• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Pembahasan hasil penelitian. Penelitian tindakan dilakukan dalam 2 siklus dengan empat tahap dalam setiap siklusnya. Tahapan tersebut meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

A. Deskripsi Kondisi Awal (Prasiklus)

Pengamatan kondisi awal (prasiklus) dilakukan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan sebelum peneliti melakukan proses penelitian. Pengamatan ini dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan guru dan siswa serta pengamatan proses pembelajaran berbicara di kelas.

1.Hasil Wawancara dengan Guru dan Siswa

Wawancara dengan guru dan siswa dilakukan pada hari Sabtu, 12 Februari 2011. Peneliti sebagai pewawancara sedangkan bapak Sri Kuncoro, A ma.Pd (guru kelas V) dan beberapa siswa kelas V sebagai narasumber. Wawancara terhadap guru kelas V dilakukan secara terstruktur yang sebelumnya pedoman wawancara sudah disusun oleh peneliti kemudian hasil wawancara ditulis secara ringkas pada kolom jawaban (lampiran 26). Setting wawancara bertempat di ruang kelas V pada waktu istirahat pukul 09.00 WIB. Hal yang peneliti tanyakan kepada guru yaitu tentang pelaksanaan pembelajaran dan hasil keterampilan berbicara siswa yang pernah diterapkan oleh guru pada waktu sebelumnya. Pada bagian ini peneliti akan menjelaskan dari hasil wawancara kepada guru dan sebagai deskripsinya dapat dilihat pada lampiran 2. Hasil wawancara tersebut diindikasikan bahwa terjadi permasalahan dalam pembelajaran berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo Sragen. Menurut guru, pembelajaran berbicara masih sulit untuk dilakukan secara optimal mengingat rendahnya minat siswa terhadap pelajaran berbicara dan kurangnya usaha penerapan guru mengenai metode inovatif tentang pembelajaran berbicara, sehingga berakibat pada rendahnya kemampuan berbicara siswa.

commit to user

65

Pendapat tersebut juga didukung oleh hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas V mengenai minat mereka terhadap pelajaran berbicara. Pelaksanaan wawancara kepada siswa dilakukan pada waktu istirahat kedua pukul 11.00 WIB di ruang kelas V. Wawancara terhadap siswa dilakukan secara tidak terstruktur artinya tanpa mempersiapkan pedoman wawancara dan pertanyaan diberikan secara langsung (spontan) sesuai kemampuan atau pemahaman peneliti. Siswa yang menjadi narasumber adalah Retno, Bashori, dan Mursid. Siswa tersebut menyatakan kurang berminat terhadap pelajaran berbicara. Pada umumnya mereka menyatakan kurang suka mengikuti pembelajaran berbicara di kelas karena merasa takut, malu, dan kesulitan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara lisan di depan kelas ketika dilihat oleh guru dan siswa lain. Mereka juga menyatakan kurang suka dengan cara guru saat memberikan tugas berbicara kepada siswa, yaitu dengan meminta siswa tampil di depan kelas secara individu.

2. Pengamatan Proses Pembelajaran di Kelas

Pengamatan awal (prasiklus) proses pembelajaran berbicara di kelas V dilaksanakan pada hari Senin, 14 Februari 2011 pukul 07.30 WIB sampai selesai. Peneliti bertindak sebagai observer dan guru kelas V (bapak Sri Kuncoro, Ama.Pd) bertindak sebagai guru/pengajar. Peneliti mengamati Rencana Pelaksanaan Pembelajaaran (RPP) yang digunakan guru dan proses pembelajaran keterampilan berbicara yang sedang berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan berpedoman pada lembar observasi penilaian proses siswa yang sudah dipersiapkan (lampiran 18). Peneliti mengamati dari posisi tempat duduk paling belakang. Sedangkan, untuk pengamatan terhadap RPP yang digunakan guru dan proses pembelajaran dilakukan secara menyeluruh tanpa lembar pengamatan khusus.

Sebagai gambaran awal hasil pengamatan yaitu kegiatan proses pembelajaran keterampilan berbicara di kelas V masih banyak terdapat kekurangan, antara lain: (1) guru menggunakan RPP yang sudah ada (lama) tanpa adanya inovasi RPP sesuai saat ini yakni belum ada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yang tesusun jelas. (2) Siswa kurang tertarik dengan pembelajaran karena guru menggunakan metode yang konvensional dalam pembelajaran. Metode

commit to user

66

konvensional yang dipakai guru adalah ceramah. Siswa cenderung pasif di dalam pembelajaran dan kurang tertarik dengan pembelajaran dari guru kelas. Materi yang disampaikan guru terlihat sangat menjenuhkan siswa, akibatnya selama pembelajaran berbicara terdapat beberapa siswa yang tidak memperhatikan. (3) Posisi guru saat mengajar lebih banyak di depan dan kurang memberikan perhatian kepada siswa yang duduk paling belakang. (4) Proses pembelajaran keterampilan berbicara kurang efektif dan efisien yang masih bersifat individu seperti pada umumnya. Padahal dalam kenyataannya penerapan pembelajaran keterampilan berbicara memerlukan waktu yang lama dan sangat ditunjang oleh faktor nonkebahasaan seperti keberanian siswa. Pada umumnya siswa takut jika harus maju dan berbicara sendiri di depan kelas.

Berdasarkan observasi awal penilaian proses siswa oleh peneliti terkait sikap siswa yaitu: minat, keaktifan, kerja sama, dan kesungguhan siswa di dalam proses pembelajaran diperoleh data penilaian proses prasiklus siswa. Hasil penilaian proses prasiklus secara detail dapat dilihat pada lampiran 23. Selanjutnya, data penilaian proses prasiklus dapat dimasukkan ke dalam tabel 6 di bawah ini :

Tabel 6. Data Penilaian Proses (Sikap Siswa) Pembelajaran Keterampilan Berbicara kelas V SDN Pandak I pada Kondisi Awal (Prasiklus)

Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran berbicara yang dilakukan oleh guru pada kondisi awal terdapat 10 siswa (47,62%) yang berminat mengikuti pembelajaran berbicara. Keaktifan siswa tercatat sebanyak 13 siswa (61,9%), siswa yang mampu bekerja sama dengan baik sebanyak 9 siswa (42,86%), dan siswa yang bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran No. Sikap Siswa Frekuensi (siswa) Persentase (%)

1 Minat 10 47,62

2 Keaktifan 13 61,9

3 Kerja sama 9 42,86

commit to user

67

berbicara sebanyak 7 siswa (33,33%). Data dalam tabel 6 tersebut dapat disajikan dalam grafik pada gambar 5 sebagai berikut :

Gambar 5. Grafik Penilaian Proses Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Pandak I pada Kondisi Awal (Prasiklus)

Bertolak dari sajian data penilaian proses siswa kelas V pada kondisi awal (prasiklus) dari grafik 5 di atas maka dapat diindikasikan bahwa pembelajaran keterampilan yang diterapkan guru belum mencapai hasil yang optimal. Siswa yang menunjukkan keempat aspek sikap siswa tersebut rata-rata masih di bawah 60% dari jumlah siswa yang ada yakni 21 siswa. Proses kegiatan yang dilakukan siswa dari aspek empat sikap tersebut tergolong masih rendah sehingga perlu diadakan tindakan pembelajaran selanjutnya.

Kualitas proses tentu akan mempengaruhi kualitas hasil dalam pembelajaran di kelas. Pengamatan pada proses pembelajaran ini tidak terlepas dari hasil penilaian keterampilan berbicara siswa. Pengambilan nilai prasiklus oleh guru dilakukan dengan tes berbicara individu di depan kelas. Siswa diminta untuk memberikan pendapat (mengomentari) dari persoalan faktual yang dikemukakan oleh guru. Secara detail data nilai keterampilan berbicara siswa pada kondisi awal dapat dilihat pada lampiran 13. Data penilaian keterampilan berbicara siswa prasiklus dapat dikelompokkan dalam tabel 7 berikut ini:

47,62% 61,9% 42,86% 33,33% 0 2 4 6 8 10 12 14

Minat Keaktifan Kerja sama Kesungguhan

Freku

ensi

commit to user

68

Tabel 7. Data Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Pandak I pada Kondisi Awal (Prasiklus)

No Nilai Frekuensi Presentase (%) Keterangan

1 44-52 4 19,05 Tidak Tuntas 2 53-61 9 42,86 Tidak Tuntas 3 62-70 3 14,29 Tuntas 4 71-79 5 23,81 Tuntas 5 80-88 0 0 Tuntas Jumlah 21 100 Nilai rata-rata = 1284 : 21 = 61,14

Tingkat Ketuntasan Klasikal = 8 : 21 x 100% = 38,1%

Data penilaian pembelajaran keterampilan berbicara pada tabel 7 sebelum diadakan tindakan pada siswa kelas V SDN Pandak I tersebut dapat disajikan dalam grafik pada gambar 6 dibawah ini :

Gambar 6. Grafik Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Pandak I pada Kondisi Awal (Prasiklus)

Nilai keterampilan berbicara prasiklus pada tabel 7 dan gambar 6 di atas menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai dalam interval 44-52 sebanyak 4

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 44-52 53-61 62-70 71-79 80-88 Freku ensi Interval Nilai

commit to user

69

siswa (19, 05%), interval nilai 53-61 terdapat 9 siswa (42,86%), interval nilai 62-70 sejumlah 3 siswa (14,29%), terdapat 5 siswa (23,81%) mendapat nilai dalam interval 71-79, dan tidak ada yang mendapat interval nilai 80-88 (0%). Nilai rata-rata kelas adalah 61,14 dengan ketuntasan klasikal sebanyak 8 siswa (38,1%) dari jumlah siswa. Hasil ini menunjukkan kualitas hasil keterampilan berbicara pada kondisi awal masih rendah sehingga perlu diupayakan peningkatan.

Berdasarkan kondisi awal tersebut, selanjutnya guru dan peneliti melakukan diskusi untuk mencari solusi permasalahan yang terdapat dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara, sehingga dicapailah kesepakatan bahwa peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas bersama guru kelas V sebagai kolaborator dengan MXGXO ´3HQLQJNDWDQ .HWHUDPSilan Berbicara dengan Menggunakan Metode Role Playing pada Siswa Kelas V SD Negeri Pandak I 6LGRKDUMR6UDJHQ7DKXQ$MDUDQ´Penerapan tindakan ini difokuskan pada peningkatan proses dan hasil pembelajaran keterampilan berbicara siswa. Melihat penyebab rendahnya keterampilan berbicara yang bersumber dari siswa yaitu pada rendahnya sikap meliputi: minat, keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan, maka peningkatan proses pada penelitian ini lebih memfokuskan pada keempat aspek tersebut. Sedangkan, hasil pembelajaran difokuskan pada peningkatan keterampilan berbicara dan jumlah ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan metode role playing.

Dokumen terkait