• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS TEMUAN PENELITIAN

5.1 Penyajian Data

5.1.1 Deskripsi Hasil Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang paling banyak digunakan dalam mengumpulkan data atau informasi yang dibutuhkan peneliti dalam penelitian ini. Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu melihat bagaimana efektivitas implementasi PP No.41 Tahun 2007. Efektivitas berarti melihat capaian dari implementasi, apakah tujuan atau hasil yang diinginkan oleh kebijakan telah tercapai? Dalam bagian ini hasil wawancara yang telah dikumpulkan oleh peneliti akan dideskripsikan berdasarkan variabel-variabel implementasi kebijakan yang mempengaruhi implementasi PP No.41 Tahun 2007.

A.Deskripsi Variabel Karakteristik Isi Kebijakan/Peraturan Pengoperasionalan

Dari variabel ini indikator yang akan dilihat yaitu: 1) tujuan dan sasaran kebijakan, serta 2) perubahan yang diinginkan oleh kebijakan sesuai dengan substansi yang terdapat dalam isi kebijakan. Tujuan dan sasaran kebijakan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan informan adalah sebagai berikut:

“arahnya adalah penyusunan organisasi yang, OPD yang miskin struktur kaya fungsi awalnya, walaupun implementasinya masih belum maksimal, seperti yang saya katakan tadi bukan tidak maksimal tapi belum maksimal”. Substansi kebijakan PP No.41 Tahun 2007 paling tidak terdiri dari besaran organisasi yang ditentukan berdasarkan keadaan tiga variabel (APBD, jumlah penduduk, dan luas wilayah), perumpunan, nomenklatur serta eselon perangkat daerah. Berdasarkan hasil wawancara besaran organisasi memperhatikan beberapa pertimbangan-pertimbangan, termasuk ketiga variabel di atas. Variabel jumlah APBD, jumlah penduduk, dan luas wilayah digunakan untuk menentukan pola maksimal organisasi perangkat daerah yang bisa dibentuk oleh sebuah kabupaten/kota. Perumpunan merupakan pertimbangan untuk menetapkan organisasi yang bisa digabung dan yang tidak bisa digabung. Selain itu perumpunan ini juga menetapkan urusan pemerintahan yang diwadahi dalam bentuk dinas ataupun dalam bentul LTD (badan dan kantor). Nomenklatur atau penamaan menetapkan nama sebuah lembaga ataupun SKPD serta perubahan- perubahannya. Pada akhirnya implikasi dari jenis SKPD yang dibentuk akan menentukan struktur eselon yang terdapat dalam SKPD yang dibentuk tersebut.

Secara umum substansi ini dijadikan pedoman dalam menyusun organisasi perangkat daerah di Kabupaten Toba Samosir tetapi masih terdapat kekurangan- kekurangan seperti yang ada dalam kutipan wawancara berikut:

“disinikan masih badan pertambangan, padahal di PP 41 dia harus dalam bentuk dinas, ini kurang dipelajari,…semestinya ini harus dalam bentuk Dinas Pertambangan dan Energi, disini yang bentuk badan adalah lingkungan hidup”.

B.Deskripsi Variabel Struktur Birokrasi

Fokus wawancara dari variabel ini adalah 1) Struktur organisasi atau fragmentasi dan aktor-aktor yang terlibat dalam implementasi PP No.41 Tahun 2007 dan 2) Standart Operating Procedure (SOP), yaitu keberadaan petunjuk teknis pelaksanaan PP No.41 Tahun 2007. PP No.41 dalam implementasinya melibatkan banyak lembaga yang terlibat mulai dari pemerintah pusat sampai ke lembaga-lembaga di daerah. Unit-unit yang terlibat terfragmentasi sesuai dengan fungsi masing-masing dalam implementasi PP No.41 Tahun 2007 ini. Banyaknya aktor yang terlibat mempengaruhi kompleksnya komunikasi dan koordinasi di antara aktor dalam organisasi implementasi. SOP dari kebijakan ini untuk tingkat daerah belum ada. Petunjuk yang ada adalah petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Kementerian Dalam Negeri. Petunjuk teknis di tingkat daerah sampai saat ini belum ada. Pemerintah daerah dalam melaksanakan kebijakan ini hanya berdasarkan petunjuk teknis dari pemerintah pusat, diluar itu semuanya dilakukan dengan petunjuk-petunjuk tersirat. Hal-hal ini mengakibatkan banyak masalah yang kemudian mempengaruhi kinerja implementasi PP No.41 Tahun 2007 ini.

C.Deskripsi Variabel Koordinasi dan Komunikasi

Indikator-indikator yang menjadi fokus wawancara dalam variabel ini yaitu: 1) aspek komunikasi yang dilihat dari sosialisasi peraturan yang ada serta pemahaman pegawai atas PP No.41 Tahun 2007, dan 2) aspek koordinasi dilihat dari pola hubungan kerja di antara aktor-aktor dalam organisasi implementasi PP No.41 Tahun 2007. Sosialisasi kebijakan ini akan mempengaruhi pemahaman pegawai atas kebijakan. Pemahaman pegawai masih sangt minim, hal ini diakibatkan karena sosialisasi yang dilakukan sangat terbatas. Sementara pola organisasi yang membentuk arah koordinasi dalam organisasi perangkat daerah di Kabupaten Toba Samosir adalah dengan koordinasi berjenjang. Yang menjadi lead agency dari semua organisasi perangkat daerah yang ada adalah sekretariat daerah dengan tingkatan eselon yang paling tinggi di kabupaten/kota. Berikut pernyataan informan mengenai hal ini:

“Sekda itu adalah koordinasi keseluruhan, jadi semua jabatan itu dipimpin oleh bupati melalui sekretaris daerah. Jadi semua SKPD akan berkoordinasi dengan Sekda melalui 3 asisten. 3 asisten ini membawahi, ada itu pola koordinasi asisten, Asisten I membawahi dinas mana aja? Asisten II membawahi dinasi mana aja, asisten III juga”.

D.Deskripsi Variabel Sumber Daya

Beberapa indikator yang dilihat dalam variabel ini yaitu: 1) personil, 2) informasi dan fasilitas, serta 3) keadaan pembiayaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan keadaan personil dari sisi jumlah sebenarnya sudah memadai tetapi banyak permasalahan dalam masalah penempatan posisi pegawai

sehingga informan wajar kalau merasa pegawai di instansi tempatnya bekerja masih kurang. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yang mengatakan bahwa pegawai di sana jelas kurang karena saat ini hanya ada 29 pegawai, sedangkan masyarakat yang dilayani setiap hari bisa mencapai ratusan orang, pegawai yang kurang itu terletak pada posisi staf, seharusnya setiap Kasubbag setidaknya mempunyai dua orang staf. Demikian juga dengan pernyataan informan di Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa yang merasa pegawai di instansi ini masih kurang. Sementara itu di pegawai di Kantor Ketahanan Pangan dirasa sudah cukup dengan jumlah pegawai 9 orang untuk ukuran kantor. Menanggapi masalah pegawai ini berikut pernyataan informan dari Bagian Organisasi Setdakab Toba Samoisr:

saya bingung entah dimana pegawainya? Kita selalu bilang berlebih- lebih, tapi kamu lihat sendiri staf di sini berapa orang? Di sana berapa orang?...di Bagian Hukum stafnya cuma satu orang…jadi kita katakan berlebih tapi tidak tau kita dimana berlebih?....Jadi kalau saya katakan, pembagian staf itu kurang optimal karena disatu sisi ada SKPD yang berjibun atau berlebih dan ada juga yang kekurangan….Coba kamu bayangkan ketika belanja pegawai sudah di atas 60% sampai 70%, berarti pegawai itu banyak, tapi banyak itu dimana? Berarti tidak optimal penempatan posisi”.

Dari sisi kompetensi pegawai juga masih terdapat banyak masalah di antaranya banyaknya pegawai yang ditempatkan tidak sesuai dengan latar belakang pandidikan yang dimiliki. Selain itu untuk peningkatan kompetensi pegawai masih sangat minim dengan belum memadainya anggaran untuk diklat dari APBD. Sisi motivasi juga demikian, dimana terdapat banyak faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motivasi pegawai dalam memberikan pelayanan.

Pembiayaan dan sarana prasarana juga masih sangat terbatas sehingga juga sangat mempengaruhi implementasi kebijan PP No.41 Tahun 2007 ini.

Dokumen terkait