• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi kemampuan Imajinasi Matematis pada Pembelajaran Joyfull Learning dengan bantuan media Audio Geobraille Learning dengan bantuan media Audio Geobraille

4.2 Hasil Penelitian

4.3.1 Deskripsi kemampuan Imajinasi Matematis pada Pembelajaran Joyfull Learning dengan bantuan media Audio Geobraille Learning dengan bantuan media Audio Geobraille

Pada saat proses pelaksanaan penelitian subjek mengalami dua fase, yaitu fase baseline dan fase intervensi. Kondisi fase baseline merupakan kondisi sebelum dilakukan strategi joyfull learning dengan media audio geobraille. Subjek diberikan soal tes imajinasi matematis yang terdiri atas tes sesi 1, sesi 2, sesi 3, dan sesi 4 terlebih dahulu yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal imajinasi matematis subjek. Pada kondisi ini subjek benar-benar belum mendapatkan materi tentang sifat-sifat bangun datar segiempat dan luas gabungan bagun datar segiempat. Setelah pelaksanaan tes imajinasi matematis pada fase baseline selesai, peneliti mulai melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi joyfull learning dengan bantuan media audio geobraille. Saat pelaksanaan pembelajaran ini, peneliti hanya menggunakan media audio geobraille saja dalam mengajar. Peneliti tidak menggunakan bahan ajar ataupun lembar kerja siswa lainnya. Semua materi yang

dipelajari tentang sifat-sifat bangun datar segiempat dan luas gabungan bagun datar segiempat didesain dalam bentuk audio yang secara bertahap akan didengarkan oleh subjek saat menekan tombol pada setiap bangun datar segiempat yang dipelajari.

Adapun untuk penjelasan naskah audio yang digunakan pada media Audio Geobraille ini terdapat pada lampiran 37. Setelah pembelajaran dengan strategi joyfull learning menggunakan bantuan media audio geobraille selesai, siswa diberikan tes imajinasi matematis yang terdiri atas tes sesi 5, sesi 6, sesi 7, dan sesi 8 yang bertujuan unuk mengetahui kemampuan imajinasi matematis subjek setelah dilaksanakan strategi joyfull learning dengan bantuan media audio geobraille. Kondisi ini merupakan kondisi fase intervensi.

Hasil skor imajinasi matematis subjek pada fase baseline dan intervensi yang telah dipaparkan dalam bentuk grafik pada Gambar 4.1 tersebut di atas, terlihat adanya kenaikan yang signifikan dari fase baseline ke fase intervensi. Hal ini dikarenakan siswa sebelumnya tidak mendapatkan materi pendukung tentang konsep bangun datar segiempat dan luas gabungan segiempat sehingga pada fase baseline memperoleh skor yang rendah. Kemudian setelah diberikan strategi joyfull learning dengan bantuan media Audio Geobraille, siswa lebih paham dan memperoleh hasil tes dengan skor yang sangat tinggi.

Selain mengukur kemampuan imajinasi matematis, pada penelitian ini juga dilihat pengembangkan nilai-nilai karakter selama proses pelaksanaan pembelajaran dan pada saat penyelesaian soal yang dilakukan oleh subjek yang meliputi : religiusitas, integritas, disiplin, dan tanggungjawab. Karakter religiuitas dapat dilihat pada kegiatan awal proses pembelajaran, yaitu pada saat subjek melakukan kegiatan berdoa sebelum memulai pembelajaran. Karakter integritas dapat dilihat pada kegiatan penyelesaian soal. Subjek melaksanakan kegiatan penyelesaian soal dengan jujur, konsisten, dan sesuai komitmen. Subjek menyelesaikan soal sesuai dengan kemampuannya sendiri, tidak menyontek, dan tanpa bantuan dari orang lain. Karakter disiplin dikembangkan selama proses pembelajaran dan penyelesaian soal. Setiap hari, subjek selalu mentaati tata tertib sekolah dan arahan guru dalam pembelajaran serta menyelesaikan soal tes tepat waktu. Karakter tanggungjawab dilihat pada saat kegiatan wawancara setelah

menyelesaikan soal. Subjek dapat mempertanggungjawabkan jawaban yang telah ditulis pada lembar jawab dan memberikan penjelasan maksud dari jawaban yang ditulis dalam bentuk huruf braille.

Adapun untuk deskripsi bagaimana kemampuan imajinasi matematis subjek setelah diberikan suatu perlakuan dalam bentuk pelaksanaan strategi joyfull learning dengan bantuan media audio geobraille adalah sebagai berikut. Kemampuan Imajinasi Matematis subjek setelah pelaksanaan pembelajaran joyfull learning berbantuan media Audio Geobraille diukur melalui tes imajinasi matematis pada fase intervensi yang meliputi empat sesi, yaitu sesi 5, sesi 6, sesi 7, dan sesi 8. Berdasarkan analisis hasil imajinasi matematis mulai dari tes sesi 5 sampai dengan tes sei 8, imajinasi matematis subjek mengalami peningkatan dari kategori imajinasi matematis cukup menjadi kategori imajinasi matematis baik.

Hasil analisis tes imajinasi matematis sesi 5 pada tabel 4.24 tersebut di atas menunjukkan bahwa subjek telah memenuhi indikator dalam aspek Scientific Sensitivity (SS) dengan kategori cukup karena subjek hanya dapat mengerjakan soal nomor satu. Indikator dalam aspek scientific creativity (SC) telah terpenuhi namun masih dalam kategori cukup karena subjek hanya dapat menyelesaian soal nomor 2.

Sedangkan indicator pada aspek Scientific Productivity (SP) telah terpenuhi dalam kategori baik karena subjek dapat menyelesaikan seluruh soal aspek Scientific Productivity (SP). Sehingga dapat diketahui subjek belum mampu mengeksplorasi masalah pada soal dengan mengingat kembali suatu aturan. Hal ini diketahui berdasarkan hasil belum terpenuhinya indikator pada aspek Scientific Sensitivity (SS) pada subjek saat tes soal sesi 5 imajinasi matematis. Subjek juga belum memenuhi indikator imajinasi matematis dalam aspek Scientific Creativity (SC) sehingga dapat diketahui subjek belum mampu menemukan ide-ide baru yang kreatif dalam penyelesaian masalah matematik. Dengan demikian imajinasi matematis subjek dalam mengerjakan soal tes sesi 5 masih dalam kategori cukup.

Selain karakteristik imajinasi matematis subjek, berdasarkan hasil jawaban subjek pada tes sesi 5 imajinasi matematis diketahui bahwa subjek telah mampu menjawab pertanyaan dengan bentuk uraian singkat seperti bentuk soal nomor 1.

Subjek telah mampu memberikan alasan atas jawaban yang diberikan pada lembar jawab seperti pada bentuk soal nomor 2 dan soal nomor 3. Subjek merasa kurang paham pada materi bangun jajar genjang sehingga subjek tidak dapat mengerjakan soal nomor 4 dengan jawaban yang benar.

Berdasarkan wawancara dengan subjek, pemahaman yang kurang tersebut disebabkan oleh gangguan suara yang muncul terlalu pelan pada bagian bangun jajargenjang. Subjek juga memberikan saran terkait dengan aksesbilitas huruf braille pada simbol sudut dimana pada media Audio Geobraille tersebut masih berupa braille huruf dan angka, belum dilengkapi dengan braille simbol-simbol matematika seperti simbol sudut. Sehingga perlu penyempurnaan lebih lanjut untuk media Audio Geobraille tersebut khususnya untuk bagian bangun jajargenjang.

Subjek mampu menjawab soal nomor 5 pada tes sesi 5 dengan jawaban yang benar, namun tidak menggunakan cara penyelesaian. Hal ini terjadi dengan alasan subjek lupa menuliskannya pada lembar jawab. Subjek juga sudah dapat mengekspresikan abstraksi permasalahan matematika ke dalam contoh-contoh konkret seperti erlihat pada soal nomor 6 dimana subjek mampu membagi panjang dan lebar suatu tanah berbentuk persegi dengan ukuran sama yang akan diberikan pada ketiga anak. Subjek juga mampu dalam memberikan alasan bagaimana cara penyelesaian soal tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara setelah pelaksanaan tes sesi 5, subjek merasa senang, nyaman, dan lebih mudah membayangkan bangun datar dalam kegiatan pembelajaran ketika menggunakan media Audio Geobraille.

Hasil analisis tes imajinasi matematis sesi 6 pada tabel 4.25 menunjukkan bahwa subjek telah memenuhi indikator dalam aspek Scientific Sensitivity (SS) dengan kategori baik karena subjek dapat menyelesaikan seluruh soal aspek Scientific Sensitivity (SS). Indikator dalam aspek Scientific Creativity (SC) juga telah terpenuhi dengan kategori baik karena subjek dapat menyelesaikan seluruh soal aspek Scientific Creativity (SC). Sedangkan indicator pada aspek Scientific Productivity (SP) telah terpenuhi dengan kategori cukup karena subjek hanya dapat menyelesaikan satu soal aspek Scientific Productivity (SP) yaitu soal nomor 6. Sehingga dapat diketahui subjek

belum mampu mengekspresikan abstraksi permasalahan matematika ke dalam contoh-contoh konkret. Hal ini terlihat pada saat ubjek tidak dapat menjelaskan bagaimana cara penyelesaian pada soal nomor 3. Karena lima dari keenam soal aspek imajinasi matematis dapat terjawab dengan benar, maka imajinasi matematis subjek dalam mengerjakan soal tes sesi 6 sudah dalam kategori imajinasi matematis baik.

Hasil analisis tes imajinasi matematis sesi 7 dan sesi 8 yang ditunjukkan pada tabel 4.25 dan tabel 4.26 menunjukkan bahwa subjek telah memenuhi ketiga indicator dalam aspek Scientific Sensitivity (SS), Scientific Creativity (SC), dan Scientific Productivity (SP) dengan kategori baik karena subjek dapat menyelesaikan seluruh soal dengan jawaban yang benar. Perbedaan skor yang terjadi karena pada jawaban tes sesi 7 subjek tidak menuliskan hal-hal yang diketahui pada soal dengan lengkap. Subjek juga masih belum menuliskan satuan luas ataupun satuan panjang pada hasil perhitungan. Hal tersebut yang mempengaruhi perbedaan hasil skor imajinasi subjek pada tes sesi 7 dan tes sesi 8.

Berdasarkan hasil analisis skor tes sesi 5 sampai tes sesi 8 pada fase intervensi, kemampuan imajinasi matematis subjek pada pembelajaran joyfull learning berbantuan media Audio Ggeobraille telah memenuhi ketiga aspek imajinasi matematis yang telah ditentukan yaitu 1) Scientific Sensitivity yang meliputi indikator Emotional Understanding (EU) dan The Experience of Imagination (EI); 2) Scientific Creativity yang meliputi indikator Diversity (D) dan Originality (O); 3) Scientific Productivity yang meliputi indikator Creation and Reproduction (CR) dan Scientific Sense of Reality (SSR). Dengan demikian, maka hasil imajinasi matematis yang dicapai oleh subjek dalam kategori baik.

125 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kemampuan imajinasi matematis siswa tunanetra kelas IX SLB-A Wantuwirawan tahun pelajaran 2019/2020 pada materi sifat-sifat bangun datar segiempat dan luas gabungan bangun datar segiempat melalui pembelajaran joyfull learning berbantuan media Audio Geobraille diperoleh hasil sebagai berikut.

1. Kemampuan imajinasi matematis siswa tunanetra pada materi sifat-sifat bangun datar segiempat dan luas gabungan bangun datar segiempat melalui pembelajaran joyfull learning dengan bantuan media audio geobraille telah memenuhi ketiga aspek imajinasi matematis yaitu: 1) Scientific Sensitivity yang meliputi indicator Emotional Understanding (EU) dan The Experience of Imagination (EI), 2) Scientific Creativity yang meliputi indicator Diversity (D) dan Originality (O), 3) Scientific Productivity yang meliputi indicator Creation and Reproduction (CR) dan Scientific Sense of Reality (SSR). Dengan demikian, maka hasil imajinasi matematis yang dicapai oleh subjek dalam kategori baik.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut.

1. Peningkatan kemampuan imajinasi matematis siswa tunanetra dapat dilakukan melalui model pembelajaran Joyfull Learning berbantuan media Audio Geobraille.

2. Guru diharapkan mengembangkan prototype media Audio Geobraille untuk pembelajaran matematika pada materi yang lain.

3. Kepala sekolah diharapkan memberikan fasilitas media pembelajaran Audio Geobraille dalam proses pembelajaran untuk membantu meningkatkan imajinasi matematis siswa tunanetra.

4. Bagi peneliti lain diharapkan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan lebih lanjut untuk mengembangkan media pembelajaran matematika berbasis audio yang dilengkapi dengan huruf braille pada materi yang memerlukan kemampuan imajinasi matematis.

127 Elektromagnetik. 5. 11 – 18.

Anggoro, Subuh. 2014. Pendekatan Joyfull Learning pada Proses Pembelajaran di Sekolah Dasar (Kajian Teoritis dan Neurosains). Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Azmil, S.N. & Santoso, A. 2013. Bimbingan dan Konseling Islam dengan Media Braille dalam Meningkatkan Motivasi Diri Pada Penyandang Tunanetra. Jurnal Bimbingan dan Konseling. Vol. 3(2): 140-151.

Bobbi De Porter. 2000. Quantum Teaching/Learning. Bandung: Kaifa.

Carroll, M., Goldman, S., Britos, L., Koh, J., Adam, R., & Hornstein, M. (2010).

Destination, Imagination and the Fires Within: Design Thinking in a Middle School Classroom. International Journal of Art & Design Education, 29(1), 37-53. https://doi.org/10.1111/j.1476-8070.2010.01632.x.

Chapman, O. 2008. Imagination as a Tool in Mathematics Teacher Education. Journal Mathematics Teacher Education, 11, 83-88. https://doi.org/10.1007/s10857-008-9074-z

Conklin, Hilary G. (2014). Toward More Joyful Learning: Integrating Play Into Frameworks of Middle Grades Teaching. American Educational Research Journal. December 2014, Vol. 51, No. 6, pp. 1227–1255. DOI:

10.3102/0002831214549451. (http://aerj.aera.net).

Creswell, John. W. 2014. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Djamarah, Saiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djuandi. Feri. 2011. Pengenalan Arduino. Jakarta: Universitas Ttrisakti.

Dryden, Gordon & Jeannette Vos. 2000. Revolusi Cara Belajar The Learning Revolution. Bandung: Mizan Media Utama.

Efendi, Mohammad. 2009. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

E. Mulyasa. 2006. Kurikulum yang disempurnakan. Bandung: PT Remaja.

Edmonds, W. A., Kennedy, T. D. 2016. An Applied Guide to Research Designs:

Quantitative, Qualitative, and Mixed Methods. Available at https://nsuworks.nova.edu/cps_facbooks/202.

Fitriyanti, Ana. 2016. Efektivitas Penggunaan Media Big Books Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Anak Tunarungu Kelas Dasar I di SLB Widya Mulia Pundong Bantul Yogyakarta. Artikel E-Journal. Universitas Negeri Yogyakarta.

Handayani, S.L.W., Sugiman. 2019. Media Gambar untuk Meningkatkan Daya Tarik Siswa Kelas 1C SLBN Salatiga Dalam Belajar Matematika. PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika 2, 349-354.

Hantara, Nugraha J. T. 2011. Perancangan Prototype Display Braille Ayat Al-qur’an Menggunakan Microcontroller dan LED. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Hasrul. 2011. Desain Media Pembelajaran Animasi Berbasis Adobe Flash CS3 pada Mata Kuliah Instalasi Listrik 2. Jurnal MEDTEK. 3 (2): 1 – 8.

Hernawati, Kuswari. 2011. E-Learning untuk Siswa Berkebutuhan Khusus. Makalah.

Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. Statistik Pendidikan Luar Biasa 2018/2019. Jakarta: PDSPK Kemendikbud.

Khoswanto, H., Thiang, & Ricardo. 2013. Mesin Printer Huruf Braille Menggunakan Microcontroller MCS-51. Jurnal Teknik Elektro. Vol 3(1): 10 – 16.

Kustandi, C. & Sutjipto, B. 2011. Media Pembelajaran: Manual dan Digital. Bogor:

Ghalia Indonesia.

Liang, Chaoyun dkk. 2012. “The Explorations of Indicators of Imagination”. TOJET (The Turkish Online Journal of Educational Technology): Vol. 11, Issue 3, 366 – 374.

Makmun, Abin Syamsuddin. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.

Mariya, D., Zaenuri, Z., & Pujiastuti, E. 2013. Keefektifan Pembelajaran Model SAVI Berbantuan Alat Peraga terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah. Unnes Journal of Mathematics Education, 2(2). 40-47.

Muhibbin, Syah. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mulyasa, E. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mun, Jiyeong, dkk. 2015. “Exploration of Korean Students Scientific Imagination Using Scientific Imagination Inventory”. International Journal of ScienceEducation: Vol 37 No 13, 2091 – 2112.

Nazir. 2014. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

NCTM. 2000. Curriculum and Evaluation Standard for School Mathematics. Reston:

National Council of Teachers of Mathematics.

Nemirovsky, R., & Ferrara, F. 2008. Mathematical Imagination and Embodied Cognition. Journal Educational Studies in Mathematics, 70, 159-174.

https://doi.org/10.1007/s10649-008-9150-4

Ormrod, J.E. 2008. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang.

Alih Bahasa: Dra. Wahyu Indianti, M.Si., dkk. Jakarta: Erlangga.

Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Nomor 10/D/KR/2017 Tentang Struktur Kurikulum, Kompetensi Inti – Kompetensi Dasar, dan Pedoman Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Khusus.

Pradhitya, R. F, Yunianta, T. N. H, Ratu, N. 2017. Berpikir Geometri Siswa Tunagrahita berdasarkan Tingkatan Van Hiele di SMPLB Negeri Salatiga.

Jurnal Matematika Kreatif – Inovatif (Kreano), 8(1): 85-93.

Prasetyaningtyas, Desty. 2014. Implementasi Media Braille dalam Pembelajaran Bahasa Arab di Kelas VIII MTs Yaketunis Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Prasetyo, Imam Budi. 2018. Ketrampilan Membaca Dan Menulis Braille Siswa Tunanetra Kelas IV di SLB-A Yaat Klaten. Jurnal Widia Ortodidaktika. 7(8) : 861 – 871

Putra, H.D. 2011. Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan Savi Berbantuan Wingeom untuk Meningkatkan Kemampuan Analogi Matematis Siswa Smp.

Seminar Nasional Pendidikan Matematika. Bandung: STKIP Siliwangi Bandung.

Putro, Andy Eko. 2013. Papan Pembelajaran Berbasis Huruf Braille dan Rekaman pada Pokok Bahasan Suhu dan Kalor. Thesis. Surabaya: Widya Mandala Catholic University Surabaya.

Rahardja, Djadja. 2009. Konsep dan Strategi Implemnetasi KTSP SLB Tunanetra.

Makalah.Bandung: Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan.

Rahayu, A. T., Sibawaih, Imam. 2017. Pembelajaran Bahasa Inggris yang Menyenangkan melalui Pemahaman Gaya Belajar Siswa. Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan. Vol 4(2): 193-200.

Rudiyati, Sari. 2010. Pembelajaran Membaca dan Menulis Braille Permulaan pada Anak Tunanetra. JASSI. Vol. 9(1): 57-65.

Sadiman, A.S., dkk. 2007. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Samli, A. C. 2011. From Imagination to Creativity. From Imagination to Innovation:

New Product Development for Quality of Life. https://doi.org/10.1007/978-1-4614-0854-3.

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rajagrafindo.

Sari, S. F. M, Binahayati, Muhammad B. 2017. Pendidikan Bagi Anak Tuna Grahita (Studi Kasus Tunagrahita Sedang di SLB N Purwakarta). Juranal Penelitian &

PKM, 4(2): 129-389.

Shyrijo. 2008. Penerapan Joyfull Learning pada Materi Perkalian Kelas II di MI Roudhotul Ikhsan Sukodono. Jurnal Pendidikan. Vol 2 (1): 11-23.

Simbolon, Regina. 2013. Perangkat Lunak untuk Identifikasi dan Pengenalan Huruf Braille dengan Algoritma Perceptron. Pelita Informatika Budi Darma. Vol 4(2).

Siregar, Eveline & Hartini Nara. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Galia Indonesia.

Smart, Aqila. 2010. Anak Cacat Bukan Kiamat: Metode Pembelajaran dan Terapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Somantri, Sutjihati. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa.Bandung: PT. Refika Aditama.

Sriwahyuni, N. A, & Mardono. 2016. Pengembangan Media Pembelajaran Game Edukasi pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X IIS SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang. Jurnal Pendidikan Ekonomi. 9 (2). 116 – 127.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sunanto, J., Takeuchi, K., & Nakata, H. 2005. Pengantar Penelitian Dengan Subjek Tunggal. Center for Research on International Cooperation in Education Development (CRICED) University of Tsukuba.

Supardi. 2013. Sekolah efektif, Konsep Dasar, dan Pratiknya. Jakarta: Rajawali Pres.

Susanto. 2009. Proses Berpikir Anak Tunanetra Dalam Menyelesaikan Operasi Aljabar Pada Permasalahan Luas Dan Keliling Persegi Panjang. Seminar Nasional Aljabar, Pengajaran Dan Terapannya. 60 – 72.

Syahrul & Chaerudin. 2011. Pengembangan Alat Bantu Baca Bagi Tunanetra Berbasis Jaringan Komputer. Jurnal Teknik Komputer. Vol 19 (1): 37-49.

Suyitno, H. 2014. Pengenalan Filsafat Matematika. Universitas Negeri Semarang.

Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang – Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 Ayat 1.

Van Alphen, P. 2011. Imagination as a transformative tool in primary school education.

RoSE - Research on Steiner Education, 2(2).

Wardhani, Dayne Trikora. 2012. Burnout di Kalangan Guru Pendidikan Luar Biasa di Kota Bandung. Jurnal Psikologi Undip, 11(1): 73-81.

Wei C.W et al. 2011. A Joyful Classroom Learning System with Robot Learning Companion for Children to Learn Mathematics Multiplication. TOJET: The Turkish Online Journal of Educational Technology – April 2011, volume 10 Issue 2.

Wibowo, Teguh dkk. 2017. The Stages of Student Mathematical Imagination in Solving Mathematical Problems. Canadian Cnter of Science and Education;

Vol 10, No 7.

Wilke, J. (2010). Using Imagination in the Math Classroom. Journal of Educational Perspectives, 39(2).

Zuroidah. 2005. Meningkatkan Kemampuan Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Lampiran 1

TABEL INDIKATOR KEMAMPUAN IMAJINASI MATEMATIS