• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.4 Deskripsi Hasil Penelitian

Informan 1 : Muhammad Ali Akbar Syihab

 Psikologis Komunikasi

Setiap anak memiliki psikologis komunikasi yang berbeda-beda, psikologi dan komunikasi merupakan dua ilmu yang saling berkaitan satu sama lain. Komunikasi dapat dirangkum menjadi sebuah kegiatan bertukar informasi yang dilakukan oleh manusia dengan tujuan mengubah pendapat atau perilaku manusia lainnya, sementara itu perilaku manusia merupakan objek bagi ilmu psikologi. Kuranganya komunikasi akan mengahambat perkembangan kepribadian seseorang, komunikasi amat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman manusia. Komunikasi didalam keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku manusia. Informan pertama ini bernama Muhammad Ali

Akbar Syihab dengan panggilannya “Ali”. Keluarga nya memilih berpisah pada

juni 2014 lalu, Ali merasa pada awal nya komunikasi antara kelurga nnya berjalan baik sebelum ada nya perceraian.

Ali: “Keluarga sebelumnya baik-baik aja. Ayah Ali memang jarang pulang karena nelayan jadikan pulangnya lama-lama. Kadang dua hari, kadang sampai juga seminggu. Jadi, kalau perkelahian dulu jarang terjadi. ayah Ali orang nya gak banyak cakap. Gak banyak cerita, jadi kalau ada hal-hal kecil yang menyebabkan pertengkaran cepat ngatasinya, karena setau ali dulu ayah Ali memang orangnya penyabar.”

Tidak hanya komunikasi yang baik didalam keluarga nya, masalah peran didalam keluarga pun berjalan baik. Ayah nya seorang nelayan yang menurutnya mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarga nya, ibu nya merupakan ibu rumah tangga yang mengurusi dengan baik anak-anaknya. Hanya saja kakak dan abang-abang nya jarang ada di rumah sehingga mereka jarang berkomunikasi langsung satu sama lain.

Ali: “Kalau menurut Ali ya berjalan lah, padla. Ayah ali kerja cari duit sanggup lama-lama pulang ke rumah biar nanti kalau pulang bawa duit banyak, maklum kami enam bersaudara jadi ayah ali harus ekstra kan, karena mamak Ali pun gak kerja kek ibu-ibu karir gitu, mamak Ali kan cuma ibu rumah tangga, paling ngurusin kami lah, ngurusin rumah walaupun kadang-kadang sering juga ngurusin tetangga (tertawa). Bercanda ali. Ya, namanya juga mamak-mamak sering begosip lah ya kan. Ya, kalo abang Ali dia uda nikah, jadi gak ada dirumah. Kakak Ali, abang

Ali yang satu lagi sama Ali sibuk juga sama kerja kami. Kakak Ali tu kerja di padang jadi jarang pulang. Abang Ali yang belum nikah di medan kerjanya juga jarang pulang. Ali ya di medan lah, di kantor pajak tapi cemanapun Ali dari dulu sampai sekarang tetap diusahakan seminggu itu harus ada sekali pulang. Kalau adik-adik ali yang dua, Bunga sama Zahra itu sibuk sama sekolahnya. Orang itu apa lah tau nya padla, cuma main-main aja lah masih SD. Jadi kalau menurut ali masalah peran dalam keluarga cukup lah berjalan kek keluarga-keluarga yang lain juga. Cuma nasibnya aja yang beda sekarang”

Ayahnya merupakan seseorang yang tidak banyak bicara, komunikasi antara dia dan ayahnya hanya sebatas masalah pendidikannya selebihnya ia lebih banyak bercerita dengan sang ibu ketika keluarga nya belum memutuskan untuk bercerai. komunikasinya dengan kakak dan abangnya juga tidak terlalu sering karena terhambat dengan pekerjaan masing-masing, kedua adiknya juga tidak bisa diajak begitu aktif dalam berkomunikasi karena faktor usia, adiknya masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD).

Ali: “Ali lebih dekat dulu sama mamak. Ya karena itu tadi, ayah Ali kan jarang pulang dan karena Ali juga kan anak laki-laki jadi jelas lah lebih dekat sama mamak daripada sama ayah Ali. Dulu kalo mamak ga ada satu jam aja di rumah udah heboh kali Ali cari-cari. Tanya abang, tanya kakak

“mamak kemana”, tapi kalau ayah, kalau gak ada di rumah udah biasa. Lagian gak enak kalo mau cerita ke ayah, karena ya memang ayah Ali orangnya pendiam gak banyak bicara. Jadi ibaratnya kalau kita ngomong gak ada feedbacknya lah. Cuma dulu Ali, ayah, mamak, kakak, abang, adik-adik Ali ya sering lah cerita-cerita. Kalau lagi ngumpul ngomong-ngomong juga. Ya pinomat ayah Ali nanya masalah sekolah kami lah. Walaupun endingnya “Oooh” dibilang ayah Ali, tapi setidaknya ada lah cerita kami sekeluarga itu”

namun sekarang ini ketika keluarganya berpisah komunikasi nya dengan sang ibu tidak seperti dulu lagi, sementara komunikasi nya dengan sang ayah masih tetap sama, hal ini terjadi karena Ali dan adik-adiknya tinggal di rumah bersama ayahnya sehingga jarang ketemu dan berkomunikasi dengan sang ibu.

Ali : “Ali dan adik-adik ali tinggal bersama di rumah ayah, mamak Ali tinggal tempat nenek. Karena kan mamak Ali yang minta cerai dan pergi dari rumah, tapi ayah Ali tetap bagi lah bagian mamak Ali. dulu tempat curhat Ali mamak Ali, sekarang teman-teman lah. Kalau sama ayah tetap sama kayak dulu waktu orang tua belum cerai, ayah nelayan jadi jarang pulang, kalau pun cerita-cerita paling juga masalah sekolah adik atau kalau Ali atau adik-adik lagi sakit pertama ceritanya ke ayah dulu baru ke

Jika komunikasi Ali dengan ayah nya masih baik dan komunikasi nya dengan sang ibu seolah ada jarak, berbeda pula komunikasi antara ayah dan ibu nya, ia tidak bisa memastikan mengenai komunikasi kedua orang tua nya pasca bercerai, namun yang ia ketahui bahwa sudah tidak ada lagi komunikasi yang terjadi antara ayah dan ibu nya setelah bercerai.

Ali : ‘“Kalau masalah komunikasi langsung ayah sama mamak ali keknya gak ada lagi lah, padla. Tapi tak tau lah kalau melalui sms atau telpon ya. Paling kalau mamak Ali kemari nanya kondisi ayah Ali sama kami. “sehat

ayah kalian kan?” paling gitu lah padla. Ayah ali pun bukan orangnya yang suka main-main gadget kek kita sekarang ini, suka ber sms ria, ngabisin pulsa buat nelpon. Ayah Ali tak masa kekgitu pula orang nya, bagus dia fokus ke laut, cari ikan (tertawa). Tapi ya, kalau hubungan istilahnya gak ada lah dendam, benci atau apapun ya kan. Mereka tetap menjadi ayah dan mamak lah buat kami, walaupun mamak bagi ayah Ali udah bukan istri lagi ya kan melainkan mantan istri, tapi bagi Ali tetap lah dia mamak Ali, mana ada istilah mantan mamak ya kan.”

Banyak perubahan yang akan terjadi antara orang tua dengan anak-anaknya ketika memilih untuk berpisah, selain komunikasi dan perilaku, bimbingan kedua orang tua bisa jadi berbeda antara keluarga masih utuh dan keluarga yang telah bercerai.

Ali: “Sekarang Ali lebih bebas kek nya padla. Mulai lebih dewasa juga semenjak ditinggal mamak. Dulu ya kan mau pakai baju gonta-ganti terserah, sekarang aduh pikir panjang, malas kali mau nyucinya (tertawa). Kalau bimbingan dari ayah tetap sama yang penting gak macam-macam, gak ada cewe tidur dirumah, sama ayah yang penting kerja masih dalam keadaan bagus, Berteman juga sama yang bagus. Jangan sampai mabuk-mabukan atau segala macam hal-hal diluar yang merusak masa depan lah padla.”

Awalnya bimbingan dari seorang ibu memang dirasakan begitu ketat oleh Ali, Ibu pun menjadi tempat cerita yang baik dan nyaman bagi Ali, Namun setelah keluarga bercerai ali menjadi kan teman-temannya menjadi tempat untuk segala cerita-ceritanya.

Ali: “kalau Ali mau cerita-cerita, cerita apa pun itu sekarang ini ke teman-teman, sampai urusan privasi Ali, kayak masalah keluarga Ali cerita nya ke teman-teman. Kalau dulu Ali ga mau cerita ke teman-teman karena takut ga bisa jaga rahasia jadi ceritanya ke mamak dulu, kalau minta pendapat baru ke teman-teman. Tapi sekarang ini semua masalah Ali cerita-in ke teman-teman, teman-teman dekat aja. Teman-teman yang tahu

semua masalah Ali. Tapi gitu pun Ali tetap mau cerita-cerita juga sama mamak tapi ga banyak lagi, udah susah juga, sekarang pun Ali udah dapat nyaman nya cerita sama teman-teman itu,”

Ali sekarang menjadi lebih dekat kepada temannya, dulu teman-teman hanya dianggap sebagai tempat bersenang, sekarang menjadi tempat segala cerita hidupnya. Komunikasi nya dengan sang ibu pun mulai berkurang semenjak keluarga memutuskan untuk bercerai, hal ini dimungkinkan karena jarak yang tidak sering ketemu lagi. Perasaan sedih merupakan suatu hal yang tidak mungkin dipungkiri dari anak-anak broken home.

Ali: “Sedih sama malu pasti lah waktu orang tua milih cerai. Sempat sedih juga, apalagi malu sama kawan-kawan kalau tahu orang tua ali udah pisah. Ali jadi kesal, sempat marah juga sama mamak kenapa minta cerai, sempat Ali diamin juga mereka, tapi namanya orang tua mana mungkin bisa

didiamin terus, lama kelamaan Ali jadi tahu ini yang terbaik”

Perubahan sikap dalam berkomunikasi pun terjadi pada Ali, Ali pada awalnya sempat mendiami kedua orang tua nya, namun lama-kelamaan hal itu tidak dilakukan lagi, karena tidak mungkin seorang anak mendiami kedua orang tuanya dengan jangka waktu yang panjang. Tapi dapat dikatakan komunikasi nya yang awalnya termasuk dekat dengan ibu, sekarang memiliki jarak. Jarak tersebut juga mempengaruhi sikap nya dalam kehidupan sehari-hari, jarak membuat ali dan sang ibu jarang ketemu dan berkomunikasi sehingga membuat perubahan pada sikap ali terhadap kedua orang tua dan didalam kehidupannya sehari-hari.

Ali: “kalau masalah sikap, Ali sempat tertutup karena malu, jadi sempat ga mau ketemu sama teman-teman, kalau ketemu di jalan Ali malu kali. Marah juga sama mamak kenapa minta cerai, merasa jadi anak yang ga beruntung. Kalau sama mamak sama ayah perubahan sikap nya jadi ga dekat dengan mamak yang dulu nya tempat curhat sekarang udah ga lagi, tapi komunikasi tetap dijaga walaupun kadang-kadang seminggu cuma sekali bisa nelpon. Sekarang jadi diri sendiri ga bergantung sama orang

tua lagi”

Perubahan sikap pun tidak hanya terjadi terhadap kedua orang tuanya saja, ali merasa perubahan sikap yang kuat juga dirasakan dengan teman-temannya.

Ali: “kalau perubahan sikap sama teman-teman ada, Ali kan sekarang udah besar. Dulu waktu mamak Ali belum pisah, Ali termasuk orang yang ga bisa berkeliaran, kalau main-main sama teman diluar paling lama juga jam sebelas malam harus udah di rumah. Nanti kalau teman-teman nginap di rumah, jam sebelas udah ga bisa ribut-ribut, kadang kan kami suka

main-main gitar, nama nya juga anak lajang tapi mamak ga bolehin ribut-ribut gitu. Tapi sekarang ga ada mamak lagi di rumah, kawan-kawan pada sering nginap, kadang ga terkontrol ribut nya, cuma Ali juga sering jaga-jaga, jangan sampai ribut-ribut kali, kasihan juga adik-adik. Sekarang lebih bebas, terasa kebebasan itu, Ali bisa mau nginap ke rumah teman, mau kesana, mau kemari, boleh-boleh aja. Ayah juga jarang pulang, adik-adik juga udah terbiasa tidur sendiri-sendiri.”

Pengaruh keluarga broken home terjadi pada perubahan komunikasi dan sikap anak. Perubahan tersebut bukan hanya berdampak pada kedua orang tua, keluarga maupun teman. Melainkan juga lingkungan. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan sikap seseorang. Bagaimana seorang dari anak broken home menghadapi lingkungannya.

Ali: “kalau hubungan sama lingkungan gak gitu kali lah padla. Kalau lingkungan nya baik ya ali mendekat, kalau lingkungan nya ali rasa buruk ya ali tak mau terlibat. Ali bukan orang yang aktif di lingkungan rumah Ali ini, karena Ali rasa pun lingkungan disini gak aktif juga dalam melakukan kegiatan sosial, ya jadi nya tertutup juga kesempatan kita untuk berbuat sosial kan karena lingkungan juga tidak berbuat. Tapi kalau ada sesuatu hal yang dibuat di lingkungan ini yang baik ya kalau sempat ali pun ikut

serta padla.”

 Konsep Diri

Tidak hanya berpengaruh pada komunikasi dan sikap, konsep diri seorang anak bisa berubah ketika anak tersebut mengalami suatu masalah hidup yang tertekan, termasuk anak-anak dari keluarga broken home ini. Banyak anak masih tegar mengahadapi keluarga broken home, namun tidak sedikit keluarga yang kecewa, sedih dan sebagainya ketika menghadapi keluarga broken home. Konsep diri seseorang dapat dilihat dari bagaimana ia memandang diri nya sendiri, penilaian itu terjadi awalnya dipengaruhi dari konsep atau penilaian orang lain terhadap dirinya. Seorang teman Ali yang bernama Satria, penulis jadikan sebagai sumber yang dapat membantu penulis dalam penilaian nya terhadap sosok Ali.

Satria: “Menurut saya Ali berubah drastis, dari yang dulu saya kenal dia orang nya pemalu sekali sekarang menjadi orang yang banyak cerita. Tapi orang nya mudah suntuk, suka marah-marah, suka merajuk juga tapi tetap gentle. Pintar anaknya, kalau dalam berteman kadang pelit juga, berhitungan tapi tetap baik, peduli dengan teman-teman yang susah. Kalau untuk keluarganya Ali orang yang baik, sayang sama adik-adik nya. Ali sama saya cerita semua tentang masalahnya, orang nya terbuka, kalau ada

masalah langsung cerita. Oiya, tapi sekarang dia masih tetap ada sifat-sifat pemalu, pemalu di depan cewe yang baru dia kenal, jadi kalau ketemu sama cewe wajahnya langsung merah (tertawa). Tapi saya pribadi senang berteman dengan Ali walaupun orang nya berhitungan tapi tetap peduli, kalau kami lagi ada masalah, dia mau bantu walaupun dia sekarang udah sukses tapi tetap baik, ga sombong.

Selain pendapat dari salah seorang teman terdekat Ali, penulis juga bertanya langsung dengan Ali mengenai konsep dirinya, siapa dia menurut penilaian dari dirinya sendiri.

Ali: “Ali orang nya pemalu, iya, pemalu kali tapi sama orang yang baru

kenal. Kalau sama yang udah dekat ada “gila-gila” nya juga (tertawa), terus Ali orang nya kalau ada masalah lebih suka diceritain dari pada di pendam sendiri, kalau udah diceritain ada kepuasan pribadi. Ali juga orang nya pekerja keras, apa yang Ali mau Ali usahain harus bisa didapat, sayang sama keluarga, Ali egois kadang suka marah-marah ga jelas kalau kata teman-teman, tapi menurut Ali, Ali kalau marah-marah pasti jelas karena ada sebabnya. Berusaha untuk tetap bersikap baik, tidak sombong lah tapi orang tetap aja banyak bilang Ali sombong (tertawa). Itulah Ali.”

Ali menyatakan anak yang sayang dengan keluarga, rasa sayangnya diungkapkan dalam bentuk perhatian, kasih sayang, dan lain sebaginya. Namun setiap anak merupakan sebuah kesulitan baginya dalam memposisikan dirinya kepada kedua orang tua yang sudah berpisah, karena jarak bisa saja membuat seseorang semakin dekat maupun semakin jauh.

Ali: “ Ali biasa aja memposisikan diri Ali baik dengan mamak maupun dengan ayah. Ali yang sekarang tetap Ali yang dulu. Tetap jadi anak dari ayah dan mamak Ali. Yang membedakan paling cuma sekarang ini Ali lebih tahu tentang ayah Ali lah daripada mamak Ali, karena jarak juga kan. Tapi sebisa mungkin memposisikan diri secara adil lah. Kalau ayah lagi butuh bantu ayah, kalau mamak lagi butuh bantu mamak. Toh, mamak maupun ayah gak pernah melarang Ali untuk dekat sama ayah maupun sama mamak.”

Seorang anak kadang menjadi tertekan dalam memposisikan diri menjadi seorang anak dihadapan kedua orang tua nya yang telah berpisah, Namun Ali tetap mampu memposisikan dirinya dihadapan kedua orang tua. Berbeda dengan cara dia memposisikan diri dengan teman-teman nya, Ali menyatakan sedikit susah dalam menyesuaikan diri dengan teman-teman yang memiliki keluarga yang utuh, Ali merasakan ada sifat malu yang mendalam ketika berada ditengah keluarga teman-teman nya.

Ali: “Ali malu sama teman-teman waktu tahu keluarga Ali cerai, tapi bukan cuma sama teman-teman aja padla, sama keluarga dari teman-teman Ali yang lebih malu, Ali merasa takut diberi pandangan buruk dari keluarga-keluarga teman Ali tentang keluarga Ali, ada segan juga. Kadang-kadang mamak nya kawan-kawan Ali kalau Ali main ke rumah, orang itu nanyai tentang keluarga Ali kenapa bisa cerai, Ali malu lah

padla”

Berada ditengah teman-teman yang memiliki keluarga yang utuh juga menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Ali karena keluarga temannya dianggap sebagai keluarga nya sendiri, namun perasaan sedih tetap dirasakan oleh seorang anak yang tidak memiliki keluarga yang utuh layaknya keluarga-keluarga lain yang masih utuh.

Ali: “Iri, Sedih tapi senang juga lah. Iri karena keluarga Ali tak seperti mereka. Sedih karena orang tua udah pisah, gak sama-sama lagi. Ya senang karena keluarga teman-teman Ali, Ali anggap keluarga ali sendiri juga. Senang karena keluarga teman-teman ali masih utuh kan. Kalau udah gak utuh lagi sama lah kek Ali, jadi Ali pun pasti sedih juga. Double jadi sedihnya kalau kek gitu kan.”

Enam bulan sudah Ali mengalami hidup menjadi anak yang berasal dari keluarga yang broken home, bukan lah waktu yang sebentar bagi Ali dalam membiasakan diri untuk hidup jauh dari ibu nya.

Ali: “Belum juga. Sampai sekarang Ali masih merasa utuh lah. Masih ada ayah, mamak, abang, kakak sama adik-adik Ali. Yang beda Cuma mamak udah gak tinggal di rumah lagi. Kalau abang sama kakak, Ali udah biasa, orang itu kan memang jarang pulang sibuk sama kerjaannya.”

Perasaan dan penilaian Ali pun sekarang ini berubah dari seorang anak yang manja menjadi sosok anak yang mandiri, perubahan itu terjadi karena faktor usia maupun sejak keluarga nya telah bercerai sehingga membuat ali harus mandiri dalam menyikapi kehidupannya.

Ali : Berbeda pasti lah padla. Dulu masih kekanak-kanakan, sekarang udah agak dewasa lah menghadapi hidup. Mungkin ada hikmah di balik kejadian, tetap bersabar, bersyukur juga. Ambil hikmah dari setiap kejadian. Kalau disuruh deskripsikan tentang Ali ya Menurut ali, ali orangnya yang penting disiplin, terbuka dan apa adanya dan juga menerima segala masukan yang sifatnya membangun dan ali juga sering menyampaikan pendapat ali dengan baik namun ali orangnya gak mudah juga menerima kritikan karena menurut ali kritikan itu ada yang sifatnya membangun dan ada yang tidak.”

Walaupun sempat tertekan, sedih dan merasa malu terhadap masalah yang terjadi didalam keluarganya, Ali merupakan anak yang mampu bertahan, walaupun pada awal nya sulit bagi Ali dalam menerima kondisi ini, Ali tetap bangkit dan sekarang Ali merupakan mahasiswa yang berprestasi, Ali lulus di Sekolah Tinggi Akutansi Negara pada tahun 2011 selama satu tahun dan berhasil meluluskannya pada tahun 2012, sekarang Ali telah bekerja di kantor pajak kota Medan. Dengan begitu, walaupun berasal dari anak broken home, Ali tetap pernah menerima pujian-pujian dari orang lain atas prestasi-prestasinya.

Ali: Sikap Ali ketika menerima pujian dari orang lain itu ya senang lah pasti, karena itu kan merupakan keuntungan bagi kita berarti apa yang kita lakukan mendapat respond yang baik dari orang dan kita juga diakui keberadaan kita bagi orang lain ya kan dan pujian yang kita peroleh itu juga dijadikan sebagai batasan bagi kita juga lah agar kita tidak sombong, bisa dikatakan pujian itu sebagai benteng bahwa tak selamanya pujian itu membuat kita tinggi hati tapi juga sebagai memotivasi diri kita menjadi lebih baik lagi. Pujian itu bagi Ali hanya sebagai awal, istilahnya Triger agar kita lebih baik lagi kedepannyalah gitu.”

Selain pujian terdapat juga berbagai kritikan, ternyata Ali tidak mudah menerima semua kritikan dari orang lain.

Ali : Ali gak mudah nerima kritikan, padla. Jika pun Ali di krikitik. Ali bakal lihat itu kritikan sifatnya membangun atau tidak. Intinya kritik itu Ali saring dulu lah padla, apakah kritik itu betul-betul bersifat membangun atau tidak. nah, kalau kritik itu memang bersifat membangun dan baik bagi Ali ya ali terima, namun kalau kritik itu sifatnya hanya sekedar

Dokumen terkait