• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masalah ketidakgadisan dan hubungannya dengan keharmonisan berumah tangga

KETIDAKGADISAN ISTRI SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PERKAWINAN

C. Masalah ketidakgadisan dan hubungannya dengan keharmonisan berumah tangga

Istri merupakan tempat penenang bagi suaminya, tempat menyemaikan benihnya, pengatur rumah tangganya, ibu dari anak-anaknya, tempat tambatan hatinya, tempat menumpahkan rahasinya dan mengadukan nasibnya. Karena itu Islam menganjurkan agar memeilih istri yang shalihah dan menyatakan sebagai perhiasan yang terbaik yang sepatutnya dicari dan diusahakan mendapatkanya dengan sunguh-sunguh.

Yang dimaksud shalihah di sini adalah hidup mematuhi agama dengan baik, bersikap luhur, memperhatikan hak-hak suaminya. Sifat-sifat seperti inilah yang patut di perhatikan oleh laki-laki. Adapun sifat-sifat duniawi yang tidak mempunyai nilai baik, luhur dan utama, Islam menyuruh menjahuinya.21

20

Wawancara, oleh Ibu Bidan Ari Rokriyati, pada hari selasa tanggal 4 April 2011,di Klinik Ari, Gempol Cakung Timur, Jakarta Timur

21

Terutama kepada seorang wanita yang pernah melakukan zina. Pada dasarnya kebanyakan laki-laki menyenangi perempuan yang cantik, berharta, berkedudukan bernasab tinggi atau nenek moyangnya terpandang tanpa memperhatikan lagi keluhuran ahlaknya dan baik buruknya pendidikannya. Sehingga perkawinanya akan menimbulkan kepahitan dan berakhir dengan malapetaka dan kerugian. Karena itulah Rasullah saw. Memperingatkan orang-orang yang kawin sedemikian ini dengan sabdanya:

Artinya: “Jahuilah olehmu si cantik yang beracun”, Lalu sesorang sahabat

bertanya: “Wahai Rasullah, siapakah si cantik yang beracun itu?”

Jawabnya: “Perempuan yang cantik, tetapi dalam lingkungan yang jahat.”

Dan sabdanya pula:

Artinya: “Jaganlah kamu kawin dengan perempuan karena cantiknya, barangkali kecantikanya itu akan membinasakannya. Dan jaganlah kamu kawin dengan perempuan karena hartanya, barangkali dengan kekayaanya itu akan menyebabkan durhaka, tetapi kawinlah kamu dengan perempuan karena agamanya. Sesungguhnya perempuan tak berhidung lagi budek,

tapi beragama adalah lebih baik baginya (dari pada yang lainnya)”.22

22

Hadists riwayat Abd Hamid. Dalam sanadnya ada Abdur Rahman bin Ziyad al-Afriqy, seorang rawi yang lemah.

45

Tujuan peringatan ini, agar dalam perkawinan, pada tujuan utamanya jaganlah mencari kepentingan duniawi semata-semata yang tidak dapat berbuah baik dan berguna bagi pelakunya. Tetapi yang wajib di perhatikan lebih dahulu adalah persyaratan agamanya itulah akal dan jiwa akan dapat terpimpin.23

Oleh karena itu keperawanan menurut sosial adalah kesucian atau kehormatan seorang wanita yang harus di jaga dan di pertahankan sampai ia menikah karena keperawanan adalah mahkota wanita.

Tetapi di zaman modernisasi seperti sekarang ini banyak sekali anak yang meranjak dewasa terpengaruh dengan pergaulan bebas diantaranya free sex, mereka tidak mengangap bahwa keperawanan adalah sesuatu yang urgent yang harus di jaga dan di pertahanakan, sikap seorang wanita untuk menjaga keperawanannya hingga menikah dianggap sangat kampungan dan tidak relevan dengan zaman karena seks adalah suatu hal yang biasa dilakukan dan mempunyai kenikmatan tersendiri, kekurangan pengetahuan ilmu agama dan bahayanya yang terjadi akibat seks bebas yang menjadikan free sex suatu hal yang tidak dapat di hindari dan di hilangkan.

Keperawanan seorang perempuan, untuk orang-orang di bagian Timur belahan dunia, lebih dari dari emas bagi keluarga mereka. Hal ini tidak logis untuk dijelaskan betapa pentingnya keperawanan dibandingkan dengan tanggung jawab sesudah menikah. Banyak pria muda pada umumnya akan sangat bangga jika ia dapat menikahi seorang perawan muda yang masih perawan. Bukan hanya

23

itu, prinsip ini juga diperkuat oleh nilai-nilai religi di Indonesia yang melarang hubungan sex sebelum menikah. Menurut nilai-nilai tersebut “sex”sebelum menikah adalah dosa.

Jika seseorang melakukannya, orang tersebut akan merasa berdosa tertuduh oleh nilai-nilai yang dianut oleh masyarat dan juga oleh agama. Mungkin kebanggaan seorang pria tersebut berkaitan dengan hal ini. Sebagai dampaknya, seorang pria yang menikahi seorang perawan akan merasa sangat dihargai. Hal ini akan nyata dalam perlakuannya terhadap pasangannya.24 Suami itu akan memperlakukannya dengan sangat baik, bahkan sesudah bulan madu. Banyak bukti dalam pernikahan semacam ini menunjukkan bahwa keluarga yang menikah dengan cara yang demikian bertahan selama-lamanya, hingga kematian memisahkan mereka, keluarga tersebut juga hidup dengan rukun, dan sangat kuat cinta mereka, tidak gampang tergoda dengan rayuan apapun.

Di lain sisi, terdapat banyak kasus di mana terjadi hubungan gelap antara seorang istri dengan mantan pacarnya. Hal ini akan membawa dampak yang sangat fatal bagi keluarganya. Dalam kasus-kasus demikian, tidak sedikit suami yang dengan berani membantai istri mereka hingga napasnya yang terakhir, itu sesuatu yang sangat tragis. Dalam situasi yang berbeda, beberapa wanita merasa depresi yang disebabkan oleh kehilangan keperawanan mereka karena persetubuhan dengan orang lain dalam keluarga baru mereka bahkan sesudah suami mereka memaafkan mereka atas kelalaian mereka tersebut.

24

ttp://id.shvoong.com/society-and-news/culture/2106511-pentingnya-keperawanan-dalam-rumah-tangga/

47

Secara psikologis, hal ini akan mempengaruhi hubungan bukan hanya antara suami dan istri, tetapi juga dengan generasi selanjutnya sebagai hasil dari pernikahan mereka. Istri semacam ini akan merasa bersalah dan merasa rendah diri.

Sebaliknya perasaan bersalah, kecurigaan, kekecewaan dan merasa tertipu,

yang dimiliki seorang suami akan bekerja sama persis seperti yang terjadi pada seorang istri. Seorang suami menjadi sangat lemah, dan cenderung menggunakan kekerasan. Tentu hal ini sangat tidak baik dalam pertumbuhan suatu keluarga karena terus menerus akan menjadi konflik di antara suami-istri tersebut, yang pada akhirnya mereka akan mengambil jalan khiyar, yaitu meneruskan atau memutuskan dengan jalan yang baik. Mengenai sebab merasa tertipu oleh pihak suami, maka suami dapat memohon kepada pihak Pengadilan Agama karena terdapat hal-hal yang tidak mungkin mendatangkan ketentraman dalam pergaulan hidup berumah tangga mereka.25

Oleh sebab itu nikahilah seseorang yang tidak memiliki gejala-gejala demikian. Bila tidak, di dalam keluarga akan ada banyak masalah dalam jangka waktu yang lama, suatu masa yang hanya penuh dengan pertengkaran, sakit hati, tangisan dan air mata dalam rumah tangga. Jadi, bila hari ini Anda adalah seorang perawan, Anda bukan orang yang ketinggalan zaman, tetapi Anda adalah orang yang membawa kecerahan di masa yang akan datang.

25

Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 1995), cet

Dokumen terkait