• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara berdiri pada tahun 1952. Universitas ini berada di jl. Dokter Masur no. 5 Medan. Fakultas ini merupakan salah satu fakultas bergengsi di kota medan. Fakultas ini memiliki perpustakaan, ruangg kelas besar, ruang kelas tutorial, 2 ruang laboratorium fisiologi, 1 ruang laboratorium anatomi. 15 ruang skills lab, 2 ruang aula serba guna (ruang seminar dan ruang ildrem), kantin, departemen pendidikan dan ruang MEU (Medical

Essessment Unit). Jumlah mahasiswa aktif Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara pada semester genap 2008/2009 berjumlah 1594 orang yang terdiri dari mahasiswa tahun angkatan 2002 sebanyak 1 orang, mahasiswa tahun angkatan 2001 sebanyak 3 orang, mahasiswa tahun angkatan 2004 sebanyak 37 orang, mahasiswa tahun angkatan 2005 sebanyak 247 orang, mahasiswa tahun angkatan 2006 sebanyak 427, mahasiswa tahun angkatan 2007 sebanyak 456 orang dan mahasiswa tahun angkatan 2008 sebanyak 423 orang.

5.2. Karakteristik Individu

Dalam penelitian ini responden yang terpilih sebanyak 274 mahasiswa yang terdiri dari 137 mahasiswa tahun angkatan 2006 dan 137 mahasiswa tahun angkatan 2007.

Dari keseluruhan responden gambaran karakteristik responden yang diamati meliputi: jenis kelamin, status kewarganegaraan, agama dan suku atau etnis. Data lengkap bila didistribusikan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia

Jenis Kelamin f %

Laki-laki 116 42,3%

Perempuan 158 57,7%

Jumlah 274 100%

Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok terbesar adalah pada kelompok perempuan yaitu sebesar 57,7% dan terendah pada kelompok laki-laki yaitu sebesar 42,3%. Data lengkap didistribusikan beradasarkan status kewarganegaraan dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2.

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Status Kewarganegaraan

Status Kewarganegaraan f %

WNI (Warga Negara Indonesia) 195 71,2%

WNA (Warga Negara Asing) 79 28,8%

Jumlah 274 100%

Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok terbesar adalah pada kelompok WNI (Warga Negara Indonesia) yaitu sebesar 71,2% dan terendah pada kelompok WNA (Warga Negara Asing) yaitu sebesar 28,8%. Hal ini dikarenakan penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dimana mayoritas mahasiswa adalah WNI. Data lengkap didistribusikan beradasarkan agama dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Agama

Agama f % Islam 147 53,6% Kristen Protestan 68 24,8% Katolik 9 3,3% Budha 37 13,5% Hindu 12 4,4% dll 1 0,4% Jumlah 274 100%

Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok terbesar adalah kelompok mahasiswa beragama Islam yaitu sebesar 53.6% diikuti dengan Kristen Protestan (24.8%), Budha (13.5%), Hindu (4.4%), Katolik (9%) dan agama lain (0.45%). Data lengkap didistribusikan beradasarkan suku dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan suku atau etnis

Suku atau etnis f %

Melayu 57 20,8% Jawa 16 5,8% Batak 97 35,4% India 19 6,9% Tiong Hoa 53 19,3% dll 32 11,7% Jumlah 274 100%

Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok terbesar adalah kelompok mahasiswa suku/etnis Batak yaitu sebesar 35,4%. Diikuti dengan Melayu (20,8%), Tiong Hoa (19,3%), dll (11,7%), India (6,9%) dan Jawa (5,8%). Data lengkap status donor darah dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Status Donor Darah Responden

Status donor darah f %

Tidak Pernah 170 62%

Pernah 104 38%

Jumlah 274 100%

Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok terbesar adalah kelompok mahasiswa yang tidak pernah mendonorkan darah yaitu 62% sedangkan yang pernah mendonorkan darah sebanyak 38%.

5.3. Hasil Uji Validitas Isi

Validator adalah dr. Zulfikar Lubis, SpPK(k) . Beliau mengajarkan materi transfusi darah pada perkuliahan di semester 2, memahami model dan proses

donor darah serta telah menempuh pendidikan S1dokter serta spesialisasi di bidang patologi klinik.

Item-item penilaian dalam angket validasi menggambarkan penilaian yang komprehensif. Adapun keterbatasan maupun ruang lingkup pada pengembangan kuestioner pengetahuan dan sikap tentang berdonor darah ini adalah sebagai berikut. Uji validasi hanya dilakukan validasi isi dan tidak dilakukan validasi dan reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment” dan uji Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS 15.0.

5.4. Hasil Analisis Data

Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan

No. Pertanyaan/Pernyataan

Jawaban Responden

Benar Salah

f % f %

1. Metode skrining yang umum pada UTD 197 71,9% 77 28,1% 2. Lokasi UTD PMI cabang Medan 46 16,8% 228 83,2% 3. Ketersediaan darah di UTD cabang Medan 219 79,9% 55 20,1% 4. Golongan darah masyarakat Indoensia 210 76,6% 64 23,4% 5. Usia eritrosit dan frekuensi donor darah 219 79,9% 55 20,1% 6. Penggunaan sediaan darah 140 51,1% 134 48,9% 7. Macam-macam skrining darah yang

dilakukan pada pendonor 191 69,7% 83 30,3%

8. Masa simpan darah lengkap 129 47,1% 145 52,9% 9. Pilihan terapi transfusi darah yang sesuai 192 70,1% 82 29,9% 10. Keuntungan/efek samping menjadi donor 189 69% 85 31%

Berdasarkan tabel di atas pada pertanyaan/pernyataan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah pada nomor 3 dan 5 yaitu sebesar 79,9%. Sedangkan yang paling menjawab salah adalah pada pertanyaan/pernyataan nomor 2 yaitu sebesar 16.8%.

Berdasarkan hasil uji tersebut maka tingkat pengetahuan seputar berdonor darah dapat dikategorikan pada tabel 5.7.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Pengetahuan f % Baik 73 26,6% Cukup 107 39,1% Kurang 55 20,1% Buruk 39 14,2% Total 93 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori cukup memiliki persentase paling besar yaitu 39,1% dan diikuti dengan tingkat pengetahuan yang dikategorikan baik sebesar 26,6%, tingkat pengetahuan yang dikategorikan kurang sebesar 20.1% dan tingkat pengetahuan yang dikategorikan buruk sebesar 14.2%.

Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada variabel sikap dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Sikap

No. Pernyataan

Jawaban Responden Sikap Positif Sikap Negatif

f % f %

1. Keinginan untuk berdonor darah secara berkala & ingin/berencana mendonorkan darah

203 74,1% 71 25,9% 2. Menolak mendonorkan darah dengan motif

mencari keuntungan & mendonorkan darah 255 93,1% 19 6,9% 3. Tetap mendonasikan darah tanpa imbalan &

kemauan untuk mendonorkan darah pada orang asing tanpa imbalan

223 81,4% 51 18,6% 4. Tidak akan menerima kompensasi material

untuk kerugian waktu ataupun

ketidaknyamanan fisik karena mendonorkan darah & peduli terhadap mesarnya angka kematian karena keterlambatan/kekurangan darah

240 87,6% 34 12,4%

5. Tidak akan mendonorkan tanpa skrining darah terlebih dahulu & bersedia

berpartisipasi menmbantu merekrut donor darah

Dari tabel di atas terlihat bahwa pernyataan yang paling banyak dijawab dengan sikap postif adalah pada pernyataan nomor 2 yaitu sebesar 93,1%. Pernyataan yang paling sedikit dijawab dengan sikap yang positif adalah pernyataan nomor 1 yaitu sebesar 74,1%.

Berdasarkan hasil uji tersebut maka sikap seputar berdonor darah dapat dikategorikan pada tabel 5.9.

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Sikap

Sikap f %

Baik 214 78,1%

Sedang 38 13,9%

Buruk 22 8%

Total 274 100%

Dari tabel 5.9. dapat dilihat bahwa sikap yang dikategorikan baik memiliki persentase yang paling besar yaitu 78,1% diikuti sikap sedang (13,9%) dan sikap buruk (8%).

Data lengkap distribusi frekuensi motivasi responden mendonorkan darah dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Motivasi Responden Mendonorkan Darah

Motivasi f %

Karena promosi kesehatan publik 22 24,7%

Tertarik untuk mendapatkan apresiasi sosial 2 2,2%

Tertarik untuk mencoba/iseng 26 29,2%

Tertarik untuk mendapatkan hasil pemeriksaan darah/skrining darah 7 7,9% Diwajibkan sebagai anggota suatu organisasi atau instansi 7 7,9% Keluarga atau saudara membutuhkan transfusi darah 9 10,1%

Karena perasaan iba terhadap pasien 16 18%

Total 89 100%

Dari tabel 5.10. dapat dilihat bahwa frekuensi motivasi terbesar responden berdonor darah adalah karena tertarik untuk mencoba atau iseng yaitu 29,2%.

Data lengkap distribusi frekuensi alasan responden belum/menolak mendonorkan darah dapat dilihat pada tabel 5.11.

Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Alasan Responden Menolak Mendonorkan Darah

Motivasi f %

Tidak memiliki kriteria donor 64 34,6%

Tidak tahu bagaimana menjadi donor 19 10,3%

Tidak pernah ada anggota keluarga atau teman yang memerlukan darah 15 8,1%

Tidak peduli 11 5,9%

Takut terinfeksi 21 11,4 %

Takut terhadap jarum suntik 21 11,4%

Takut akan efek samping donor darah 16 8,6%

dll 18 9,7%

Total 185 100%

Dari tabel 5.11. dapat dilihat bahwa frekuensi alasan terbesar responden belum/tidak berdonor darah adalah karena tidak memiliki kriteria berdonor darah yaitu sebanyak 34,6%.

Analisis karakteristik responden terhadap status donor darah terdiri dari analisis jenis kelamin, status kewarganegaraan, agama dan suku/etnis. Untuk variabel agama, peneliti mengelompokkan menjadi agama Islam dan non-Islam karena analisis tidak dapat dilakukan dengan 33% cells memiliki nilai expected

cell dibawah 5. Hasil analisis menunjukkan bahwa adanya hubungan karakteristik

individu dengan status donor darah (P-value < 0,05). (Tabel 5.12.)

Tabel 5.12. Analisis Karakteristik Responden terhadap Status Donor Darah

Analisis Perbandingan P-value

Jenis Kelamin dengan Status Donor Darah <0,001 Status Kewarganegaraan dengan Status Donor

Darah

0,028

Agama dengan Status Donor Darah <0,001

Suku/etnis dengan Status Donor Darah 0,023

Analisis dilanjutkan dengan perbandingan tingkat pengetahuan dengan status donor darah. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan terhadap perbandingan tersebut dengan p-value sebesar 0,059. Hasil Perbandingan sikap responden terhadap tindakan donor darah dengan status donor darah juga menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (P-value = 0,287) (Tabel 5.13.).

Tabel 5.13.

Perbandingan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Terhadap Status Donor Darah

Analisis Perbandingan P-value

Tingkat Pengetahuan Dengan Status Donor Darah

0,059

Sikap dengan Status Donor Darah 0,287

5.5. Pembahasan

Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara perbandingan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap status donor darah (p-value >0,05). Namun ditemukan adanya hubungan antara karakteristik responden yaitu jenis kelamin, jenis kelamin, status kewarganegaraan, agama, dan etnis dari responden (p-value <0,05). Keadaan ini didukung dengan pendapat Notoatmodjo (2007) bahwa perilaku adalah bentuk respon yang sangat bergantung pada karakteristik maupun faktor internal seperti tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan faktor eksternal seperti lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, dan politik dari orang yang bersangkutan. Oleh karena itu, walaupun diberikan stimulus yang sama namum respon setiap orang berbeda.

Hasi penelitian ini menunjukkan bahwa lebih banyak responden laki-laki (59,6%) yang pernah mendonorkan darah dibanding perempuan (P <0.001), hal ini dapat terjadi karena banyak wanita yang tidak memenuhi kriteria berdonor darah baik dari segi berat badan maupun kecenderungan mengalami anemik. Menurut Mildvan (2002), wanita memiliki kecenderungan 71% mengalami anemia daripada pria.

Pada analisis hubungan status kewarganegaraan terhadap status berdonor darah, ditemukan bahwa WNA (Warga Negara Malaysia) memiliki kecenderungan untuk berdonor darah (41,8%) dibandingkan dengan WNI (Warga Negara Indonesia) yaitu sebesar 33,8%. Hal ini mungkin dikarenakan adanya sistem publikasi dan promosi yang lebih baik di negara lebih makmur seperti Malaysia.

Menurut Steele et al (2007), ada hubungan antara suku dan etnis terhadap kemauan mendonorkan darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suku Jawa (62,5%) dan Melayu (52,6%) lebih banyak mendonorkan darah (p=0,028). Namun

hal tersebut tidak bisa digeneralisasikan karena adanya ketidakseimbangan karakteristik suku responden. Juga ditemukan adanya signifikansi antara karakteristik agama responden dengan status donor darah dengan agama Islam yang mendomisasi kelompok dengan status pernah mendonorkan darah (53,6%). Namun sama halnya dengan analisis diatas, bahwa hasil tersebut tidak dapat digeneralisasi.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait