• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Kerangka Teori Kelas Sosial dengan Hasil Penelitian

Dalam dokumen Pengaruh antara status kelas sosial terh (Halaman 108-117)

PENGOLAHAN DAN DATA ANALISIS

4.3 Deskripsi Kerangka Teori Kelas Sosial dengan Hasil Penelitian

Sekali lagi dalam peneitian ini terlihat bagaimana stuktur kelas sosial yang tinggi memiliki intensitas dan citra media atau frekuensi yang tinggi juga terhadap konsumsi film indie (yang disebut Bourdieu adalah akses kebudayaan tinggi). Terlihat secara signifikan bagaimana posisi kelas menentukan konsumsi film indie, bagaimana dalam koefisiensi determinasi bahwa pengaruh variabel independen atau variabel kelas sosial mempunyai pengaruh sebesar 82,6 % yang itu berarti variabel kelas sosial secara signifikan memiliki pengaruh yang kuat, selanjutnya sisanya adalah faktor- faktor lain di luar variabel kelas sosial sebesar 17,4%. Bagaimana kelas sosial yang dijabarkan melalui tiga modal atau capital dalam modal ekonomi, modal kebudayaan, dan modal sosial disatukan kedalam instrumen pernyataan yang dijabarkan melalui bobot nilai untuk melihat dimana posisi seseorang dalam kelas sosialnya.

Menurut Bourdieu manusia termotivasi oleh kebutuhan untuk mereproduksi sebuah acuan kolektif yang didasarkan pada demarkasi kelas. Disini yang dimaksud

modal budaya (cultural capital) menjadi krusial, dalam arti bahwa perbedaan kelas- kelas terkualifikasi secara edukatif untuk memperoleh keuntungan dari aspek-aspek yang berbeda dengan modal simbolik. Maka, kelas yang dominan (kelas sosial tinggi) akan menunjukan superioritas melalui akses kepada budaya dan konsumsi yang “tinggi”. Dalam hal ini akses budaya tinggi adalah di mana seseorang tersebut memiliki power dan kemampuan dalam mengkonsumsi budaya tersebut sehingga kepuasan seseorang akan budaya tersebut dapat lebih dari pada kelas rendah. Bourdieu berpendapat bahwa kelas sosial yang dominan atau kelas sosial yang tinggi mendapatkan akses kepada budaya yang tinggi, dalam pendapat Bourdieu tersebut selaras dengan penelitian ini di mana kelas sosial tinggi memiliki konsumsi yang tinggi pula untuk intensitas dan citra media pola konsumsi film indie.

Dalam melihat pembentukan kelas agen Bourdieu berpendapat bahwa habitus dan modal adalah sebagai kontruksi agen dalam membangun suatu kelas. “Siapa yang mempunyai akses besar terhadap modal memiliki akses yang besar juga terhadap kelas sosial tinggi, dan juga demikian dengan habitus seseorang yang membentuk kelas sosial orang tersebut”.54 Habitus terbentuk sebagai dari akibat lamanya posisi seseorang dalam kehidupan sosial seseorang. Setiap agen memiliki kebiasaan yang berbeda-beda dengan yang memiliki kedudukan atau kelas sosial sama mempunyai kebiasaan yang sama. Sedangkan ranah (field) merupakan arena kontestasi yang menggunakan dan menyebarkan berbagai jenis modal baik ekonomi, kebudayaan, dan

sosial. Dalam ranah, modal mengambil peran penting dalam dalam pembentukan kelas seseorang.

Pendapat Bourdieu sangat sejalan dengan penelitian ini di mana akses yang besar terhadap kebudayaan dalam hal ini konsumsi film indie dimiliki oleh kelas sosial tinggi yang memiliki juga memiliki akses tinggi terhadap modal, yaitu modal ekonomi, modal kebudayaan, dan modal sosial. Akses kelas sosial yang tinggi mengubah pola pikir mereka tentang selera mereka, di mana tertuang dalam konsep habitus bahwa selera menentukan tempat atau posisi seseorang tersebut. Untuk penelitian ini selera konsumsi film indie tinggi dimiliki oleh orang-orang yang memiliki kelas atas, sedangkan selera konsumsi film indie rendah dimiliki oleh orang-orang yang berada dalam kelas sosial rendah.

Skema 4.1

Kerangka Konsep Penelitian

Sumber : Modifikasi Kerangka Konsep dari Pierre Bourdieu dan Maletzke

Konsep kapital yang dijabarkan Bourdieu terlihat secara jelas bagaiamana, kelas sosial dilihat dari berbagai sudut aspek kehidupan yang menyebabkan diferensiasi atau perbedaan-perbedaan dalam suatu selera atau interest dalam

Kela

s

Sosi

al

Capital

Economic Capaital Culture Capaital Social Capaital Konsum si

kehidupan masyarakat. Tidak hanya dilihat dari segi ekonomi saja Bourdieu melihat kelas dari berbagai macam sudut pandang.

“Depending on the field in which it funcions, and at the cost of the more or less expensive transformations which are the precondition for its efficacy in fild in wuestion, capital can present itself in three fundamental guises: as economic capital, which is immediately and directly convertible into money and may be institutionalized in the form of property right; on certain conditions, into economic capital and may be institutionalized in the form of educational qualifications; and as social capital, made up social obligations (‘connections’), which is convertible, in certain conditions, into economic capital and may be institutionalized in the from of a little of nobility55.

Menurut Bourdieu dalam konsumsi, selera, preferensi dan gaya hidup dimiliki oleh kelas-kelas yang memiliki akses tinggi terhadap kelas, atau dalam arti lain “kelas superioritas yang memegang akses tertinggi dalam suatu konsumsi kebudayaan, kelas yang tidak memiliki kekuatan atan non superioritas tidak akan memiliki akses tinggi dalam suatu konsumsi budaya”56. Sejalan dengan penelitian ini di mana kelas dominan atau yang disebut kelas atas memegang intensitas dan citra mediatertinggi dalam konsumsi film indie dan terbukti secara signifikan bahwa kedudukan kelas atas memegang konsumsi tertinggi dalam film indie di kineforum Dewan Kesenian Jakarta. Contoh sampel yang diambil peneliti menandakan bahwa tingkat konsumsi film indie masih dipegang oleh masyarakat kelas atas sebagai penguasa di dunia film indie.

Skema 4.2

Konsumsi Film Indie di Kineforum

55 Pierre Bourdieu, The Froms of Capital, op. Cit,. hlm. 47. 56 Haryanto Soedjatmiko, op. cit,. hlm. 25.

Kelas Sosial Atas Intensitas Konsumsi Film Indie Tinggi

Sumber : Hasil Data Penelitian (2011)

Sejalan dengan pemikiran dari Bourdieu bahwa kelas yang dominan atau yang menguasai pasar baik dari segi ecomomic capital, cultur capital dan social capital

adalah kelas yang menguasai atau memiliki akses tertinggi dalam kebudayaan dan konsums, pemikiran Neo-Marxists yang berpendapat bahwa kelas kapital (kelas atas) yang dapat menguasai berbagai macam alat produksi (ekonomi), politik dan menguasai kelas-kelas yang lain dan pendapat Marx berbeda dengan pemikiran dari Neo- Weberians, bahwa kelas-kelas yang mengasai kekuatan politik tidak ada hubungannya dengan kekuasaan ekonomi. Pengertian dari pemikiran Weberian adalah jangan menganggap kelas kekuatan ekonomi mengarah langsung kepada kekuatan politik, yaitu kelas pemerintah atau kelas elite politik. Walaupun menurut konsep Marx tentang kelas sosial ditentukan oleh satu hal yaitu alat produksi dan menjadikannya hanya dua kelas, yakni kelas bourjuis (memiliki alat produksi) dan kelas proletar (tidak memiliki alat produksi atau buruh), dan Marx cenderung melihat pertentangan kelas dari fisik nyata.

Kelas Sosial Menengah Kelas Sosial Bawah Intensitas Konsumsi Film Indie Menengah Intensitas Konsumsi Film Indie Rendah

“Neo-Marxists talk about the capitalist classes, which inplies exploitation, and/or the rulling classes which implies that political power is conterminous with economic power. Neo- Weberians, on the other hand do not assume that economic power leads directly to political power and consequently distinguish between those with economic power , and those with political power ”.57

Sedangkan menurut Ralf Dahrendrof kelas sosial timbul dari hubungan- hubungan kekuasaan yang menyangkut bawahan dan atasan menyediakan unsur- unsur bagi kelahiran kelas. Menurut Ralf Dahrendolf hanya konflik kelaslah yang menyebabkan perubahan kelas sosial secara struktur kehidupan masyarakat dan setiap kelas berkonflik selalu menunjukan hubungan dialektika dalam pengertian Hegelian. Menurut Dahrendorf kelas yang dominan atau yang menguasai ingin mempertanhankan posisi kelas tersebut, sedangkan pihak kelas yang dikuasai berusaha untuk mencapai kekuasaan untuk keluar dari tekanan kelas penguasa.

Teori-teori dari kelas sosial di atas menunjukan bahwa dalam kehidupan bermasyakat memiliki stratifikasi-stratifikasi kelas sosial dikarenakan diferensiasi atau pembedaan dalam bermasyarakat. Pierre Bourdieu melihat kelas dari kapital atau modal yang dibagi tiga kapital, yaitu ekonomi, budaya dan sosial. Hasil yang didapat dalam penelitian ini yang menunjukan bahwa kelas atas memiliki intensitas dan citra media konsumsi film indie yang tinggi, yang memiliki arti bahwa penelitian ini “mengaminkan” konsep Bourdieu yang berpendapat bahwa kelas dominan memiliki akses budaya yang tinggi.

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan hasil uraian bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang diambil adalah sebagai berikut ;

1. Variabel kelas sosial memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik atau memiliki hubungan positif terhadap pola konsumsi film indie. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kelas sosial (economic capital, culture capital, dan social capital) maka semakin tinggi pola konsumsi film indie orang tersebut (intensitas atau frekuensi dan citra media). Hal ini ditunjukan dengan nilai f hitung lebih besar dari f tabel 440,961 > 3,94 yang menujukan Ho ditolak dan hipotesis penelitian diterima. Sedangkan dalam uji t terlihat nilai t hitung lebih besar dari t tabel 20,999 > 1,980 yang menujukan Ho ditolak dan hipotesis penelitian diterima.

2. Untuk koefisien determinasi (R2) terlihat bagaimana variabel kelas sosial memiliki sumbangan sebesar 82,6% dan sisanya 17,4% sumbangan dari variabel lain, sedangkan R sebesar 90,9% yang menandakan bahwa hubungan antar variabel indenpenden dan dependen kuat dikarenakan mendekati nilai 100%.

Penelitian ini juga menemukan bahwa penggemar film indie sebagian besar adalah kaum adam atau kaum pria dengan persentase 88% atau 78 orang dari 95 responden. Untuk karakter usia dari 95 responden, 73 responden berusia 21 sampai 25 tahun atau 77% dari total responden. Dalam jenis pekerjaan juga ditemukan bahwa

penggemar film indie memiliki karakteristik yang signifikan, yaitu 75% atau 71 responden dari 95 responden merupakan mahasiswa yang merupakan terbanyak dalam responden ini. Dan juga dalam status pernikahan terlihat secara signifikan bahwa penggemar film indie di kineforum Dewan Kesenian Jakarta ini 82 responden atau 86% belum menikah dan 14% atau 13 responden sudah menikah.

5.2 Saran

Dengan banyaknya penggemar film indie yang merupakan kelas atas dengan pertimbangan economic capital, culture capital dan social capital, merupakan suatu tipologi yang harus dirubah, yaitu dengan menjangkau tipologi kelas bawah dengan tingkat akses pendidikan rendah dan akses budaya yang kurang. Agar film indie sendiri diterima dan memiliki penggemar di semua kalangan, bahkan kalangan bawah sekalipun yang notabennya tidak berdaya secara material. Para pembuat atau bahkan penikmat film indie disarankan untuk membaur ke dalam masyarakan bawah dalam memasarkan film tersebut, agar masyarakat mengerti bahwa film indie yang bebas nilai ini merupakan salah satu informasi yang penting dalam masyarakat luas.

Pada penelitian ini peneliti mengakui adanya beberapa kelemahan atau keterbatasan penelitian, diantaranya sebagai berikut ;

1. Sampel yang diambil adalah pengunjung atau penonton kineforum, sehingga kurang mencerminkan populasi secara keseluruhan.

2. Tidak memperhatikan faktor-faktor lain, selain kelas sosial (economic capital, culture capital dan social capital) dalam pembentukan pola konsumsi film indie.

Untuk penelitian selanjutnya agar penelitian lebih baik lagi, peneliti menyarankan beberapa hal berikut, antara lain ;

1. Jumlah sampel yang lebih besar agar penelitian dapat menghasilkan analisis yang lebih baik lagi.

2. Mengambil responden di lebih dari satu studi kasus, jangan hanya satu studi kasus agar hasil penelitian lebih bisa menggenalisasikan penelitian tersebut.

3. Memasukan variabel lain dalam pembentukan pola konsumsi film indie.

Dalam dokumen Pengaruh antara status kelas sosial terh (Halaman 108-117)

Dokumen terkait