• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tentang Konsumsi Makanan Siap Saji (Fast Food) Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tentang Konsumsi Makanan Siap Saji (Fast Food) Medan Tahun 2015"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati secara langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman secara instansi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, tindakan. (Notoatmodjo 2012).

Perilaku makan adalah cara seseorang berfikir, pengetahuan dan berpandangan tentang makanan. Apa yang ada dalam perasaan dan pandangan itu dinyatakan dalam bentuk tindakan makan dan memilih makanan. Jika keadaan itu terus-menerus berulang maka tindakan tersebut akan menjadi kebiasaan makan (Khumaidi, 1994).

(2)

eksistensinya sebagai makhluk hidup serta sebagai dasar guna melakukan interaksi atau kontak sosial dengan orang lain (Fradjia 2008).

Menurut teori WHO, faktor-faktor perilaku dapat dibedakan menjadi dua,yaitu :

a. Faktor-faktor Internal

Yaitu faktor-faktor yang ada di dalam diri individu itu sendiri, misalnya : karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, sikap, dan sebagainya) yang dimiliki seseorang. Selain itu juga dapat berupa pengalaman akan keberhasilan mencapai sesuatu, pengakuan yang diperoleh, rasa tanggung jawab, pertumbuhan profesional dan intelektual yang dialami seseorang. Sebaliknya, apabila seseorang merasa tidak puas dengan hasil dari pekerjaan yang telah dilakukannya, dapat dikaitkan dengan faktor-faktor yang sifatnya dari luar diri individu.

b. Faktor-faktor Eksternal

Yaitu faktor-faktor yang ada di luar individu yang bersangkutan. Faktor ini mempengaruhi, sehingga di dalam diri individu timbul unsur-unsur dan dorongan/motif untuk berbuat sesuatu, misalnya sumber informasi yang meliputi teman dan iklan.

(3)

Menurut teori Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2012), seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia kedalam tiga ranah perilaku, yaitu engetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practice).

2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan (sebagian besar diperoleh dari indera mata dan telinga ) terhadap objek tertentu. Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan merupakan domain yang paling penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) dan pengetahuan dapat diukur dengan melakukan wawancara. Perilaku yang didasari dengan pengetahuan dan kesadaran akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari ilmu pengetahuan dan kesadaran.

(4)

kalori atau makanan siap saji terutama bagi mahasiswa, padahal mahasiswa sangat memerlukan asupan gizi yang cukup (Aji, 2013).

Makanan siap saji kini semakin digemari mahasiswa, baik hanya sebagai kudapan maupun makanan besar. Makanan ini mudah diperoleh, disamping lebih bergengsi karena pengaruh iklan. Disebut makanan sampah karena sangat sedikit (bahkan tidak ada sama sekali) mengandung kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan vitamin C, sementara kandungan lemak jenuh, kolesterol dan natrium tinggi. Proporsi lemak sebagai penyedia kalori lebih dari 50% dari total kalori yang terkandung dari makanan itu (Arisman, 2010). Snack mencakup hampir 40 persen kalori diet mahasiswa. Es krim, hamburger dan sejenis pizza memberikan zat gizi yang penting, tetapi juga tinggi lemak, natrium dan kalori. Mahasiswa sangat sering mengonsumsi makanan yang ada pada restoran makanan cepat saji yang mempunyai menu terbatas dan sering menekankan pada makanan yang tinggi kalori, lemak dan natrium. Salah satu penyebab kebiasaan makan pada mahasiswa adalah pengetahuan gizi yang rendah dan terlihat pada kebiasaan makan yang salah (Proverawati, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain: 1. Umur

(5)

2. Jenis Kelamin

Yaitu perbedaan ciri biologis responden dalam hal ini ada dua kategori: laki-laki dan perempuan.

3. Informasi

Kemudahan sesorang untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat sesorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

4. Teman

Orang-orang di luar keluarga yang berinteraksi, berkomunikasi dan bersama dengan responden yang memberikan informasi dan mengajak responden.

5. Iklan

Segala sarana dalam menyampaikan berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang diukur dari objek penelitian. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan tersebut di atas (Notoatmodjo,2012).

2.1.2 Sikap

(6)

merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki (Notoatmodjo, 2012).

Soekadji (1983) berpendapat bahwa orang berprilaku mengonsumsi itu ditandai dengan :

a. Frekuesi yaitu seberapa sering perilaku itu muncul dalam waktu tertentu. b. Lamanya berlangsung yaitu berapa lama waktu yang diperlukan seseorang

untuk mengonsumsi.

c. Intensitas yaitu seberapa kuat atau lemahnya tingkatan seseorang untuk mengonsumsi.

(7)

Penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2012) pada 10 siswa di SMA Negeri 1 Medan, jumlah siswa yang mengkonsumsi makanan cepat saji 1 x seminggu seperti KFC sebanyak 4 orang (40%) sedangkan sebanyak 6 siswa (60%) mengonsumsi makanan cepat saji setiap hari seperti burger, bakso, nugget dan mie instan karena makanan cepat saji tersebut tersedia di kantin sekolah yang selalu dikonsumsi pada jam istirahat sekolah.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju”

atau “tidak setuju“ terhadap pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu.

2.1.3 Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behavior). Untuk mewujudkan sikap ,menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

(8)

1. Praktik terpimpin (guided response)

Apabila suatu subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

2. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikan sesuatu hal secara otomatis, maka disebut praktik atau tindakan mekanis.

3. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan bebrapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

Perubahan perilaku kehidupan modern antara lain konsumsi makanan tinggi kalori, tinggi lemak, tinggi kolestrol, tinggi garam, rendah serat, merokok, minum alkohol dan lain sebagainya. Ditinjau dari pandangan ilmu gizi, perubahan perilaku tersebut dapat meningkatkan peluang terjadinya masalah gizi lebih, obesitas dan penyakit degeneratif (Baliwati dkk, 2004).

(9)

mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerjanya. Bagi anak sekolah, makan pagi dapat memudahkan konsentrasi belajar, memahami pelajaran, sehingga prestasi belajar pun lebih baik (Depkes, 1997).

Menurut Asdi dalam Pratiwi (2011), selain kebiasaan tidak sarapan pagi,saat ini remaja lebih menyukai mengonsumsi makanan jajanan cepat saji. Dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 1999, menunjukkan bahwa persentase pengeluaran rata-rata per kapita penduduk perkotaan untuk makanan jajanan (termasuk makanan cepat saji) meningkat dari 9,13% pada tahun 1996 menjadi 11,37% pada tahun 1999. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Yogyakarta pengeluaran untuk makanan jadi lebih besar yaitu seperempat dari total pengeluaran pangan.

Kebiasaan makan menurut Guthe dan Mead (Khumaidi,1994) adalah cara-cara individu dan kelompok individu memilih, mengonsumsi dan menggunakan makanan-makanan yang tersedia yang didasarkan kepada faktor-faktor sosial dan budaya dimana mereka hidup. Khumaidi lebih lanjut menyimpulkan, bahwa kebiasaan makan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi asosiasi emosional, keadaan jasmani dan rohani yang sedang sakit dan penilaian yang lebih terhadap makanan. Faktor ektrinsik meliputi lingkungan alam,sosial, ekonomi, budaya, dan agama.

(10)

makanan cepat saji tradisional dan 25,1% mengonsumsi fast food ≥ 3 kali dalam seminggu (Suhartini,2004) sedangkan Hafitri (2003) mengatakan sebanyak 66,7% remaja terbiasa membeli makanan cepat saji dan makanan tradisional satu kali dalam seminggu.

Menurut Robert dan Williams dalam Heryanti (2009), mengatakan kebiasaan makan dan pilihan makanan dikalangan remaja ternyata lebih kompleks dan di pengaruhi oleh banyak faktor seperti fisik, sosial, lingkungan budaya, pengaruh lingkungan sekitar (teman, keluarga dan media) serta psikososial.

2.2 Makanan Siap Saji (Fast Food)

Makanan siap saji (fast food) adalah makanan yang mudah disajikan, praktis dan umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknilogi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut (Anonim, 2012). Sedangkan menurut Khasanah (2012), makanan siap saji (fast food) merupakan makanan yang penyajiannya cepat dan biasanya mengandung karbohidrat yang tinggi, lemak yang tinggi dan rendah serat.

(11)

kalsium dan folat. Makanan cepat saji adalah gaya hidup remaja (Khomsan, 2004).

Keberadaan restoran-restoran fast food yang semakin menjamur di kota-kota besar di Indonesia, yang menyajikan berbagai makanan siap saji yang dapat berupa makanan tradisional Indonesia (seperti restoran padang) dan makanan barat (Kentucy fried chicken, California fried chicken) yang terkenal dengan ayam gorengnya, disamping jenis makanan yang tidak kalah populer seperti Burger,

Pizza, Sandwich, dan sebagainya. Dengan manajemen yang handal dan juga

dilakukannya terobosan misalnya pelayanan yang praktis, desain interior restoran dibuat rapi, menarik dan bersih tanpa meninggalkan unsur kenyamanan, serta rasanya yang lezat membuat mereka yang sibuk dalam pekerjaanya memilih alternatif untuk mengkonsumsi jenis fast food, karena lebih cepat dan juga mengandung gengsi bagi sebagian golongan masyarakat. Bahkan di hari libur pun biasanya banyak keluarga yang memilih makanan diluar dengan jajanan fast food (Khomsan, 2004).

(12)

2.2.1. Jenis Makanan Siap Saji (Fast Food)

Berikut ini adalah makanan siap saji modern yang paling popular diseluruh dunia yang berasal dari beberapa negara, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Hamburger

Hamburger atau sering disebut dengan burger adalah sejenis makanan berupa

roti berbentuk bundar yang diiris dua dan ditengahnya diisi dengan patty yang biasa diambil dari daging, kemudian sayur-sayuran berupa selada, tomat, dan bawang bombay. Hamburger berasal dari negara Jerman. Saus burger diberi berbagai jenis saus seperti mayounes, saus tomat dan sambal. Beberapa varian burger juga dilengkapi dengan keju, asinan, serta bahan pelengkap lain seperti sosis.

2. Pizza

Pizza adalah adonan roti yang umumnya berisi tomat, keju, saus dan bahan

lain sesuai selera. Pizza pertama kali popular di negara Italia. 3. French fries (kentang goreng)

French fries adalah hidangan yang dibuat dari potongan-potongan kentang

(13)

4. Fried Chicken (ayam goreng)

Fried Chicken atau ayam goreng pada umumnya jenis makanan siap saji yang

umum dijual di restoran makanan siap saji (fast food). Fried Chicken umumnya memiliki protein, kolestrol dan lemak.

5. Spaghetti

Spaghetti berasal dari Italia, namun sudah populer di Indonesia. Spaghetti

adalah mie Italia yang berbentuk panjang seperti lidi, yang umumnya di masak 9-12 menit di dalam air mendidih dengan tambahan daging dan isinya.

6. Fish and Chips

Fish and Chips adalah sebuah nama makanan Barat yang terdiri dari

kombinasi antara ikan dan kentang goreng. Rakyat Inggris dan Irlandia menyebutnya dengan istilah „chippies‟ atau „chipper‟, dan merupakan menu makan siang murah meriah dikalangan remaja.

7. Sushi

Sushi adalah makanan Jepang yang terdiri dari nasi yang dibentuk bersama

lauk berupa makanan laut, daging, sayuran mentah atau sudah dimasak. Sushi juga sudah populer di masyarakat Indonesia.

8. Croissant

Croissant adalah salah satu jenis roti berbentuk bulan sabit adonannya berbeda

(14)

9. Hot Dog

Hot Dog merupakan makanan siap saji berupa sosis yang diselipkan dalam

roti. Mustard, saus tomat, bawang dan mayonnaise dapat melengkapi isiannya. Masih banyak yang termasuk jenis makanan siap saji (fast food) modern menurut Peter dalam Ade (2010), yaitu the torpedo roll, the pizza pie, chili con carne, tortillas, club sandwich, sourthen fried chicken, bacon, lettuce and tomato

sandwiches, grilled cheese sandwich, dan open beef sandwich.

Sedangkan menurut Lubis (2009) Yang tergolong dalam makanan siap saji modern antara lain hamburger, ayam goreng kentucky, pizza, spagetty, sosis,

chicken nugget, kentang goreng, donat dan makanan cepat saji yang tradisional

adalah mie goreng, mie instant, bakso, mie ayam, gorengan, siomai, mie pangsit, soto dan pecal.

2.2.2 Dampak Negatif Makanan Siap Saji

1. Meningkatkan Risiko Serangan Jantung

Kandungan kolesterol yang tinggi pada makanan cepat saji dapat mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah. Pembuluh darah yang tersumbat akan membuat aliran darah tidak lancar yang dapat mengakibatkan terjadinya serangan jantung koroner.

2. Membuat Ketagihan

(15)

3. Meningkatkan Berat Badan

Jika suka mengonsumsi makanan siap saji dan jarang berolahraga, maka dalam beberapa minggu tubuh akan mengalami penambahan berat badan yang tidak sehat. Lemak yang di dapat dari mengonsumsi makanan siap saji tidak digunakan dengan baik oleh tubuh jika tidak berolahraga. Lemak inilah yang kemudian tersimpan dan menumpuk dalam tubuh.

4. Meningkatkan Risiko Kanker

Kandungan lemak yang tinggi yang terdapat dalam makanan siap saji dapat meningkatkan resiko kanker, terutama kanker payudara dan usus besar. 5. Memicu Diabetes

Kandungan kalori dan lemak jenuh yang tinggi dalam makanan siap saji akan memicu terjadinya resistensi insulin yang berujung pada penyakit diabetes. Resistensi insulin terjadi ketika sel-sel tubuh tidak merespon insulin sehingga menurunkan penyerapan glukosa yang menyebabkan banyak glukosa menumpuk di aliran darah.

6. Memicu Tekanan Darah Tinggi

(16)

Bahaya makanan siap saji yang telah dijabarkan oleh peneliti ilmiah dari beberapa ilmiah pakar serta penerhati nutrisi adalah sebagai berikut:

1. Sodium (Na) tidak boleh kebanyakan terdapat didalam tubuh kita. Untuk ukuran orang dewasa, sodium yang aman jumlahnya tidak boleh lebih dari 3300 mg. Inilah sama degan 1 3/5 sendok teh. Sodium yang banyak terdapat dalam makanan siap saji dapat meningkatkan aliran dan tekanan darah sehingga bisa membuat tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi juga akan berpengaruh munculnya gangguan ginjal, penyakit jantung dan stroke. Lemak jenuh yang juga banyak terdapat dalam makanan siap saji, yang berbahaya bagi tubuh karena zat tersebut merangsang organ hati untuk memproduksi banyak kolesterol. Kolesterol sendiri didapat dengan dua cara, yaitu oleh tubuh itu sendiri dan ada juga yang berasal dari produk hewani yang kita makan dan dimasak terlalu lama. Kolesterol banyak terdapat dalam daging, telur, ayam, ikan, mentega, susu dan keju. Bila jumlahnya banyak, kolesterol dapat menutup saluran darah dan oksigen yang seharusnya mengalir ke seluruh tubuh. Tingginya jumlah lemak jenuh dalam makanan siap sajiakan menimbulkan kanker, terutama kanker usus dan kanker payudara. Kanker payudara merupakan pembunuh terbesar setelah kanker usus. Lemak dari daging, susu, dan produk-produk susu merupakan sumber utama dari lemak jenuh.

(17)

Minuman bersoda, cake, dan cookies mengandung banyak gula dan sangat sedikit vitamin serta mineralnya. Minuman bersoda mengandung paling banyak gula, sedangkan kebutuhan gula dalam tubuh tidak boleh lebih dari 4g atau satu sendok teh sehari (Septiyani, 2011).

2.2.3. Upaya Meminimalisasi Dampak Negatif dari Makanan Siap Saji

Untuk mengurangi dan meminimalisasi dampak negatif makanan siap saji dapat diupayakan dengan beberapa cara antara lain :

1. Bukan larangan yang menakutkan atau suatu keharusan yang mesti dilakukan untuk menghindari makanan siap saji beresiko. Walaupun hidangan yang akan dinikmati umumnya mengandung garam dan lemak tinggi, sebenarnya jenis makanan siap saji beresiko yang indentik dengan fried chicken itu juga memliki kandungan protein yang cukup tinggi. Bila harus 1 atau 2 kali dalam sebulan atau 1 kali dalam seminggu ingin menikmati makanan fried chicken dirasa cukup aman dilakukan. Tetapi, apabila frekuensi menikmati makanan ini dilakukan lebih sering lagi, maka sebaiknya ketika menyantap sajian ini hendaknya dibarengi dengan mengonsumsi sayuran dan buah-buahan.

2. Anjuran yang paling cocok bagi penggemar makanan siap saji adalah hendaknya mereka mengimbangi konsumsi makanan tinggi lemak protein dengan makanan tinggi serat seperti sayuran, baik yang disajikan dalam bentuk mentah misalnya lalapan atau dalam bentuk olahan seperti sop atau salad dari berbagai sayuran dan buah-buahan.

(18)

siap saji yang mengandung tinggi lemak dan tinggi kadar garamnya agar mengurangi porsi makanan atau memilih makanan dalam porsi kecil. Kemudian, bagilah porsi itu dengan rekan atau teman. Dan yang terakhir jangan lupa untuk berolahraga secara disiplin dan teratur.

4. Buah-buahan merupakan pabrik senyawa vitamin, mineral, fitokimia, antioksidan, dan serat makanan alami. Pengolahan buah-buahan menjadi jus merupakan salah satu cara yang baik untuk meningkatkan konsumsi buah-buahan di masyarakat. Agar diperoleh asupan serat makanan sebagaimana yang diperlukan tubuh ketika mengonsumsi jus buah hendaknya jus benar-banar dibuat dari buah asli. Jangan sekali-kali tertipu dengan berbagai jenis minuman jus rasa buah yang sebenarnya sama sekali tidak mengandung komponen buah.

(19)

2.2.4. Pengukuran Konsumsi Makanan

Metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu, antara lain : 1. Metode Food Recall 24 Jam

Prinsip dari metode food recall 24 jam adalah mencatat jumlah dan jenis bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Hal penting yang perlu diketahui dalam food recall 24 jam adalah data yang diperoleh cenderung lebih kualitatiif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat rumah tangga (sendok, gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa digunakan sehari-hari ( Supriasa, 2002).

Menurut Supriasa (2002) langkah-langkah pelaksanan food recall 24 jam ialah:

1) Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga selama kurun waktu 24 jam yang lalu.

2) Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).

3) Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DGKA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.

(20)

2. Metode Perkiraan Makanan (Estimated Food Records)

Menurut Gibson dalam Mardatillah (2008), Dalam memperkirakan makanan yang dikonsumsi, responden mencatat semua jumlah makanan dan snack yang dikonsumsi dalam ukuran rumah tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran gram setiap kali makan. Jumlah hari dalam memperkirakaan asupan makanan tergantung tujuan penelitian. Apabila penelitian bertujuan untuk meneliti rata-rata asupan kelompok maka satu hari untuk satu responden sudah memenuhi syarat.

Kelebihan metode Food Records ini adalah relatif murah dan cepat, lebih akurat, dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar dan diketahui konsumsi zat sehari. Kekurangannya antara lain bisa menyebabkan beban bagi responden sehingga terkadang responden merubah kebiasaan makannya, tidak dapat digunakan untuk responden buta huruf dan tergantung kepada kejujuran dan kemampuan responden dalam memperkirakan jumlah konsumsi makanan (Supariasa, 2002).

3. Metode Penimbangan Makanan (Food Weighing)

Menurut Gibson dalam Mardatillah (2008), Dalam metode ini, responden diminta untuk menimbang semua makanan dan snack yang dikonsumsi dalam periode waktu tertentu. Cara penyiapan makanan, detail penjelasan makanan dan merek makanan (yang diketahui) juga harus dicatat. Metode ini lebih akurat untuk memperkirakan kebiasaan konsumsi makanan dan asupan gizi seseorang.

(21)

dilakukan dalam waktu lama maka responden dapat berubah kebiasaan makannya, tenaga pengumpul data harus terlatih dan terampil serta perlu kerja sama yang baik dengan responden (Supariasa, 2002).

4. Metode Riwayat Makanan (Diatery History)

Menurut Gibson dalam Mardatillah (2008), Metode ini digunakan untuk memperkirakan kebiasaan asupan makanan dan pola makan individu yang umumnya dilakukan dalam jangka waktu lama yaitu sekitar 1 bulan. Metode ini memiliki 3 (tiga) komponen antara lain mewawncarai responden tentang kebiasaan pola makan secara keseluruhan dalam 24 jam terakhir yaitu waktu makan utama dana makan selingan, kedua adalah melakukan pengecekan ulang kuesioner dari jenis makanan tertentu yang dikonsumsi dan ketiga adalah subjek mencatat konsumsi makanan di rumah selama 3 hari.

Kelebihan metode ini adalah murah, dapat memberikan gambaran konsumsi makan dalam waktu relatif panjang dan dapat digunakan di klinik gizi. Sedangkan kekurangan metode ini adalah membebankan responden dan pengumpul data, perlu tenaga terlatih, data lebih bersifat kualitatif, tidak cocok untuk sampel besar dan umumnya bagi makanan khusus saja (Supriasa, 2002). 5. Metode Frekuensi Makanan ( Food Frequency)

Food Frequency Questionnaire (FFQ) bertujuan untuk menilai frekuensi

(22)

menghubungkan penyakit dengan kebiasaan makan. Sedangkan kekurangan metode ini adalah tidak dapat menghitung asupan zat gizi, sulit mengembangkan kuesioner, perlu membuat percobaan pendahuluan, cukup menjemukan pewawancara dan responden harus jujur (Supariasa, 2002).

Menurut Supariasa (2002) langkah-langkah metode frekuensi makanan adalah:

1) Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar makanan yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi penggunanya dan ukuran porsinya.

2) Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi pengunaan jenis-jenis bahan makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber zat gizi tertentu selama periode tertentu pula.

2.3. Media Iklan

Iklan adalah suatu bentuk pertanyaan yang memuat pesan mengenai gagasan produk atau jasa yang ditawarkan oleh perorangan atau perusahaan dan lembaga baik pemerintah maupun swasta yang memakai medis pers tercetak (surat kabar dan majalah), radio dan televisi (Berg Sayogyo,1989).

Pada dasarnya tujuan periklanan adalah mengubah atau mempengaruhi sikap khalayak, dalam hal ini tentunya adalah sikap-sikap konsumen. Tujuan periklanan komersial adalah membujuk khalayak untuk membeli produk (Jefkins, 2002).

(23)

dan konsep-konsep sasaran dan (3) mengubah sikap dan persepsi sasaran serta menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru.

Adapun jenis-jeis iklan menurut Kuswandi (1996), jenis iklan di media massa digolongkan dalam dua bagian yaitu iklan komersil dan iklan layanan masyarakat.

a. Iklan Komersil adalah bentuk promosi suatu barang produksi atau jasa melalui media massa dalam bentuk tayangan gambar maupun bahasa yang diolah melalui film atau berita. Contoh dari jenis iklan adalah iklan makanan atau minuman.

b. Iklan layanan masyarakat adalah bentuk tayangan gambar baik drama, film, musik, maupun bahasa yang mengarahkan pemirsa atau khalayak sasaran agar berbuat atau bertindak seperti yang dianjurkan iklan tersebut.

2.3.1. Iklan Televisi

Kehadiran iklan dalam paket acara televisi bukanlah hal yang baru. Menurut Kuswandi (1996), ada dua kepentingan mengapa iklan masuk dalam acara televisi yakni : kehadiran iklan televisi turut mendukung atau membantu pemasukan dana bagi kelancaran serta kelangsungan materi acara, baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitasnya dan media televisi merupakan alat informasi tentang suatu barang produksi untuk diketahui oleh pemirsa atau masyarakat.

(24)

1. Menimbulkan minat sasaran.

2. Mencapai sasaran yang lebih banyak. 3. Membantu mengatasi hambatan bahasa.

4. Merangsang sasaran untuk mau melaksanakan/membeli barang (produk) yang diiklankan.

5. Mendorong keinginan sasaran untuk mengerti dan memakai alat yang diiklankan.

6. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh didalam menerima sesuatu yang baru (inovasi), manusia mempunyai kecendrungan lupa, untuk mengatasinya televisi akan membantu untuk mengingatkan kembali si sasaran.

7. Untuk menarik perhatian, membujuk, ,merayu sasaran secara berulang-ulang supaya melakukan sesuai dengan yang diinginkan oleh produsen. 8. Untuk mempercepat dan memperbanyak hasil penjualan yang diproduksi. 9. Memberi alternatif bagi pemirsa untuk mengetahui dan mengenal barang

produksi yang ada di pasaran.

(25)

1. Kelebihan Iklan Televisi

Menurut Jefkins (2005), keunggulan iklan televisi sebagai berikut : a. Kesan realistik

Karena sifatnya yang visual dan merupakan kombinasi warna-warna suara dan gerakan, maka iklan-iklan televisi tampak begitu hidup dan nyata. Dengan kelebihan ini, para pengiklan dapat menunjukan dan memamerkan kelebihan dan keunggulan produknya secara detail.

b. Masyarakat lebih tanggap

Karena iklan televisi disiarkan di rumah-rumah dalam suasana yang serba santai atau reaktif, maka masyarakat lebih siap memberikan perhatian (dibanding dengan iklan poster yang dipasang di tengah jalan, masyarakat yang sibuk memikirkan sesuatu, menuju suatu tempat atau tengah bergegas ke kantor tentunya tidak sempat memperhatikannya. Perhatian terhadap iklan televisi akan semakin besar, jika materinya dibuat dengan standar teknis yang tinggi dan atau menggunakan tokoh-tokoh ternama (seperti aktor/aktris) sebagai pemerannya.

c. Repetisi/pengulangan

Iklan televisi bisa ditayangkan hingga beberapa kali dalam sehari sampai dipandang cukup bermanfaat yang memungkinkan sejumlah masyrakat untuk menyaksikannya, dan dalam frekuensi yang cukup sehingga pengaruh iklan itu bangkit.

(26)

menggunakan satu atau kombinasi banyak stasiun televisi sekaligus untuk memuat iklannya, bahkan pengiklan bisa saja membuat jaringan kerja dengan semua stasiun televisi swasta, sehingga iklannya akan ditayangkan oleh semua stasiun televisi secara serentak.

e. Terkait erat dengan media lain, seperti surat kabar, majalah dan lain-lain. 2. Kelemahan Iklan Televisi

Selain keunggulan, iklan televisi juga mempunyai berbagai kelemahan dan keterbatasan. Menurut Jefkins (2005). Kelemahan-kelemahan iklan televisi sebagai berikut :

Televisi cenderung menjangkau pemirsa secara massal, sehingga pemilihan sering sulit dilakukan. Pihak pengiklan akan dapat lebih selektif dalam mebidik pangsa pasar yang dikehendaki kalau ia menggunakan media pers.

a. Jika yang diperlukan calon pembeli dalah data-data yang lengkap mengenai suatu produk atau perusahaan pembuatannya, maka televisi tidak akan bisa memberikannya.

b. Hal-hal kecil lainnya bisa dan biasa dikerjakan banyak orang sambil menonton televisi, sama seperti ketika mereka mendengarkan siaran radio. Akibatnya kosentrasi pemirsa sering terpecah. Kemungkinan zipping yaitu tombol pemercepat pada remote control menambah peluang terpecahnya kosentrasi pemirsa iklan.

(27)

d. Di negara-negara yang memilki cukup banyak stasiun televisi, atau yang jumlah total pemirsa cukup sedikit, biaya siaran mungkin cukup rendah sehingga memungkinkan ditayangkan iklan yang panjang atau berulang-ulang. Iklan seperti ini justru mudah membosankan pemirsa.

e. Kesalahan serius yang dibuat oleh produsen iklan televisi, menurut Virginia Matthews yang menulis tentang masalah ini di marketing week, adalah menggunakan penyaji atau model yang sama sebagaimana para pengiklan yang lain. Selain membosankan hal ini juga akan membinggungkan (pemakaian orang/aktor secara berlebihan).

2.3.2. Iklan makanan siap saji (Fast Food)

Disamping televisi merupakan alat komunikasi pandang-dengar dengan satu arah dapat mensosialisasikan nilai-nilai baru. Maka dengan itu televisi telah memasuki kehidupan keluarga dan rumah tangga dengan leluasa, tentu saja ini membawa pengaruh negatif bila masyrakat kurang selektif (filter) terhadap iklan di televisi (Kuswandi, 1996).

(28)

2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan teori dan keterbatasan saya sebagai peneliti, maka peneliti membatasi hal-hal yang akan diteliti. Hal-hal tersebut dapat dilihat dengan jelas pada bagan kerangka konsep berikut ini:

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan perilaku mahasiswa kedokteran USU tentang konsumsi makanan siap saji (fast food) yang meliputi karakteristik responden (umur, jenis kelamin, uang saku), sumber informasi (teman, iklan),pengetahuan , sikap dan konsumsi makanan siap saji (fast food) mahasiswa kedokteran USU.

Karakteristik Responden:

- Umur

- Jenis Kelamin - Uang Saku

Sumber Informasi - Teman - Iklan

Sikap Pengetahuan

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis hubungan pola konsumsi makanan cepat saji (fast food) terhadap kenaikan berat badan pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dapat dilihat pada tabel 7.. Sampel

Berdasarkan didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki frekuensi konsumsi sering dalam mengonsumsi makanan cepat saji (Fast Food) yaitu sebanyak 41

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui gambaran konsumsi makanan siap saji (fast food) pada anak sekolah dasar yang mengalami overweight dan obesitas di sd muhammadiyah 2

Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Siap Saji Modern ( Fast Food ), Aktivitas Fisik dengan Kejadian Gizi Lebih pada Remaja SMA Islam PB.Soedirman di Jakarta

Makanan siap saji merupakanan makanan yang mudah dijumpai di berbagai tempat, makanan siap saji juga sering menjadi pilihan setiap orang karena makanan ini mudah diolah dan tidak

Setujukah Anda, bahwa dari segi kesehatan makanan cepat saji tidak baik dikonsumsi jika terlalu sering.. Setujukah anda, jika mengkonsumsi makanan cepat saji sebaiknya

Fast food (makanan siap saji) yang sering Anda konsumsi adalah (jawaban boleh lebih dari

Hal ini berdampak pada peningkatan konsumsi fast food atau makanan cepat saji.13,14 Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 35 responden dijadikan sampel, yang sering mengkonsumsi