• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Deskripsi Hasil Penelitian

Untuk Tes P-F ini, ada 6 kategori jenjang untuk masing-masing kategori penskoringan. Kategori-kategori tersebut telah disepakati dan dibuat menjadi norma.

1. Extraggression (E-A)

Agresi dengan jelas dinampakkan pada lingkungan dengan menekankan pada peristiwa frustrasinya (extrapeditive atau E’), menyalahkan pihak lain untuk frustrasinya (extrapunitive atau E), atau dengan menempatkan orang lain sebagai yang berkewajiban untuk memecahkan masalah (extrapersistive atau e).

Tabel 6. Klasifikasi E-A Klasifikasi Subjek

Rendah 49

Sedang 1

Tinggi 9

Jumlah 59

Subjek yang masuk dalam kelompok rendah sebanyak 49 orang. Ini berarti sebanyak 49 orang tidak menampakkan agresinya dalam respon. Mereka tidak juga menyalahkan pihak-pihak lain untuk

situasi frustrasi yang mereka alami, dan mereka tidak menggantungkan solusi dari masalah mereka pada orang lain. Subjek dengan skor seperti ini dapat dikatakan tidak agresif dan mempunyai toleransi terhadap frustrasi yang cukup tinggi.

Subjek yang masuk dalam kelompok sedang sebanyak 1 orang. Ini mengindikasikan bahwa dalam respon-responnya subjek menampakkan agresinya, baik yang ditekankan pada peristiwa yang membuatnya frustrasi, atau dengan menyalahkan orang lain.

Untuk kelompok tinggi dalam kategori E-A ini sebanyak 9 orang. Bisa dipastikan bahwa kesembilan subjek ini mempunyai toleransi frustrasi yang rendah, karena dalam setiap respon-responnya banyak sekali agresi yang dinampakkan. Subjek dengan agresif menyalahkan pihak lain atau tidak mau mengakui kesalahannya. Subjek juga tidak memberikan solusi pada peristiwa yang ia alami, namun membebankan pada orang lain untuk memecahkan masalahnya.

2. Intraggression (I-A)

Subjek mengalihkan agresinya menjadi ke dalam dirinya sendiri, dengan menerima frustrasi sebagai sesuatu yang bermanfaat atau hikmah (intropeditive atau I’), dengan mengakui kesalahannya (intropunitive atau I), atau dengan menerima tanggung jawab untuk memperbaiki situasi frustrasi yang ditimbulkan (intropersistive atau i).

Tabel 7. Klasifikasi I-A Klasifikasi Subjek Rendah 11 Sedang 0 Tinggi 48 Jumlah 59

Subjek yang masuk dalam kelompok rendah hanya 11 orang saja. Ini ditunjukkan dengan respon-respon dari subjek yang hampir tidak pernah menerima situasi frustrasinya. Karena tidak bisa menerima maka ia juga tidak bertanggung jawab atas situasi-situasi tersebut. Subjek seperti ini bisa dikatakan mempunyai toleransi frustrasi yang rendah.

Untuk kelompok tinggi, ada 48 orang yang masuk dalam kriteria normanya. Hal ini dapat diartikan bahwa subjek mau menerima peristiwa frustrasi tersebut sebagai sesuatu yang bermanfaat. Subjek juga mau mengakui kesalahannya dan bertanggung jawab untuk memperbaiki situasi tersebut dengan ganti rugi yang dianggap menyenangkan bagi pihak pertama. Subjek yang masuk dalam kelompok ini dapat dikatakan mempunyai toleransi frustrasi yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari jawaban-jawaban subjek yang

sebagian besar memposisikan dirinya sendiri sebagai orang yang bertanggung jawab atas situasi frustrasi yang terjadi.

3. Imaggression (M-A)

Agresi dipadamkan atau dihindari oleh subjek, dan situasi frustrasi digambarkan sebagai sesuatu yang tidak berarti (impeditive

atau M’), dianggap tidak terelakkan atau tidak dapat dihindari (impunitive atau M), atau mungkin diperbaiki oleh subjek hanya dengan menunggu atau menyesuaikan pada keadaan (impersistive atau m).

Tabel 8. Klasifikasi M-A Klasifikasi Subjek

Rendah 14

Sedang 0

Tinggi 45

Jumlah 59

Ada 14 orang subjek yang masuk dalam kelompok rendah. Dari respon-responnya dapat dilihat bahwa subjek tidak bisa menerima hampir setiap situasi frustrasi yang ia alami. Disini subjek justru lebih banyak menunjukkan agresinya dalam menanggapi setiap peristiwa yang ia alami.

Untuk kelompok tinggi pada M-A terdapat 45 orang. Hal ini menunjukkan bahwa subjek memadamkan agresinya dan membuat situasi frustrasinya menjadi sesuatu yang tidak terelakkan. Biasanya ditunjukkan dengan jawaban-jawaban yang berindikasi memaafkan orang lain yang membuatnya frustrasi. Subjek yang masuk dalam kelompok ini dapat dipastikan mempunyai toleransi frustrasi yang tinggi, karena sebagian besar respon yang diberikan subjek mengarah pada pengabaian frustrasinya, banyak subjek juga menjawab dengan jawaban “tidak apa” untuk situasi frustrasi yang disebabkan oleh orang lain. Kesabaran adalah kuncinya, sehingga subjek juga bisa dengan santai membiarkan waktu yang akan mengatasi situasi yang frustrasi tersebut.

4. Obstacle-Dominant (O-D)

Disini rintangan yang terdapat dalam peristiwa dititikberatkan pada respon dengan menekankan beratnya frustrasi tersebut (extrapeditive atau E’), dengan mengartikan frustrasinya sebagai hikmah (keuntungan) daripada sebuah rintangan (intrapeditive atau I’), atau dengan menghilangkannya sebagai sesuatu yang tidak terlalu penting (impeditive atau M’).

Tabel 9. Klasifikasi O-D Klasifikasi Subjek Rendah 38 Sedang 7 Tinggi 14 Jumlah 59

Terdapat 38 orang subjek yang masuk dalam kelompok rendah. Dengan skor ini dapat disimpulkan bahwa subjek dalam responnya cenderung untuk tidak menyalahkan pada keadaan. Subjek melihat dirinya sebagai yang bertanggung jawab untuk situasi frustrasi yang sedang terjadi. Bukan rintangan yang menjadi titik beratnya dalam tiap responnya, melainkan dirinya sendiri. Hasil yang seperti ini menunjukkan bahwa subjek mempunyai toleransi frustrasi yang tinggi.

Untuk kelompok sedang, ada 7 orang yang masuk dalam klasifikasi kelompok ini. Sebagian besar dari subjek ini menitikberatkan frustrasinya dikarenakan oleh suatu rintangan yang menghalangi subjek untuk mencapai keinginannya. Kebanyakan subjek hanya terpaku pada rintangannya saja dan mereka jarang mempunyai solusi untuk penyelesaiannya. Disini subjek kadang mengingkari

frustrasi yang ia alami dan menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak penting bagi dirinya.

Untuk kelompok tinggi dalam O-D terdapat 14 orang yang masuk dalam klasifikasinya. Subjek-subjek ini menekankan frustrasinya pada rintangan, dan bukan pada pelaku yang mengakibatkan subjek menjadi frustrasi. Sehingga frustrasinya lebih disebabkan oleh keadaan lingkungan atau keadaan diluar dirinya.

5. Ego-Defensive (E-D)

Dalam setiap responnya subjek banyak memakai egonya, dan ia bisa menyalahkan orang lain (extrapunitive atau E), dirinya sendiri (intropunitive atau I), atau tidak seorangpun (impunitive atau M).

Tabel 10. Klasifikasi E-D Klasifikasi Subjek

Rendah 33

Sedang 1

Tinggi 25

Jumlah 59

Ada 33 orang yang masuk dalam kelompok rendah dalam E-D. Disini subjek tidak banyak memakai egonya dalam setiap situasi frustrasi yang dialaminya. Respon yang diberikan subjek lebih mengarah pada pemecahan masalah atas situasi frustrasi yang dialami

subjek, sehingga subjek banyak memakai rasionalitas untuk menanggapi suatu situasi frustrasi.

Untuk kelompok sedang, terdapat 1 orang yang masuk klasifikasinya. Subjek-subjek tersebut merespon situasi frustrasi dengan memakai egonya, bisa dengan menyalahkan orang lain, menyalahkan dirinya sendiri, atau bahkan memaafkan orang yang membuat subjek menjadi frustrasi. Ego disini tidak selalu berkonotasi negatif, namun bisa juga ego yang dipakai dengan maksud yang positif.

Sedangkan untuk kelompok tinggi, terdapat 25 orang yang masuk dalam klasifikasinya. Ego berperan sangat besar dalam setiap respon yang dihasilkan oleh 25 orang subjek tersebut. Skor yang diperoleh oleh subjek-subjek diatas lebih menunjukkan pemakaian unsur E (extrapunitive) dalam respon-responnya, sehingga ini berarti subjek banyak menggunakan egonya yang berkonotasi negatif, yaitu dengan menyalahkan orang lain untuk menjadi penyebab situasi frustrasi. Bisa dipastikan, subjek mempunyai toleransi frustrasi yang rendah.

6. Need-Persistence (N-P)

Respon-respon dari subjek mengarah pada pemecahan masalah dari situasi frustrasi, dan reaksinya mengharapkan pelayanan dari orang lain untuk solusinya (extrapersistive atau e), atau menempatkan diri subjek sendiri untuk memperbaiki kesalahan tersebut

(intropersistive atau i), atau menggantungkannya pada sang waktu untuk menjadi solusi dan berharap keadaan yang berikutnya akan menjadi normal dengan sendirinya (impersistive atau m).

Tabel 11. Klasifikasi N-P Klasifikasi Subjek Rendah 21 Sedang 4 Tinggi 34 Jumlah 59

Untuk kelompok rendah terdapat 21 orang yang masuk dalam klasifikasinya. Disini subjek kurang mampu untuk menemukan solusi pada setiap situasi frustrasi yang dialaminya. Sehingga dapat dikatakan bahwa subjek-subjek tersebut mempunyai toleransi frustrasi yang rendah.

Pada kelompok sedang terdapat 4 orang yang masuk dalam klasifikasinya. Disini subjek banyak memakai kemampuannya untuk memecahkan masalah dalam setiap menghadapi situasi frustrasi.

Sedangkan untuk kelompok tinggi terdapat 34 orang. Pada kelompok ini, subjek-subjeknya banyak memakai kemampuannya untuk memecahkan masalah dalam setiap situasi frustrasi yang

dialaminya. Bisa dikatakan subjek mempunyai toleransi frustrasi yang tinggi.

Setelah mengkategorisasikan keseluruhan skor-skor yang telah diperoleh oleh subjek, selanjutnya adalah mengkelompokkan mereka kedalam 3 kelompok, yaitu kelompok yang mempunyai tingkat toleransi frustrasi yang tinggi, kelompok yang mempunyai tingkat toleransi sedang, dan kelompok yang mempunyai tingkat toleransi frustrasi yang rendah (Lihat lampiran 6 hal. 125). Untuk kelompok dengan tingkat toleransi frustrasi yang tinggi, maka diperlukan skor tinggi dalam I-A, M-A, dan N-P, kemudian juga diperlukan skor rendah dalam E-A, O-D, dan E-D. Untuk kelompok dengan tingkat toleransi sedang , skor rendah dan skor tinggi untuk keenam kategori mempunyai perbandingan yang sama. Sedangkan untuk kelompok dengan tingkat frustrasi yang rendah, maka diperlukan skor rendah dalam I-A, M-A, dan N-P. Kemudian juga diperlukan skor tinggi dalam E-A, O-D, dan E-D. Untuk mempermudah penggolongan ini, maka dibuatlah sebuah grafik toleransi frustrasi yang tinggi dan yang rendah, yaitu sebagai berikut:

Dokumen terkait