• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data sebagai suatu metode yang independen terhadap metode yang analisis data bahkan menjadi alat utama metode dan teknik analisis data.

Pengumpulan data dan informasi melalui informan dilakukan dengan dua cara, yaitu:

(1) Penelitian lapangan

a. Wawancara mendalam (in-depth interview)

Tipe wawancara ini adalah tidak terstruktur, yaitu tidak memiliki setting wawancara yang baku. Penyampaian dan peruntutan pertanyaan akan berbeda dari wawancara ke wawancara. Tetapi peneliti tetap membuat interview guide yang akan menjadi panduan dalam wawancara dengan informan. Wawancara oleh pewawancara dengan informan dilakukan secara langsung (tatap muka) dengan

jumlah pertemuan tidak ditetapkan, sesuai kebutuhan informasi (materi informasi). Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode wawancara

sekaligus dia bertindak sebagai “pemimpin” dalam wawancara tersebut. informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh pewawancara. Materi wawancara adalah tema yang dinyatakan kepada informan, berkisar antara masalah atau tujuan penelitian (Bungin,2008:108). Metode wawancara mendalam adalah sama seperti metode wawancara lainnya. Hanya peran pewawancara, tujuan wawancara, peran informan dan cara melakukan wawancara berbeda dengan wawancara lainnya.

b. Observasi Partisipasi (Participant Observer)

Sebagai pembanding, peneliti akan melakukan observasi atau pengamatan langsung ke lapangan. Misalnya, dengan melakukan kunjungan ke rumah keluarga broken home yang memiliki anak remaja.

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan manusia dengan menggunakan pancaindera mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindera lainnya seperti: telinga, penciuman, mulut dan kulit. Seseorang yang sedang melakukan pengamatan tidak selamanya menggunakan panca indera mata saja, tetapi selalu mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa yang dihasilkan oleh panca indera lainnya. Seperti: apa yang ia dengar, apa yang ia cicipi, apa yang ia cium dari penciumannya bahkan dari apa yang ia rasakan dari sentuhan-sentuhan kulitnya (Bungin, 2008: 115-117).

(2) Penelitian Kepustakaan

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari dan mengumpulkan data literatur dari sumber bacaan yang relevan untuk mendukung penelitian. Dalam hal ini, penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca atau mencari buku, majalah, surat kabar, jurnal, internet dan sebagainya yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian. Sebelum melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu membaca literatur yang berkaitan dengan penelitian. Dalam hal ini adalah literatur maupun bacaan yang berkenaan dengan psikologis komunikasi dan self disclosure khususnya pada anak remaja yang termasuk dalam keluarga broken home.

3.5.1 Penentuan Informan

Penentuan informan dalam penelitian kualitatif berfungsi untuk mendapatkan untuk mendapatkan informasi yang maksimal. Pada penelitian ini, yang menjadi informan penelitian adalah anak remaja yang berusia 10-22 tahun yang termasuk dalam keluarga brokenhome di Kecamatan Tanjung Beirngin Kabupaten Serdang Bedagai.

Pada penelitian ini, teknik penentuan informan adalah dengan menggunakan teknik Purposive Sampling Technique. Purposive Sampling Technique adalah cara penentuan sejumlah informan sebelum penelitian dilaksanakan dengan menyebutkan secara jelas siapa yang dijadikan informan serta informasi apa yang diinginkan dari masing-masing informan (Bungin, 2008 : 138). Penggunaan purposive sampling artinya dengan memilih nara sumber yakni anak remaja Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai yang berusia 10-22 tahun dan termasuk dalam keluarga broken home (orang tua cerai hidup) yang dapat menjabarkan tentang konsep dirinya serta keterbukaannya dengan orang lain.

Demi sempurnanya penelitian ini perlu juga mendapat masukan dari unsur lain, seperti teman dekat, kerabat atau penduduk setempat yang mengetahui dan dapat menjabarkan tentang informan tersebut dalam berkehidupan sosialnya.

3.5.2 Keabsahan Data

Keabsahan data adalah setiap keadaan harus mendemontrasikan nilai yang benar, menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan dan memperbolehkan keputusan luar yang dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya (Moleong, 2005).

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Triangulasi

Teknik triangulasi lebih mengutamakan efektivitas proses dan hasil yang diinginkan. Triangulasi dapat dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil yang digunakan sudah berjalan dengan baik.

a. Peneliti menggunakan wawancara mendalam dan observasi partisipasi untuk mengumpilkan data. Maka pastikan setiap wawancara telah terhimpun catatan wawancara dengan informan dan catatan observasi. b. Setelah itu dilakukan uji silang terhadap catatan-catatan tersebut untuk

memastikan tidak ada informasi yang bertentangan antara catatan wawancara dengan catatan observasi. Apabila catatan-catatan tersebut relevan, peneliti harus mengonfirmasi kembali kepada informan.

c. Hasil konfirmasi perlu diuji kembali dengan informasi sebelumnya. (Bungin, 2008:252).

Proses triangulasi dilakukan terus-menerus sepanjang proses mengumpulkan data dan menganalisis data sampai suatu saat peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan.

Uji keabsahan melalui triangulasi dilakukan karena dalam penelitian kualitatif, untuk menguji keabsahan informasi tidak dapat dilakukan dengan alat-alat uji statistik, begitu pula materi kebenaran tidak diuji berdasarkan kebenaran alat, sehingga substansi kebenaran apabila kebenaran itu mewakili kebenaran orang banyak. Kebenaran bukan hanya muncul wacana etnik dari masyarakat yang diteliti. (Bungin:2008:253).

2. ketekunan pengamatan

ketekunan pengamatan bertujuan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Kemudian menelaah secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. Teknik ini menuntut agar peneliti mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara tentatif dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan.

Dokumen terkait