wawancara dengan I2 19 Februari 2014, Pukul 15.14 WIB Di BAPPEDA Kabupaten Serang)

Berdasarkan wawancara dengan I2 bahwa dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir haruslah sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat dan jangan sampai bertolak belakang dengan kondisi masyarakat,

serta potensi yang ada diwilayah pesisir tersebut. Sama halnya dengan yang dikatakan oleh Karyawan Tempat Pelelangan Ikan Desa Lontar, beliau mengatakan “Iya, kalo dilihat dari program-program termasuknya dari tahun-tahun yang lalu ya memang itu bantuan dari DKP tergantung dari permintaan masyarakat. Tapi ya semua nya kembali lagi kepada masyarakat dalam

pengelolaannya bisa terus berjalan atau tidak.” (Wawancara dengan I4, 16 Februari 2014, pukul 11.06 WIB di TPI Desa Lontar)

Berdasarkan wawancara dengan I4 bahwa program-program dari Pemerintah selama ini sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat tapi dalam pengelolaannya berjalan baik atau tidak tergantung dari masyarakat itu sendiri. Dan dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir haruslah berorientasi kepada masa depan/ berkelanjutan agar tujuan dari pengelolaan wilayah pesisir dapat tercapai tanpa harus merusak atau menghabiskan sumber daya pesisir yang ada. Seperti yang dikatakan oleh Kasubid Renbang Kimpraswil BAPPEDA Kabupaten Serang, beliau mengatakan:

Untuk membuat acuan untuk pengelolaan sumberdaya pesisir itu kita kan harus liat masyarakatnya juga disana jangan sampai kita membuat perencanaan pengelolaan pesisir itu bertolak belakang dengan apa yang ada disana gitu. Sebelum kita membuat dokumen perencanaan kita lihat dulu kondisi existing nya disana itu seperti apa, masyarakat kehidupannya bagaimana, bagaimana kita juga bisa mempertahankan malah dokumen perencanaan itu sifatnya kan lebih kepada memperbaiki apa yang ada gitu. Gimana supaya lebih baik lagi kedepan, jadi kita tidak merubah secara total mah engga, kita liat juga existing nya seperti apa kalo memang existing nya itu bagus untuk masa depan kenapa engga kita ikutin gitu, tapi kalo yang namanya existing nya banyaknya pencemaran ya memang itu kita harus tindak, kita arahkan. Kemudian harus berkelanjutan, namanya pembangunan semuanya harus berkelanjutan tidak boleh putus disuatu saat, harus berkelanjutan gitu.” (Wawancara dengan I2, 19 Februari 2014, Pukul 15.17 WIB Di BAPPEDA Kabupaten Serang)

Berdasarkan wawancara dengan I2 bahwa dalam membuat perencanaan pengelolaan wilayah pesisir itu harus berkelanjutan jangan sampai bertolak belakang dengan kondisi existing yang ada di daerah tersebut. Jika baik bagi daerah dan lingkungannya maka akan diteruskan namun jika tidak baik dan mengakibatkan banyaknya pencemaran dan kerusakan lingkungan tidak boleh diteruskan karena akan menghambat bagi jalannya perencanaan pengelolaan/program yang lain. Perencanaan pengelolaan wilayah pesisir juga harus berorientasi kepada masa depan atau berkelanjutan seperti yang dikatakan oleh Kasi Konservasi, Eksplorasi, Eksploitasi dan Pulau-Pulau Kecil Bidang Kelautan Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang, beliau mengatakan:

“Ya Insyaallah iyah, jadi kan kita balik lagi ke visi misi. Disini visi Kabupaten Serang wilayah pesisirnya itu yah wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil produktif, adil, mandiri, dan berwawasan lingkungan jadi kita pikir itu udah menunjukkan bahwa kita produktif jadi tidak hanya kita membiarkan tapi kita juga menghasilkan. Adil, itu kita artinya adil kepada masyarakat juga dan adil itu untuk seluruh stakeholder jadi industri tidak merasa dirugikan, masyarakat tidak merasa dirugikan jadi kita bisa bersinergi untuk itu. Mandiri, jadi kita tidak ketergantungan dengan orang lain gitu, terutama untuk nelayan. Kita inginnya masyarakat pesisir itu mandiri. Dan yang terakhir berwawasan lingkungan itu

yah harus berkelanjutan atau berorientasi kepada masa depan.” (Wawancara dengan I1, 24 Januari 2014, Pukul 11.28 WIB, Di Dinas Kelautan, Perikanan, Energi, dan Sumberdaya Mineral Kabupaten Serang)

Dokumen terkait