• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Data Penelitian

PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Penelitian

Deksripsi data penelitian ini merupakan gambaran mengenai subjek yang memuat data statistik dasar seperti rerata, simpangan baku, serta skor minimum dan skor maksimum. Deskripsi masing-masing aspek yang diukur dalam OCB adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Deskripsi Data Penelitian OCB

Aspek yang diukur

Data Hipotetik Data Empirik

Min Max M SD Min Max M SD

Altruism 16 64 40 8 37 57 48.93 4.369

Courtesy 19 76 47.5 9.5 43 73 58.21 5.257

Conscientiousness 17 68 42.5 8.5 38 63 51.33 4.743

Sportmanship 16 64 40 8 35 58 47.63 4.578

Civic virtue 14 56 35 7 30 53 42.41 3.789

Ket : Min = Skor minimal Max = Skor maksimal M = Rerata

SD = Simpangan baku

Skala OCB terdiri dari 82 aitem yang terdiri dari 5 (lima) dimensi yang diukur yakni altruism terdiri dari 16 aitem, courtesy terdiri dari 19 aitem,

conscientiousness terdiri dari 17 aitem, sportmanship terdiri dari 16 aitem, dan

civic virtue terdiri dari 14 aitem. Setiap aitem diberi skor 1 untuk jawaban STS, skor 2 untuk TS, skor 3 untuk S,skor 4 untuk SS.

Skor hipotetik maksimal diperoleh dari skor aitem tertinggi dikalikan jumlah aitem per aspek dan skor hipotetik minimal skor aitem terendah dikalikan

40

jumlah aitem per aspek. Rentang skor diperoleh dengan melakukan pengurangan antara jumlah skor tertinggi dan jumlah skor terendah. Standar deviasi diperoleh dari rentang skor per aspek kemudian dibagi berdasarkan enam satuan simpangan baku (Azwar, 2004). Sedangkan rerata hipotetiknya diperoleh dari perkalian jumlah aitem per aspek dikalikan dengan 2.5, yang didapatkan dari nlai terendah per aitem (1) ditambah dengan nilai tertinggi per aitem (4) dibagi dua.

Sejauh mana tinggi rendahnya masing-masing variabel di Tabel 9 dapat diketahui dengan melihat posisi rerata empiris variabel dalam rentang kategori skor. Jika subyek dikelompokkan berdasarkan tiga kategori, maka keenam satuan deviasi dapat dibagi menjadi tiga bagian dengan formula pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3

Rumus Kategori Subyek

Rendah X < (µ - 1,0σ)

Sedang (µ - 1,0σ) ≤ X ≤ (µ + 1,0σ) Tinggi X > (µ + 1,0σ)

Berdasarkan rumus pada Tabel 4.3, maka kategori subjek pada masing-masing aspek OCB adalah seperti pada Tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.4

Interval Penggolongan Subjek pada Variabel OCB Berdasarkan Apsek Yang Diukur

Aspek yang diukur Kategori Jumlah skor Jumlah subjek

Altruism Rendah X < 32 - Sedang 32 ≤ X ≤ 48 47 subjek Tinggi X > 48 64 subjek Courtesy Rendah X < 38 - Sedang 38 ≤ X ≤ 57 38 subjek Tinggi X > 57 73 subjek Conscientiousness Rendah X < 34 - Sedang 34 ≤ X ≤ 51 53 subjek Tinggi X > 51 58 subjek Sportmanship Rendah X < 32 - Sedang 32 ≤ X ≤ 48 65 subjek Tinggi X > 48 46 subjek Civic virtue Rendah X < 28 - Sedang 28 ≤ X ≤ 42 55 subjek Tinggi X > 42 56 subjek D. Pembahasan

Bagian ini membahas hasil penelitianyang menyatakan bahwa dimensi

altrusim, courtesy, conscientiousness, dan civic virtue dari OCB subyek tergolong dalam kategori tinggi, dan dimensi sportmanship termasuk dalam kategori sedang. Pengkategorian tersebut dilakukan berdasar pada perbandingan jumlah karyawan pada kategori tinggi dengan jumlah karyawan pada kategori sedang (lihat tabel 4.4).

Hasil penelitian menyatakan bahwa dimensi altruism berkategori tinggi (M emprik = 48,93 > M hipotetik = 40; kategori sedang ada 47 subjek, kategori tinggi ada 64 subjek), dengan demikian berarti dalam bekerja para pegawai perusahaan bersangkutan mengaku memiliki perilaku yang mementingkan kepentingan orang lain, seperti memberikan pertolongan pada kawan sekerja yang

42

baru, dan memberikan waktu untuk orang lain yang ditunjukkan secara langsung pada individu-individu lain dalam lingkungan kerja.

Pada dimensi courtesy mereka memiliki skor yang tinggi (M emprik = 58,21 > M hipotetik = 47,5; kategori sedang ada 38 subjek, kategori tinggi ada 73 subjek), berarti subyek menyatakan sikap yang baik dalam hal berkoordinasi sebelum melaksanakan pekerjaan. Sehingga diharapkan dalam melakukan sebuah pekerjaan baru para pegawai akan melakukan konsultasi terlebih dahulu agar dapat menghasilkan hasil kerja yang terbaik. Selain itu mereka juga menyatakan akan melanjutkan informasi yang mereka terima kepada rekan-rekan mereka dengan tepat.

Karyawan “nDalem Pakaryan Batik KRT. Daud Wiryo Hadinagoro” juga menyatakan memiliki dimensi conscientiousness yang tinggi (M emprik = 51,33 > M hipotetik = 42,5; kategori sedang ada 53 subjek, kategori tinggi ada 53 subjek). Dari pernyataan tersebut berarti para karyawan adalah individu-individu yang selalu mematuhi norma-norma yang berlaku dalam lingkungan pekerjaan mereka.

Selain itu dalam pernyataannya melalui kuesioner para karyawan juga menyatakan memiliki skor sedang pada dimensi sportmanship (M emprik = 47,63 > M hipotetik = 40; kategori sedang ada 65 subjek, kategori tinggi ada 46 subjek). Hal tersebut dapat diartikan bahwa para karyawan pada perusahaan batik “nDalem Pakaryan Batik KRT. Daud Wiryo Hadinagoro” menyatakan dalam bekerja mereka memiliki pandangan dan sikap yang positif, baik kepada perusahaan maupun pada rekan-rekan kerjanya. Sehingga diharapkan bahwa mereka tidak

akan menciptakan isu-isu yang negatif tentang perusahaan ataupun rekan kerja mereka.

Dimensi civic virtue para karyawan termasuk pada kategori yang tinggi (M emprik = 42,41 > M hipotetik = 35; kategori sedang ada 55 subjek, kategori tinggi ada 56 subjek). Dari situ dapat dilihat bahwa karyawan pada perusahaan batik “nDalem Pakaryan Batik KRT. Daud Wiryo Hadinagoro” menyatakan termasuk dalam kategori tinggi, sehingga diharapkan para karyawan mampu melakukan sesuatu yang penting dalam perusahaan. Dari situ dapat diartikan pula bahwa karyawan menyatakan memiliki sikap yang baik dalam hal melayani organisasi baik pelayanan yang termasuk dalam jobdes ataupun yang dilakukan secara sukarela.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dimensi altruism, courtesy,

concientiousness, dan civic virtue termasuk dalam kategori yang tinggi. Hal ini berarti bahwa kualitas OCB karyawan perusahaan batik ”nDalem Pakaryan Batik KRT. Daud Wiryo Hadinagoro” memililiki kualitas OCB yang cukup tinggi.

Namun di sisi lain ditemukan dimensi sportmanship yang memiliki kategori sedang. Hal tersebut terlihat dengan lebih banyaknya karyawan yang masuk dalam kategori sedang dibanding yang masuk dalam kategori OCB tinggi.

Lebih banyaknya jumlah karyawan yang masuk dalam kategori sedang pada dimensi sportmanship ini dapat diartikan bahwa pada sebagian besar karyawan masih ada kemungkinan munculnya isu-isu negatif yang dapat merusak stabilitas perusahaan, mengingat dimensi ini mencakup mengenai pandangan karyawan terhadap kebijakan perusahaan dan bagaimana mereka menyikapinya.

44

Dimensi ini juga berbicara mengenai perilaku sportif dan positif, dimana dimensi ini berisi pantangan untuk membuat isu-isu yang bersifat merusak, baik terhadap rekan kerja, atasan, terlebih kepada kebijakan perusahaan. Sehingga ditemukannya jumlah yang tinggi pada karyawan yang memiliki skor sedang dalam dimensi tersebut menunjukkan bahwa dalam perusahaan yang bersangkutan masih ada kemungkinan munculnya pandangan-pandangan dan isu-isu negatif yang akan muncul dari karyawannya.

Secara umum penelitian ini menunjukkan bahwa karyawan perusahaan batik “nDalem Pakaryan Batik KRT. Daud Wiryo Hadinagoro” menyatakan mempunyai OCB yang tinggi, dilihat dari kategori dimensi-dimensi OCB mereka yang rata-rata tinggi. Karyawan perusahaan batik “nDalem Pakaryan Batik KRT. Daud Wiryo Hadinagoro” diharapkan secara umum memiliki kemampuan yang baik dalam memenuhi pengembangan visi perusahaannya dan lebih mudah untuk mengikuti tuntutan perusahaan akan peningkatan daya kerja, baik dalam hal produksi maupun pemasaran.

Kemampuan yang baik dalam menanggapi pengembangan visi perusahaan tersebut diharapkan akan tampak dalam hal-hal sebagai berikut, yang antara lain adalah mampu memberikan mutu pelayanan terbaik (cepat, tepat, dan aman) sesuai dengan harapan pelanggan dengan standar internasional. Hal tersebut dapat dicapai karena adanya saling menolong dalam lingkungan kerja yang nantinya akan mempercepat pekerjaan, selain itu karyawan juga menyatakan akan selalu berkoordinasi dan berkonsultasi baik sebelum maupun setelah melaksanakan tugas, sehingga dalam bekerja nantinya akan menghasilkan produk yang lebih

maksimal.

Visi yang berikutnya adalah mampu mengantisipasi setiap perkembangan dimensi usaha. Dengan adanya skor yang rata-rata tinggi dalam dimensi courtesy,

sportmanship, dan civic virtue perusahaan diharapkan akan mampu memenuhinya, sekalipun pada dimensi sportmanship rata-rata pegawai ada dalam kategori sedang. Dimensi courtesy berbicara mengenai kemampuan karyawan untuk berkoordinasi, mencari informasi secara cepat tentang pekerjaan, sehingga mereka akan selalu sigap mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi. Sedangkan dimensi sportmanship berbicara mengenai kapasitas dimana karyawan tidak akan memunculkan isu-isu yang buruk mengenai perusahaan maupun kebijakan perusahaan, sehingga ketika perusahaan mengupayakan perubahan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan bisnis, karyawan akan mengikutinya sebagai sebuah kebijakan yang terbaik, selain itu ketika terjadi suatu perubahan aturan kerja dan norma dalam perusahaan maka dimensi

conscientiousness karyawan yang tinggi akan sangat berguna. Karyawan juga diharapkan akan melaksanakan yang terbaik bagi perusahaan sebagai bukti pelayanan mereka terhadap perusahaan sehingga perusahaan akan diuntungkan dengan loyalitas kerja mereka.

Dalam visi dimana karyawan dituntut meningkatkan jaringan pemasaran global, perusahaan juga dinilai cukup siap. Visi ini juga sangat terkait dengan visi perusahaan yang menuntut kemampuan karyawan untuk menggunakan teknologi tepat guna, terutama dalam hal pemasaran. Dalam hal ini dimensi courtesy akan sangat berfungsi dimana karyawan diharapkan memiliki kemampuan tinggi dalam

46

hal mengakses dan mengumpulkan informasi secara cepat, sehingga mereka akan mampu belajar secara cepat, kemampuan karyawan dalam hal berkoordinasi juga dapat membuat mereka mengumpulkan informasi secara tepat dan efektif, sehingga dalam hal pengembangan teknologi untuk menanggapi kondisi pemasaran global tersebut mereka tidak akan mengalami kesulitan besar.

Dengan demikian lepas dari ditemukannya rata-rata skor sedang dalam dimensi sportmanship, secara umum perusahaan batik “nDalem Pakaryan Batik KRT. Daud Wiryo Hadinagoro” diharapkan dapat lebih siap untuk menghadapi pasar baru yang tercipta sebagai dampak dari resesi ekonomi global ini. Tuntutan kinerja yang tinggi baik dalam hal produksi maupun pemasaran yang diberikan perusahaan bagi karyawan juga diharapkan akan mampu dilewati oleh karyawan dengan baik.

47

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa subjek menyatakan memiliki dimensi altruism yang tinggi (M emprik = 48,93 > M hipotetik = 40; kategori sedang ada 47 subjek, kategori tinggi ada 64 subjek), dimensi courtesy

yang tinggi (M emprik = 58,21 > M hipotetik = 47,5; kategori sedang ada 38 subjek, kategori tinggi ada 73 subjek), dimensi conscientiousness yang tinggi (M emprik = 51,33 > M hipotetik = 42,5; kategori sedang ada 53 subjek, kategori tinggi ada 53 subjek), dimensi sportmanship yang sedang (M emprik = 47,63 > M hipotetik = 40; kategori sedang ada 65 subjek, kategori tinggi ada 46 subjek), dan dimensi civic virtue yang tinggi pula (M emprik = 42,41 > M hipotetik = 35; kategori sedang ada 55 subjek, kategori tinggi ada 56 subjek).

Hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa secara umum karyawan perusahaan batik “nDalem Pakaryan Batik KRT. Daud Wiryo Hadinagoro” menyatakan sudah mempunyai OCB yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan batik “nDalem Pakaryan Batik KRT. Daud Wiryo Hadinagoro” memiliki karyawan yang baik, mereka bisa menampilkan suatu perilaku yang mendukung kinerja organisasi dalam bentuk membantu rekan kerja, kedisiplinan, pandangan positif tentang perusahaan, kemampuan bekerja sama, dan kemampuan untuk selalu meng-update informasi mengenai pekerjaan. Dari hasil tersebut maka perusahaan dipandang memiliki kemudahan dalam

48

menanggapi pengembangan visi perusahaan tersebut.

B. Saran

1. Bagi perusahaan batik “nDalem Pakaryan Batik KRT. Daud Wiryo Hadinagoro”

Hasil penelitian menunjukkan OCB yang tinggi. OCB merupakan istilah yang digunakan untuk mengidentifikasikan perilaku karyawan sehingga dia dapat disebut sebagai “anggota yang baik” (good citizen) (Sloat 1999 dalam Wijaya 2000:1). Karyawan yang baik (good citizen) cenderung menampilkan OCB ini. Organisasi tidak akan berhasil dengan baik, atau tidak akan dapat bertahan tanpa ada anggota-anggotanya yang bertindak sebagai “karyawan yang baik” (Markoczy & Xin, 2002). Dengan OCB yang tinggi tersebut maka dirasa perusahaan akan mendapat banyak keuntungan, sehingga disarankan disini bahwa perusahaan harus mempertahankan kondisi tersebut. Mengingat bahwa OCB merupakan perilaku sukarela karyawan untuk kepentingan organisasi, serta muncul sebagai wujud kepuasan, maka disini disarankan bagi perusahaan untuk dapat memberikan wadah atau tempat bagi karyawan dengan harapan agar hubungan persaudaraan antar karyawan semakin erat sehingga rasa saling tolong menolong antar karyawan semakin kuat, karena hal ini secara tidak langsung akan semakin meningkatkan kinerja dari perusahaan tersebut. Salah satu caranya adalah mendirikan koperasi karyawan atau paguyuban karyawan.

Mengingat lebih banyak karyawan yang memiiki skor sedang pada dimensi sportmanship, yang berarti masih adanya kemungkinan karyawan

memunculkan isu-isu negatif dan merusak mengenai perusahaan dan kebijakannya perusahaan perusahaan perlu lebih memperhatikan pemeliharaan stabilitas perusahaan. Kebijakan perusahaan untuk tidak melakukan PHK merupakan kebijakan yang sangat baik, yang dapat memicu kepuasan karyawan, sehingga mereka dapat memunculkan perilaku-perilaku yang mengedepankan kepentingan perusahaan.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

Pada penelitian ini terdapat satu kekurangan dalam pengumpulan datanya, dimana analisis hanya dilakukan berdasar pada data yang terkumpul melalui angket yang diisi oleh karyawan, tanpa adanya feedback ataupun konfirmasi dari pihak lain (atasan, supervisor, manajer) , sehingga potensi munculnya bias penelitian karena subyektivitas ataupun faking cukup besar, mengingat karyawan, sebagai sumber data hanya berasal dari satu sumber dan tidak memiliki feedback dari pihak lain yang akan menentukan kebenaran sumber data. Sehingga dari situ disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih berfokus pada bagaimana mengatasi permasalahan ini. Selain itu seharusnya pengumpulan data juga dilakukan dengan observasi. Hal ini berkaitan dengan tema perilaku (behavior) yang diangkat. Pengumpulan data yang baik untuk perilaku adalah dengan observasi. Penelitian selanjutnya disarankan dilakukan dengan observasi.

50

Dokumen terkait