• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYAJIAN HASIL PENELITIAN

7. Kondisi Wilayah

5.1.3 Deskripsi Hasil Wawancara Tentang Pelimpahan 56 Jenis Perijinan

Sejak BPPT Provsu beroperasi tahun 2011 lalu, Gubernur Sumatera Utara masih melimpahkan kewenangan untuk mengelola ijin sebanyak 56 jenis perijinan pada 13 bidang usaha. Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan mengapa jenis perijinan yang dikelola sangat sedikit. Salah seorang informan bernama Bapak Sulaiman Purba, SE, MAP selaku Kepala Bidang Standarisasi dan Sosialisasi BPPT Provsu juga mengatakan kewenangan menangani 56 jenis perijinan pada 13 bidang usaha belum seberapa. Menurutnya, hal tersebut menjadikan pelayanan BPPT Provsu belum maksimal. Akhirnya, penulis mencoba menelusuri dengan melakukan wawancara dengan Kepala Bidang Pelayanan Perijinan BPPT Provsu Bapak Mustapa Pane, S.Sos. Saat ditanyakan apa penyebab kewenangan BPPT

Provsu dalam mengelola ijin hanya 56 jenis perijinan pada 13 bidang usaha, beliau menanggapi :

“Berdasarkan Pergub No.37 tahun 2011 tentang Pendelegasian Kewenangan Pelayanan Perijinan Kepada Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Provinsi Sumatera Utara, BPPT Provsu memang baru mengantongi 13 bidang dan 56 ijin. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa pelimpahan kewenangan dari gubernur memang dilakukan secara bertahap. Secara bertahap dikarenakan segala sesuatu tentu membutuhkan persiapan yang matang misalnya tenaga kerja yang harus dipersiapkan, BPPT Provsu juga tidak bisa langsung mengurus semua ijin, kalau semua ijin langsung dilimpahkan, BPPT Provsu bisa “kelabakan” karena itulah gubernur memberikannya secara bertahap.”

Sementara itu, Kasubbid Pemantauan dan Monitoring BPPT Provsu Ibu Ir.Siti Zaleha, M.Si mengatakan :

“Pelimpahan kewenangan perijinan diberikan gubernur secara gradual tetapi seharusnya ada 22 sektor perijinan yang harus dilimpahkan ke BPPT Provsu.”

Menanggapi pernyataan tersebut, lebih lanjut penulis menanyakan bukankah jumlah tersebut masih terlalu sedikit mengingat kabupaten/kota saja di Sumatera Utara mengelola jumlah jenis perijinan yang jauh lebih banyak. Untuk hal ini Bapak Mustapa Pane, S.Sos mengatakan :

“Kalau dari segi jumlah provinsi memang lebih sedikit dari kabupaten/kota tetapi ijin yang dikelola BPPT berbeda, kalau ijin kabupaten/kota hanya lingkup kabupaten/kota saja, misalnya Ijin Mendirikan Bangunan hanya disekitar kabupaten/kota saja yang hanya memperhatikan tata ruangnya. Karena itulah jumlahnya sangat banyak seperti Kota Medan yang mengeluarkan IMB per tahun mencapai angka ribuan. Berbeda dengan di provinsi yang mana ijin yang dikelola sifatnya yang pertama harus lintas kabupaten/kota, lintas kabupaten/kota ini juga ada banyak, misalnya jika kita ingin memasang reklame di sepanjang jalan provinsi, itu harus ada ijinnya, berbeda dengan kabupaten yang skupnya lebih kecil, kalau BPPT lebih luas dimana seluruh 33 kabupaten/kota harus dikelola, misalnya air permukaan yang berdasarkan kebijakannya telah terbagi dua, yakni air permukaan dan air bawah tanah. Air bawah tanah yang dulunya dikelola oleh provinsi namun karena skupnya kecil maka dilimpahkan ke kabupaten. Sementara untuk air permukaan seperti Danau Toba yang dikelilingi oleh 7 kabupaten itu berarti lintas kabupaten yang pengelolaan ijinnya merupakan kewenangan BPPT Provsu. Contoh lain, dari segi kelas kalau kita mau membangun rumah sakit kelas B yang tingkatannya lebih besar dan jumlahnya lebih banyak, yang mana rumah sakit ini tentu nantinya akan menjadi rujukan bagi rumah sakit di kabupaten lain,

akan mengirimkan ke rumah sakit provinsi jadi disini BPPT bertugas lebih banyak. Berbeda dengan dikabupeten yang mengiris ijin poliklinik, rumah sakit kelas C yang jumlah kamarnya lebih kecil dan fasilitasnya lebih sedikit, tidak seperti rumah sakit kelas B yang fasilitasnya lebih besar dan sangat banyak hal yang harus diperhatikan seperti jumlah tenaga dokternya, spesialisnya, instalasinya, rawat inapnya, para medisnya, dan masih banyak lagi.”

Itu berarti sesungguhnya BPPT Provsu dapat mengelola lebih dari 56 jenis perijinan dan 13 bidang usaha. Untuk menelusuri hal ini, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan lebih lanjut kepada Bapak Mustapa Pane, S.Sos, beliau berkomentar :

“Ratusan sebenarnya bisa. Kalau sekarang dikarenakan BPPT Provsu masih baru beroperasi jadi pelimpahannya diserahkan secara bertahap sehingga BPPT Provsu bisa mengantisipasi masalah – masalah yang kemungkinan terjadi, ibarat air yang langsung dituang satu ember tentu akan meluber walaupun ke tanah sementara kalau dipercik akan cepat meresap.”

Berdasarkan hasil wawancara, sejak tahun 2011 ijin yang dikelola oleh BPPT Provsu memang belum pernah bertambah namun BPPT Provsu sudah mengusulkan penambahan jumlah jenis perijinan yang mereka kelola sekitar 20 jenis ijin dan non ijin, dua diantaranya ijin penyalur alat – alat kesehatan, distribusi pedagang farmasi (pabrik obat). Bagi BPPT Provsu sendiri memang tidak ada ketentuan dalam hal penambahan ijin ini, hal tersebut tergantung dari BPPT Provsu. Lantas ketika ditanyakan bagaimana alur pengajuan penambahan ijin, Bapak Mustapa Pane, S.Sos selaku Kepala Bidang Pelayanan Perijinan BPPT Provsu mengatakan :

“Kalau BPPT mau menambah ijin yang dikelola, BPPT mengajukan permohonan untuk disetujui oleh gubernur, sejauh ini masih dipelajari dan diverivikasi oleh gubernur dan BPPT masih menunggu arahan dari gubernur. Permohonan ini sudah diajukan sejak awal 2013 lalu yakni sekitar 6 bulan. Proses ini cukup lama dikarenakan dampaknya banyak, seperti dampak pertumbuhan ekonomi, iklim usaha, ada juga dampaknya terhadap tenaga kerja, dan banyak pertimbangan lagi dari gubernur karena itu harus dipelajari betul – betul oleh gubernur, di samping itu tugas gubernur pun tidak hanya itu, konsentrasinya terpecah – pecah.

mekanismenya namun terkadang ada pula yang harus cepat apabila sudah diperintahkan oleh pusat. Kalau pelimpahan kewenangan ini dirasa masih ada kelonggaran waktu untuk sungguh – sungguh dipelajari oleh gubernur selaku pimpinan yang harus hati – hati mengambil keputusan. Dalam hal ini tidak ada jangka waktu yang diberikan kepada gubernur, namun sejauh ini presentasi masih dilakukan dihadapan sekretaris daerah selanjutnya BPPT masih tetap menunggu untuk dipresentasikan juga di hadapan gubernur tapi berkas permohonan memang sudah ada di tangan gubernur.”

Sementara itu, untuk pertanyaan yang sama, Bapak Yoyon Haryono selaku pegawai penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu ini menyatakan pelimpahan tahap kedua saat ini masih di biro hukum provsu dan masih di eksaminasi dan sudah berlangsung sejak pertengahan tahun lalu dan belum selesai hingga saat ini. Mengenai alurnya, beliau menyampaikan:

“Pertama BPPT Provsu mengajukan ke biro hukum selanjutnya mereka yang akan mengurus sampai kepada gubernur, saya memang tidak bisa menceritakan proses disana secara detail seperti apa tetapi proses itu ada. Masalah waktu kita pun tidak tahu pasti karena eksaminasi ini ada hubungannya dengan instansi lain. Jadi BPPT Provsu pun harus tetap koordinasi dengan SKPD teknis terkait lainnya dan prosesnya memang lama bisa 2 bulan atau mungkin sampai setahun atau dua tahun.”

5.1.4 Deskripsi Hasil Wawancara dengan Informan di BPPT Provsu tentang

Dokumen terkait