• Tidak ada hasil yang ditemukan

commit to user

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Variabel Yang Diteliti

Data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa data time series.

Data analisis dalam bentuk data bulanan mulai periode Januari 2005- Juni 2010. Seluruh data yang digunakan diolah dan dianalisis menggunakan program SPSS versi 17.00.

commit to user

1. Perkembangan Suku Bunga SBI.

Tabel 4.1 Data Perkembangan Suku Bunga SBI, Tahun 2005-2010.

Bulan TH 2005 TH2006 TH 2007 TH2008 TH 2009 TH 2010 Januari 7.42 12.00 9.50 8.00 9.50 6.45 Februari 7.43 12.00 9.25 7.93 10.00 6.41 Maret 7.44 12.53 9.00 7.96 9.00 6.27 April 7.70 12.64 9.00 7.99 7.59 6.20 Mei 7.95 12.50 8.75 8.31 8.00 6.30 Juni 8.25 12.50 8.50 8.73 6.95 6.26 Juli 8.49 12.25 8.25 9.23 6.71 - Agustus 9.51 11.75 8.25 9.28 6.58 - September 10.00 12.00 8.25 9.71 7.00 - Oktober 11.00 10.75 8.25 10.98 6.49 - November 12.25 10.25 8.25 11.24 6.47 - Desember 12.75 9.75 8.00 10.83 6.46 - Rata² 7.43 11.74 8.60 9.18 7.56 6.32

Sumber: Data Sekunder

Perkembangan suku bunga SBI selama periode penelitian mengalami pasang surut. Dari awal tahun 2005 sampai pertengahan tahun 2010 suku bunga SBI rata-rata tertinggi pada tahun 2006 yaitu sebesar 11,74%. Baru pada pertengahan tahun 2010 suku bunga SBI berada pada level 6,32%. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang jangka pendek dengan menggunakan sistem diskonto dan merupakan salah satu instrumen operasi pasar terbuka (OPT) yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia dalam rangka mengendalikan jumlah uang yang beredar dan atau suku bunga. Sebagai instrumen OPT pada dasarnya penerbitan SBI oleh Bank Indonesia dapat dilakukan baik melalui lelang maupun non lelang. SBI dapat dimiliki oleh bank atau pihak lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia melalui pembelian SBI di pasar perdana. Selain itu, SBI dapat pula

diperdagangkan di pasar sekunder dan dipergunakan sebagai agunan, sistem lelang SBI sekaligus diubah dari COR ke stop-out rate (SOR) yang lebih menitikberatkan pengendalian uang beredar pada jumlah atau volume, sementara suku bunga merupakan variabel yang dapat berfluktuasi. Dalam sistem SOR ini, sebelum melakukan lelang Bank Indonesia akan mengumumkan sasaran indikatif jumlah atau volume SBI yang akan diterbitkan melalui lelang. Bank Indonesia menetapkan volume lelang dengan memperhatikan kondisi likuiditas di pasar. Sistem lelang dengan SOR in i adalah penentuan pemenang lelang dengan memperhitungkan tingkat diskonto tertinggi yang dihasilkan dari lelang dalam rangka mencapai sasaran kuantitas SBI yang akan dijual oleh Bank Indonesia.

Perkembangan suku bunga pinjaman perbankan selama periode penelitian dapat dilihat dari gambar 4.1 :

Gambar 4.1.Grafik Suku Bunga SBI Tahun 2005-2010

commit to user

2. Perkembangan Kurs

Tabel 4.2 Data Perkembangan Kurs Rupiah Tahun 2005-2010.

Bln/Thn 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Januari 9158 9446 9021 9359 11111 9229 Februati 9199 9207 9023 9135 11793 9301 Maret 9324 9126 9118 9139 11790 9128 April 9492 8892 9052 9163 10970 8982 Mei 9433 8940 8800 9244 10341 9137 Juni 9568 9316 8939 9249 10156 9103 Juli 9750 9080 9022 9117 10061 Agustus 9936 9049 9320 9103 9928 September 10181 9098 9263 9294 9851 Oktober 10043 9141 9061 9998 9435 November 9991 9089 9218 11652 9423 Desember 9808 9041 9287 11268 9411 rata-rata 9657 9119 9093 9643 10356 9146

Perkembangan kurs selama periode penelitian dari tahun ke tahun berfluktuasi. Pada tahun 2007 kurs rupiah terhadap dollar rata-rata mencapai nilai terendah sebesar Rp 9.093,- per dollar. Sedangkan Pada tahun 2009 kurs rupiah terhadap dollar mencapai nilai tertinggi rata-rata sebesar Rp 10.356,- per dollar.

Nilai tukar rupiah pada 2005 secara umum terdepresiasi. Kondisi ini terutama terkait dengan melemahnya kinerja neraca pembayaran akibat pengaruh kondisi sektor eksternal dan internal yang kurang menguntungkan, sehingga memberikan tekanan yang bersifat fundamental terhadap nilai tukar rupiah. Di sisi eksternal, melambungnya harga minyak dunia dan masih berlanjutnya kebijakan moneter ketat di AS telah memberikan tekanan depresiasi terhadap rupiah. Dari sisi internal, meningkatnya permintaan valas

terutama untuk memenuhi kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri merupakan faktor utama pemicu tekanan terhadap rupiah. Di tengah kondisi pasar keuangan domestik yang masih mengalami kelebihan likuiditas rupiah, permintaan valas semakin terakselerasi sejalan dengan peningkatan ekspektasi depresiasi akibat melonjaknya laju inflasi.

Sepanjang tahun 2007 nilai tukar rupiah bergerak stabil dan secara rata-rata menguat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kestabilan nilai tukar rupiah tersebut didukung oleh kondisi fundamental makroekonomi domestik yang semakin membaik di tengah perkembangan ekonomi dan pasar keuangan global yang bergejolak. Krisis sektor perumahan di Amerika Serikat (subprime mortgage) yang meluas dalam skala global disertai kenaikan harga minyak selama paruh kedua tahun 2007 sempat menimbulkan tekanan depresiasi terhadap nilai tukar rupiah. Namun, dengan kebijakan moneter dan fiskal yang ditempuh secara hati-hati dan konsisten disertai langkah kebijakan stabilisasi nilai tukar yang berhati-hati, tekanan tersebut dapat diminimalkan sehingga secara keseluruhan tahun kestabilan nilai tukar rupiah tetap terjaga.

Perkembangan kurs selama periode penelitian dapat dilihat pada gambar grafik berikut.

commit to user

Gambar 4.2 Grafik Perkembangan Kurs Tahun 2005-2010

Sumber : Hasil olahan Exel

3. Perkembangan Jumlah Uang Beredar (JUB)

Tabel 4.3 Data Perkembangan JUB Tahun 2005-2010 (miliyar)

Bulan TH 2005 TH 2006 TH 2007 TH 2008 TH 2009 TH 2010 Januari 1017491 1194939 1367957 1596565 1874145 2173860 Februari 1014376 1197772 1369243 1603750 1890208 2066481 Maret 1022703 1198748 1379237 1594390 1916752 2111350 April 1046656 1207122 1385715 1611691 1912623 2115125 Mei 1049516 1241865 1396067 1641733 1927070 2192339 Juni 1076526 1257785 1404577 1703381 1937532 2230237 Juli 1092206 1252816 1474769 1706050 1940950 - Agustus 1119102 1284084 1493050 1782811 1955294 - September 1154053 1294744 1516884 1778139 1968510 - Oktober 1168842 1329425 1533846 1812490 1921517 - November 1169085 1361940 1559569 1851023 2062206 - Desember 1192762 1382493 1649662 1865839 2141384 - Rata² 1093609.83 1266977.75 1460881.33 1712321.83 1954015.92 2148232.00

Perkembangan jumlah uang beredar di Indonesia selama periode penelitian mengalami kenaikan. Pada pertengahan tahun 2005-an sampai tahun 2010. volume jumlah uang beredar meningkat rata-rata dari Rp 1.093.609,83 milyar sampai pada Rp 2.148.232,00 milyar. Jumlah uang beredar adalah seluruh uang kartal ditambah dengan uang giral yang tersedia untuk digunakan oleh masyarakat .

Uang m ilik masyarakat yang disimpan di bank dalam bentuk deposito berjangka (time deposits) atau tabungan juga mempunyai ciri yang mendekati uang tunai yang disebut quasy money atau near money. Sedangkan uang beredar dalam arti luas (broad money) adalah uang beredar dalam arti sempit ditambah dengan uang kuasi (quasy money). Dalam keadaan normal, narrow money dan broad money berkembang sejalan satu sama lain sehingga salah satu dapat digunakan untuk melakukan analisa moneter.

Namun dalam keadaan tertentu narrow money mungkin tidak berkembang sejaln dengan perkembangan broad money seperti yang pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1970-an. Pada waktu itu broad money meningkat lebih cepat daripada narrow money karena kenaikan yang mencolok dari deposito berjangka di bank-bank. Hal ini disebabkan beberapa faktor, seperti adanya aliran uang masuk dari luar negeri karena tingkat bunga deposito di Indonesia sangat tinggi. Perubahan kepercayaan masyarakat terhadap nilai uang dapat juga mempengaruhi masing-masing konsep uang beredar secara berbeda.

commit to user

Perkembangan jumlah uang beredar selama periode penelitian dapat dilihat pada gambar grafik berikut.

Gambar 4.3 Grafik Perkembangan JUB Tahun 2005-2010

Sumber: hasil olahan exel

4. Perkembangan Inflasi.

Tabel 4.4 Data Perkembangan Inflasi Tahun 2005-2010

Bln/th 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Januari 7.32 17.03 6.26 7.36 9.17 3.72 Februari 7.15 17.92 6.30 7.40 8.60 3.81 maret 8.81 15.74 6.52 8.17 7.92 3.43 April 8.12 15.40 6.29 8.96 7.31 3.91 Mei 7.40 15.60 6.01 10.38 6.04 4.16 Juni 7.42 15.53 5.77 11.03 3.65 5.05 Juli 7.84 15.15 6.06 11.90 2.71 Agustus 8.33 14.90 6.51 11.85 2.75 September 9.06 14.55 6.95 12.14 2.83 Oktober 17.89 6.29 6.88 11.77 2.57 November 18.38 5.27 6.71 11.68 2.41 Desember 17.11 6.60 6.59 11.06 2.78

Perkembangan inflasi di Indonesia selama periode penelitian mengalami fluktuasi. Pada tahun 2005 inflasi meningkat mencapai sebesar 17,11% dan mengalami penurunan pada tahun 2006 yaitu sebesar 6,60%. Tingkat inflasi yang tinggi sering diikuti oleh tingkat inflasi yang berfluktuasi, yang dalam jangka panjang memberikan dampak negatif terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat terjadi karena ketidakpastian tingkat inflasi yang menyebabkan investor cenderung untuk melakuan investasi finansial jangka pendek yang bersifat spekulatif daripada melakukan investasi proyek riil yang bersifat produktif.

Perkembangan inflasi selama periode penelitian dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut.

Gambar 4.4 Grafik Perkembangan Inflasi Tahun 2005-2010

commit to user

5. Perkembangan Impor.

Tabel 4.5 Data Perkembangan Impor Tahun 2005-2010 (USD)

Bulan TH 2005 TH 2006 TH 2007 TH 2008 TH 2009 TH 2010 Januari 4121400375 4388982677 4283525628 9808052713 9600569249 8090458938 Februari 4781639172 4527922446 4363142463 9842865892 7939043327 8498139407 Maret 5277121821 5410107147 4846580486 12376652560 8554129163 8072641400 April 5112471432 4679661047 5343622188 11646708019 6706761999 10235788469 Mei 4950048943 4097230063 4455362548 12064174699 6841286552 8280350088 Juni 5820662190 5124908542 6214844089 12110556910 7735474878 7176001067 Juli 5585508848 4425023422 9560551055 12869784594 7083341932 - Agustus 5487584600 4704120426 8916797368 9326249588 7107302686 - September 4120730649 4647087264 9791065446 10296068452 8016603276 - Oktober 4863492422 5182043283 11285968535 11932446784 8330126548 - November 4090704973 4309995970 12774125127 9081376305 8114657422 - Desember 5089517191 4068383248 10837845185 11742369708 9099947949 - Rata² 4941740218 4630455461 7722785843 11091442185 7927437082 8392229895

Perkembangan impor di Indonesia selama periode penelitian mengalami fluktuasi periode tahun 2005-an sampai 2010. Nilai tertinggi pada tahun 2008 rata-rata 11.091.442.185 USD sedangkan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 7.927.437.082 USD Indonesia sebagai negara yang banyak mengimpor bahan-bahan pangan yang notabenenya tidak dapat dihasilkan didalam negeri maupun bahan baku industri, mengalami dampak dari ketidakstabilan kurs ini, yang dapat dilihat dari melonjaknya biaya produksi sehingga menyebabkan harga barang-barang milik Indonesia mengalami peningkatan.

Perkembangan inflasi selama periode penelitian dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut.

Gambar 4.5 Grafik Perkembangan Impor 2005- 2010

Sumber: Hasil olahan Exel

B. Analisis Data dan Pembahasan

Dokumen terkait