• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Donor Darah Dengan Tindakan Berdonor Darah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Donor Darah Dengan Tindakan Berdonor Darah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG DONOR DARAH DENGAN TINDAKAN BERDONOR DARAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Oleh :

JANICE

060100015

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG DONOR DARAH DENGAN TINDAKAN BERDONOR DARAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

JANICE

060100015

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia, rahmat

kesehatan, dan keselamatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan

Karya tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Judul yang dipilih adalah Hubungan

Pengetahuan dan Sikap Tentang Donor Darah dengan Tindakan Berdonor Darah

pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2009.

Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Zulfikar Lubis, SpPK(K)

yang telah membimbing dan memberi masukan-masukan kepada penulis dalam

menyempurkan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis juga tidak lupa berterima kasih

kepada orangtua penulis, dr. Tity Rosnita Hrp, dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes,

dr. Rina Amalia, MARS, dan teman-teman yang telah membantu dalam

melakukan penelitian di lahan penelitian dan penulisan Karya Tulis ini.

Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

menyelesaikan pembelajaran semester VII di FK USU dengan beban kredit

sebesar 2 SKS.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis ini masih memiliki kekurangan

dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran

yang membangun guna menyempurnakan Karya Tulis ini. Akhir kata, penulis

berharap agar Karya Tulis Ilmiah ini memberi manfaat kepada semua orang.

Medan, 10 Desember 2009

(4)

ABSTRACT

Blood and blood components are important in many situations. To meet the demand of blood in Indonesia, there is on going need to recruit new and retain current donors. Because only a small proportion of eligible donors donate and an even smaller percentage return to give blood a second time, a better understanding of what motivates donors to give blood is needed. Hence, this study was to investigate respondents’ characteristics, motivations of donors to give blood, reasons of not donating blood, knowledge and attitude towards the act of donating blood among the medical students in medical faculty of Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia.

This study has been designed as a cross-sectional descriptive analytical manner analyzed by using Chi-Square test. Sampling technique chosen was stratified random sampling. A total of 274 respondents were selected in this study. A self-administered questionnaire was used for data collection. The questionnaire was produced after review of the literature on the blood donation.

As a result, we found the knowledge and attitude of the respondents were not significantly correlated with the act of donating blood (p > 0.05). Significance between the respondents’ characteristic and the act of donating blood (p <0.05) pleaded act of donating blood depend on one’s socio-demographic background. We suggest that knowledge on blood donation should be repeatedly taught at any education level or block. This study can provided preliminary result for other studies.

(5)

ABSTRAK

Darah dan komponen darah yang penting dalam banyak situasi. Untuk memenuhi kebutuhan darah di Indonesia, diperlukan usaha yang berkesinambungan untuk merekrut donor baru dan mempertahankan donor yang telah ada. Karena hanya sebagian kecil masyarakat yang memenuhi kriteria donor dan mendonorkan darahnya dan lebih sedikit lagi masyarakat yang kembali untuk memberikan darah untuk kedua kalinya, maka diperlukan pemahaman yang lebih baik yang memotivasi para donor untuk memberi darah diperlukan. Oleh karena itu, penelitian ini adalah untuk menyelidiki karakteristik responden, motivasi untuk memberikan donor darah, alasan-alasan tidak menyumbangkan darah, serta pengetahuan dan sikap terhadap tindakan menyumbangkan darah di kalangan mahasiswa kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan

cross-sectional. Teknik sampling yang dipilih adalah stratified random sampling.

Sebanyak 274 responden terpilih pada studi ini. Angket disebarkan untuk memperoleh data. Angket ini dibuat setelah melakukan tinjauan pustaka tentang donor darah. Dan penelitian dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square.

Sebagai hasilnya, kami menemukan pengetahuan dan sikap responden tidak secara signifikan berkorelasi dengan tindakan menyumbangkan darah (p> 0.05). Signifikansi antara responden karakteristik dan tindakan menyumbangkan darah (p <0,05) memohon tindakan menyumbangkan darah tergantung pada seseorang latar belakang sosio-demografis. Kami menyarankan bahwa pengetahuan tentang donor darah harus berulang kali diajarkan pada setiap tingkat pendidikan atau blok. Studi ini diharapkan dapat digunakan sebagai hasil awal untuk studi lain.

(6)
(7)

2.3.10.1. Kontaminasi Bakteri………... 2.3.10.2. Kontaminasi Parasit………

16 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN

DEFINISI OPERASIONAL………. 18

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian………. Populasi dan Sampel Penelitian……….

22 Perhitungan dan Besar Sampel……….

22

Pengumpulan Data Primer………... Pengumpulan Data Sekunder………... Uji Validitas……….

4.5. Metode Analisis Data………. 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 25

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……….……….. 25 5.2.

5.3. 5.4.

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Macam-macam Bentuk Darah, Indikasi Pemberian

Darah dan Masa Simpan Darah………. 14

Tabel 2.2. Pembagian Golongan Darah Sistem AB0………… ..…

18

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Usia………... 30

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Status Kewarganegaraan………... 30

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Agama………... 30

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Suku atau Etnis………. 31

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Status Donor Darah Responden………… 31

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada

Variabel Pengetahuan……… 32

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan…

33

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada

Variabel Sikap……… 34

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Sikap……….

34

Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Motivasi Responden

Mendonorkan Darah……….. 35

Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Alasan Responden Menolak

Mendonorkan Darah……….. 35

Tabel 5.12. Analisis Karakteristik Responden Terhadap Status

Donor Darah………..……… 36

Tabel 5.13. Perbandingan Tingkat Pengetahuan dan Sikap

(9)

DAFTAR SINGKATAN

World Health Organization

Unit Transfusi Darah

Palang Merah Indonesia

Sensus Demografi Kesehatan Indonesia

Donor Darah Sukarela

Perhimpunan Donor Darah Indonesia

Federasi Perhimpunan Donor Darah Sedunia

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

Human Immunodeficiency Virus

Acquired Immune Deficiency Syndrome

Glucose-6-phosphate Dehydrogenase Deficiency

Citrate Phosphate Dextrose

Acid Citrate Dextrose

Enzyme Linked Immunosorbent Assay

Central Of Disease Control and Prevention

Hepatitis C Virus

Cytomegalovirus

Human T Cell Leukaemia/Lymphoma Virus-1

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2. Lembar Validity of content

Lampiran 3. Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 4. Lembar Angket Pengetahuan dan Sikap

(11)

ABSTRACT

Blood and blood components are important in many situations. To meet the demand of blood in Indonesia, there is on going need to recruit new and retain current donors. Because only a small proportion of eligible donors donate and an even smaller percentage return to give blood a second time, a better understanding of what motivates donors to give blood is needed. Hence, this study was to investigate respondents’ characteristics, motivations of donors to give blood, reasons of not donating blood, knowledge and attitude towards the act of donating blood among the medical students in medical faculty of Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia.

This study has been designed as a cross-sectional descriptive analytical manner analyzed by using Chi-Square test. Sampling technique chosen was stratified random sampling. A total of 274 respondents were selected in this study. A self-administered questionnaire was used for data collection. The questionnaire was produced after review of the literature on the blood donation.

As a result, we found the knowledge and attitude of the respondents were not significantly correlated with the act of donating blood (p > 0.05). Significance between the respondents’ characteristic and the act of donating blood (p <0.05) pleaded act of donating blood depend on one’s socio-demographic background. We suggest that knowledge on blood donation should be repeatedly taught at any education level or block. This study can provided preliminary result for other studies.

(12)

ABSTRAK

Darah dan komponen darah yang penting dalam banyak situasi. Untuk memenuhi kebutuhan darah di Indonesia, diperlukan usaha yang berkesinambungan untuk merekrut donor baru dan mempertahankan donor yang telah ada. Karena hanya sebagian kecil masyarakat yang memenuhi kriteria donor dan mendonorkan darahnya dan lebih sedikit lagi masyarakat yang kembali untuk memberikan darah untuk kedua kalinya, maka diperlukan pemahaman yang lebih baik yang memotivasi para donor untuk memberi darah diperlukan. Oleh karena itu, penelitian ini adalah untuk menyelidiki karakteristik responden, motivasi untuk memberikan donor darah, alasan-alasan tidak menyumbangkan darah, serta pengetahuan dan sikap terhadap tindakan menyumbangkan darah di kalangan mahasiswa kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan

cross-sectional. Teknik sampling yang dipilih adalah stratified random sampling.

Sebanyak 274 responden terpilih pada studi ini. Angket disebarkan untuk memperoleh data. Angket ini dibuat setelah melakukan tinjauan pustaka tentang donor darah. Dan penelitian dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square.

Sebagai hasilnya, kami menemukan pengetahuan dan sikap responden tidak secara signifikan berkorelasi dengan tindakan menyumbangkan darah (p> 0.05). Signifikansi antara responden karakteristik dan tindakan menyumbangkan darah (p <0,05) memohon tindakan menyumbangkan darah tergantung pada seseorang latar belakang sosio-demografis. Kami menyarankan bahwa pengetahuan tentang donor darah harus berulang kali diajarkan pada setiap tingkat pendidikan atau blok. Studi ini diharapkan dapat digunakan sebagai hasil awal untuk studi lain.

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Transfusi darah secara universal dibutuhkan untuk menangani pasien anemia

berat, pasien dengan kelaian darah bawaan, pasien yang mengalami kecederaan

parah, pasien yang hendak menjalankan tindakan bedah operatif dan pasien yang

mengalami penyakit liver ataupun penyakit lainnya yang mengakibatkan tubuh

pasien tidak dapat memproduksi darah atau komponen darah sebagaimana

mestinya. Pada negara berkembang, transfusi darah juga diperlukan untuk

menangani kegawatdaruratan melahirkan dan anak-anak malnutrisi yang berujung

pada anemia berat (WHO, 2007). Tanpa darah yang cukup, seseorang dapat

mengalami gangguan kesehatan bahkan kematian. Oleh karena itu, tranfusi darah

yang diberikan kepada pasien yang membutuhkannya sangat diperlukan untuk

menyelamatkan jiwa. Angka kematian akibat dari tidak tersedianya cadangan

tranfusi darah pada negara berkembang relatif tinggi. Hal tersebut dikarenakan

ketidakseimbangan perbandingan ketersediaan darah dengan kebutuhan rasional.

Di negara berkembang seperti Indonesia, persentase donasi darah lebih minim

dibandingkan dengan negara maju padahal tingkat kebutuhan darah setiap negara

secara relatif adalah sama. Indonesia memiliki tingkat penyumbang enam hingga

sepuluh orang per 1.000 penduduk. Hal ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan

sejumlah negara maju di Asia, misalnya di Singapura tercatat sebanyak 24 orang

yang melakukan donor darah per 1.000 penduduk, berikut juga di Jepang tercatat

sebanyak 68 orang yang melakukan donor darah per 1.000 penduduk (Daradjatun,

2008).

Indonesia membutuhkan sedikitnya satu juta pendonor darah guna

memenuhi kebutuhan 4,5 juta kantong darah per tahunnya. Sedangkan unit

transfusi darah Palang Merah Indonesia (UTD PMI) menyatakan bahwa pada

tahun 2008 darah yang terkumpul sejumlah 1.283.582 kantong. Hal tersebut

menggambarkan bahwa kebutuhan akan darah di Indonesia yang tinggi tetapi

(14)

kesadaran masyarakat Indonesia untuk menjadi pendonor darah sukarela masih

rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa kendala misalnya karena masih

kurangnya pemahaman masyarakat tentang masalah transfusi darah, persepsi akan

bahaya bila seseorang memberikan darah secara rutin. Selain itu, kegiatan donor

darah juga terhambat oleh keterbatasan jumlah UTD PMI di berbagai daerah, PMI

hanya mempunyai 188 unit tranfusi darah (UTD). Mengingat jumlah

kota/kabupaten di Indonesia mencapai sekitar 440.

Di Kota Medan, rata-rata kebutuhan darah di rumah sakit setiap harinya

mencapai 100 kantong darah dengan ukuran setiap kantongnya sekitar 350 cc.

Golongan darah yang dibutuhkan bervariasi baik golongan darah 0, A, B maupun

AB. Sedangkan pasokan darah yang mampu disediakan oleh PMI Cabang Medan

masih antara 50 hingga 80 kantong darah dengan jumlah ketersediaan golongan

darah AB 6%, golongan darah 0 40% dan 54% golongan darah A dan B. Hal ini

membuktikan bahwa realisasi dari aksi donor darah di Kota Medan masih kurang.

Jumlah Donor Darah Sukarela (DDS) di Kota Medan juga rendah bila

dibandingkan dengan DDS di Pulau Jawa seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung.

Di Pulau Jawa DDS mencapai 90% sedangkan di Medan DDS hanya 15-20%

(Lidya, 2006). Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan dr. H. Umar Zein, DTM&H,

Sp.PD, KPTI menilai, kebutuhan darah Kota Medan dapat terpenuhi jika 5% dari

dua juta penduduk Kota Medan melakukan donor darah secara berkala dua kali

setahun. Donor darah tersebut harus dilakukan secara berkala karena darah hanya

bisa disimpan dalam waktu tertentu sebelum ditransfusikan kepada resipien darah.

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU)

sebagai masyarakat muda yang berkecimpung di dalam bidang kesehatan dinilai

sesuai untuk berperan dalam meningkatkan jumlah donor darah sukarela dan

dalam meningkatkan ketersediaan darah. Mahasiwa FK USU dapat berperan

secara langsung dengan menjadi donor darah sukarela secara berkala, bisa juga

secara tidak langsung dengan mengajak atau mempromosikan aksi donor darah

sukarela kepada masyarakat luas. Sebagai calon praktisi kesehatan Mahasiswa FK

USU dinilai telah memiliki pengetahuan tentang pentingnya terapi transfusi darah

(15)

penerapan donor darah oleh mahasiswa kedokteran di lingkungan FK USU dalam

kehidupan sehari-hari masih belum terbukti. Oleh sebab itu, penelitian ini penting

dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai pengetahuan dan sikap

mahasiswa FK USU tentang donor darah.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap tentang donor darah dengan

tindakan berdonor darah pada Mahasiswa FK USU?

2. Apakah tindakan berdonor darah berhubungan dengan karakteristik

sosiodemografik seperti jenis kelamin, agama, dan suku/etnis?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap tentang donor darah

dengan tindakan berdonor darah pada mahasiswa FK USU.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang donor darah

dengan tindakan berdonor darah pada mahasiswa FK USU.

b. Untuk mengetahui hubungan tingkatan sikap tentang donor darah

dengan tindakan berdonor darah pada mahasiswa FK USU.

c. Untuk mengetahui hubungan karakteristik sosiodemografik seperti

jenis kelamin, agama, dan suku/etnis, dengan tindakan berdonor darah

(16)

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan kesehatan masyarakat tentang gambaran pengetahuan dan sikap

mahasiswa FK USU tentang donor darah. Hasil penelitian ini juga diharapkan

dapat digunakan sebagai penilaian terhadap kesiapan dari mahasiswa FK USU

untuk ikut berperan dalam menyukseskan peningkatan donor darah sukarela guna

memenuhi kebutuhan darah Kota Medan.

1.4.2. Manfaat Bagi Peneliti Sendiri

Merupakan pengalaman berharga dan wadah latihan untuk memperoleh

wawasan dan pengetahuan dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan yang telah

diterima selama kuliah.

1.4.3. Manfaat Bagi Organisasi Kemahasiswaan di FK USU

Sebagai bahan masukan dalam perencanaan upaya peningkatan promosi

donor darah dan juga memperbanyak kegiatan donor darah di lingkungan kampus.

1.4.4. Manfaat Bagi Akademisi

Hasil penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap tentang

donor darah dengan tindakan berdonor darah pada Mahasiswa FK USU dapat

digunakan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut yang berhubungan

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

pancaindra manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

2.1.2. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan (Notoatmodjo, 2007).

2.2. Sikap

2.2.1. Pengertian Sikap

Sikap (attitude) merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dari batasan-batasan di atas dapat

disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya

dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam

kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan

bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan

(18)

merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap objek.

2.2.2. Komponen Pokok Sikap

Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga

komponen pokok yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2007).

2.2.3. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden

terhadap suatu objek. Secara langsung dapat dilakukan dengan

pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat reponden (Notoatmodjo,

2007).

2.3. Transfusi Darah 2.3.1. Pendahuluan

Kemajuan dalam ilmu bedah dan pengobatan mengakibatkan bertambah

seringnya dilakukan transfusi darah. Pemberian darah ataupun komponennya

dimaksudkan antara lain untuk menjamin kemampuan penyediaan oksigen dalam

batas curah jantung yang dapat dihasilkan oleh tubuh, menjamin cukup tersedia

trombosit dan faktor-faktor pembekuan, dan untuk mencukupi isi ruang

intravaskular (Miller, 1981).

Transfusi darah sering merupakan penyelamat jiwa, akan tetapi morbiditas

dan motalitas setelah transfusi darah juga cukup tinggi. Karena itu transfusi darah

(19)

dewasa normal masih dapat dengan baik mengatasi gangguan fungsional yang

ditimbulkan oleh kehilangan 10% isi darah, 20% kemampuan membawa oksigen

atau kehilangan 40% faktor pembekuan. Kehilangan sebanyak dua kali jumlah

tersebut di atas masih belum mengakibatkan kematian walaupun menimbulkan

gejala yang cukup berat (Rodman, 1988).

2.3.2. Pengertian

Menurut Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1980, definisi transfusi darah

adalah tindakan medis memberikan darah kepada seorang penderita yang

darahnya telah tersedia dalam botol kantong plastik. Usaha transfusi darah adalah

segala tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk memungkinkan penggunaan

darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan yang mencakup

masalah-masalah pengadaan, pengolahan, dan penyampaian darah kepada orang

sakit. Darah yang digunakan adalah darah manusia atau bagian-bagiannya yang

diambil dan diolah secara khusus untuk tujuan pengobatan dan pemulihan

kesehatan. Penyumbang darah adalah semua orang yang memberikan darah untuk

maksud dan tujuan transfusi darah (PMI, 2002).

2.3.3. Pengelolaan Darah

Yang dimaksud dengan pengelolaan darah adalah tahapan kegiatan untuk

mendapatkan darah sampai dengan kondisi siap pakai, yang mencakup antara lain

(PMI, 2002):

a. Rekruitmen donor.

b. Pemeriksaan golongan darah.

c. Pemeriksaan uji saring.

d. Pengambilan darah donor.

e. Pemisahan darah menjadi komponen darah.

f. Pemeriksaan kococokan darah donor dengan pasien.

g. Penyimpanan darah di suhu tertentu.

(20)

2.3.4. Syarat-syarat Teknis Menjadi Donor Darah

Untuk menjadi donor darah, seorang calon donor harus berusia antara 17 -

60 tahun. Pada usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat izin

tertulis dari orangtua; berat badan minimum 50 kg; temperatur tubuh secara oral

antara 36,6 - 37,5°C; tekanan darah baik, yaitu sistole 110 - 160 mm Hg dan

diastole 70 - 100 mm Hg; denyut nadi teratur 50 - 100 kali/ menit; kadar

hemoglobin untuk wanita minimal 12 gr % dan pria minimal 12,5 gr %. Jumlah

penyumbangan pertahun sebanyak 3-4 kali, dengan jarak penyumbangan

sekurang-kurangnya tiga bulan. Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan umum

kesehatan donor.

Seseorang tidak dibolehkan menjadi donor darah pada keadaan pernah

menderita hepatitis B atau hepatitis C dan berhubungan kontrak erat dengan

penderita hepatitis dalam enam bulan terakhir, menindik atau menato badan dalam

kurun waktu enam bulan terakhir, pasca operasi gigi dalam kurun waktu 72 jam

terakhir, pasca operasi kecil dalam enam bulan terakhir, pasca operasi besar dalam

12 bulan terakhir, menerima vaksinasi polio, influenza kolera, tetanus dipteria

atau profilaksis dalam 24 jam terakhir, menerima vaksinasi virus hidup parotitis

epidemica, measles dan tetanus toxin dalam dua minggu terakhir, menerima

injeksi imunisasi rabies terapetik dalam satu tahun terakhir, memiliki reaksi alergi

dalam satu minggu terakhir, melakukan transplantasi kulit dalam satu tahun

terakhir, sedang hamil dan sesudah persalinan dalam enam bulan terakhir, sedang

menyusui, ketergantungan obat, ketergantungan alkohol akut dan kronik,

menderita sifilis, menderita tuberkolosa, menderita epilepsi dan sering kejang,

menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh darah balik) yang akan ditusuk,

mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya, defisiensi

G6PD, thalasemia, polisitemiavera, termasuk kelompok masyarakat yang

mempunyai resiko tinggi untuk mendapatkan HIV/AIDS (homoseks, morfinis,

berganti-ganti pasangan seks, pemakai jarum suntik tidak steril) dan yang terakhir

adalah pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan pada saat donor darah

(21)

2.3.5. Pengambilan Darah Donor

Seorang calon donor yang datang ke UTD akan diminta untuk menbaca dan

menjawab sendiri persyaratan-persyaratan menjadi donor, mengisi formulir

pendaftaran donor dan diperbolehkan untuk menanyakan hal-hal yang tidak

dimengerti kepada petugas. Riwayat medis calon donor akan ditanyakan.

Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan hemoglobin dengan mengambil darah

dari ujung jari anda untuk diperiksa. Dokter akan melalukan pemeriksaan fisik

sederhana dan tekanan darah dan akan memberikan pertanyaan sehubungan

dengan isian formulir pendaftaran. Pengambilan darah akan mengambil waktu

kurang lebih 15 menit (PMI, 2002).

Seorang asisten atau laboran akan bersama calon pendonor dan calon

pendonor diminta untuk beristirahat selama 5-10 menit dalam posisi berbaring.

Lama penyumbangan bervariasi terbantung dari banyak tidaknya penyumbang

darah. Pengambilan donor darah dilakukan secara bergantian. Darah yang diambil

sekitar 250cc atau 350 cc, kira-kira 7-9% dari volume rata-rata orang dewasa.

Darah dikumpulkan ke dalam kantung plastik 250 ml yang mengandung 65 – 75

mL CPC (Citrate Phosphate Dextrose) atau ACD (Acid Citrate Dextrose).

Volume tersebut akan digantikan oleh tubuh dalam waktu 24-48 jam dengan

minum yang cukup (PMI, 2002).

Setelah menyumbangkan darah, pendonor dipersilahkan menuju ruang

istirahat sambil duduk untuk memberikan kesempatan tubuh menyesuaikan diri

sambil menikmati hidangan. Kartu donor akan diberikan sebelum meninggalkan

ruangan (PMI, 2002).

2.3.6. Skrining atau Pemeriksaan Uji Saring

Transfusi darah merupakan jalur ideal bagi penularan penyebab infeksi

tertentu dari donor kepada resipien. Untuk mengurangi potensi transmisi penyakit

melalui transfusi darah, diperlukan serangkaian skrining terhadap faktor-faktor

risiko yang dimulai dari riwayat medis sampai beberapa tes spesifik. Tujuan

utama skrining adalah untuk memastikan agar persediaan darah yang ada sedapat

(22)

tersebut ditransfusikan.Untuk skrining donor darah yang aman maka pemeriksaan

harus dilakukan secara individual (tiap individual bag atau satu unit darah). Jenis

pemeriksaan yang digunakan sesuai dengan standard WHO, dalam hal ini

meliputi pemeriksaan atas sifilis, hepatitis B, hepatitis C dan HIV. Metode tes

dapat menggunakan uji cepat khusus (rapid test), automated test maupun ELISA

(Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay). Laboratorium yang menguji 1-35 donasi

per minggu sebaiknya menggunakan rapid test. Laboratorium yang menguji 35-60

donasi per minggu sebaiknya menggunakan metoda uji aglutinasi partikel dan

yang menguji lebih dari 60 donasi per minggu sebaiknya menggunakan EIA.

Metode yang umum digunakan di UTD cabang adalah rapid test (Depkes RI,

2001).

Dalam mempertimbangkan berbagai pengujian, perlu disadari data yang

berkaitan dengan sensitivitas dan spesifitas masing-masing pengujian. Sensitivitas

adalah suatu kemungkinan adanya hasil tes yang akan menjadi reaktif pada

seorang individu yang terinfeksi, oleh karena itu sensitivitas pada suatu pengujian

adalah kemampuannya untuk melacak sampel positif yang selemah mungkin.

Spesifisitas adalah suatu kemungkinan adanya suatu hasil tes yang akan menjadi

non-reaktif pada seorang individu yang tidak terinfeksi, oleh karena itu spesifitas

suatu pengujian adalah kemampuannya untuk melacak hasil positif non-spesifik

atau palsu (Depkes RI, 2001).

Dalam mempertimbangkan masalah penularan penyakit melalui transfusi

darah, perlu diingat bahwa seorang donor yang sehat akan memberikan darah

yang aman. Donor yang paling aman adalah donor yang teratur, sukarela, dan

tidak dibayar. Jelasnya bahwa para donor yang berisiko terhadap penyakit infeksi

harus didorong agar tidak menyumbangkan darahnya (Depkes RI, 2001).

2.3.7. Indikasi Pemberian Darah dan Komponen Darah

Faktor keamanan dan keefektifan transfusi darah bergantung pada indikasi

transfusi darah dan pemberian komponen darah yang tepat. Transfusi darah atas

indikasi yang tidak tepat tidak akan memberi keuntungan bagi pasien, bahkan

(23)

melakukan transfusi darah harus selalu berdasarkan penilaian yang tepat dari segi

klinis penyakit dan hasil pemeriksaan laboratorium. Pada tabel 2.1 tersedia

macam-macam daftar bentuk darah yang dipisahkan, indikasi pemberian

komponen darah dan masa simpannya.

Tabel 2.1. Bentuk Darah, Indikasi Pemberian dan Masa Simpan Darah

No. Bentuk Darah Indikasi Masa

Simpan Keterangan

1. Darah lengkap

1. Pendarahan

2. Anemia

3. Renjetan Oligonemik

4. Kelainan darah seperti

anemia aplastik

21 hari

2. Eritrosit terkonsentrasi

Anemia kronis dimana

volume sirkulasi tidak

bertambah

Transfusi tukar pada

neonatus 2 hari

Bila kadar kalim

pasien masih

(24)

No. Bentuk Darah Indikasi Masa

Simpan Keterangan

5. Eritrosit cucian 1. Hemoglobinuria

noktrunal paroksimal

2. Resipien yang

memiliki antibody

terhadap

leukosit/trombosit

3. Reaksi transfusi

terhadap antigen plasma

4. Pasca transplantasi

organ

5. Pasien dengan

defisiensi imunitas

6 jam Leuko sit belum

dapat hilang

seluruhnya

6. Eritrosit beku Sama seperti indikasi

untuk eritrosit cucian

6 jam

setelah

dicairkan

Pembuatan mahal

7. Plasma kering 1. Untuk meningkatkan

volume sirkulasi

kelebihan dosis coumarin

dan antikoagulan

indandione

Harus segera

dipakai setelah

dicairkan

9. Konsentrasi

Fraksi Protein

plasma

Sama dengan indikasi

plasma kering

2 tahun Tidak

mengandung

(25)

No. Bentuk Darah Indikasi Masa

Simpan Keterangan

10. Albumin Hipoalbuminemia 3 jam

setelah

preparasi

11. Fibrinogen Afibrinogenemia 3 jam

setelah

preparasi

12. Kripresipitat Defisiensi faktor VII

13. Faktor VIII

kering

Hemofilia 3 jam

setelah

preparasi

14. Konsentrat

Trombosit

Trombositopenia karena

berbagai macam sebab

2-3 hari

Sumber: James, D.C., 1981. Blood Transfusion and Notes on Realted Aspects of Blood Clotting and Heamoglobinopathies. In: James, D.C., Scientific Foundation

of Anesthesia. London :WB Saunders, 375-91.

2.3.8. Pemeriksaan Golongan Darah Donor

Karl Landsteiner, seorang ilmuwan asal Austria yang menemukan 3 dari 4

golongan darah dalam sistem AB0 pada tahun 1900 dengan cara memeriksa

golongan darah beberapa teman sekerjanya. Percobaan sederhana ini pun

dilakukan dengan mereaksikan sel darah merah dengan serum dari para donor.

Hasilnya adalah dua macam reaksi (menjadi dasar antigen A dan B, dikenal

dengan golongan darah A dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak memiliki

antigen, dikenal dengan golongan darah 0). Kesimpulannya ada dua macam

antigen A dan B di sel darah merah yang disebut golongan A dan B, atau sama

sekali tidak ada reaksi yang disebut golongan 0.

Kemudian Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli yang masih kolega

dari Landsteiner menemukan golongan darah AB pada tahun 1901. Pada golongan

(26)

merah sedangkan pada serum tidak ditemukan antibodi (PMI, 2002). Menurut

sistem AB0, golongan darah dibagi menjadi 4 golongan seperti yang tertera pada

Tabel 2.2.

Untuk menentukan golongan darah seseorang tidak diperlukan biaya yang

besar dan relatif mudah karena hanya memerlukan beberapa tetes dari sampel

darah. Sebuah serum anti-A dicampur dengan satu atau dua tetes sampel darah.

Serum lainnya dengan anti-B dicampurkan pada sisa sampel. Penilaian dilakukan

dengan memperhatikan apakan ada penggumpalan pada salah satu sampel darah

tersebut. Sebagai contoh, apabila sampel darah yang dicampur serum anti-A

tersebut menggumpal namun tidak menggumpal pada sampel darah yang

dicampur serum anti-B maka antigen A ada pada sampel darah tersebut. Oleh

karena itu dapat disimpulkan bahwa sampel darah tersebut diambil dari orang

dengan golongan darah A (Palomar College Behavioral Sciences Department,

2009).

Tabel 2.2. Pembagian Golongan Darah Sistem ABO

Golongan Darah

Antigen A Antigen B Antibodi Anti-A

Berdasarkan ada tidaknya antigen-Rh, maka golongan darah manusia

dibedakan atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok orang dengan

Rh-positif (Rh+), berarti darahnya memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan dengan

reaksi positif atau terjadi penggumpalan eritrosit pada waktu dilakukan tes dengan

anti-Rh (antibodi Rh). Kelompok satunya lagi adalah kelompok orang dengan

Rh-negatif (Rh-), berarti darahnya tidak memiliki antigen-Rh yang ditunjukkan

dengan reaksi negatif atau tidak terjadi penggumpalan saat dilakukan tes dengan

anti-Rh (antibodi Rh).

Menurut Landsteiner golongan darah Rh ini termasuk keturunan (herediter)

(27)

terhadap r sehingga terbentuknya antigen-Rh ditentukan oleh gen dominan R.

Orang Rh+ mempunyai genotip RR atau Rr, sedangkan orang Rh- mempunyai

genotip rr (Beutler, 2006).

2.3.9. Resiko Penularan Infeksi 2.3.9.1. Pendahuluan

Resiko penularan penyakit infeksi melalui transfusi darah bergantung pada

berbagai hal, antara lain prevalensi penyakit di masyarakat, keefektifan skrining

yang digunakan, status imun resipien dan jumlah donor tiap unit darah (National

Blood Users Group, 2001). Penularan penyakit terutama timbul pada saat window

period yaitu periode segera setelah infeksi dimana darah donor sudah infeksius

tetapi hasil skrining masih negatif (Goodnough, 1999).

2.3.9.2. Transmisi HIV

Penularan HIV melalui transfusi darah pertama kali diketahui pada akhir

tahun 1982 dan awal 1983. Pada tahun 1983 Public Health Service (Amerika

Serikat) merekomendasikan orang yang berisiko tinggi terinfeksi HIV untuk tidak

menyumbangkan darah. Bank darah juga mulai menanyakan kepada donor

mengenai berbagai perilaku berisiko tinggi, bahkan sebelum skrining antibodi

HIV dilaksanakan, hal tersebut ternyata telah mampu mengurangi jumlah infeksi

HIV yang ditularkan melalui transfusi. Berdasarkan laporan dari Centers for

Disease Control and Prevention (CDC) selama 5 tahun pengamatan, hanya

mendapatkan 5 kasus HIV/tahun yang menular melalui transfusi setelah

dilakukannya skrining antibodi HIV pada pertengahan maret 1985 dibandingkan

dengan 714 kasus pada 1984.

Untuk mengurangi risiko penularan HIV melalui transfusi, bank darah mulai

menggunakan tes antigen p24 pada tahun 1995. Setelah kurang lebih 1 tahun

(28)

2.3.9.3. Penularan Hepatitis B dan C

Penggunaan skrining antigen permukaan hepatitis B pada tahun 1975

menyebabkan penurunan infeksi hepatitis B yang ditularkan melalui transfusi,

sehingga saat ini hanya terdapat 10% yang menderita hepatitis pasca transfusi.

Makin meluasnya vaksinasi hepatitis B diharapkan mampu lebih menurunkan

angka penularan virus hepatitis B. Meskipun penyakit akut timbul pada 35%

orang yang terinfeksi, tetapi hanya 1-10% yang menjadi kronis (Goodnough,

1999).

Transmisi infeksi virus hepatitis non-A non-B sangat berkurang setelah

penemuan virus hepatitis C dan dilakukannya skrining anti-HCV. Risiko

penularan hepatitis C melalui transfusi darah adalah 1:103.000 transfusi. Infeksi

virus hepatitis C penting karena adanya fakta bahwa 85% yang terinfeksi akan

menjadi kronik, 20% menjadi sirosis dan 1-5% menjadi karsinoma hepatoselular.

Mortalitas akibat sirosis dan karsinoma hepatoselular adalah 14,5% dalam kurun

waktu 21-28 tahun (Moore, 1997). Prevalensi hepatitis B di Indonesia adalah

3-17% dan hepatitis C 3,4% sehingga perlu dilakukan skrining hepatitis B dan C

yang cukup adekuat (Soetomo, 2001).

2.3.9.4. Penularan Syphilis

Syphilis dapat menular kepada orang lain selain melalui hubungan seks

yaitu melalui transfusi darah. Penularan sifilis di Kanada telah berhasil

dihilangkan dengan penyeleksian donor yang cukup hati-hati dan penggunaan tes

serologis terhadap penanda sifilis (Canadian Medical Association, 1997). Di

Indonesia syphilis dikenal dengan nama penyakit raja singa.

2.3.10. Kontaminasi Darah Donor 2.3.10.1. Kontaminasi Bakteri

Kontaminasi bakteri mempengaruhi 0,4% konsentrat sel darah merah dan

1-2% konsentrat trombosit (WHO, 2002). Kontaminasi bakteri pada darah donor

dapat timbul sebagai hasil paparan terhadap bakteri kulit pada saat pengambilan

(29)

sakit pada saat pelaksanaan transfusi atau bakteremia pada donor saat

pengambilan darah yang tidak diketahui (Canadian Medical Association, 1997).

Jumlah kontaminasi bakteri meningkat seiring dengan lamanya

penyimpanan sel darah merah atau plasma sebelum transfusi. Penyimpanan pada

suhu kamar meningkatkan pertumbuhan hampir semua bakteri. Beberapa

organisme, seperti Pseudomonas tumbuh pada suhu 2-6°C dan dapat bertahan

hidup atau berproliferasi dalam sel darah merah yang disimpan, sedangkan

Yersinia dapat berproliferasi bila disimpan pada suhu 4°C. Stafilokokus tumbuh

dalam kondisi yang lebih hangat dan berproliferasi dalam konsentrat trombosit

pada suhu 20-40°C. Oleh karena itu, risiko meningkat sesuai dengan lamanya

penyimpanan (Moore, 1997). Gejala klinis akibat kontaminasi bakteri pada sel

darah merah timbul pada 1 : 1 juta unit transfusi. Risiko kematian akibat sepsis

bakteri timbul pada 1 : 9 juta unit transfusi sel darah merah. Di Amerika Serikat

selama tahun 1986-1991, kontaminasi bakteri pada komponen darah sebanyak

16%; 28% di antaranya berhubungan dengan transfusi sel darah merah. Risiko

kontaminasi bakteri tidak berkurang dengan penggunaan transfusi darah autolog.

2.3.10.2. Kontaminasi parasit

Kontaminasi parasit dapat timbul hanya jika donor menderita parasitemia

pada saat pengumpulan darah. Kriteria seleksi donor berdasarkan riwayat

bepergian terakhir, tempat tinggal terdahulu, dan daerah endemik, sangat

mengurangi kemungkinan pengumpulan darah dari orang yang mungkin

menularkan malaria, penyakit Chagas atau Leismaniasis. Di Kanada dan Amerika

Serikat penularan penyakit Chagas melalui transfusi sangat jarang (Zallen, 1999).

Menurut National Blood Users Group (2001), resiko penularan malaria di Kanada

diperkirakan 1 : 400.000 unit konsentrat sel darah merah, di Amerika Serikat 1 : 4

juta unit darah, sedangkan di Irlandia saat ini tidak ada laporan mengenai

(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini, kerangka konsep mengenai hubungan pengetahuan dan

sikap tentang donor darah dengan riwayat mendonor darah akan diuraikan.

Variabel bebas pada penelitian ini adalah mahasiswa FK USU angkatan 2006 dan

2007 dan variabel tergantung pada penelitian ini adalah pernah mendonorkan

darah.

Variabel Bebas Variabel Tergantung

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Defenisi Operasional Mahasiswa FK USU angkatan 2006 dan 2007 Mahasiswa FK USU angkatan 2006 dan 2007 adalah seluruh mahasiswa

yang aktif mengikuti kegiatan perkuliahan pada tahun 2009 di Fakultas

Kedokteran Sumatera Utara.

Pengetahuan dan sikap tentang donor darah

Mahasiswa FK USU angkatan 2006 dan 2007 - Jenis kelamin - Agama - Suku / Etnis

Tindakan berdonor darah - Pernah

(31)

a. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah jenis kelamin yang diakui oleh responden yaitu Mahasiswa

aktif FK USU angkatan 2006 dan 2007 dalam mengisi angket. Dibedakan atas:

pria dan wanita

b. Agama adalah kepercayaan yang dianut oleh responden yaitu Mahasiswa aktif

FK USU angkatan 2006 dan 2007 dibedakan atas: Islam, Kristen Protestan,

Katolik, Budha, Hindu, dll.

c. Suku atau Etnis adalah suku bangsa responden atau etnis responden yaitu

Mahasiswa aktif FK USU angkatan 2006 dan 2007 dibedakan atas: Melayu, Jawa,

Batak, India, Tiong Hoa, dll.

3.2.2. Tindakan Berdonor Darah

Tindakan mendonorkan darah adalah status aksi donor darah responden yaitu

Mahasiswa aktif FK USU angkatan 2006 dan 2007 dibedakan atas:

- Pernah artinya responden pernah mendonorkan darahnya

- Tidak pernah artinya responden tidak pernah mendonorkan darahnya

3.2.3. Pengetahuan dan Sikap tentang Donor Darah a. Pengetahuan tentang Donor Darah

Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh Mahasiswa FK USU tentang

kriteria menjadi donor darah, lokasi UTD PMI Cabang medan, gambaran

ketersediaan darah di UTD PMI Cabang Medan, golongan darah mayoritas

penduduk Indonesia, frekuensi donor darah, terapi transfusi dalam menangani

kegawatdaruratan, skrining darah donor, masa simpan darah, pemberian terapi

transfusi darah, dan kegunaan berdonor darah. Alat ukur yang digunakan berupa

angket berisikan 10 pertanyaan tertutup dengan 3 alternatif jawaban. Tiga

alternatif jawaban tersebut terdiri dari dua jawaban yang salah dan satu jawaban

benar.

Pengukuran tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai transfusi darah

(32)

responden. Apabila jawaban responden benar, akan diberi nilai 1, bila jawaban

responden salah diberi nilai 0. Dengan demikian, skor tertinggi adalah 10.

Pengukuran tingkat pengetahuan responden dilakukan dengan menggunakan

sistem skoring (Arikunto, 2007), yakni dengan skala ordinal sebagai berikut:

1) Tingkat pengetahuan baik, apabila jawaban responden benar > 75% dari nilai

tertinggi, yaitu skor > 7

2) Tingkat pengetahuan cukup, apabila jawaban responden benar antara 56-75%

dari nilai tertinggi, yaitu skor antara 5-7

3) Tingkat pengetahuan kurang, apabila jawaban responden benar antara 40-55%

dari nilai tertinggi, yaitu skor antara 4-5

4) Tingkat pengetahuan buruk, apabila jawaban responden benar < 40% dari nilai

tertinggi, yaitu skor < 4

b. Sikap tentang Donor Darah

Sikap adalah tanggapan ataupun respon Mahasiswa FK USU terhadap

pernyataan hipotesis yang berhubungan dengan donor darah. Alat ukur yang

digunakan berupa angket dengan memaparkan responden terhadap 14 pernyataan

hipotesis, 7 pernyataan hipotesis untuk mahasiswa yang pernah mendonorkan

darah dan 7 pernyataan hipotesis untuk mahasiswa yang tidak pernah

mendonorkan darah. Tidak dilakukan skoring pada pernyataan 1 dan 2. Untuk

pernyataan 3-7, apabila responden menjawab “YA” akan diberi nilai 1, bila

jawaban “TIDAK” diberi nilai 0. Dengan demikian, jumlah skor tertinggi adalah

5.

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sistem skoring dengan skala

ordinal sebagai berikut:

1) Sikap baik, bila jawaban responden benar > 75% dari nilai tertinggi, yaitu skor

antara 4-5.

2) Sikap sedang, bila jawaban responden benar antara 40-75% dari nilai tertinggi,

(33)

3) Sikap kurang, bila jawaban responden benar <40% dari nilai tertinggi, yaitu

skor < 2.

3.3. Hipotesis

Pengetahuan dan sikap tentang donor darah berhubungan dengan tindakan

mendonorkan darah mahasiswa yang pernah mendonorkan darah dan tidak pernah

mendonorkan darah.

Ada hubungan antara karakteristik responden seperti jenis kelamin, agama,

suku/etnis, dan keterlibatan dalam organisasi dengan tindakan mendonorkan

(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan

cross-sectional dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan

pengetahuan dan sikap tentang donor darah antara mahasiswa yang pernah

mendonorkan darah dan tidak pernah mendonorkan darah dan hubungan antara

karakteristik responden seperti jenis kelamin, agama, suku/etnis, dan keterlibatan

dalam organisasi dengan riwayat mendonorkan darah.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian telah dilakukan di FK USU Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Lokasi ini dipilih berdasarkan evaluasi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 10 bulan, sejak penentuan judul, penulisan

proposal hingga seminar hasil yang berlangsung sejak bulan Februari 2009 hingga

Desember 2009.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif angkatan 2006

dan 2007 di FK USU. Populasi pada penelitian ini berjumlah 883orang.

4.3.2. Perhitungan dan Besar Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari mahasiswa FK USU

(35)

Menurut Notoadmojo (2004) perhitungan jumlah sampel dilakukan dengan

menggunakan rumus:

Dengan tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% dan tingkat ketepatan

relatif adalah sebesar 5%.

Berdasarkan rumus diatas,

275

maka diperoleh jumlah sampel sebesar 275 orang.

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified random

sampling. Sampel tersebut didistribusikan merata pada Mahasiswa FK USU:

a. Mahasiswa/i stambuk 2007 : 1/2 x 275 137 orang

b. Mahasiswa/i stambuk 2006 : 1/2 x 275 137 orang

4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari responden penelitian.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa

angket.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan pihak fakultas yang

berhubungan dengan jumlah mahasiswa di FK USU. n = jumlah sampel

N = besar populasi

(36)

4.4.3. Uji Validitas

Validator adalah dr. Zulfikar Lubis, SpPK(k) . Beliau mengajarkan materi

transfusi darah pada perkuliahan di semester 2, memahami model dan proses

donor darah serta telah menempuh pendidikan S1dokter serta spesialisasi di

bidang patologi klinik.

Item-item penilaian dalam angket validasi menggambarkan penilaian yang

komprehensif. Adapun keterbatasan maupun ruang lingkup pada pengembangan

kuestioner pengetahuan dan sikap tentang berdonor darah ini adalah sebagai

berikut.

Uji validasi hanya dilakukan validasi isi dan tidak dilakukan validasi dan

reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment” dan uji

Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS 15.0.

4.5. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari setiap sampel akan dimasukkan ke dalam komputer

oleh peneliti. Data yang diperoleh berupa karakteristik responden, riwayat

mendonorkan darah, pengetahuan dan sikap tentang donor darah akan dianalisis

dengan menggunakan program SPSS ( Statistic Package Social Science)16.0 for

mac. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan uji statistik Chi

(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara berdiri pada tahun 1952.

Universitas ini berada di jl. Dokter Masur no. 5 Medan. Fakultas ini merupakan

salah satu fakultas bergengsi di kota medan. Fakultas ini memiliki perpustakaan,

ruangg kelas besar, ruang kelas tutorial, 2 ruang laboratorium fisiologi, 1 ruang

laboratorium anatomi. 15 ruang skills lab, 2 ruang aula serba guna (ruang seminar

dan ruang ildrem), kantin, departemen pendidikan dan ruang MEU (Medical

Essessment Unit). Jumlah mahasiswa aktif Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara pada semester genap 2008/2009 berjumlah 1594 orang yang

terdiri dari mahasiswa tahun angkatan 2002 sebanyak 1 orang, mahasiswa tahun

angkatan 2001 sebanyak 3 orang, mahasiswa tahun angkatan 2004 sebanyak 37

orang, mahasiswa tahun angkatan 2005 sebanyak 247 orang, mahasiswa tahun

angkatan 2006 sebanyak 427, mahasiswa tahun angkatan 2007 sebanyak 456

orang dan mahasiswa tahun angkatan 2008 sebanyak 423 orang.

5.2. Karakteristik Individu

Dalam penelitian ini responden yang terpilih sebanyak 274 mahasiswa

yang terdiri dari 137 mahasiswa tahun angkatan 2006 dan 137 mahasiswa tahun

angkatan 2007.

Dari keseluruhan responden gambaran karakteristik responden yang

diamati meliputi: jenis kelamin, status kewarganegaraan, agama dan suku atau

etnis. Data lengkap bila didistribusikan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat

(38)

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia

Jenis Kelamin f %

Laki-laki 116 42,3%

Perempuan 158 57,7%

Jumlah 274 100%

Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok terbesar adalah pada kelompok

perempuan yaitu sebesar 57,7% dan terendah pada kelompok laki-laki yaitu

sebesar 42,3%. Data lengkap didistribusikan beradasarkan status

kewarganegaraan dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2.

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Status Kewarganegaraan

Status Kewarganegaraan f %

WNI (Warga Negara Indonesia) 195 71,2%

WNA (Warga Negara Asing) 79 28,8%

Jumlah 274 100%

Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok terbesar adalah pada kelompok

WNI (Warga Negara Indonesia) yaitu sebesar 71,2% dan terendah pada kelompok

WNA (Warga Negara Asing) yaitu sebesar 28,8%. Hal ini dikarenakan penelitian

dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dimana mayoritas

mahasiswa adalah WNI. Data lengkap didistribusikan beradasarkan agama dapat

dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Agama

Agama f %

Islam 147 53,6%

Kristen Protestan 68 24,8%

Katolik 9 3,3%

Budha 37 13,5%

Hindu 12 4,4%

dll 1 0,4%

(39)

Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok terbesar adalah kelompok

mahasiswa beragama Islam yaitu sebesar 53.6% diikuti dengan Kristen Protestan

(24.8%), Budha (13.5%), Hindu (4.4%), Katolik (9%) dan agama lain (0.45%).

Data lengkap didistribusikan beradasarkan suku dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan suku atau etnis

Suku atau etnis f %

Melayu 57 20,8%

Jawa 16 5,8%

Batak 97 35,4%

India 19 6,9%

Tiong Hoa 53 19,3%

dll 32 11,7%

Jumlah 274 100%

Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok terbesar adalah kelompok

mahasiswa suku/etnis Batak yaitu sebesar 35,4%. Diikuti dengan Melayu

(20,8%), Tiong Hoa (19,3%), dll (11,7%), India (6,9%) dan Jawa (5,8%). Data

lengkap status donor darah dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Status Donor Darah Responden

Status donor darah f %

Tidak Pernah 170 62%

Pernah 104 38%

Jumlah 274 100%

Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok terbesar adalah kelompok

mahasiswa yang tidak pernah mendonorkan darah yaitu 62% sedangkan yang

pernah mendonorkan darah sebanyak 38%.

5.3. Hasil Uji Validitas Isi

Validator adalah dr. Zulfikar Lubis, SpPK(k) . Beliau mengajarkan materi

(40)

donor darah serta telah menempuh pendidikan S1dokter serta spesialisasi di

bidang patologi klinik.

Item-item penilaian dalam angket validasi menggambarkan penilaian yang

komprehensif. Adapun keterbatasan maupun ruang lingkup pada pengembangan

kuestioner pengetahuan dan sikap tentang berdonor darah ini adalah sebagai

berikut. Uji validasi hanya dilakukan validasi isi dan tidak dilakukan validasi dan

reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment” dan uji

Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS 15.0.

5.4. Hasil Analisis Data

Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada

variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan

No. Pertanyaan/Pernyataan

Jawaban Responden

7. Macam-macam skrining darah yang

dilakukan pada pendonor 191 69,7% 83 30,3%

8. Masa simpan darah lengkap 129 47,1% 145 52,9% 9. Pilihan terapi transfusi darah yang sesuai 192 70,1% 82 29,9% 10. Keuntungan/efek samping menjadi donor 189 69% 85 31%

Berdasarkan tabel di atas pada pertanyaan/pernyataan yang paling banyak

dijawab dengan benar adalah pada nomor 3 dan 5 yaitu sebesar 79,9%. Sedangkan

yang paling menjawab salah adalah pada pertanyaan/pernyataan nomor 2 yaitu

sebesar 16.8%.

Berdasarkan hasil uji tersebut maka tingkat pengetahuan seputar berdonor

(41)

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori

cukup memiliki persentase paling besar yaitu 39,1% dan diikuti dengan tingkat

pengetahuan yang dikategorikan baik sebesar 26,6%, tingkat pengetahuan yang

dikategorikan kurang sebesar 20.1% dan tingkat pengetahuan yang dikategorikan

buruk sebesar 14.2%.

Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada

variabel sikap dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Sikap

No. Pernyataan

Jawaban Responden Sikap Positif Sikap Negatif

f % f %

1. Keinginan untuk berdonor darah secara berkala & ingin/berencana mendonorkan darah

203 74,1% 71 25,9%

2. Menolak mendonorkan darah dengan motif

mencari keuntungan & mendonorkan darah 255 93,1% 19 6,9% 3. Tetap mendonasikan darah tanpa imbalan &

kemauan untuk mendonorkan darah pada orang asing tanpa imbalan

223 81,4% 51 18,6%

4. Tidak akan menerima kompensasi material untuk kerugian waktu ataupun

ketidaknyamanan fisik karena mendonorkan darah & peduli terhadap mesarnya angka kematian karena keterlambatan/kekurangan darah

240 87,6% 34 12,4%

5. Tidak akan mendonorkan tanpa skrining darah terlebih dahulu & bersedia

berpartisipasi menmbantu merekrut donor darah

(42)

Dari tabel di atas terlihat bahwa pernyataan yang paling banyak dijawab

dengan sikap postif adalah pada pernyataan nomor 2 yaitu sebesar 93,1%.

Pernyataan yang paling sedikit dijawab dengan sikap yang positif adalah

pernyataan nomor 1 yaitu sebesar 74,1%.

Berdasarkan hasil uji tersebut maka sikap seputar berdonor darah dapat

dikategorikan pada tabel 5.9.

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Sikap

Sikap f %

Baik 214 78,1%

Sedang 38 13,9%

Buruk 22 8%

Total 274 100%

Dari tabel 5.9. dapat dilihat bahwa sikap yang dikategorikan baik memiliki

persentase yang paling besar yaitu 78,1% diikuti sikap sedang (13,9%) dan sikap

buruk (8%).

Data lengkap distribusi frekuensi motivasi responden mendonorkan darah

dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Motivasi Responden Mendonorkan Darah

Motivasi f %

Karena promosi kesehatan publik 22 24,7%

Tertarik untuk mendapatkan apresiasi sosial 2 2,2%

Tertarik untuk mencoba/iseng 26 29,2%

Tertarik untuk mendapatkan hasil pemeriksaan darah/skrining darah 7 7,9% Diwajibkan sebagai anggota suatu organisasi atau instansi 7 7,9% Keluarga atau saudara membutuhkan transfusi darah 9 10,1%

Karena perasaan iba terhadap pasien 16 18%

Total 89 100%

Dari tabel 5.10. dapat dilihat bahwa frekuensi motivasi terbesar responden

berdonor darah adalah karena tertarik untuk mencoba atau iseng yaitu 29,2%.

Data lengkap distribusi frekuensi alasan responden belum/menolak

(43)

Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Alasan Responden Menolak Mendonorkan Darah

Motivasi f %

Tidak memiliki kriteria donor 64 34,6%

Tidak tahu bagaimana menjadi donor 19 10,3%

Tidak pernah ada anggota keluarga atau teman yang memerlukan darah 15 8,1%

Tidak peduli 11 5,9%

Takut terinfeksi 21 11,4 %

Takut terhadap jarum suntik 21 11,4%

Takut akan efek samping donor darah 16 8,6%

dll 18 9,7%

Total 185 100%

Dari tabel 5.11. dapat dilihat bahwa frekuensi alasan terbesar responden

belum/tidak berdonor darah adalah karena tidak memiliki kriteria berdonor darah

yaitu sebanyak 34,6%.

Analisis karakteristik responden terhadap status donor darah terdiri dari

analisis jenis kelamin, status kewarganegaraan, agama dan suku/etnis. Untuk

variabel agama, peneliti mengelompokkan menjadi agama Islam dan non-Islam

karena analisis tidak dapat dilakukan dengan 33% cells memiliki nilai expected

cell dibawah 5. Hasil analisis menunjukkan bahwa adanya hubungan karakteristik

individu dengan status donor darah (P-value < 0,05). (Tabel 5.12.)

Tabel 5.12. Analisis Karakteristik Responden terhadap Status Donor Darah

Analisis Perbandingan P-value

Jenis Kelamin dengan Status Donor Darah <0,001 Status Kewarganegaraan dengan Status Donor

Darah

0,028

Agama dengan Status Donor Darah <0,001

Suku/etnis dengan Status Donor Darah 0,023

Analisis dilanjutkan dengan perbandingan tingkat pengetahuan dengan

status donor darah. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

terhadap perbandingan tersebut dengan p-value sebesar 0,059. Hasil Perbandingan

sikap responden terhadap tindakan donor darah dengan status donor darah juga

(44)

Tabel 5.13.

Perbandingan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Terhadap Status Donor Darah

Analisis Perbandingan P-value

Tingkat Pengetahuan Dengan Status Donor Darah

0,059

Sikap dengan Status Donor Darah 0,287

5.5. Pembahasan

Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara perbandingan tingkat

pengetahuan dan sikap terhadap status donor darah (p-value >0,05). Namun

ditemukan adanya hubungan antara karakteristik responden yaitu jenis kelamin,

jenis kelamin, status kewarganegaraan, agama, dan etnis dari responden (p-value

<0,05). Keadaan ini didukung dengan pendapat Notoatmodjo (2007) bahwa

perilaku adalah bentuk respon yang sangat bergantung pada karakteristik maupun

faktor internal seperti tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan

faktor eksternal seperti lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, dan politik dari

orang yang bersangkutan. Oleh karena itu, walaupun diberikan stimulus yang

sama namum respon setiap orang berbeda.

Hasi penelitian ini menunjukkan bahwa lebih banyak responden laki-laki

(59,6%) yang pernah mendonorkan darah dibanding perempuan (P <0.001), hal

ini dapat terjadi karena banyak wanita yang tidak memenuhi kriteria berdonor

darah baik dari segi berat badan maupun kecenderungan mengalami anemik.

Menurut Mildvan (2002), wanita memiliki kecenderungan 71% mengalami

anemia daripada pria.

Pada analisis hubungan status kewarganegaraan terhadap status berdonor

darah, ditemukan bahwa WNA (Warga Negara Malaysia) memiliki

kecenderungan untuk berdonor darah (41,8%) dibandingkan dengan WNI (Warga

Negara Indonesia) yaitu sebesar 33,8%. Hal ini mungkin dikarenakan adanya

sistem publikasi dan promosi yang lebih baik di negara lebih makmur seperti

Malaysia.

Menurut Steele et al (2007), ada hubungan antara suku dan etnis terhadap

kemauan mendonorkan darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suku Jawa

(45)

hal tersebut tidak bisa digeneralisasikan karena adanya ketidakseimbangan

karakteristik suku responden. Juga ditemukan adanya signifikansi antara

karakteristik agama responden dengan status donor darah dengan agama Islam

yang mendomisasi kelompok dengan status pernah mendonorkan darah (53,6%).

Namun sama halnya dengan analisis diatas, bahwa hasil tersebut tidak dapat

(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a) Tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU angkatan 2006 dan 2007

mengenai mengenai donor darah sebanyak 73 orang (26,6%)

dikategorikan baik, 107 orang (39,1%) dikategorikan cukup, 55 orang

(20,1%) dikategorikan kurang dan 39 orang (14,2%) dikategorikan buruk.

b) Sikap mahasiswa FK USU angkatan 2006 dan 2007 mengenai mengenai

donor darah sebanyak 214 orang (78,1%) dikategorikan baik, 38 orang

(13,9%) dikategorikan sedang, 22 orang (8%) dikategorikan buruk.

c) Analisis hubungan karakteristik responden yaitu jenis kelamin, status

kewarganegaraan, agama, dan suku/etnis dengan status donor darah

memiliki hasil yang signifikan (p-value < 0,05).

d) Analisis hubungan pengetahuan dan sikap berdonor darah dengan status

donor darah didapatkan bahwa tidak signifikan (p-value > 0,05).

6.2. Saran

a. Peneliti berpendapat bahwa pengetahuan mahasiswa yang cukup tentang

berdonor darah sebaiknya menjadi masukan bagi pihak pemerintah dan pihak

fakultas untuk memperbanyak pemberian materi maupun promosi mengenai

donor darah.

b. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih memperluas

variabel-variabel lainya, seperti karakteristik responden. Ataupun memperluas cakupan

sampel tidak hanya pada kalangan mahasiswa FK USU namun juga pada

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Canadian Medical Association. Guidelines for red blood cell and plasma

transfusion for adults and children. Can Med Assoc J 1997;156:S1-24.

Departemen Kesehatan RI, 2001. Buku Pedoman Pelayanan Transfusi Darah:

Skrining Untuk Penyakit Infeksi. Direktorat Jendral Kesehatan

Masyarakat, Direktorat Promosi Kesehatan.

Betler, Ernest, 2000. Preservation and clinical use of Erythrocytes and Whole

Blood. Betler, Ernest, Lichtman, Marshall A., Coller, Barry S., Kipps,

Thomas J., and Seligsohn, Uri (Eds.).Williams Hematology 6th edition.

McGraw-Hill Professional.

Goodnough, L.T., Brecher, M.E., Kanter, M.H., AuBuchon, J.P., 1999.

Transfusion Medicine: Blood Transfusion. N Eng J Med 340: 438-47.

James, D.C., 1981. Blood Transfusion and Notes on Realted Aspects of Blood

Clotting and Heamoglobinopathies. In: James, D.C., Scientific Foundation

of Anesthesia. London :WB Saunders, 375-91.

Landsteiner K, Wiener AS, 1940. An agglutinable factor in human blood

recognized by immune sera for Rhesus blood. Proc Soc Exp Biol Med

43:223.

Miller, R.D., Brzica, S.M., 1981. Blood, Blood Component, Colloid and

Autotransfusion Therapy. In: Miller, R.D., .Anesthesia Vol. II. New York:

Churchill Livingstone, 885—922.

Moore FA, Moore EE, Sauaia A. Blood transfusion. An independent risk factor

for postinjury multiple organ failure. Arch Surg 1997;132:620-4;

discussion 624-5.

National Blood Users Group, 2001. A Guideline For Transfusion of Red Blood

Cells in Surgical Patients. Irlandia: National Blood Users Group.

Available from:

Notoatmodjo, S., 2007. Domain Perilaku. Dalam : Promosi Kesehatan dan Ilmu

Perilaku. Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 139-46.

(48)

Oberman HA, 1989. The history of transfusion medicine, in Clinical Practice of

Transfusion Medicine, 2d ed. Petz LD, Swisher SN (ed.). Churchill

Livingstone, New York: 9.

Panitia Medik Transfusi RSUP Dr. Soetomo, 2001. Pedoman Pelaksanaan

Transfusi Darah dan Komponen Darah. Edisi 3. RSUP Dr.

Soetomo-Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Palang Merah Indonesia, 2002. Serba Serbi Transfusi Darah. Jakarta: Palang

Merah Indonesia.

[Accessed 25 Febuari 2009].

Rodman, Jr, G.H., 1983. Bleeding and Clotting Disorders: Blood Transfusions,

Complications and Component Therapy. In: Rodman, G.H., Text Book of

Critical Care. Philadelphia: WB Saunders Company, 730-2.

Unit Transfusi Darah PMI Cabang Medan, 2004. Apa yang Terjadi Bila Saya

Menyumbangkan Darah. Palang Merah Indonesia.

World Health Organization, 2002. The Clinical Use of Blood: Handbook. Geneva:

World Health Organization. Available from:

Zallen G, Offner PJ, Moore EE, Blackwell J, Ciesla DJ, Gabriel J, dkk. Age of

transfused blood is an independent risk factor for postinjury multiple organ

(49)

Lampiran 1

LEMBARAN PERSETUJUAN RESPONDEN

Mahasiswa/i Yth.,

Saya yang bernama Janice, seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara yang untuk selanjutnya disebut sebagai peneliti

hendak melakukan penelitian mengenai pengetahuan dan sikap mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Peneliti memerlukan

Mahasiswa/i, yang selanjutnya disebut sebagai responden, sebagai subjek dalam

penelitian. Responden diminta untuk mengisi angket sesuai petunjuk. Angket

tersebut terdiri dari 5 halaman. Halaman pertama berisikan pertanyaan mengenai

karakteristik responden. Halaman kedua dan ketiga adalah penilaian pengetahuan

responden tentang donor darah yang terdiri dari 10 pertanyaan dalam bentuk

pilihan berganda. Halaman keempat dan kelima adalah penilaian terhadap sikap

responden tentang donor darah yang terdiri dari 7 pertanyaan pada masing-masing

halaman.

Nama Respoden tidak akan dicantumkan pada hasil penelitian dan

jawaban dari Responden hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian.

Pengisian angket kurang lebih memakan waktu 15-20 menit.

Jika responden setuju untuk mengisi angket ini, silahkan menandatangani

kolom yang telah tersedia. Peneliti berterima kasih dan sangat menghargai waktu

yang telah diluangkan Responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

(50)

Lampiran 4

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FK USU TERHADAP TINDAKAN DONOR DARAH PADA TAHUN 2009 Angket Penelitian

Karakteristik responden:

Jenis Kelamin : pria wanita

Berat Badan : < 50 kg > 50 kg

Status Kewarganegaraan : Warga Negara Indonesia (WNI)

Warga Negara Asing (WNA)

Agama : Islam

Kristen Protestan

Katolik

Budha

Hindu

Dll, sebutkan: ________________

Suku / Etnis : Melayu

Jawa

Batak

India

Tiong Hoa

Dll, sebutkan: ________________

Status Donor Darah : Pernah Tidak Pernah

Terlibat dalam Organisasi : Ya, sebutkan: ________________

Gambar

Tabel 2.1. Bentuk Darah, Indikasi Pemberian dan Masa Simpan Darah
Tabel 2.2. Pembagian Golongan Darah Sistem ABO
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia Jenis Kelamin f %
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan suku atau etnis Suku atau etnis Melayu
+6

Referensi

Dokumen terkait

Peran mahasiswa sebagai masyarakat muda dinilai sesuai untuk berkontribusi dalam meningkatkan jumlah donor darah sukarela, apalagi bisa dnegan mudah mengakses berbagai informasi

Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai hasilnya pengetahuan sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan

Tindakan keluarga pasien terhadap donor darah dibagi menjadi dua kelompok yaitu dari 100 responden hanya 35 orang yang pernah mendonorkan darah dan 75 orang tidak pernah

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan tingkat pengetahuan keluarga pasien terhadap donor darah adalah sedang, sikap dan tindakan adalah baik.. Pihak RSUP H.Adam Malik

Tindakan keluarga pasien terhadap donor darah dibagi menjadi dua kelompok yaitu dari 100 responden hanya 35 orang yang pernah mendonorkan darah dan 75 orang tidak pernah

Pada penelitian ini, minat terhadap SMS pengingat donor darah dapat diketahui dari sikap yang positif dengan tidak keberatan untuk menerima SMS pengingat donor darah,

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menjelaskan pandangan mahasiswa tentang donor darah, hal-hal yang mempengaruhi seseorang memilih untuk ikut berpartisipasi

Pada penelitian ini, minat terhadap SMS pengingat donor darah dapat diketahui dari sikap yang positif dengan tidak keberatan untuk menerima SMS pengingat donor darah,