• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Toleransi Frustrasi

2. Toleransi Frustrasi pada Dewasa Dini

Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan memainkan peran baru, seperti peran suami/istri, orang tua, dan pencari nafkah, dan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini. Penyesuaian diri ini menjadikan periode ini suatu periode khusus dan sulit dalam rentang hidup seseorang (Hurlock, 1999). Bagi sebagian orang pada masa ini, menemukan tempat dalam masyarakat dewasa dan mencapai kehidupan yang lebih mapan

membutuhkan waktu yang lebih panjang dari yang kita bayangkan. Pada masa ini, mereka masih bertanya pada dirinya siapakah mereka dan khawatir jika tidak cukup untuk menjadi diri mereka yang sekarang. Mimpi mereka berlanjut dan pikiran mereka semakin dalam, namun pada titik tertentu mereka menjadi lebih pragmatis. Seks dan cinta adalah hasrat yang kuat dalam hidup mereka – di satu sisi sebuah kenikmatan, di sisi lain sebuah siksaan (Santrock, 1995).

Mahasiswa adalah seorang individu yang sedang studi di perguruan tinggi, berusia sekitar 18-23 tahun. Hurlock (dalam Hernawati, 2006) menyebutnya sebagai fase dewasa awal. Tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh individu yang mahasiswa:

a. Fase. pengaturan

Pada fase ini mahasiswa diminta untuk menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa. Pengaturan pola hidup dari yang sebelumnya; di fase remaja, yang mungkin terasa tidak teratur sekarang dicoba untuk dimengerti dan ditata sesuai dengan yang diinginkan. Pengaturan jadual kuliah, jadual belajar, disamping jadual kerja bagi mahasiswa yang memutuskan kuliah sambil kerja dan jadual rekreasi serta berinteraksi sosial akan menentukan bidang minat yang akan ditekuni lebih serius. Demikian pula dari semua teman yang ada dipilih satu untuk dijadikan pacar. Di fase ini mahasiswa

melakukan banyak percobaan untuk memahami dan menentukan apa yang paling baik bagi dirnya. Mahasiswa yang telah dilatih kemampuan memahami-membuat analisa-menyelesaikan masalah melalui perkuliahan di kampus akan sangat terbantu di fase pengaturan ini. Sekali individu menemukan pola hidup yang

diyakini dapat memenuhi kebutuhannya maka ia akan

mengembangkan pola-pola sikap, perilaku dan nilai-nilai yang cenderung akan menjadi kekhasannya selama sisa hidupnya.

b. Fase reproduksi

Menjadi orangtua merupakan salah satu peran yang paling penting dalam hidup orang dewasa. Mahasiswa yang memutuskan hidup berumah tangga di fase ini, harus bersiap menjadi orangtua dalam artian lain berarti juga harus siap memiliki anak.

c. Fase bermasalah

Dalam tahun-tahun awal masa dewasa, mahasiswa sangat berpotensi masuk dalam masalah. Masalah yang dihadapi sekarang semakin rumit bila dibandingkan yang dialami pada fase anak dan remaja. Untuk ini dibutuhkan berbagai penyesuaian diri. Misalnya harus menyesuaikan diri dengan penyelesaian tugas-tugas di kampus, namun pada saat yang bersamaan ia harus meyesuaikan diri pada kesepakatan dalam p e e r g r o u p / kelompoknya dalam hal

n o n g k r o n g dan d u g e m bareng. Pada umunya di fase ini mahasiswa tidak mendapat bantuan dari orang di sekitarnya kalau ia

tidak memintanya. Ini berbeda waktu ia belum dianggap dewasa. Meminta bantuan dari orang lainpun sepertinya ragu karena ia merasa mampu menyelesaikan masalahnya, padahal belum tentu demikian.

d. Fase ketegangan emosional

Perpindahan dari fase anak ke fase dewasa menimbulkan kekawatiran dan keresahan. Apa yang diresahkan orang muda ini tergantung dari masalah-masalah penyesuaian diri yang harus dihadapi saat itu dan berhasil tidaknya dalam upaya menyelesaikan masalah yang dihadapi itu.

e. Fase keterasingan sosial

Saat mahasiwa berada di fase ini, interaksi sosial dengan temar-teman kelompok sebaya menjadi renggang. Bersamaan dengan keterlibatan dalam aktivitas sosial di luar rumah yang semakin berkurang. Sering mahasiswa merasa kesepiaan dan intensitas keterasingan ini semakin dipicu dengan timbulnya semangat bersaing dan hasrat yang kuat untuk sukses dalam studi. Keramahtamahan pada fase remaja, diganti dengan persaingan dalam lingkungan kelas di fakultas dan lebih luas lagi adalah di universitas.

f. Fase komitmen

Sewaktu menjadi dewasa, orang-orang muda mengalami perubahan tanggungjawab dari siswa yang sepenuhnya tergantung pada orangtua dan guru, menjadi orang dewasa yang mandiri. Mahasiswa harus mampu menentukan pola hidup baru, bertanggungjawab, dan

membuat komitmen atas pilihannya. Memilih kuliah di suatu fakultas berarti menekuninya sampai wisuda.

g. Fase ketergantungan

Banyak mahasiswa di fase ini masih memiliki ketergantungan finansial pada orangtua berkaitan dengan biaya kuliah atau institusi pendidikan yang memberi beasiswa. Rasa ketergantungan ini membuatnya tidak bebas dalam artian sering terasa adanya tekanan dari lingkungan eksternal yang mengharuskannya membuat prioritas utama pada aktivitas kuliah.

h. Fase perubahan nilai

Nilai yang dianut oleh mahasiswa di fase dewasa dengan di fase sebelumnya terdapat perbedaan. Hal ini karena: pertama, jika ia ingin diterima oleh anggota kelompok orang dewasa maka mereka harus menerima nilai-nilai kelompok tersebut. Perilaku acak-acakan dan pemberontak di waktu remaja harus diganti dengan tingkah laku yang dapat diterima masyarakat dewasa.; kedua, ia segera menyadari bahwa nilai-nilai konvensional dalam hal keyakinan dan perilaku harus lebih dipilih: Ketika remaja, sekolah adalah kewajiban yang membebani namun pada umumnya masyarakat dewasa menolak konsep tersebut dan menganggap kuliah adalah kesempatan menuntut ilmu dan ini adalah investasi untuk sukses di kemudian hari; ketiga, terjadi pergeseran nilai kearah yang lebih tradisional dan konservatif. Biasanya orang muda ini bergeser dari egosentris ke sosial.

Pemenuhan kebahagiaan yang bersifat individual diganti dengan pengembangan kesadaran akan perlunya keterlibatan sosial.

i. Fase penyesuaian diri dengan cara hidup baru.

Mahasiswa di fase ini ingin mengembangkan cara hidup yang baru, dari tradisonal ke gaya hidup yang dianggap modern. Misalnya menambah pengetahuan melalui internet, selain buku literatur, menghubungi teman dan dosen lewat handphone. Penyesuaian kehidupan peran seks laki-laki dan perempuan atas dasar persamaan derajat. Penyesuaian ini dapat menjadi sulit karena persiapan yang sangat kurang dari arangtua dan guru untuk memasuki kehidupan yang dinamis

j. Fase kreatif

Mahasiswa pada umumnya bangga mendapati dirnya berbeda dari orang lain. Hal ini didukung dengan lepasnya ia dari berbagai belenggu yang mengikatnya. Disinilah proses kreatifitas mulai tumbuh. Membuat dan menjual kartu ucapan selamat menjelang perayaan hari raya, membuat dan menjual T-shirt dengan design yang unik adalah proses kreatif yang membanggakan.

Santrock (1995) menyebutkan bahwa masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun. Dengan menurunnya tingkat usia kedewasaan secara hukum menjadi 18 tahun pada tahun 1970, anak-anak muda telah dihadapkan pada banyak

masalah dan mereka tidak siap untuk mengatasinya. Hal ini disebabkan oleh:

a. Pertama, sedikit sekali orang muda yang mempunyai persiapan untuk menghadapi jenis-jenis masalah yang perlu diatasi sebagai orang dewasa.

b. Kedua, sulit bagi orang muda untuk berhasil dalam memilih karier sekaligus memilih pasangan hidup karena mencoba menguasai dua atau lebih ketrampilan secara bersamaan biasanya menyebabkan kedua-duanya kurang berhasil.

c. Ketiga, dan mungkin yang paling berat dari semuanya, orang-orang muda itu tidak memperoleh bantuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah mereka, tidak seperti sewaktu mereka dianggap belum dewasa.

Banyak kebingungan dan keresahan emosional yang mendasari berbagai tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam masa ini. Apabila seseorang merasa tidak mampu mengatasi masalah-masalah utama dalam kehidupan mereka, hal ini dapat menyebabkan mereka terganggu secara emosional, sehingga mereka memikirkan atau mencoba untuk bunuh diri. Oleh karena itu, masa dewasa dini adalah kelompok usia yang paling tepat sebagai subjek dalam penelitian ini.

Mahasiswa adalah individu yang kuliah di Perguruan Tinggi. Tugas perkembangan yang harus dipenuhinya: menemukan pola

hidup yang sesuai; menyesuaikan diri dalam kehidupan orang dewasa; mengatasi ketegangan emosional; mengatasi rasa keterasingan sosial, hasrat berkompetisi; membuat komitmen; mengatasi ketergantungan khususnya finansial; beradaptasi pada perubahan nilai dari fase remaja ke dewasa; mengembangkan kreativitas. Demikian pula mahasiswa harus memenuhi tugas akademik: menyusun rencana studi; menaati tata tertib perkuliahan; mengerjakan tugas kuliah; praktikum; mengikuti Ujian Tengah dan Akhir Semester; skripsi. Mahasiswa sering belum mampu mengatasi masalah yang berhubungan dengan tugas perkembangan dan akademiknya, sehingga terkesan ia belum belajar dan mengaktualisasikan diri secara maksimal. Sebenarnya menurut perkembangan kognitifnya, ia telah berada pada fase formal operasional yang memungkinkannya untuk berpikir abstrak, mampu memecahkan masalah, membuat perencanaan, memonitoring, dan mengevaluasi.

Dokumen terkait