• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Kasus Perkara No: 019/Pdt.G/2007/P Bekasi

KETIDAKGADISAN ISTRI SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PERKAWINAN

A. Deskripsi Kasus Perkara No: 019/Pdt.G/2007/P Bekasi

1. Pihak-pihak yang berpekara

Pengadilan Agama Bekasi yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu pada tingkat pertama dalam persidangan majelis telah menjatuhkan putusan sebagai mana tersebut di bawah ini dalam perkara cerai talak antara:

Selamet Riyad (nama samaran) bin Zubair (nama samaran) umur 32 tahun, agama Islam. Selanjutnya disebut sebagai : Pemohon Melawan

Maulida Aziz (nama samaran) binti Ahmad Aziz (nama samaran) umur 27 tahun, agama Islam, pekerjaan Guru Swasta, bertempat tinggal Pengilingan Jakarta Timur. Selanjunya disebut degan Termohon

Pengadilan Agama tersebut;

- Telah memeriksa dan mempelajari berkas perkara;

- Telah mendengar keterangan Pemohon dan Termohon, para saksi dan keterangan lainya;

2. Tentang Duduk Perkara

Bahwa, Pemohon telah mengajukan surat permohonanya tertanggal 04 Januari 2007, yang telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Bekasi

di bawah Register Nomor; 019/Pdt./G/2007/PA. Bekasi, tanggal 16 Januari 2007, dengan mengemukakan alasan-alasan sebagai berikut:

- Bahwa Pemohon telah menikah dengan Termohon pada Tanggal 25 Juni 2006 di hadapan Pejabat Kantor Urusan Agama kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur sebagaimana ternyata dalam Kutipan Akta Nomor: 934/127/YI/2006;

- Bahwa selama berumah tangga Pemohon dan Termohon belum dikaruniai keturunan;

- Bahwa sejak beberapa hari hingga satu bulan setelah pernikahan rumah tangga Pemohon dengan Termohon, Pemohon sudah merasakan adanya ketidak harmonisan, selama itu pula Pemohon menyimpan pertanyaan, hal itu disebabkan Termohon tidak bersikap jujur dan terbuka dalam hal kondisi Termohon ( gadis atau tidak ), sehingga untuk mnghilangkan rasa keraguan tersebut, Pemohon menanyakan langsung kepada Termohon tentang setatus dirinya ( gadis atau tidak );

- Bahwa akhirnya pada tanggal 21 Juli 2006 Pemohon mendapatkan jawaban Termohon dengan jujur mengakui dirinya sudah tidak gadis karena sebelum menikah dengan Pemohon telah melakukan hubungan suami istri dengan mantan pacarnya;

- Bahwa keraguan tersebut telah terjawab dengan adanya pengakuan Termohon dan sejak itu hubungan rumah tangga sudah tidak dapat dipertahankan lagi, yang kemudian pada tanggal 30 Juli 2006 Pemohon

53

menyerahkan Termohon kepada orangtuanya dan Termohonpun menerima upaya tersebut, maka atas pertimbangan itulah Pemohon mengajukan permohonan tersebut;

- Bahwa dengan uraian tersebut di atas, rumah tangga antara Pemohon dan Termohon sudah tidak dapat dibina dengan baik, sehingga untuk mencapai rumah tangga yang diatur dalam Undang-undang Nomor. 1 tahun 1974, sudah sulit untuk diwujudkan lagi, oleh karena itu Pemohon telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun1975;

- Bahwa dengan kejadian tersebut di atas, rumah tangga antara Pemohon dan Termohon sudah tidak dapat dibina dengan baik sehingga untuk mencapai kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah sebagaimana yang dikehendaki oleh Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 sudah tidak dipertahankan lagi, dan oleh karenanya Pemohon mohon kepada Pengadilan Agama Bekasi kiranya dapat menjatuhkan putusan sebagai berikut;

a. Mengabulkan permohonan Pemohon;

b. Mengizinkan Pemohon untuk mengucapkan ikrar talak Terhadap Termohon di depan sidang Pengadilan Agama Bekasi;

c. Menetapkan biaya perkara sesuai dengan ketentuan yang berlaku; Bilamana Pengadilan Agama Bekasi berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya.

Bahwa pada hari persidangan yang telah ditetapkan Pemohon dan Termohon datang menghadap di persidangan secara pribadi, kemudian majelis hakim berusaha untuk mendamaikan kedua belah pihak tetapi usaha tersebut tidak berhasil, maka atas perkaranya harus dilanjutkan terlebih dahulu dibacakan surat permohonan Pemohon dalam persidangan yang tertutup untuk umum, yang ternyata isi dan maksudnya tetap dipertahankan oleh Pemohon;

Bahwa Termohon adalah seorang istri yang bertenpat tinggal di luar daerah yurisdiksi Pengadilan Agama di mana Pemohon bertempat tinggal, namun atas pertanyaan majelis hakim Termohon menyatakan tidak keberatan atas perkaranya diperiksa di Pengadilan Agama di mana pemohon bertempat tinggal;

Bahwa karena itu Termohon menberikan jawaban secara lisan terhadap surat permohonan Pemohon tersebut, yang pada pokoknya membenarkan dan mengakui seluruh dalil-dalil permohonan Pemohon. Sedangkan terhadap permohonan cerai Pemohon terhadap Termohon, maka Termohon menerima dan tidak keberatan;

Bahwa Pemohon telah mengangap cukup; tidak lagi menangapi jawaban Termohon, demikian Termohon tidak ada lagi hal lain yang ingin disampaikan;

Bahwa untuk menguatkan dalil-dali permohonan Pemohon mengajukan bukti-bukti tertulis sebagi berikut;

55

a. Photo Kopi Kutipan Akta Nikah An. Pemohon dan Termohon Nomor; 934/127YI/2006, tertanggal 26 Juni 22006 yang dikeluarkan Kantor Urusan Agama Kecamatan Pulogadung, telah dicocokan dengan aslinya, dilegalisir dan bermaterai cukup (P. 1);

b. Photo Kopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) An. Pemohon Nomor 10.5501.070674.1011, tertanggal 23- 12-2005, telah dicocokan dengan aslinya, dilegalisir dan bermaterai cukup (P.2);

Bahwa telah didengar pula keterangan dua orang saksi yang memberikan keterangan;

Bahwa, terhadap keterangan saksi-saksi tersebut Pemohon dan Termohon membenarkan dan tidak menyatakan keberatan;

Bahwa, pada akhirnya Pemohon dan Termohon memberikan kesimpulan yang menyatakan Pemohon tetap pada pendiriannya semula sedangkan Termohon tidak keberatan untuk bercerai;

Bahwa segala peristiwa jalanya persidangan selengkapnya telah tercantum dalam berita acara persidangan, dan untuk meringkas putusan ini selanjutnya ditunjuk sebagai bagian yang tidak terpisah dari putusan ini; 3. Tentang Hukumnya

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon adalah sebagai mana yang tersebut si atas;

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditetapkan keduanya datang menghadap secara pribadi di persidangan, kemudian majelis

hakim berusaha untuk mendamaikan kedua belah pihak tetapi usaha tersebut tidak berhasil, maka atas perkaranya harus dilanjutkan persidangan;

Menimbang, bahwa Termohon adalah sorang isteri yang bertempat tinggal di luar daerah yurisdiksi Pengadilan Agama Bekasi yang dimohonkan cerai talak oleh Pemohon di Pengadilan Agama di mana Pemohon bertempat tinggal (bukti P.2), namun atas pertanyaan majelis hakim Termohon menyatakan tidak keberatan atas perkaranya diperiksa di Pengadilan di mana Pemohon bertempat tinggal, oleh karena itu majelis melanjutkan atas pemeriksaanya;

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P. 1 harus dinyatakan, antara Pemohon dan Termohon masih terikat hubungan tali perkawinan yang sah, yang berarti antara keduanya masih terdapat hubungan hukum dalam ikatan perkawinan;

Menimbang, bahwa dengan uraian tersebut maka Pemohon dan Termohon berkuwalitas sebagai pihak yang berpekara dan Pengadilan Agama Bekasi berhak dan berwenang untuk memeriksa atas perkaranya ( Vide Pasal 4, Pasal 49 Undang-undang Nomor 7 tahun 1989, sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2006 Jo Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 );

Menimbang, bahwa Pemohon dalam surat permohonannya mendalikan sebagaimana yang tesebut di atas yang pada pokoknya adalah bahwa sejak beberapa hari hingga satu bulan setelah pernikahan rumah tangga Pemohon

57

dan Termohon, dirasakan adanya ketidak harmonisan, selama itu pula Pemohon menyimpan pertanyaan, hal itu disebabkan Termohon tidak bersikap jujur dan terbuka dalam hal kondisi Termohon ( gadis tau tidak ), sehingga untuk menghilangkan rasa keraguan tersebut, Pemohon menanyakan langsung kepada Termohon tantang status dirinya ( gadis atau tidak ) dan akhirnya pada tanggal 21 Juni 2006 Pemohon mendapatkan jawaban. Termohon denga jujur mengakui bahwa dirinya sudah tidak gadis lagi karena sebelum menikah dengan Pemohon, telah melakukan hubungan suami isteri dengan mantan pacarnya kemudian pada tanggal 30 Juli 2006 Pemohon menyerahkan Termohon kepada orang tuanya;

Menimbang, bahwa Termohon memberikan jawaban secara lisan yang pada pokoknya membenarkan dan mengakui seluruh dalil-dalil permohonan Pemohon. Sedangkan terhadap permohonan cerai Pemohon terhadap Termohon, maka Temohon menerima dan tidak keberatan;

Menimbang, bahwa meskipun termohon telah mengakui dalil permohonannya, namun pengakuan dalam perkara perceraian atas dasar alasan terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran adalah dianggap belum cukup bukti, karena ada asas bahwa pengakuan terhadap dalil perceraian dalam alasan tersebut adalah sebuah kebohongan (de grote leugen) sebagaimana asas pada Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor: 836 K/Pdt/ 1990, tanggal 28 November 1991.

Menimbang, bahwa karena itu telah didengar keterangan dua orang saksi dari wakil keluarga masing-masing yang memberi keterangan yang saling ada kesesuaian yang pada pokoknya menyatakan, bahwa benar antara Pemohon dengan Termohon sejak awal bulan sudah tidak harmonis, sering diwarnai perselisihan yang disebabkan karena kondisi Termohon yang sudah tidak perawan lagi dan Termohon sekarang sudah berpisah tempat tinggal; sejak Termohon diserahkan oleh Pemohon kepada orng tua Termohon pada tanggal 30 Juni 2006;

Menimbang bahwa berdasarkan keterangan Pemohon dan Termohon serta keterangan para saksi tersebut di atas telah ditemukan fakta hukum, bahwa antara Pemohon dan Termohon adalah sebagai suami isteri yang sah dan sejak awal perjalanan perkawinanya terjadi ketidak harmonisan karena factor sebagaimana tersebut di atas sehingga anatra keduanya telah berpisah tempat tinggal sejak tanggal 30 Juni 2006;

Menimbang, bahwa suami isteri yang telah pisah tempat tinggal dan tidak saling memperdulikan sudah merupakan fakta adanya perselisihan dan pertengkaran sehingga tidak ada harapan untuk hidup rukun dalam rumah tangga, dan dapat dijadikan alasan untuk mengabulkan gugaatan perceraian sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor : 1354/K/Pdt/2000, tanggal 08 September 2003;

Menimbang, bahwa rumah tangga Pemohon dan Termohon dengan kondisi sebagaimana tersebut di atas patut diduga tidak terjalin sebuah

59

komunikasi harmonis secara wajar, di mana keduanya telah hidup berpisah tempat tinggal. Hal tersebut mengindikasikan, bahwa kedua belah pihak tidak lagi mampu menjalani kehidupan berumah tangga seperti yang dicita-citakan dalam mengarungi bahtera kehidupannya, bahkan sebaliknya keluarga tersebut telah mengalami keretakan dan karena itu majelis berpendapat antara keduanya tidak mungkin lagi didamaikan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga;

Menimbang bahwa tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang sejahtera lahir maupun batin sebagaimana yang dikehendaki Firman Allah dalam surat Al-Rum ayat 21 dan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, hal mana maksud tersebut tidak terwujud dalam rumah tangga Pemohon dan Termohon, bahkan kini keduanya telah berpisah tempat tinggal. Oleh karena itu majelis berpendapat kurang ada manfaatnya, bahkan akan memdatangkan madharat manakala perkawinan meraka dipertahankan, sesuai dengan kaidah fiqih yang maksudnya: Menghindari mafsadah yang sudah nyata harus didahulukan dari pada mengharapkan adanya maslahah;

Menimbang bahwa berdsarkan segenap pertimbangan tersebut di atas majelis hakim berpendapat permohonan Pemohon telah terbukti kebenarnya dan karena itu dinilai telah cukup alasan sehingga permohonan Pemohon patut untuk dikabulkan dengan berdasarkan ketentuan Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 jo Pasal 116 (f) Kompilasi Hukum Islam;

Menimbang bahwa dengan terpenuhinya alasan permohonan Pemohon, maka sesuai ketentuan Pasal 118 Kompilasi Hukum Islam, majelis hakim menetapkan memberi izin untuk menjatuhkan talak raj’i kepada Termohon;

Menimbang, bahwa perkara ini adalah termasuk dalam lingkup perkawinan, maka berdasarkan Pasal 89 (1) Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 Pemohon dibebani untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam perkara ini yang besarnya sebagaimana tersebut dalam amar putusan;

Menimbang, bahwa apa yang menjadi tuntutan Pemohon semuanya telah dipertimbangkan. Oleh karena itu atas perkaranya telah dapat diambil putusan;

Memperhatikan segenap dalil syar’i peraturan perundang-undang yang terkait;

4. Putusan

MENGADILI

a. Mengabulkan permohonan Pemohon

b. Menetapkan mengizinkan Pemohon untuk mengucapkan ikrar talak terhadap Termohon di depan siding Pengadilan Agama Beksi

c. Membebankan kepada Pemohon untuk membyar biaya perkara ini sebesar Rp 196.000.- ( seratus Sembilan puluh enam ribu rupiah);

Dengan demikaian dijatuhkanya putusan ini pada hari rabu tanggal 07 Maret 2007 M. bertepatan dengan tanggal 17 Shofar 1428 H. oleh kami

61

Yayan Atmaja, SH. Sebagai hakim ketua, Dra. Lelita Dewi SH. M. Hum. Dan Drs. Humaidi Yusuf. Masing-masing sebagai hakim anggota, putusan mana diucapkan pada hari itu juga dalam sidang terbuka untuk umum yang dihadiri oleh hakim-hakim anggota tersebut dengan didampingi oleh Drs. E. Arifudin sebagai panitera dengan dihadiri Pemohon dan Termohon;

B. Analisis putusan No. 019/Pdt.G/2007/PA.Bekasi menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.

Masalah putusan perkara di Pengadilan Agama Bekasi No. 019/Pdt.G/2007/PA. Bekasi, sudah tepat karena pada dasarnya sudah diatur dalam Undang-undang Perkawinan yang dinyatakan dengan tegas pada Pada pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo Pasal 116 (f) Kompilasi

Hukum Islam yang berbunyi: “antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga”. Akan tetapi dalil yang menyatakan perceraian atas dasar alasan terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran adalah diangap belum cukup bukti, karena ada asas yang menyatakan bahwa pengakuan terhadap dalil perceraian dalam alasan tersebut adalah sebuah kebohongan ( de grote leugen ) sebagaimana asas yang tersebut pada Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor:836 K/Pdt/1990, tanggal 28 November 1991. Oleh karena itu harus ada bukti-bukti lain lagi yang menyatakan penyebab perceraian tersebut, seperti keterangan saksi dan bukti tentang kondisi Termohon yang sudah tidak perawan

lagi serta ada undang yang menjelaskan hal tersebut yaitu pada Undang-undang Perkawinan pasal 27 ayat 2 yang berbunyi:” Seorang suami atau isteri dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan apabila pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi salah sangka mengenai diri suami atau isteri”.

Mengenai pasal-pasal tentang peraturan pembatalan perkawinan tersebut harus lebih ditingkatkan, karena tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada masalah kebohongan tentang ketidakgadisan dalam sebuah perkawinan, ini disebabkan karena mereka kurang faham tentang adanya Undang-undang yang menyatakan

“seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan apabila waktu berlangsungnya perkawinan terjadi salah sangka mengenai diri

suami atau istri”. Apabila suami mengetahui adanya peraturan pembatalan perkawinan tersebut, maka diharapkan suami berani untuk menuntut atau mempertahankan haknya. Dengan adanya pemahaman tersebut, maka diharapkan dapat meminalisir kejadian seperti ini di dalam rumah tangga. Hal ini juga diharapkan akan dapat merendam hasrat suami untuk tidak melakukan pembatalan perkawinan dan tidak langsung melaporkan ke Pengadilan Agama. Akan tetapi terlebih dahulu melakukan musyawarah secara kekeluargaan antara suami dan istri

Adapun annalisa tentang putusan di Pengadilan Agama Bekasi dengan perkara nomor 019/Pdt.G/2007/PA.Bks, menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam adalah sebagai berikut: 1. Dasar hukum yang dijadikan landasan pertimbangan hakim dalam

63

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo Pasal 116 (f) Kompilasi Hukum Islam

yang berbunyi: “antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah

tangga”. Semua ini disebabkan karena istri tidak bersikap jujur dan terbuka tentang kondisi Termohon (gadis atau tidak).

Berdasarkan pasal di atas, jelas bahwa suami mempunyai kewenangan untuk mengajukan pembatalan perkawinan ke Pengadilan Agama karena terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan kebohongan mengenai kondisi istri yang sudah tidak perawan.

2. Adapun pengajuan pembatalan perkawinan, diajukan kepada Pengadilan Agama yang berwenang sesuai dengan pasal 38 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Jo pasal 74 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan:

“Permohonan pembatalan perkawinan dapat diajukan kepada Pengadilan

Agama yang daerah hukumnya meliputi tempat berlangsungnya perkawinan

atau tempat tinggal suami atau istri”.

Untuk mengajukan ke Pengadilan Agama bisa langsung secara pribadi atau oleh kuasa hukumnya. Berlakunya putusan pembatalan perkawinan dimulai sejak putusan Pengadilan Agama dan mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan berlaku sejak saat berlangsungnya perkawinan (pasal 28 ayat 1 Undang-undang Perkawinan).

3. Dalam pelaksanaan persidangan, Termohon menyatakan mengakui dan membenarkan dali-dalil yang diajukan Pemohon dengan tidak sedikitpun bantahan. Berdasarkan hal tersebut, maka Pengadilan Agama Bekasi mengabulkan permohonan tersebut, yaitu antara Pemohon dan Termohon yang telah melangsungkan pernikahan di Kantor Urusan Agama Nomor; 934/127YI/2006, dan sejak awal perjalanan perkawinanya terjadi ketidakharmonisan karena factor tersebut di atas, sehinnga keduanya telah berpisah tempat tinggal sejak tanggal 30 Juni 2006.

Sedangkan jika merujuk di dalam Kompilasi Hukum Islam tidak menyebutkan definisi pembatalan perkawinan secara konkrit, namun Kompilasi Hukum Islam hanya menguraikan mengenai konsepsi dari pembatalan perkawinan serta hal-hal yang berhubungan dengan pembatalan perkawinan.

Kompilasi Hukum Islam mengenal dua macam pembatalan perkawinan yaitu: perkawinan batal demi hukum dan perkawinan dapat dibatalkan. Perkawinan batal demi hukum yaitu Perkawinan yang melangar larangan perkawinan yang mutlak, sehingga perkawinan mutlak harus dibatalkan. Sedangkan perkawinan dapat dibatalakan yaitu yang melangar larangan suatu perkawinan yang bersifat relative, pelanggaran larangan perkawinan tanpa sengaja. Kekurangan syarat sehingga perkawinan dapat dibatalkan dan bisa pula tidak dapat dibatalkan, dengan cara memperbaharui perkawinanya yang sesuai dengan aturan hukum berlaku.

65

4. Dengan berpedoman pada pembahasan di atas maka putusan Pengadilan Agama Bekasi Nomor 019/Pdt.G/2007/PA.Bks. Sudah sesuai dengan Undang-undang perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam dengan tetap berpegang teguh pada asas keadilan dan kemaslahatan bagi para pencari kebenaran dan keadilan. Dengan demikian, maka aturan hukum mengenai pembatalan perkawinan karena ketidakgadisan yang terdapat dalam Undang-undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam adalah untuk menjamin kepastian hukum yang jujur dan respon perempuan dalam menjaga ke hormatannya. Oleh karena itu putusan ini seharusnya merupakan pembatalan perkawinan yang diputuskan di Pengadilan Agama Bekasi dengan Nomor perkara 019/Pdt.G/2007/PA.Bekasi, karena telah sesuai dengan Undang-undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.

C. Analisis Penulis Terhadap Putusan Nomor: 019/Pdt.G/2007/PA.Bks.

Dalam hal menganalisa tentang putusan perkara Nomor: 019/Pdt.G/2007/PA.Bekasi penulis memandang bahwa keputusan Majelis Hakim yang berdasarkan bukti-bukti dan saksi-saksi yang telah ada dikemukakan di Pengadilan juga kepada ketentuan pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo Pasal 116 (f) Kompilasi Hukum Islam yang berbunyi: “antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada

harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga”. Adalah benar adanya karena

lahir maupun batin hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Rum ayat 21 yang berbunyi:











































)

مورلا

:

21

(

Artinya: dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

Berdasarkan analisis penulis bahwasanya dalam putusan perkara Nomor: 019/Pdt.G/2007/PA.Bekasi yang telah diputuskan oleh Majelis Hakim Pengadilan Agama Bekasi sesuai dengan firman Allah dalam surat an-Nur ayat 3 yang menjelaskan tentang pernikahan pezina hanya boleh dilakukan oleh pezina dan orang musyrik hanya boleh dinikah oleh orang yang musyrik, Jelaslah konteks diturunkan ayat di atas keharaman menikahi wanita yang berzina bagi laki-laki yang tidak menzinahinya, adalah dalam rangka melindungi nilai dan martabat orang-orang yang beriman. Oleh karena itu pernikahan itu harus bersendikan kejujuran dan ketulusan, untuk mencapai tujuan pernikahan baik. Seperti perintah dalam hadist Nabi s.a.w.,”Hendaklah kalian berlaku jujur sebab

kejujuran akan mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkan menuju surga, dan seseorang hendaklah bersikap jujur dan berusaha untuk jujur

hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang jujur”.1

1

67

Penulis juga berpendapat bahwa Masalah putusan Nomor: 019/Pdt.G/2007/PA.Bekasi ini sebenarnya sudah betul dan sesuai dengan Undang-undang yang berlaku, akan tetapi lebih tepatnya lagi putusan ini

seharusnya mengenai pembatalan perkawinan bukan mengenai talak raj’I, karena permasalahan yang terjadi disini adalah mengenai kebohongan, sikap ketidak jujuran Termohon dan keterbukaan Termohon dalam hal kondisi Termohon (gadis atau tidak) seperti yang dijelaskan dalam Undang-undang No. 1 tahun 1974, pasal

27 ayat 2 berbunyi:” seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan apabila waktu berlangsungnya perkawinan terjadi salah sangka mengenai diri suami atau istri”, dan menurut bapak Hakim Humaidy selaku hakim ketua di Pengadilan Agama Bekasi, bahwasanya seseorang boleh mengajukan pembatalan perkawinan dalam jangka waktu 6 bulan setelah menikah diketahui adanya kebohongan tersebut, jika lewat dari 6 bulan maka hakim tidak dapat mengabulkan permohonan pembatalan perkawinan2, sedangkan terungkapnya kebohongan dalam kasus ini hanya dalam jangka waktu satu bulan setelah pernikahan, jadi disebut dengan Pembatalan perkawinan bukan talak raj’i.

Walaupun ke dua katagori tersebut boleh rujuk setelah habis masa iddahnya wanita akan tetapi jika dilihat dari seginyatalak raj'i dapat mengurangi bilangan talak, sedangkan fasakh tidak mengurangi bilangan talak, dan penulis juga berpendapat bahwa perlu adanya penambahan dalam peraturan

2

Wawancara, oleh Bapak Hakim Humaidy Yusuf, pada hari Jum’at, 15 April 2011, di

undangan yang berlaku di Negara Indonesia, karena kejadian dalam perkara Nomor: 019/Pdt.G/2007/PA. Bekasi, dilandasi sikap ketidak jujuran Termohon dan keterbukaan Termohon dalam hal kondisi Termohon (gadis atau tidak). Hal yang demikian sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1974, pasal 27 ayat (22), yang berbunyi: “Seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan apabila waktu berlangsungnya perkawinan terjadi salah sangka mengenai diri suami atau istri”.

Mengenai sebab merasa tertipu oleh pihak istri maka suami dapat

Dokumen terkait