• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Dalam menumbuhkan sebuah hubungan yang harmonis di suatu organisasi tentunya membutuhkan jalinan komunikasi yang baik, dan dalam menciptakan komunikasi yang efektif seseorang harus mampu bertindak terbuka, memiliki empati, memberikan dukungan, bersikap positif, menjunjung tinggi kesamaan, audible, dan humble. Akan tetapi, kemampuan seseorang dalam berkomunikasi bukanlah satu-satunya cara yang dapat menunjang terciptanya sebuah aktivitas komunikasi yang efektif, disisi lain dibutuhkan kemauan serta kesempatan dari setiap individu untuk dapat melaksanakan komunikasi tersebut. Untuk mengetahui tingkat efektivitas komunikasi interpersonal kepala MTsN Tangerang II Pamulang dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa

teknik dalam pengumpulan data, yakni melalui wawancara, observasi dan angket. Adapun hasil penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah

Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar yang dapat menunjang keberlangsungan berbagai program dalam organisasi. Setiap individu dalam sebuah instansi perlu menjalin kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta mengembangkan komunikasi antar personal. Komunikasi antar personal atau yang disebut juga komunikasi interpersonal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Di MTs Negeri Tangerang II Pamulang, komunikasi interpersonal yang biasa dilakukan kepala sekolah dengan guru yaitu terkait masalah pengembangan diri dan sharing program kerja.1 Pengembangan kegiatan komunikasi dilakukan melalui kegiatan komunikasi formal dan informal. Menurut kepala sekolah kegiatan komunikasi formal yang dijalin dengan guru-guru yaitu seperti melalui rapat-rapat koordinasi yang telah dijadwalkan setiap bulan dan rapat penting yang biasanya dilakukan ketika ada keperluan yang mendesak. Sedangkan aktivitas komunikasi informal terjadi ketika setiap individu baik kepala sekolah maupun guru memiliki ide-ide, disaat kepala sekolah mencari inspirasi serta ketika ada hal-hal (masukan) dari guru-guru untuk kepala sekolah itu disampaikan diluar forum formal dengan suasana yang lebih santai.2

Akan tetapi dengan keterbatasan waktu yang dimiliki kepala sekolah, mengakibatkan minimnya intensitas dalam melakukan komunikasi interpsersonal dengan guru. Sebagaimana informasi yang didapatkan dari salah satu informan bahwa kepala sekolah kadang-kadang saja melakukan

1

Hasil wawancara dengan Pak Dasril (Guru Penjaskes), pada hari Kamis, 30 Oktober 2014, Pukul 14.01 WIB

2

Hasil wawancara dengan Pak Suhardi (Kepala MTsN Tangerang II Pamulang), pada hari

komunikasi dengan guru karena beliau memiliki kesibukan lain serta banyak melaksanakan tugas keluar sehingga sering tidak berada di tempat (di sekolah). Namun, apabila kepala sekolah sedang ada di sekolah beliau melakukan komunikasi dengan guru meskipun tidak selalu dan hanya kadang-kadang saja seperti nongkrong kemudian mendatangi kelompok guru berdasarkan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) untuk sekedar berbincang-bincang.3 Apabila melihat pada profil kepala sekolah yang telah dipaparkan sebelumnya, memang kepala sekolah memiliki beberapa kegiatan lain diluar jabatannya sebagai kepala sekolah MTsN Tangerang II Pamulang yaitu beliau menjabat sebagai dosen di Perguruan Tinggi Swasta dan aktif dibeberapa organisasi luar sekolah.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang dijalin kepala sekolah dengan guru bersifat formal dan informal. Namun, dengan berbagai kesibukan yang ada komunikasi bersifat informal yang dijalin kepala sekolah masih belum optimal. Hal ini juga dirasakan peneliti saat melangsungkan penelitian di tempat penelitian bahwa sulitnya bertemu langsung dengan kepala sekolah diakibatkan oleh kesibukan kepala sekolah yang mengharuskan kepala sekolah melaksanakan tugas diluar sekolah.

2. Keterbukaan Kepala Sekolah dalam Kegiatan Komunikasi

Keterbukaan atau sikap terbuka sangat berpengaruh dalam mengembangkankan komunikasi interpersonal yang efektif. Untuk menciptakan komunikasi efektif tentu dibutuhkan kejelasan pesan agar segala sesuatu terkait organisasi dapat diketahui secara clear (gambalang/jelas) oleh seluruh anggota sehingga dapat menghindari salah tafsir dalam mengartikan suatu hal serta dengan mengembangkan sikap keterbukaan terhadap seluruh

3

Hasil wawancara dengan Ibu N. Supriati (Guru Mata Pelajaran B. Indonesia), pada hari

warga sekolah dapat menumbuhkan trust (rasa percaya) pada setiap individu dalam organisasi.

Kepala MTsN Tangerang II Pamulang merupakan sosok pemimpin yang idealis sehingga segala sesuatu terkait organisasi sekolah sering beliau sampaikan terhadap guru-guru. Kepala sekolah juga tebilang update terhadap perkembangan pendidikan, ketika ada informasi yang baru mengenai pendidikan, kepala sekolah sering mengadakan pertemuan seperti rapat guru untuk menyampaikan informasi tersebut.4

Tidak hanya update dalam menyampaikan informasi mengenai perkembangan pendidikan saja, keterbukaan yang ditunjukkan kepala sekolah dalam kepemimpinannya yaitu melalui kepemimpinan yang demokratis. Dalam segala hal kepala sekolah MTsN Tangerang II Pamulang berusaha untuk selalu terbuka termasuk keterbukaan mengenai manajemen keuangan sekolah.5 Terkait pengelolaan keuangan sekolah biasanya disampaikan pada awal tahun pembelajaran dimana dijelaskan berapa pemasukan dari dana BOS, dari siswa, kebutuhan apa saja yang diperlukan untuk kegiatan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) dan lain sebagainya yang kemudian dibahas secara bersama-sama. Sikap terbuka lainnya yang selama ini kepala sekolah lakukan dalam membangun komunikasi yang efektif yaitu dengan bersedia membuka diri untuk menerima kritik dan saran dari bawahan khususnya guru selama hal yang disampaikan tersebut rasional menurut beliau dan untuk kemajuan organisasi sekolah.6

Dari hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa usaha kepala sekolah dalam mengembangkan keterbukaan melalui kegiatan komunikasi kepala

4

Hasil wawancara dengan Pak Abdul Rozak (Guru Mata Pelajaran Qur’an Hadits), pada hari Kamis, 30 Oktober 2014, Pukul 10.47 WIB

5

Hasil wawancara dengan Pak Nurabdillah (Guru Mata pelajaran B. Indonesia), pada hari

Jum’at, 24 September 2014, Pukul 09.17 WIB

6

Hasil wawancara dengan Ibu N. Supriati (Guru Mata Pelajaran B. Indonesia), pada hari

sekolah sudah dilakukan melalui sikap dan perilaku terbuka pada berbagai hal mulai dari keterbukaan diri melalui kesediaan kepala sekolah menerima kritik dan saran dari bawahan hingga transparansi mengenai keuangan sekolah. Begitupun dari hasil observasi yang dilakukan penulis dalam kegiatan rapat koordinasi guru, kepala sekolah memang bersedia menerima masukan-masukan yang disampaikan oleh guru dan dalam rapat juga setiap guru diberikan selembaran kertas mengenai keuangan yang membahas tentang jumlah uang trasport guru dan siswa. Sedangkan hasil responden mengenai keterbukaan kepala sekolah dalam menciptakan komunikasi efektif dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.4

Keterbukaan Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal Item Pernyataan Tanggapan Responden N Skor SS (4) S (3) KK (2) TP (1) F % F % F % F % Item 1 20 31,3% 32 50% 11 17,2% 1 1,6% 64 199 Item 2 41 64,1% 23 35,9% 0 - 0 - 64 233 Item 3 36 56,3% 17 26,6% 11 17,2% 0 - 64 217 Item 4 8 12,5% 35 54,7% 21 32,8% 0 - 64 179 Item 5 17 26,6% 28 43,8% 16 25% 3 4,7% 64 187 Item 6 41 64,1% 17 26,6% 6 9,4% 0 - 64 227 Item 7 32 50% 20 31,3% 12 18,8% 0 - 64 212 Item 8 24 37,5% 22 34,4% 18 28,1% 0 - 64 198

Total Skor Dimensi Keterbukaan Kepala Sekolah 1652

Rata-rata 1652 8 x 4 = 32 = 25,81

x

100% = 80,66%

Pada instrumen angket dimensi keterbukaan kepala sekolah dalam mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif menunjukkan rata-rata guru berpendapat bahwa kepala sekolah selama ini efektif dalam melakukan komunikasi secara terbuka terhadap guru. Artinya bahwa dalam melakukan komunikasi interpersonal kepala sekolah selama ini dianggap sangat baik keterbukaannya melalui cara pengadaan rapat, transparansi mengenai keuangan, mau menerima kritik dan saran, memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada guru untuk bertanya apa yang ingin diketahui guru terkait organisasi sekolah, memberikan evaluasi hasil kerja guru dengan apa adanya, menyampaikan kebijakan secara langsung meskipun melalui media komunikasi karena keterbatasan waktu yang dimiliki kepala sekolah untuk melakukan komunikasi secara tatap muka.

Dengan demikian, jika dibandingkan antara hasil observasi dan responden guru secara keseluruhan dari instrumen angket sejalan dengan hasil wawancara bahwa kepala sekolah dalam melakukan keterbukaan sudah dianggap sangat baik dengan terbuka dalam menerima kritik dan saran sampai terbuka mengenai keuangan.

3. Empati Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpsonal

Empati merupakan salah satu sikap yang dibutuhkan dalam menciptakan komunikasi interpersonal yang efektif. Kemampuan seseorang untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang sedang dihadapi orang lain akan membantu menumbuhkan suasana hubungan komunikasi yang menimbulkan saling pengertian dan penerimaan. Rasa empati akan meningkatkan kemampuan seseorang untuk dapat memahami apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan dan kesenangan orang lain.

Salah satu sikap dan perilaku yang dapat menumbuhkan rasa empati yaitu dengan kemampuan dan kemauan seseorang untuk dapat mendengarkan atau mengerti terlebih dahulu sebelum didengarkan dan dimengerti oleh

orang lain. Hal tersebut juga disadari oleh kepala MTsN Tangerang II Pamulang bahwa perlu menunjukkan rasa empati melalui kesediaannya sebagai atasan untuk mendengarkan, merasakan keluhan-keluhan bawahan, kemudian menunjukkan rasa empati tersebut secara verbal maupun nonverbal seperti dari mimik muka, sikap dan perilaku yang ditampilkan.7 Dari hasil pengamatan dalam rapat, pada dasarnya memang kepala sekolah bersedia untuk mendengarkan berbagai keluhan yang dihadapi guru dan memberikan respon atas masalah yang disampaikan guru. Akan tetapi menurut salah satu informan, terkadang guru malas untuk mendiskusikan permasalahan kepada kepala sekolah dikarenakan kesibukan kepala sekolah sehingga sulit memiliki waktu luang ditengah-tengah kesibukannya.8

Tidak cukup dengan kesediaan untuk mendengar dan menanggapi kendala yang dihadapi. Dalam menjalin komunikasi interpersonal yang efektif melalui rasa empati dibutuhkan kemampuan kepala sekolah agar dapat memahami kebutuhan dan harapan dalam sikap dan perilaku lain seperti pemberian motivasi disaat guru dalam keadaan sulit. Dari hasil wawancara terdapat beberapa guru yang memberikan persepsi bahwa kepala sekolah dari segi kualitas, idealis dan sebagainya memang bagus, kejujuran teruji, namun dalam menunjukkan rasa empati terhadap guru masih kurang.9 Rasa empati dalam menciptakan komunikasi interpersonal yang efektif dirasa masih kurang karena dalam menunjukkan rasa empati terhadap guru, kepala sekolah masih melihat secara personal seperti ketika ada guru yang terkena musibah, kepala sekolah masih kurang memberikan perhatian apabila guru yang terkena musibah tersebut bukanlah orang yang dekat dan dianggap penting

7

Hasil wawancara dengan Pak Suhardi (Kepala MTsN Tangerang II Pamulang), pada hari

Jum’at, 14 November 2014, Pukul 9.34 WIB 8

Hasil wawancara dengan Pak Nurabdillah (Guru Mata pelajaran B. Indonesia), pada hari

Jum’at, 24 September 2014, Pukul 09.17 WIB

9

Hasil wawancara dengan Ibu N. Supriati (Guru Mata Pelajaran B. Indonesia), pada hari

namun sebaliknya ketika orang yang terkena musibah atau kesulitan tersebut merupakan orang yang dekat dan sangat penting bagi kepala sekolah maka kepala sekolah akan memprioritaskan dan memberikan perhatiannya.10 Dari hasil keterangan diatas dapat dilihat pula persepsi guru secara keseluruhan mengenai indikator untuk dimensi empati dalam mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif sebagai berikut:

Tabel 4.5

Empati Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal Item Pernyataan Tanggapan Responden N Skor SS (4) S (3) KK (2) TP (1) F % F % F % F % Item 9 18 28,1% 30 46,9% 16 25% 0 - 64 194 Item 10 11 17,2% 35 54,7% 18 28,1% 0 - 64 185 Item 11 15 23,4% 38 59,4% 8 12,5% 3 4,7% 64 193 Item 12 3 4,7% 16 25% 42 65,6% 3 4,7% 64 147 Item 13 6 9,4% 18 28,1% 38 59,4% 2 3,1% 64 156

Total Skor Dimensi Empati Kepala Sekolah 875

Rata-rata 875 5 x 4 = 20

=

13,67

x 100% = 68,35%

Pada tabel di atas dapat dilihat tanggapan guru secara keseluruhan mengenai empati kepala sekolah. Pada item 9 perolehan nilai terbesar terdapat pada kategori sering dengan angka prosentase sebesar 46,9% guru berpendapat bahwa kepala sekolah sering mendengarkan keluhan guru mengenai segala hal terkait organisasi sekolah. Pada item 10 dan 11 juga

10

Hasil wawancara dengan Pak Abdul Rozak (Guru Mata Pelajaran Qur’an Hadits), pada hari Kamis, 30 Oktober 2014, Pukul 10.47 WIB

menunjukkan persepsi guru bahwa kepala sekolah sering menanggapi pesan yang disampaikan guru serta menyadari kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri guru. Tetapi, pada item 12 dan 13 guru berpendapat bahwa empati yang ditunjukkan kepala sekolah ketika ada guru yang terkena musibah hanya sesekali saja dengan perolehan nilai prosentase terbesar yaitu 65,6% dan 59,4% pada kategori kadang-kadang.

Hasil angket tersebut sejalan dengan penuturan informan dalam wawancara bahwa kepala sekolah masih kurang dalam memenuhi kebutuhan dan harapan guru sebagai makhluk sosial yang terkadang membutuhkan suatu perhatian dari atasan. Akan tetapi, jika melihat kembali pada aktivitas yang dimiliki kepala sekolah memungkinkan kurangnya pemberian perhatian kepada guru dapat disebabkan karena kesibukan kepala sekolah yang memiliki banyak kegiatan diluar jabatannya sebagai pemimpin organisasi sekolah, karena dari hasil penuturan kepala sekolah dalam wawancara, beliau menyadari dan mengetahui bagaimana komunikasi seharusnya yang dilakukan terhadap bawahan melalui rasa empati. Oleh karenanya, dapat disimpulkan bahwa empati kepala sekolah sudah cukup efektif atau cukup baik dengan kesediaan kepala sekolah dalam mendengarkan dan menanggapi pesan yang disampaikan guru, namun masih terdapat kekurangan pada keterbatasan waktu yang dimiliki kepala sekolah sehingga pemenuhan kebutuhan guru yang mengharapkan kepala sekolah dapat menunjukkan empatinya disaat guru sedang terpuruk seperti keadaan guru yang sedang mengalami musibah belum tercapai secara optimal.

4. Dukungan Kepala Sekolah dalam Komunikasi

Aspek ketiga yang harus diperhatikan dalam menciptakan komunikasi efektif yaitu melalui pemberian dukungan atau pengobaran semangat dari komunikator terhadap komunikan untuk ikut serta berpartisipasi dalam

komunikasi sehingga situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif.

Apabila kita meninjau ulang pembahasan mengenai keterbukaan kepala sekolah dalam melaksanakan komunikasi interpersonal, sedikitnya sudah tergambar bagaimana kepala sekolah memberikan dukungan dalam komunikasi interpersonal salah satu contohnya yaitu dengan memberikan kesempatan kepada guru untuk menyampaikan kritik dan saran, hal ini menunjukkan bahwa dengan kesediaan kepala sekolah untuk membuka diri merupakan suatu sikap mendukung (supportiveness) terhadap guru agar berpartisipasi dalam pembentukan komunikasi yang efektif.

Dukungan dalam komunikasi juga dapat dilakukan melalui perilaku suportif seperti mengajak anggota organisasi untuk bekerjasama memecahkan masalah, menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana cara untuk mencapai tujuan tersebut secara bersama-sama. Sikap suportif seperti ini sudah diterapkan oleh kepala MTsN Tangerang II Pamulang dalam mengembangkan komunikasi efektif karena dari hasil pengamatan yang dilakukan penulis, sikap dan perilaku tersebut diaplikasikan kepala sekolah ketika rapat bersama guru. Dalam kegiatan rapat permasalahan yang ada dipecahkan bersama-sama dengan memberikan kesempatan kepada guru untuk menyampaikan ide dan masukan. Kemudian menurut penuturan kepala sekolah bahwa dalam membuat peraturan-peraturan sekolah semua anggota dilibatkan kecuali dalam keadaan darurat.11

Pemberian dukungan kerja dari kepala sekolah melalui komunikasi memang luar bisa. Ini dapat dilihat dari cepatnya pemberian informasi mengenai program pendidikan dan keharusan melaksanakannya. Selain itu, respon kepala sekolah yang positif terhadap program yang diajukan guru kepada kepala sekolah selama itu bersifat positif untuk kemajuan bersama

11

Hasil wawancara dengan Pak Suhardi (Kepala MTsN Tangerang II Pamulang), pada hari

dengan mempertimbangkan kemampuan dan keterbatasana organisasi untuk melakukan program tersebut merupakan sikap suportif (dukungan) lainnya yang dilakukan kepala sekolah.12 Dan dibawah ini dapat dilihat bagaimana persepsi seluruh guru terhadap dukungan kepala sekolah yang dilaksanakan dalam mengembangkan komunikasi efektif.

Tabel 4.6

Dukungan Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal Item Pernyataan Tanggapan Responden N Skor SS (4) S (3) KK (2) TP (1) F % F % F % F % Item 14 10 15,6% 33 51,6% 21 32,8% 0 - 64 181 Item 15 15 23,4% 30 46,9% 19 29,7% 0 - 64 188 Item 16 50 78,1% 13 20,3% 1 1,6% 0 - 64 241 Item 17 38 59,4% 12 18,8% 14 21,9% 0 - 64 216

Total Skor Dimensi Dukungan Kepala Sekolah 826

Rata-rata 826 4 x 4 = 16 = 12,91 x 100% = 80,69%

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 80,69% dengan rata-rata guru berpendapat pada kategori sering dan sangat sering. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan yang dilakukan kepala sekolah dalam mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif sangat baik.

Dari hasil wawancara yang didukung oleh data observasi dan angket dapat disimpulkan bahwa dukungan yang ditumbuhkan kepala sekolah dalam

12

Hasil wawancara dengan Pak Abdul Rozak (Guru Mata Pelajaran Qur’an Hadits), pada hari Kamis, 30 Oktober 2014, Pukul 10.47 WIB

mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif sudah baik dan dilakukan melalui cara pemberian bimbingan profesional terhadap guru seperti membimbing dan mengarahkan guru untuk meningkatkan prestasi kerja dan membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi guru terkait program kerja serta pemberian dorongan terhadap guru untuk ikut serta terlibat dalam kegiatan komunikasi dengan memberikan kesempatan kepada guru untuk menyampaikan ide dan masukan, mengikut sertakan guru dalam pengambilan keputusan serta membuka diri menerima kritik dan saran dengan posotif.

5. Kepositifan Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal

Menurut Miftah Thoha kepositifan dalam komunikasi interpersonal meliputi tiga unsur yaitu (1) komunikasi antar pribadi akan berhasil jika terdapat perhatian yang positif terhadap diri seseorang, (2) komunikasi antar pribadi akan terpelihara baik jika suatu perasaan positif terhadap orang lain itu dikomunikasikan, dan (3) suatu perasaan positif dalam situasi komunikasi amat bermanfaat untuk mengefektifkan kerjasama.13 Oleh karenanya, kepositifan atau perasaan positif perlu ditanamkan dalam diri seseorang baik perasaan positif terhadap diri sendiri maupun diri orang lain sehingga dengan perasaan positif tersebut dapat tercipta suatu interaksi yang efektif dan terbentuk kerjasama yang baik antara kepala sekolah dengan guru.

Dalam lingkungan MTs Negeri Tangerang II Pamulang tegur sapa merupakan sikap positif yang ditunjukan setiap warganya baik dari atasan kepada bawahan begitupun sebaliknya. Selain itu menurut kepala sekolah sikap dan perilaku positif yang dapat dibangun melalui komunikasi dengan guru yaitu kadang kala dalam bentuk pemberian pujian dan reward ketika guru meraih prestasi, memberi pemakluman ketika guru gagal dalam

13

melaksanakan program sekolah tapi juga memberikan support, serta pemberian maaf dalam keadaan bersalah.14

Dengan cara memotivasi guru-guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan mendorong guru-guru untuk terus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi agar dapat menjadi guru yang profesional merupakan salah satu bentuk perilaku positif yang dilakukan kepala sekolah selama ini.15 Hal ini tentu dapat kita lihat pula pada profil guru-guru MTsN Tangerang II Pamulang yang memang lebih dari 20 guru sudah menamatkan pendidikan pada jenajng S-2 (Strata 2). Namun dalam pelaksanaan komunikasi interpersonal yang efektif pada aspek sikap dan perilaku positif yang ditunjukkan kepala sekolah masih dirasa kurang oleh informan lainnya yaitu pada cara kepala sekolah mengapresiasi hasil kerja guru, dimana apresiasi yang diberikan hanya pada hal-hal atau hasil kerja yang memang sangat terlihat keberhasilannya. Akan tetapi diharapkan juga kepala sekolah dapat memberikan apresiasi terhadap hasil kerja guru yang belum maksimal menurut kepala sekolah agar guru tidak merasa sia-sia dalam melaksanakan tugasnya.16 Kemudian dengan keterbatasan waktu yang dimiliki kepala sekolah terkadang kepala sekolah juga lupa memberikan reward kepada guru yang memiliki prestasi.17

Sejalan dengan pemaparan di atas dapat dilihat pula hasil angket mengenai persepsi guru secara keseluruhan terhadap sikap positif yang dilakukan kepala sekolah di MTsN Tangerang II Pamulang sebagai bahan penguat dari hasil wawancara di atas.

14

Hasil wawancara dengan Pak Suhardi (Kepala MTsN Tangerang II Pamulang), pada hari

Jum’at, 14 November 2014, Pukul 9.34 WIB 15

Hasil wawancara dengan Pak Abdul Rozak (Guru Mata Pelajaran Qur’an Hadits), pada hari Kamis, 30 Oktober 2014, Pukul 10.47 WIB

16

Hasil wawancara dengan Pak Nurabdillah (Guru Mata pelajaran B. Indonesia), pada hari

Jum’at, 24 September 2014, Pukul 09.17 WIB

17

Hasil wawancara dengan Ibu N. Supriati (Guru Mata Pelajaran B. Indonesia), pada hari

Tabel 4.7

Sikap dan Perilaku Positif Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal Item Pernyataan Tanggapan Responden N Skor SS (4) S (3) KK (2) TP (1) F % F % F % F % Item 18 6 9,4% 25 39,1% 30 46,9% 3 4,7% 64 162 Item 19 39 60,9% 22 34,4% 3 4,7% 0 - 64 228 Item 20 36 56,3% 20 31,3% 8 12,5% 0 - 64 220 Item 21 32 50% 26 40,6% 6 9,4% 0 - 64 218 Item 22 9 14,1% 31 48,4% 24 37,5% 0 - 64 177 Item 23 2 3,1% 27 42,2% 33 51,6% 2 3,1% 64 157

Total Skor Dimensi Sikap Positif Kepala Sekolah 1162

Rata-rata 1162 6 x 4 = 24 = 18,16% x 100% = 75,67%

Dari hasil angket yang digambarkan pada prosentase di atas, dari keseluruhan item dimensi kepositifan kepala sekolah dalam komunikasi interpersonal masih terdapat nilai prosentase dengan perolehan nilai tertinggi pada kategori kadang-kadang yang artinya masih terdapat beberapa sikap positif kepala sekolah yang belum optimal dalam mengembangkan komunikasi yang efektif. Kekurangan yang ditunjukkan dari hasil perolehan nilai angket terdapat pada item 18 dengan indikator berpikir positif terhadap orang lain dan pada item 23 dimana guru berpendapat bahwa kepala sekolah tidak sering memberikan hadiah kepada guru yang memiliki prestasi.

6. Kesamaan atau Sikap Kesetaraan dalam Komunikasi Interpersonal

Kesamaan merupakan sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis sehingga tidak mempertegas suatu perbedaan pada diri setiap individu. Aspek ini adalah salah satu aspek yang dapat mendukung berkembangnya komunikasi interpersonal yang efektif, dengan menempatkan diri setara dengan orang lain dapat membangun komunikasi secara dua arah serta dapat menciptakan hubungan yang akrab dan nyaman.

Pada dasarnya dalam suatu organisasi sekolah perbedaan antara atasan dan bawahan tidak dapat dihindari oleh setiap individu di dalamnya karena organisasi sekolah merupakan organisasi struktural. Yang selama ini dirasakan oleh guru MTsN Tangerang II Pamulang, apabila kegiatan komunikasi dengan kepala sekolah berada pada ranah formal atau kedinasan maka komunikasi yang terjalin pasti tetap ada unsur perbedaan sebagai atasan dan bawahan, sedangkan pada kegiatan komunikasi secara informal kepala sekolah MTsN Tangerang II Pamulang dapat memposisikan diri layaknya seorang teman.18 Tetapi, meskipun unsur perbedaan sebagai atasan dan bawahan melekat pada kegiatan komunikasi interpersonal secara formal, namun komunikasi yang dilakukan antara guru dan kepala sekolah biasanya tetap dalam suasana hangat dan kekeluargaan.19

Selama ini dalam menjalin komunikasi melalui unsur kesamaan, kepala sekolah MTsN Tangerang II Pamulang melakukannya dengan mengupayakan seluruh warga memiliki hak yang sama dalam memajukan dan mewujudkan tujuan organisasi, seperti dalam kegiatan rapat seluruh anggota memiliki hak pilih dan dipilih, contoh lainnya yaitu pada perumusan anggaran juga dilakukan secara transparan dan semua pihak berhak untuk

18

Hasil wawancara dengan Pak Dasril (Guru Penjaskes), pada hari Kamis, 30 Oktober 2014, Pukul 14.01 WIB

19

Hasil wawancara dengan Pak Nurabdillah (Guru Mata pelajaran B. Indonesia), pada hari

mengajukan anggaran.20 Ini berarti bahwa kepala sekolah berusaha untuk demokratis dalam kepemimpinannya dan adapun jurang pemisah dalam

Dokumen terkait