• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG

KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD)

SKRIPSI

Oleh :

ELSA FRIDA TARIGAN NIM. 091000228

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG

KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

ELSA FRIDA TARIGAN NIM. 091000228

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG

KONSUMSI MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD)

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :

ELSA FRIDA TARIGAN NIM. 091000228

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 16 Januari 2012

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, MSi NIP. 19620529 198903 2 001 NIP. 19680616 199303 2 003

Penguji II Penguji III

Ernawati Nasution, SKM, MKes Dra. Jumirah, Apt, Mkes NIP. 19700212 199501 2 001 NIP. 19580315 198811 2 001

Medan, Januari 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Makanan cepat saji (fast food) adalah makanan yang disajikan secara cepat, praktis, dan waktu persiapannya membutuhkan waktu yang singkat dan pada umumnya makanan yang mengandung rendah serat dan tinggi lemak.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang konsumsi makanan cepat saji. Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif. Populasi adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang masih aktif di bangku perkuliahan pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012. Sampel penelitian diambil secara accidental sampling yang berjumlah 95 orang. Data primer diperoleh dari formulir frekuensi makanan tentang tingkat konsumsi makanan cepat saji. Data pengetahuan, sikap dan tindakan diperoleh dengan wawancara melalui kuesioner. Data sekunder diperoleh dari dokumen Fakultas Kedokteran USU.

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan mahasiswa tentang konsumsi makanan cepat saji mayoritas pada kategori baik (86,3%), sikap mahasiswa pada kategori baik (62,1%) dan tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang konsumsi makanan cepat saji berada pada frekuensi konsumsi sangat sering yaitu 37,9%

Sebaiknya pihak kampus Fakultas Kedokteran USU menambahkan media berisi informasi tentang makanan sehat dan bergizi misalnya poster makanan sehat di kantin Fakultas Kedokteran USU dan lebih memperhatikan dan mengawasi makanan yang ada di kantin Fakultas Kedokteran USU.

(5)

ABSTRACT

Fast food is food served fast, practical, and time of preparation needs a short time and in generally foods contain low fiber and high fat.

The purpose of this research was to know the description of knowledge, attitude, and the action of USU medical student about the consumption of fast food. This research is survey research with descriptive. The population is all the student of USU medical faculty who are still active on the lecture process at odd semester of the academic year 2011/2012. The sample of this research is taken by accidental sampling in amounts of 95 people. Primary data obtained from food frequency form of the high consumption rate of fast food. The knowledge, attitude and action data obtained by interviews through questionnaire. Secondary data obtained document from USU medical faculty.

The result of research showed the student knowledge about of the majority of fast food consumption in a good category (86,3 %), The student attitude in good category (62,1 %), and the action of USU medical student about frequency of fast food consumption is too often (37,9 %).

It is recommended for USU medical faculty to add some instruments such as poster fiiled with information about healthy and nutricious food in the canteen of USU medical faculty. It should have more care and control the foods in the canteen of USU medical faculty.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Elsa Frida Tarigan

Tempat/ Tanggal Lahir : Panribuan/ 23 Januari 1987

Agama : Kristen Katolik

Status : Belum Kawin

Jumlah Bersaudara : 5 orang

Alamat Rumah : Jln. Mesjid Syuhada gg. Dame no.14A Pasar VI P.Bulan Medan

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri Panribuan 1993-1999 2. SMP Bunda Mulia Saribudolok 1999-2002 3. SMA Santa Maria Medan 2002-2005 4. Diploma III Keperawatan Elisabeth 2005-2008

5. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU 2009-2011

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat kasih dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji”. Skripsi ini

merupakan salah satu syarat yang harus dibuat untuk dapat menyelesaikan pendidikan

Strata I pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis banyak menemukan

kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan dan dorongan moril dari

berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu kritik dan saran

masih sangat diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh sebab itu pada

kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima

kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Julhaida Lubis, Mkes selaku Dosen Pembimbing Skripsi I sekaligus

sebagai Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan

(8)

4. Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, MSi selaku Dosen Pembimbing II sekaligus

sebagai Dosen Penguji I yang telah banyak meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

5. Ernawati Nasution, SKM, MKes selaku Dosen Penguji II yang telah banyak

memberikan saran, bimbingan, dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

6. Dra. Jumirah, Apt, Mkes selaku Dosen Penguji III yang telah banyak

memberikan saran, bimbingan, dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

7. Prof. dr. Nerseri Barus, MPH selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara

9. Seluruh Dosen dan Pegawai bagian Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah

banyak membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini khususnya

kepada bang Marihot Samosir, ST yang banyak membantu penulis.

10.Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp. PD-KGEH Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara dan seluruh dosen, pegawai dan Mahasiswa

Fakutas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

11.Teristimewa buat orang tuaku tercinta Ayahanda M.Tarigan dan Ibunda

S. Sembiring, tua Guido, Kak Fenansia, Bang Albinus, dan Adekku Cindy

yang telah memberikan dukungan baik moral, material maupun spiritual

(9)

12.Sahabat-sahabatku (Syahrial, Satnawati, Bang Jhoni, Bang Satria, Fitri, Vera

Tarigan, Albina, Selpi, Eva Saragih, serta teman-teman yang lain yang tidak

bisa saya sebutkan satu persatu yang banyak memberikan doa dan semangat

dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Teman-teman seperjuangan di Gizi FKM USU (Veronika, Elfrina, Dian,

Nenny, Fifin,Reni, Meishi, Riska, Astrid, Yuni, Aktia dan yang lainnya yang

tidak dapat saya sebutkan) yang memberi dukungan dan turut membantu

penulis selama melakukan penelitian hingga penulisan skripsi selesai.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap

skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2012

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

2.5. Kerangka Konsep Penelitian ... 25

(11)

3.6. Defenisi Operasional Variabel ... 28

4.1. Gambaran Umum Fakultas Kedokteran USU ... 33

4.2. Gambaran Umum Responden ... 33

4.6. Tabulasi Silang Pengetahuan Responden terhadap Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji ... 41

4.7. Tabulasi Silang Sikap Responden terhadap Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji ... 41

BAB V PEMBAHASAN ... 43

5.1. Pengetahuan Responden tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji ... 43

5.2. Sikap Responden tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji ... 44

5.3. Tindakan Responden tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji ... 46

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 51

3. Hasil Pengolahan Data 4. Formulir Frekuensi Makanan 5. Dokumentasi

6. Surat Izin Survei Penelitian 7. Surat Izin Penelitian

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 ... .. 33

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 ... .. 34

Tabel 4.3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 ... .. 35

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 ... .. 36

Tabel 4.5. Distribusi Tingkat Sikap Responden tentang Konsumsi Makanan cepat Saji di Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011 ... .. 37

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji di Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011 ... .. 38

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan cepat Saji di Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011 ... .. 39

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji dalam Satu Bulan Terakhir pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011 ... .. 40

Tabel 4.9. Tabulasi Silang Pengetahuan Responden terhadap Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji di Fakultas Kedokteran USU Tahun

2011 ... .. 41

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

ABSTRAK

Makanan cepat saji (fast food) adalah makanan yang disajikan secara cepat, praktis, dan waktu persiapannya membutuhkan waktu yang singkat dan pada umumnya makanan yang mengandung rendah serat dan tinggi lemak.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang konsumsi makanan cepat saji. Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif. Populasi adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang masih aktif di bangku perkuliahan pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012. Sampel penelitian diambil secara accidental sampling yang berjumlah 95 orang. Data primer diperoleh dari formulir frekuensi makanan tentang tingkat konsumsi makanan cepat saji. Data pengetahuan, sikap dan tindakan diperoleh dengan wawancara melalui kuesioner. Data sekunder diperoleh dari dokumen Fakultas Kedokteran USU.

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan mahasiswa tentang konsumsi makanan cepat saji mayoritas pada kategori baik (86,3%), sikap mahasiswa pada kategori baik (62,1%) dan tindakan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang konsumsi makanan cepat saji berada pada frekuensi konsumsi sangat sering yaitu 37,9%

Sebaiknya pihak kampus Fakultas Kedokteran USU menambahkan media berisi informasi tentang makanan sehat dan bergizi misalnya poster makanan sehat di kantin Fakultas Kedokteran USU dan lebih memperhatikan dan mengawasi makanan yang ada di kantin Fakultas Kedokteran USU.

(15)

ABSTRACT

Fast food is food served fast, practical, and time of preparation needs a short time and in generally foods contain low fiber and high fat.

The purpose of this research was to know the description of knowledge, attitude, and the action of USU medical student about the consumption of fast food. This research is survey research with descriptive. The population is all the student of USU medical faculty who are still active on the lecture process at odd semester of the academic year 2011/2012. The sample of this research is taken by accidental sampling in amounts of 95 people. Primary data obtained from food frequency form of the high consumption rate of fast food. The knowledge, attitude and action data obtained by interviews through questionnaire. Secondary data obtained document from USU medical faculty.

The result of research showed the student knowledge about of the majority of fast food consumption in a good category (86,3 %), The student attitude in good category (62,1 %), and the action of USU medical student about frequency of fast food consumption is too often (37,9 %).

It is recommended for USU medical faculty to add some instruments such as poster fiiled with information about healthy and nutricious food in the canteen of USU medical faculty. It should have more care and control the foods in the canteen of USU medical faculty.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan

pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan

masyarakat, terutama di perkotaan. Melalui rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi

maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi

global. Dalam waktu yang relatif singkat telah diperkenalkan selera makanan gaya

fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

telah berubah menjadi tinggi lemak jenuh dan gula, rendah serat, dan rendah zat gizi

mikro. Perubahan selera makan ini cenderung menjadi konsep makan seimbang

sehingga berdampak negatif terhadap kesehatan dan gizi (Baliwati, 2004).

Fast food adalah makanan cepat saji yang disajikan secara cepat, praktis, dan

waktu persiapannya membutuhkan waktu yang singkat serta rendah serat dan tinggi

lemak. Fast food mempunyai kelebihan yaitu penyajian cepat sehingga hemat waktu

dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, tempat saji dan penyajian yang

higienis. Efek negatifnya jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama tentu akan

menjadi tumpukan lemak di tubuh, serta memicu faktor kegemukan, tekanan darah

tinggi, kolesterol, diabetes melitus, gangguan jantung, kanker dan stroke.

Mempertahankan kesehatan tubuh yang optimal salah satunya adalah dengan

menjaga status gizi yang seimbang, artinya semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh

harus terpenuhi dengan tepat guna. Status gizi setiap orang dipengaruhi oleh berbagai

(17)

pengetahuan gizi. Menurut Sediaoetama (2002), tingkat pengetahuan gizi seseorang

berpengaruh terhadap sikap dan perilaku memilih makanan, yang menentukan mudah

tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari makanan yang

dikonsumsi.

Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan khususnya sebagai

generasi penerus bangsa diharapkan memiliki perilaku hidup sehat. Aktivitas yang

padat serta kehidupan sosial mahasiswa sangat mempengaruhi perilaku hidup

sehatnya khususnya pola makannya sehari-hari seperti makan yang tidak teratur,

tidak sarapan pagi, atau bahkan tidak makan siang, serta sering mengkonsumsi

jajanan.

Mahasiswa sebagai generasi muda dan merupakan aset SDM unggul di masa

yang akan datang memerlukan perhatian khusus dalam mengonsumsi makanannya.

Peranan makanan jajanan sebagai penyumbang gizi dalam menu mahasiswa

sehari-hari tidak dapat diabaikan. Peranan tersebut terutama pada mahasiswa yang tidak

cukup waktu untuk makan di rumah, makanan jajanan memberikan kontribusi zat gizi

yang nyata.

Berdasasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Khomsiyah kartika

(1998), menunjukkan bahwa yang mengunjungi restoran makanan cepat saji rata-rata

masih berpendidikan SMP dan SMU dan berasal dari keluarga ekonomi menengah ke

atas. Frekuensi remaja dalam mengonsumsi makanan cepat saji rata-rata 1-2 kali

semingu. Jenis makanan cepat saji yang sering dikonsumsi ada fried chicken dan

(18)

remaja berstatus gizi obese dan over weight selain itu kebanyakan responden ternyata

memiliki kebiasaan makan lebih pada saat sedih dari pada saat senang.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh "Health Education Authority",

usia 15-34 tahun adalah konsumen terbanyak yang memilih menu fast food.

Walaupun di Indonesia belum ada data pasti, keadaan tersebut dapat dipakai sebagai

cermin dalam tatanan masyarakat kita, bahwa rentang usia tersebut adalah golongan

pelajar dan pekerja muda (Rumawas, 2006). Penelitian yang menggunakan standar

Nutrition community health survey (NCHS) dari WHO tersebut juga menemukan

fakta, 50 persen dari remaja yang mengalami obesitas ternyata pengkonsumsi setia

makanan cepat saji.

Menurut Allecia Mcleod dalam Pratiwi (2011), frekuensi makan makanan

cepat saji para remaja yaitu sekali seminggu atau lebih mencapai 41,1% (n = 85) dan

mayoritas tempat makanan cepat saji yang dikunjungi adalah Mc Donald sebesar

41,2%.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Adawiyah (2007) di Lampung

sebagian frekuensi remaja dalam mengonsumsi makanan cepat saji di restoran

waralaba berkisar antara 1-10 kali dalam sebulan. Di kota besar banyak ditemukan

konsumen yang memilih menu makanan cepat saji, karena keterbatasan waktu

maupun fasilitas untuk menyiapkan makanannya sendiri. Selain itu pada kalangan

tertentu mengonsumsi makanan cepat saji juga menjadi bagian dari gaya hidup.

Universitas Sumatera Utara adalah sebuah universitas negeri yang ada di kota

medan yang terletak di Jalan Dr. Mansyur dan merupakan universitas negeri tertua di

(19)

Sumatera yang mempunyai Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara terdiri

dari 14 fakultas yang salah satunya adalah Fakultas Kedokteran dan sebagian besar

mahasiswanya adalah anak perantauan yang bertempat tinggal di sekitar kampus

tersebut. Makanan yang dikonsumsi mereka selain dengan masak sendiri adalah

rantangan dan membeli di warung dengan harga yang relatif terjangkau.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada 20 orang mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU), terdapat 11 orang mahasiswa

Fakultas Kedokteran USU yang masih mengonsumsi makanan cepat saji seperti

hamburger, ayam goreng kentucky, spaghetti, pangsit, bakso, mie ayam, dan siomay,

dimana makanan cepat saji dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan

seperti kolestrol tinggi, obesitas, hipertensi, diabetes melitus, kanker dan stroke.

Padahal di kantin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara juga tersedia

makanan sehat antara lain makanan pokok seperti nasi putih, lauk pauk seperti ikan,

telur dan sayur-sayuran. Dengan latar belakang pendidikan mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah mahasiswa kesehatan, kemungkinan

besar mereka mengerti bahaya atau dampak dari mengonsumsi makanan cepat saji.

Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup (life style), lingkungan sosial (banyaknya penjual

makanan cepat saji disekitar area kampus) dan padatnya aktivitas perkuliahan. Selain

itu, penyajian fast food yang cepat dan praktis tidak membutuhkan waktu yang lama,

rasanya enak, sesuai selera mendorong mereka mengkonsumsi makanan cepat saji.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana

Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

(20)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah

penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan

mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang konsumsi makanan cepat saji.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang konsumsi makanan cepat saji.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui frekuensi konsumsi makanan cepat saji pada mahasiswa

Fakultas Kedokteran USU

2. Untuk mengetahui jenis makanan cepat saji yang dikonsumsi mahasiswa Fakultas

Kedokteran USU.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan dan informasi kepada Fakultas Kedokteran USU

mengenai perilaku mahasiswa tentang makanan cepat saji.

2. Sebagai masukan dan informasi kepada Fakultas Kedokteran USU tentang

gambaran jenis makanan cepat saji yang sehat dan tidak yang sehat di

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Makanan Cepat Saji (Fast Food)

Makanan cepat saji (fast food) adalah makanan yang tersedia dalam waktu

cepat dan siap disantap, seperti fried chiken, hamburger atau pizza. Mudahnya

memperoleh makanan siap saji di pasaran memang memudahkan tersedianya variasi

pangan sesuai selera dan daya beli. Selain itu, pengolahan dan penyiapannya lebih

mudah dan cepat, cocok bagi mereka yang selalu sibuk ( Sulistijani, 2002).

Kehadiran makanan cepat saji dalam industri makanan di Indonesia juga bisa

mempengaruhi pola makan kaum remaja di kota. Khususnya bagi remaja tingkat

menengah ke atas, restoran makanan cepat saji merupakan tempat yang tepat untuk

bersantai. Makanan di restoran fast food ditawarkan dengan harga terjangkau dengan

kantong mereka, servisnya cepat dan jenis makanannya memenuhi selera. Makanan

cepat saji umumnya mengandung kalori, kadar lemak, gula dan sodium (Na) yang

tinggi tetapi rendah serat, vitamin A, asam akorbat, kalsium dan folat. Makanan cepat

saji adalah gaya hidup remaja (Khomsan, 2004).

Keberadaan restoran-restoran fast food yang semakin menjamur di kota-kota

besar di Indonesia, yang menyajikan berbagai makanan siap saji yang dapat berupa

makanan tradisional Indonesia (seperti restoran padang) dan makanan barat (Kentucy

fried chicken, California fried chicken) yang terkenal dengan ayam gorengnya,

disamping jenis makanan yang tidak kalah popular seperti Burger, Pizza, Sandwich,

dan sebagainya. Dengan manajemen yang handal dan juga dilakukannya terobosan

(22)

bersih tanpa meninggalkan unsur kenyamanan, serta rasanya yang lezat membuat

mereka yang sibuk dalam pekerjaanya memilih alternatif untuk mengkonsumsi jenis

fast food, karena lebih cepat dan juga mengandung gengsi bagi sebagian golongan

masyarakat. Bahkan di hari libur pun biasanya banyak keluarga yang memilih

makanan diluar dengan jajanan fast food (Khomsan, 2004).

Makanan cepat saji seperti fried chicken dan French fries, sudah menjadi

jenis makanan yang biasa dikonsumsi pada waktu makan siang atau makan malam

remaja di enam kota besar di Indonesia seperti di Jakarta, Bandung, Semarang,

Yokyakarta, Surabaya dan Denpasar. Menurut penelitian tersebut 15-20% remaja di

Jakarta mengonsumsi fried chicken dan burger sebagai makan siang dan 1-6%

mengonsumsi pizza dan spaggethi. Bila makanan tersebut sering dikonsumsi secara

terus-menerus dan berlebihan dapat mengakibatkan gizi lebih (Mudjianto dkk, 1994).

Makanan cepat saji mempunyai kelebihan yaitu penyajian cepat sehingga

hemat waktu dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, tempat saji dan penyajian

yang higienis, dianggap makanan bergengsi, makanan modern, juga makanan gaul

bagi anak muda. Makanan cepat saji yang dimaksud adalah jenis makanan yang

dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan

tersebut umumnya diproduksi oleh industri psengolahan pangan dengan teknologi

tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita

(23)

2.1.1. Kandungan Gizi Makanan Cepat Saji

Secara umum makanan cepat saji mengandung kalori, kadar lemak, gula dan

sodium (Na) yang tinggi tetapi rendah serat, vitamin A, asam akorbat, kalsium dan

folat. Dan berikut ini gambaran kandungan nilai gizi dari beberapa jenis makanan

cepat saji yang saat ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena pengaruh tren

globalisasi :

1. Komposisi gizi Pizza (100 g)

Kalori (483 KKal), Lemak (48 g), Kolesterol (52 g), Karbohidrat (3 g), Gula (3 g), Protein (3 g).

2. Komposisi gizi Hamburger (100 g)

Kalori (267 KKal), Lemak (10 g), Kolesterol (29 mg), Protein (11 g),

Karbohidrat (33 g), Serat kasar (3 g), Gula (7 g).

3. Komposisi gizi Donat (I bh = 70 g)

Kalori (210 Kkal), Lemak (8 g), Karbohidrat (32 g), Serat kasar (1 g), Protein

(3 g), Gula (11 g), Sodium (260 mg).

4. Komposisi gizi Fried Chicken (100 g)

Kalori (298 KKal), Lemak (16,8 g), Protein (34,2 g), Karbohidrat (0,1 g).

5. Siomay 170 gr 162 kalori

6. Mie bakso sepiring 400 kalori

7. Chicken nugget 6 potong: 250 kalori

8. Mie Instant (1 bungkus) 330 Kalori

9. Kentang goreng mengandung 220 kalori

(24)

2.1.2. Dampak Negatif Makanan Cepat Saji.

1. Meningkatkan Risiko Serangan Jantung

Kandungan kolesterol yang tinggi pada makanan cepat saji dapat

mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah. Pembuluh darah yang tersumbat akan

membuat aliran darah tidak lancar yang dapat mengakibatkan terjadinya serangan

jantung koroner.

2. Membuat Ketagihan

Makanan cepat saji mengandung zat aditif yang dapat membuat ketagihan dan

merangsang untuk ingin terus memakannya sesering mungkin.

3. Meningkatkan Berat Badan

Jika suka mengonsumsi makanan cepat saji dan jarang berolahraga, maka

dalam beberapa minggu tubuh akan mengalami penambahan berat badan yang tidak

sehat. Lemak yang di dapat dari mengonsumsi makanan cepat saji tidak digunakan

dengan baik oleh tubuh jika tidak berolahraga. Lemak inilah yang kemdian tersimpan

dan menumpuk dalam tubuh.

4. Meningkatkan Risiko Kanker

Kandungan lemak yang tinggi yang terdapat dalam makanan cepat saji dapat

meningkatkan risiko kanker, terutama

5. Memicu Diabetes

Kandungan kalori dan lemak jenuh yang tinggi dalam makanan cepat saji

akan memicu terjadinya resistensi insulin yang berujung pada penyakit diabetes.

(25)

menurunkan penyerapan glukosa yang menyebabkan banyak glukosa menumpuk di

aliran darah.

6. Memicu Tekanan Darah Tinggi

Garam dapat membuat masakan menjadi jauh lebih nikmat. Hampir semua

makanan makanan cepat saji mengandung garam yang tinggi. Garam mengandung

natrium, ketika kadar natrium dalam darah tinggi dan tidak dapat dikeluarkan oleh

ginjal, volume darah meningkat karena natrium bersifat menarik dan menahan air.

Peningkatan ini menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk mengalirkan darah

ke seluruh tubuh yang menyebabka

Bahaya makanan cepat saji yang telah dijabarkan oleh peneliti ilmiah dari

beberapa ilmiah pakar serta penerhati nutrisi adalah sebagai berikut:

1. Sodium (Na) tidak boleh kebanyakan terdapat didalam tubuh kita. Untuk

ukuran orang dewasa, sodium yang aman jumlahnya tidak boleh lebih dari

3300 mg. Inilah sama degan 1 3/5 sendok teh. Sodium yang banyak terdapat

dalam makanan cepat saji dapat meningkatkan aliran dan tekanan darah

sehingga bisa membuat tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi juga akan

berpengaruh munculnya gangguan ginjal, penyakit jantung dan stroke. Lemak

jenuh yang juga banyak terdapat dalam makanan cepat saji, yang berbahaya

bagi tubuh karena zat tersebut merangsang organ hati untuk memproduksi

banyak kolesterol. Kolesterol sendiri didapat dengan dua cara, yaitu oleh

tubuh itu sendiri dan ada juga yang berasal dari produk hewani yang kita

makan dan dimasak terlalu lama. Kolesterol banyak terdapat dalam daging,

(26)

dapat menutup saluran darah dan oksigen yang seharusnya mengalir ke

seluruh tubuh. Tingginya jumlah lemak jenuh dalam makanan cepat saji akan

menimbulkan kanker, terutama kanker usus dan kanker payudara. Kanker

payudara merupakan pembunuh terbesar setelah kanker usus. Lemak dari

daging, susu, dan produk-produk susu merupakan sumber utama dari lemak

jenuh.

2. Selain itu, beberapa menu dalam restoran fast food juga mengandung banyak

gula. Gula, terutama gula buatan, tidak baik untuk kesehatan karena dapat

menyebabkan penyakit gula atau diabetes, kerusakan gigi dan obesitas.

Minuman bersoda, cake, dan cookies mengandung banyak gula dan sangat

sedikit vitamin serta mineralnya. Minuman bersoda mengandung paling bayak

gula, sedangkan kebutuhan gula dalam tubuh tidak boleh lebih dari 4 g atau

satu sendok teh sehari (Septiyani, 2011).

2.1.3. Upaya Meminimalisasi Dampak Negatif dari Makanan Cepat Saji

Untuk mengurangi dan meminimalisasi dampak negatif makanan cepat saji

dapat diupayakan dengan beberapa cara antara lain :

1. Bukan larangan yang menakutkan atau suatu keharusan yang mesti dilakukan

untuk menghindari makanan cepat saji beresiko. Walaupun hidangan yang

akan dinikmati umumnya mengandung garam dan lemak tinggi, sebenarnya

jenis makanan cepat saji beresiko yang indentik dengan fried chicken itu juga

memliki kandungan protein yang cukup tinggi. Bila harus 1 atau 2 kali dalam

sebulan atau 1 kali dalam seminggu ingin menikmati makanan fried chicken

(27)

ini dilakukan lebih sering lagi, maka sebaiknya ketika menyantap sajian ini

hendaknya dibarngi dengan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan.

2. Anjuran yang paling cocok bagi penggemar makanan cepat saji adalah

hendaknya mereka mengimbangi konsumsi makanan tinggi lemak protein

dengan makanan tinggi serat seperti sayuran, baik yang disajikan dalam

bentuk mentah misalnya lalapan atau dalam bentuk olahan seperti sop atau

salad dari berbagai sayuran dan buah-buahan.

3. Dianjurkan meminum air putih 8-10 gelas per hari untuk mengimbangi

minuman bersoda tinggi. Disamping itu, untuk mengurangi risiko makanan

cepat saji yangn mengandung tinggi lemak dan tinggi kadar garamnya agar

mengurangi porsi makanan atau memilih makanan dalam porsi kecil.

Kemudian, bagilah porsi itu dengan rekan atau teman. Dan yang terakhir

jangan lupa untuk berolahraga secara disiplin dan teratur.

4. Buah-buahan merupakan pabrik senyawa vitamin, mineral, fitokimia,

antioksidan, dan serat makanan alami. Pengolahan buah-buahan menjadi jus

merupakan salah satu cara yang baik untuk meningkatkan konsumsi

buah-buahan di masyarakat. Agar diperoleh asupan serat makanan sebagaimana

yang diperlukan tubuh ketika mengonsumsi jus buah hendaknya jus

benar-banar dibuat dari buah asli. Jangan sekali-kali tertipu dengan berbagai jenis

minuman jus rasa buah yang sebenarnya sama sekali tidak mengandung

komponen buah.

5. Beberapa saran yang perlu diingat dan penting bagi pecinta makana cepat saji

(28)

susu rendah lemak atau sereal tinggi serat, dan jangan lupa mengonsumsi

sayuran. Asupan makanan yang mengandung tinggi serat sangat bermanfaat

dan dapat membantu memperlambat rasa lapar, sehingga akan menekan

keinginan untuk mengonsumsi makanan berlemak atau paling tidak hasrat

untuk menikmati akan tertunda (Lubis, 2009).

Yang tergolong dalam makanan cepat saji modern antara lain hamburger,

ayam goreng kentucky, pizza, spagetty, sosis, chicken nugget. kentang goreng,

donat dan makanan cepat saji yang tradisional adalah mie goreng, mie instant,

bakso, mie ayam, gorengan, siomai, mie pangsit, soto dan pecal.

2.2. Perilaku Makan Mahasiswa

Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman secara instansi

manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap,

tindakan.

Perilaku makan adalah cara seseorang berfikir, pengetahuan dan

berpandangan tentang makanan. Apa yang ada dalam perasaan dan pandangan itu

dinyatakan dalam bentuk tindakan makan dan memilih makanan. Jika keadaan itu

terus-menerus berulang maka tindakan tersebut akan menjadi kebiasaan makan

(Khumaidi, 1994).

Benyamin Bloom (1903), seorang ahli psikologi pendidikan membagi

perilaku ke dalam tiga dominan atau ranah/kawasan yaitu ranah kognitif (cognitive

domain), ranah efektif (effective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor

(29)

2.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat

yang berbeda-beda secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu:

1. Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

3. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

(30)

4. Analisa

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannyya satu sama lain.

5. Sintesis

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden (Notoadmodjo, 2003).

2.2.2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya

kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari

(31)

Selain bersifat positif atau negatif, sikap mempunyai tingkat kedalaman yang

berbeda-beda. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan

informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok

sosialnya (Sarwono, 1993).

Sikap mempunyai tiga komponen pokok, seperti yang dikemukakan Allport

dalam Notoadmojo (2003), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen

pokok, yaitu:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

attitude). Pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting

dalam penetuan sikap yang utuh.

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :

1. Menerima

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan oleh objek.

2. Merespon

Merespon diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan

(32)

3. Menghargai

Yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingat tiga (kecenderungan untuk

bertindak).

4. Bertanggung jawab

Yaitu yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko adalah merupkan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan respoden

terhadap suatu objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat

dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau

“tidak setuju” terhadap pernyataan-pernyataan terhadap suatu objek.

2.2.3. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

Untuk terbentuknya suatu sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas.

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap objek apa yang diketahui, proses

selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang

diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut pratik kesehatan.

Praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut

(33)

1. Praktik terpimpin

Apabila suatu objek atau seseorang telah melakukan sesuatu tapi masih

tergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan.

2. Praktik secara mekanisme

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktekan sesuatu hal

secara otomatis, maka disebut praktik atau tindakan meknis.

3. Adapsi

Adapsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang artinya, apa

yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah

dilakukam modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan

wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau

bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni

dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoadmojo, 2005).

Perubahan perilaku kehidupan modern antara lain konsumsi makanan tinggi

kalori, tinggi lemak, tinggi kolestrol, tinggi garam, rendah serat, merokok, minum

alcohol dan lain sebagainya. Ditinjau dari pandangan ilmu gizi, perubahan perilaku

tersebut dapat meningkatkan peluang terjadinya masalah gizi lebih, obesitas dan

penyakit degenerative (Baliwati dkk, 2004).

Mahasiswa, pada umumnya berusia diatas 18 tahun yang merupakan remaja

tahap akhir. Pada umumnya tidak makan pagi atau sarapan juga merupakan kebiasaan

mahasiswa. Padahal sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa,

(34)

bekerja dan meningkatkan produktivitas kerjanya. Bagi anak sekolah, makan pagi

dapat memudahkan konsentrasi belajar, memahami pelajaran, sehingga prestasi

belajar pun lebih baik (Depkes, 1997).

Menurut Asdi dalam Pratiwi (2011), selain kebiasaan tidak sarapan pagi, saat

ini remaja lebih menyukai mengonsumsi makanan jajanan cepat saji. Dari hasil

Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik

(BPS) tahun 1999, menunjukkan bahwa persentase pengeluaran rata-rata per kapita

penduduk perkotaan untuk makanan jajanan (termasuk makanan cepat saji)

meningkat dari 9,13% pada tahun 1996 menjadi 11,37% pada tahun 1999. Di

kota-kota besar seperti Jakarta dan Yogyakarta pengeluaran untuk makanan jadi lebih

besar yaitu seperempat dari total pengeluaran pangan.

Kebiasaan makan menurut Guthe dan Mead (Khumaidi, 1994) adalah

cara-cara individu dan kelompok individu memilih, mengkonsumsi dan menggunakan

makanan-makanan yang tersedia yang didasarkan kepada faktor-faktor sosial dan

budaya dimana mereka hidup. Khumaidi lebih lanjut menyimpulkan, bahwa

kebiasaan makan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor

ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi asosiasi emosional, keadaan jasmani dan rohani

yang sedang sakit dan penilaian yang lebih terhadap makanan. Faktor ektrinsik

meliputi lingkungan alam, sosial, ekonomi, budaya, dan agama.

Adapun perilaku makan yang ditujukan remaja adalah mengonsumsi makanan

cepat saji. Kini makanan cepat saji telah menjadi bagian dari perilaku sebagian anak

sekolah dan remaja di luar rumah di berbagai kota. Jenis makanan siap santap yang

(35)

berupa keripik (junk food) sering dianggap sebagai lambang kehidupan modern oleh

para remaja. Padahal makanan cepat saji dan junk food mempunyai kandungan tinggi

kalori, karbohidrat dan lemak, jika dikonsumsi dalam jangka panjang dapat

menyebabkan obesitas (Mudjianto, 1993).

Penelitian Wijaya (2005), menunjukkan bahwa dari 177 mahasiswa di

Surabaya 98,3% menyatakan pernah makan di restoran fast food dengan frekuensi

kunjungan terbanyak adalah 2-5 kali satu bulan. Di Kotamadya Bogor 83,3% remaja

lebih memilih makanan siap saji modern (fast food) dibandingkan makanan cepat saji

tradisional dan 25,1% mengonsumsi fast food ≥ 3 kali dalam seminggu (Suhartini,

2004) sedangkan Hafitri (2003) mengatakan sebanyak 66,7% remaja terbiasa

membeli makanan cepat saji dan makanan tradisional satu kali dalam seminggu.

Menurut Robert dan Williams dalam Heryanti (2000), mengatakan kebiasan

makan dan pilihan makanan dikalangan remaja ternyata lebih kompleks dan di

pengaruhi oleh banyak faktor seperti fisik, sosial, lingkungan budaya, pengaruh

lingkungan sekitar (teman, keluarga dan media) serta psikososial.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa perilaku makan yang salah akan

menyebabkan masalah gizi dan perilaku makan tersebut dipengaruhi oleh aneka

faktor sosial, ekonomi, budaya dan ketersediaan pangan. Analisis menggunakan data

Susenas menunjukkan adanya kecendrungan perilaku konsumsi makanan jadi

(termasuk minuman) yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Konsumsi

makanan yang berasal dari terigu seperti roti, mie, kue kering dan konsumsi kue

basah serta minuman es merupakan bagian dari makanan tradisional yang cenderung

(36)

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Green bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama,

yaitu:

1. Faktor predisposisi

Adalah faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku

seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai,

tradisi dan sebagainya.

2. Faktor Pemungkin

Adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau

tindakan.

3. Faktor Penguat

Adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.

2.4. Pengukuran Konsumsi Makanan

Metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu, antara lain :

1. Metode Food Recall 24 Jam

Prinsip dari metode food recall 24 jam adalah mencatat jumlah dan

jenis bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.Hal

penting yang perlu diketahui dalam food recall 24 jam adalah data yang

diperoleh cenderung lebih kualitatiif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan

data kuantitatif maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara

teliti dengan menggunakan alat rumah tangga (sendok, gelas, piring dan

(37)

Menurut Supriasa (2002) langkah –langkah pelaksanan food recall 24

jam ialah:

1) Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua

makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran

rumah tangga selama kurun waktu 24 jam yang lalu.

2) Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan

Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).

3) Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan

(DGKA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.

Agar wawancara berjalan dengan sistematis, perlu dipersiapkan

kuesioner sebelumnya agar wawancara terarah menurut urutan waktu dan

pengelompokan bahan makanan. Urutan waktu sehari dapat disusun berupa

makan, pagi, siang, malam serta makanan jajanan (Supriasa, 2002).

2. Metode Perkiraan Makanan (Estimated Food Records)

Menurut Gibson dalam Mardatillah (2008), Dalam memperkirakan

makanan yang dikonsumsi, responden mencatat semua jumlah makanan dan

snack yang dikonsumsi dalam ukuran rumah tangga (URT) atau menimbang

dalam ukuran gram setiap kali makan. Jumlah hari dalam memperkirakaan

asupan makanan tergantung tujuan penelitian. Apabila penelitian bertujuan

untuk meneliti rata-rata auspan kelompok maka 1 (hari) umtuk 1 (satu)

responden sudah memenuhi syarat.

Kelebihan metode Food Records ini adalah relatif murah dan cepat,

(38)

konsumsi zat sehari. Kekurangannya antara lain bisa menyebabkan beban

bagi responden sehingga terkadang responden merubah kebiasaan makannya,

tidak dapat digunakan untuk responden buta huruf dan tergantung kepada

kejujuran dan kemampuan responden dalam memperkirakan jumlah

konsumsi makanan (Supriasa, 2002).

3. Metode Penimbangan Makanan (Food Weighing)

Menurut Gibson dalam Mardatillah (2008), Dalam metode

ini,responden diminta untuk menimbang semua makanan dan snack yang

dikonsumsi dalam periode waktu tertentu. Cara penyiapan makanan, detail

penjelasan makanan dan merk makanan (yang diketahu) juga harus dicatat.

Metode ini lebih akurat untuk memperkirakan kebiasaan konsumsi makanan

dan asupan gizi seseorang.

Kelebihan metode penimbangan makanan antara lain data yang didapat

lebih teliti. Kekurangan metode ini antara lain butuh waktu dan biaya mahal,

bila dilakukan dalam waktu lama maka responden dapat berubah kebiasaan

makannya, tenaga pengumpul data harus terlatih dan terampil serta perlu kerja

sama yang baik dengan responden (Supriasa, 2002).

4. Metode Riwayat Makanan (Diatery History)

Menurut Gibson dalam Mardatillah (2008), Metode ini digunakan

untuk memperkirakan kebiasaan asupan makanan dan pola makan individu

yang umumnya dilakukan dalam jangka waktu lama yaitu sekitar 1 bulan.

Metode ini memiliki 3 (tiga) komponen antara lain mewawncarai responden

(39)

waktu makan utama dana makan selingan, kedua adalah melakukan

pengecekan ulang kuesioner dari jenis makanan tertentu yang dikonsumsi dan

ketiga adalah subjek mencatat konsumsi makanan di rumah selama 3 hari.

Kelebihan metode ini dalah murah, dapat memberikan gambaran

konsumsi makan dalam waktu relative panjang dan dapat digunakan di klinik

gizi. Sedangkan kekurangan metode ini adalah membebankan responden dan

pengumpul data, perlu tenaga terlatih, data lebih bersifat kualitatif, tidak

cocok untuk sampel besar dan umumnya bagi makanan khusus saja (Supriasa,

2002).

5. Metode Frekuensi Makanan ( Food Frequency)

Food Frequency Questionnaire (FFQ) bertujuan untuk menilai

frekuensi makanan dan berbagai jenis makanan dalam periode waktu tertentu.

Metode ini dapat menjelaskan informasi kualitatif mengenai pola konsumsi

makan seseorang.

Kelebihan metode ini adalah murah dan sederhana dan dapat dilakukan

sendiri oleh responden, tidak membutuhkan keterampilan khusus, dan dapat

menghubungkan penyakit dengan kebiasaan makan. Sedangkan kekurangan

metode ini adalah tidak dapat menghitung asupan zat gizi, sulit

mengembangkan kuesioner, perlu membuat percobaan pendahuluan ,cukup

(40)

Menurut Supriasa (2002) langkah-langkah metode frekuensi makanan adalah:

1) Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar makanan yang

tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi penggunanya dan ukuran

porsinya.

2) Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi pengunaan jenis-jenis bahan

makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber

zat gizi tertentu selama periode tertentu pula.

2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Untuk melihat gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan mahasiswa tentang

konsumsi makanan cepat saji disajikan dalam kerangka konsep dibawah ini :

Gambar 2.1. Kerangka konsep gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswatentang konsumsi makanan cepat saji

Kerangka konsep penelitian menggambarkan bahwasanya yang akan diteliti

mencakup variabel pengetahuan, sikap, dan tindakan mahasiswa tentang konsumsi

makanan cepat saji yang masing-masing variabel dilihat secara deskriptif. Pengetahuan

Tindakan konsumsi fast food:

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional

study untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan mahasiswa Fakultas

Kedokteran USU tentang konsumsi makanan capat saji.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran USU dengan pertimbangan

mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang berlatar belakang kesehatan dan di sekitar

lingkungan kampus Fakultas Kedokteran USU banyak penjual makanan cepat saji.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September - Desember 2011

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa

Fakultas Kedokteran USU yang masih aktif di bangku perkuliahan pada semester

(42)

3.3.2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari mahasiswa Fakultas Kedokteran USU.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode bukan acak (non random sampling)

dengan teknik accidental sampling.

Besar sampel ditentukan dengan rumus (Notoatmodjo, 2005):

N n =

1 + N (d²)

Dimana :

N = ukuran populasi

n = ukuran sampel

d = Penyimpangan statistik dari sampel terhadap populasi, ditetapkan

sebesar 0,1 atau 10%.

Berdasarkan survei awal populasi mahasiswa Fakultas Kedokteran USU

adalah 1815 orang. Maka, sampel dari mahasiswa Fakultas Kedokteran USU adalah:

1815 n =

1 + 1815 (0,1²)

= 94,77

= 95

Jadi jumlah sampel yang akan diteliti sebanyak 95 orang. Sampel yang

dipilih adalah mahasiswa yang kebetulan ada pada saat penelitian dan bersedia

diwawancarai, tidak sedang mengikuti aktivitas perkuliahan (dalam keadaan

(43)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti melalui

wawancara dengan bantuan kuesioner meliputi data identitas responden (nama, jenis

kelamin, umur) dan untuk mengetahui perilaku konsumsi makanan cepat saji,

frekuensi dan jenis makanan cepat saji yang diperoleh berdasarkan pengisian Food

Frequency Questionnaire (FFQ).

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bagian pendidikan Fakultas

Kedokteran USU berupa gambaran umum Fakultas Kedokteran USU dan jumlah

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.5. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

2. Food Frequency Questionnaire (FFQ)

3.6. Defenisi Operasional Variabel

1. Pengetahuan adalah kemampuan mahasiswa dalam menjawab pertanyaan tentang

makanan cepat saji

2. Sikap adalah reaksi atau respon mahasiswa yang positif atau negatif terhadap

konsumsi makanan cepat saji

3. Tindakan adalah reaksi atau perbuatan dari mahasiswa terhadap konsumsi makanan

(44)

4. Makanan cepat saji adalah makanan yang disajikan secara cepat, praktis, waktu

persiapannya membutuhkan waktu yang singkat, rendah serat dan tinggi lemak.

5. Konsumsi makanan cepat saji adalah seberapa sering seseorang mengonsumsi

makanan cepat saji selama periode waktu tertentu (satu bulan).

3.7. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran adalah mengukur perilaku responden yang meliputi

pengetahuan, sikap,dan tindakan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala

Likert (Sugiono, 2002).

Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

1. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai > 75% dari total skor

jawaban yang benar.

2. Kategori sedang adalah apabila responden mendapat nilai 45% - 75% dari

total skor jawaban yang benar

3. Kategori kurang adalah apabila responden mendapat nilai < 45% dari total

skor jawaban yang benar

3.7.1. Pengetahuan

Pengetahuan responden mengenai makanan cepat saji yang dapat diukur

dengan memberikan jawaban dari kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah

pertanyaan sebanyak 8 dengan total skor sebanyak 16 yaitu dengan kriteria sebagai

(45)

a. Untuk jawaban yang mempunyai 3 pilihan :

- Jawaban (a) = 2

- Jawaban (b) = 1

- Jawaban (c) = 0

b. Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

- Tingkat pengetahuan baik apabila jawaban responden benar > 75% atau

memiliki skor > 12 dari seluruh pertanyaan yang ada.

- Tingkat pengetahuan sedang apabila jawaban responden benar 45-75% atau

memiliki skor 7-12 dari seluruh pertanyaan yang ada.

- Tingkat pengetahuan rendah apabila jawaban responden benar < 45% atau

memiliki skor < 7 dari seluruh pertanyaan yang ada.

3.7.2. Sikap

Sikap dapat diukur dengan pemberian skor terhadap jumlah kuesioner yang

telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan 8 yang diajukan, total skor 16 dengan kriteria

sebagai berikut :

a. Untuk jawaban yang mempunyai 2 pilihan :

- Jawaban setuju = 2

- Jawaban tidak setuju = 0

b. Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

- Sikap baik apabila jawaban responden benar > 75% atau memiliki skor

> 12 dari seluruh pertanyaan yang ada.

- Sikap sedang apabila jawaban responden benar 45-75% atau memiliki skor

(46)

- Sikap rendah apabila jawaban responden benar < 45% atau memiliki skor

< 7 dari seluruh pertanyaan yang ada.

3.7.3. Tindakan

Untuk mengetahui ukuran penilaian tindakan dari responden diukur dengan

menggunakan formulir Food Frequency Questionnaire (FFQ). Formulir ini terdiri

dari pertanyaan mengenai frekuensi dari 15 jenis makanan cepat saji yang sering

dikonsumsi mahasiswa Fakultas Kedokteran USU dan total skor sebanyak 45 dengan

kriteria sebagai berikut:

- Bila makanan cepat saji dikonsumsi 0-2 kali sebulan (diberi skor 3)

- Bila makanan cepat saji dikonsumsi 3-4 kali sebulan (diberi skor 2)

- Bila makanan cepat saji dikonsumsi 2-7 kali seminggu (diberi skor 1)

Berdasarkan nilai jumlah nilai skor dikelompokkan menurut kelas interval dalam 3

kategori :

- Frekuensi konsumsi jarang apabila jawaban responden benar > 75% atau

memiliki skor > 34 dari seluruh pertanyaan yang ada.

- Frekuensi konsumsi sering apabila jawaban responden benar 45-75% atau

memiliki skor 20-34 dari seluruh pertanyaan yang ada.

- Frekuensi konsumsi sangat sering apabila jawaban responden benar < 45%

(47)

3.8. Pengolahan dan Analisa Data 3.8.1. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing (pemeriksaan data)

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas

pertanyaan. Apabila terdapat jawaban yang belum tepat atau terdapat kesalahan

maka data harus dilengkapi dengan cara wawancara kembali terhadap responden.

2. Coding (pemberian kode)

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya

kemudian diberi kode kepada masing-masing kategori.

3. Data entry

Memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam master data

3.8.2. Analisa Data

Analisa data yang dilakukan adalah analisa data deskriptif untuk

mendeskripsikan pengetahuan, sikap, dan tindakan mahasiswa tentang konsumsi

(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Fakultas Kedokteran USU diresmikan pada tanggal 20 Agustus 1952

bertempat di Aula Fakultas Kedokteran di Jalan Seram Medan. Fakultas Kedokteran

USU terletak di Jalan. Dr. Tengku Mansoer 9 Kampus USU Medan. Jumlah

mahasiswa Fakultas Kedokteran USU pada tahun ajaran 2011/2012 berjumlah 1815

orang.

Di sekitar kampus Fakultas Kedokteran USU ini terdapat banyak pedagang

yang menjual makanan cepat saji seperti bakso, mie ayam, mie pangsit, siomay, mie

goreng, mie instant dan ayam goreng kentucky.

4.2. Gambaran Umum Responden 4.2.1. Jenis Kelamin Responden

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peneliti maka diperoleh gambaran

responden menurut jenis kelamin yang dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini :

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011

No Jenis Kelamin Jumlah

n %

1 Laki-laki 33 34,7

2 Perempuan 62 65,3

(49)

Pada tabel 4.1. dapat diketahui bahwa dari 95 responden terdapat 33 orang

responden (34,7%) yang berjenis kelamin laki-laki dan 62 orang responden (65,3%)

yang berjenis kelamin perempuan.

4.2.2. Umur Responden

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011

Pada tabel 4.2. menunjukkan bahwa dari 95 responden Fakultas Kedokteran

USU terdapat umur yang paling banyak adalah berumur 21 tahun sebanyak

responden (24,2%).

4.3. Pengetahuan Responden

Secara umum pengetahuan responden mengenai makanan cepat saji dapat

dilihat melalui hasil wawancara. Berdasarkan hasil skoring dari jawaban responden

maka pengetahuan dapat dikategorikan ke dalam 3 kategori yakni kategori

pengetahuan baik, sedang, dan kurang. Hasil pengukuran terhadap pengetahuan

mahasiswa Fakultas Kedokteran USU mengenai makanan cepat saji dapat dilihat

(50)

Tabel 4.3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Konsumsi Makanan cepat Saji di Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011

No. Kategori Pengetahuan Jumlah

(Orang)

%

1 Baik 82 86,3

2 Sedang 13 13,7

3 Kurang 0 0

Jumlah 95 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar (86,3 %)

mahasiswa Fakultas Kedokteran USU memiliki pengetahuan yang baik mengenai

makanan cepat saji dan selebihnya (13,7 %) memiliki pengetahuan yang sedang.

Pengetahuan responden yang diukur meliputi beberapa pertanyaan dalam

kuesioner mengenai makanan cepat saji meliputi pengertian makanan cepat saji, zat

gizi yang terkandung dalam makanan cepat saji, jenis-jenis makanan cepat saji,

apakah makanan cepat saji baik untuk kesehatan, dampak mengonsumsi makanan

cepat saji secara terus-menerus, cara mengatasi dampak makanan cepat saji, contoh

makanan yang menyebabkan obesitas, ciri-ciri makanan cepat saji yang mengandung

bahan pengawet. Gambaran pengetahuan responden secara rinci dapat dilihat pada

(51)

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Konsumsi

Makanan Cepat Saji di Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011 No Pengetahuan

2. Zat gizi yang terkandung dalam makanan cepat saji

87 91,6

8 8,4 0 0

3. Jenis-jenis makanan cepat saji 63 66,3 32 33,7 0 0

4. Apakah makanan cepat saji baik untuk kesehatan

38 40

27 28,4 30 31,6

5. Dampak mengonsumsi makanan cepat saji

68 71,6

27 28,4 0 0

6. Cara mengatasi dampak dari makanan cepat saji

75 78,9

19 20 1 1,1

7. Contoh makanan yang

menyebabkan obesitas

91 95,8

1 1,1 3 3,2

8. Ciri-ciri makanan cepat saji yang mengandung bahan pengawet

79 83,2

12 12,6 4 4,2

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang

memiliki pengetahuan baik (94,7%) pada pertanyaan mengenai pengertian makanan

cepat saji dan (95,8%) pada pertanyaan contoh makanan yang menyebabkan obesitas

Berdasarkan tabel di atas dapat juga diketahui bahwa sebagian besar dari mahasiswa

kurang mengetahui frekuensi yang baik dalam mengonsumsi makanan cepat saji,

dimana hanya ada 38 orang (40 %) yang menjawab baik, jika makanan cepat saji

dikonsumsi tidak lebih dari 2 kali sebulan.

Pada pertanyaan mengenai apakah makanan cepat saji baik untuk kesehatan

(52)

dimana responden menjawab bahwa makanan cepat saji seperti hamburger, Ayam

goreng kentucky, spagetty, tidak baik untuk kesehatan.

4.4. Sikap Responden

Berdasarkan hasil skoring dari pernyataan responden mengenai makanan

cepat saji maka sikap responden dikategorikan ke dalam 3 kategori yakni sikap

dengan kategori baik, sedang, dan kurang. Hasil pengkategorian dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 4.5. Distribusi Tingkat Sikap Responden tentang Konsumsi Makanan cepat Saji di Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011

No. Kategori Sikap Jumlah (Orang) %

1 Baik 59 62,1

2 Sedang 36 37,9

3 Kurang 0 0

Jumlah 95 100,0

Berdasarkan tabel 4.5. diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki

sikap baik tentang konsumsi makanan cepat saji sebanyak 59 orang (62,1%),

sedangkan responden memiliki sikap sedang yaitu sebanyak 36 orang (37,9%).

Sikap responden merupakan respon tertutupnya terhadap dampak makanan

cepat saji bagi kesehatan, frekuensi mengonsumsi makanan cepat saji, cara mengatasi

dampak makanan cepat saji. Gambaran sikap responden dapat dilihat pada tabel

(53)

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Konsumsi Makanan Cepat Saji di Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011

No Pernyataan Jawaban responden Jumlah

Setuju Tidak setuju

n % n % n %

1 Mengonsumsi makanan cepat saji setiap hari dapat menyebabkkan obesitas

94 98,9 1 1,1 95 100,0

2 Mengonsumsi makanan cepat saji sebaiknya tidak lebih dari 2 kali sebulan

82 86,3 13 13,7 95 100,0

3 Mengonsumsi makanan cepat saji sebaiknya dalam porsi kecil

88 92,6 7 7,4 95 100,0

4 Sebagian besar makanan cepat saji yang dijual di lingkungan sekitar kampus tidak aman dikonsumsi

31 32,6 64 67,4 95 100,0

5 Dari segi kesehatan, makanan cepat saji tidak baik dikonsumsi jika terlalu sering

89 93,7 6 6,3 95 100,0

6 Mengonsumsi makanan cepat saji sebaiknya harus diimbangi dengan sayuran dan buah-buahan

92 96,8 3 3,2 95 100,0

7 Mengonsumsi ayam goreng

sebaiknya menyisihkan bagian kulit meskipun pada bagian tersebut memang paling nikmat.

66 69,5 29 30,5 95 100,0

8 Untuk meminimalkan efek negatif dari makanan cepat saji. Sebaiknya anda dapat juga membuat sendiri di rumah dengan menggunakan ayam kampung dan bumbu-bumbu yang aman.

91 95,6 4 4,2 95 100,0

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa 94 orang (98,9%) responden mahasiswa

Fakultas Kedokteran USU setuju bahwa makanan cepat saji setiap hari dapat

menyebabkkan obesitas. Terdapat 64 orang (67,4%) responden tidak setuju bahwa

sebagian besar makanan cepat saji yang dijual di lingkungan sekitar kampus tidak

(54)

4.5. Tindakan Responden

Tindakan responden dapat dilihat dari frekuensi konsumsi setiap makanan

cepat saji. Berdasarkan hasil skoring dari jawaban responden maka tindakan

responden mengenai konsumsi makanan cepat saji dikategorikan menjadi 3 yakni

frekuensi konsumsi jarang, sering, dan sangat sering. Hasil pengkategorian dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan cepat Saji di Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011

No. Frekuensi Konsumsi Jumlah (Orang) %

1 Sangat sering 36 37,9

2 Sering 32 33,7

3 Jarang 27 28,4

Jumlah 95 100,0

Berdasarkan tabel 4.7. diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki

frekuensi konsumsi sangat sering dalam mengonsumsi makanan cepat saji yaitu

sebanyak 36 orang (37,9 %), sedangkan sebagian responden memiliki frekuensi yang

sering dalam mengonsumsi makanan cepat saji yaitu sebanyak 32 orang (33,7%), dan

frekuensi konsumsi jarang yaitu sebanyak 27 orang (28,4 %).

Tindakan responden dapat dilihat dari frekuensi konsumsi setiap jenis makanan cepat saji dalam satu bulan terakhir. Adapun tingkat frekuensi konsumsi

makanan cepat saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU pada tahun 2011

(55)

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji dalam Satu Bulan Terakhir pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011.

NO Jenis makanan Frekuensi konsumsi dalam 1 bulan terakhir

Berdasarkan tabel 4.8. dapat dilihat bahwa jenis makanan cepat saji yang

sering dikonsumsi mahasiswa Fakultas Kedokteran USU adalah gorengan merupakan

makanan yang paling sering dikonsumsi setiap hari dengan persentase 69,5% yaitu 66

orang dilanjutkan dengan konsumsi mie instant sebanyak 60 orang (63,2%)

selanjutnya konsumsi ayam goreng kentucky dengan persentase 61,1% yaitu 58 orang

selanjutnya konsumsi mie goreng 53 orang (55,8%) dan yang terakhir mie ayam

dengan persentase 53,7% yaitu 51 orang sedangkan jenis makanan cepat saji yang

paling jarang dikonsumsi adalah kentang goreng dengan persentase 15,8% yaitu 15

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka konsep gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan   mahasiswatentang konsumsi makanan cepat saji
Tabel 4.1.
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Fakultas Kedokteran USU Tahun 2011
Tabel 4.3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Konsumsi Makanan cepat Saji di Fakultas Kedokteran USU  Tahun 2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis hubungan pola konsumsi makanan cepat saji (fast food) terhadap kenaikan berat badan pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dapat dilihat pada tabel 7.. Sampel

konsumsi makanan cepat saji (fast food) dengan status gizi dan kenaikan berat badan pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dan Fakultas Teknik di Universitas

Laporan Penelitian berjudul PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MAHASISWA PSPD UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TENTANG MAKANAN CEPAT SAJI (FAST FOOD) TAHUN 2009 yang diajukan

Iklan fast food (makanan siap saji) ditelevisi baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap perilaku seseorang, apalagi orang tersebut

Hal inilah yang menyebabkan peneliti menggunakan faktor kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji tersebut untuk mengukur hubungan kebiasaan mengonsumsi makanan

Hasil analisis hubungan pola konsumsi makanan cepat saji (fast food) terhadap kenaikan berat badan pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dapat dilihat pada tabel 7.. Sampel

Anjuran yang paling cocok bagi penggemar makanan cepat saji adalah hendaknya mereka mengimbangi konsumsi makanan tinggi lemak protein dengan makanan tinggi serat seperti

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi makanan cepat saji (frekuensi, jumlah, dan pendamping makanan) terhadap obesitas pada anak usia 10-12