• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua Sekolah Menegah Atas yang terletak di Kecamatan Medan Belawan Kota Medan yakni sekolah SMA Swasta Hang Tuah Medan Belawan dan SMK Bahari Hanh Tuah Medan Belawan. Dimana lokasi SMA Swasta Hang Tuah terletak diantara kota, hunian masyarakat dan tepat disisi kiri terdapat rel Kereta Api dan tepat pada bagian pojok belakang terdapat PT.PERTAMINA yang terletak di Jl. Raden Sulian Belawan No. 1 Kecamatan Medan Belawan. Sedangkan lokasi SMK Bahari Hang Tuah terletak di hunian masyarakat, pada bagian kanan, belakang, dan samping kiri sekolah terdapat kantor Angkatan Laut yang terletak di Jl. Serma Hanafiah No.5 Kec. Medan Belawan.

5.1.2. KarakteristikResponden

Responden yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah siswa siswi SMA Swasta Hang Tuah dan SMK Bahari Hang Tuah Medan Belawan. Penelitian ini menggunakan cara Probability Propotional To Size kemudian diikuti dengan teknik Simple Random Sampling yang dilakukan pada bulan September 2014 hingga selesai di dua Sekolah Menengah Atas di Kota Medan. Sebanyak 140 responden di tiap sekolah yang memenuhi criteria inklusi dan ekslusi yang di jadikan sampel penelitian.Karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini

20

 

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Konsentrasi Belajar Berdasarkan

Karakteristik Responden Karakteristik Responden n % Usia   14 tahun  15-20 tahun 17 263 6,1% 93,9% Jenis Kelamin  Laki-laki  perempuan 160 120 57,1% 42,9% Intensitas Kebisingan  Tidak Bising  Bising 140 140 50% 50% Konsentrasi Belajar  Tidak Terganggu  Terganggu Sedikit  Sangat Terganggu 42 204 34 15,0% 72,9% 12,1%

Dari tabel diatas sejumlah respon yang berdasarkan usia  14 tahun persentase 6,1% dan umur 15-20 lebih banyak dari  14 tahun dengan persentase 93,9%. Rentang jenis kelamin responden pada laki-laki lebih banyak daripada perempuan persentase yakni 57,1% sedangkan persentase perempuan yakni 42,9%. Intensitas kebisingan memeliki persentase yang bising dengan yang tidak bising sama nilai persentase yang sama yakni 50% dengan konsentrasi belajar yang tidak terganggu memiliki persentase 15,0% dan persentase terganggu sedikit lebih banyak daripada yang sangat terganggu yakni 72,9% sedangkan sangat terganggu persentasenya hanya 12,1%.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Konsentrasi Belajar Berdasarkan Tingkat Kebisingan

Intensitas Kebisingan

Konsentrasi Belajar Nilai p

Tidak Terganggu Sedikit Terganggu Sangat Terganggu n % n % n % 0,001* Tidak Bising  50 dB 30 24,3 98 70,0 8 57 Bising  55 dB 8 5,7 106 75,7 26 18,6 Total 42 15 204 72,9 34 12,1 Keterangan : (*) signifikan

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan hasil analisis untuk melihat adanya hubungan variable dependen dengan variable independen pada penelitian ini. Ini menunjukkan bahwa sekolah yang intensitas kebisingan dikategorikan tidak bising  50 dB dengan jumlah siswa sebanyak 30 responden dengan persentase 24,3% konsentrasi belajarnya terganggu sedikit, sebanyak 98 responden memiliki persentase 70,0% yang konsentrasi belajar responden terganggu sedikit, dan hanya sebanyak 8 responden memiliki persentase 57% yang mengalami konsentrasi belajar responden yang sangat terganggu. Untuk sekolah yang intesitas kebisingannya sangat bising memiliki 8 responden dengan persentase 5,7% konsentrasi belajar responden terganggu sedikit, responden yang konsentrasi belajarnya terganggu sedikit sebanyak 106 responden dengan persentase 72,9%, sedangkan pada siswa yang konsentrasi belajarnya sangat terganggu karena kebisingan sebanyak 26 responden dengan persentase 18,6%. Dan total dari seluruh responden yang terganggu sedikit sebanyak 42 responden dengan persentase 15%, terganggu sedikit 204 responden dengan persentase 72,9% sedangkan yang konsentrasinya sangat terganggu memiliki 34 responden dengan persentase 12,1%. Analisis Pearson Chi-Square memberikan nilai 0,001, itu menunjukkan bahwasanya ada hubungan yang signifikan antara hubungan intensitas kebisingan dengan konsentrasi belajar pada Sekolah Menengah Atas di Medan Belawan.

22

 

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Kebisingan Berdasarkan Faktor-Faktor Resiko di SMA dan SMK di Medan Belawan

Level suara (dB) Tipe sekolah ≥ 55 dB ≤ 50 dB PR p IK95% n % n % Min Maks Tidak terpapar bising Konsentrasi belajar Tidak Terganggu 8 7,0 34 25,8 4,59 0,001 2,03 10, 41 Sedikit Terganggu 106 93,0 98 74,2 Terpapar bising Konsentrasi belajar 8 23,5 34 81,0 13,81 0,001 4,58 41,70 Tidak Terganggu Sangat Terganggu 26 76,5 8 19,0

Dari Tabel 5.3 menunjukkan hasil analis untuk melihat distribusi frekuensi variable konsentrasi belajar berdasarkan paparan bising. Konsentrasi belajar tidak terganggu adalah sebesar 7,0% pada sekolah yang bising sedangkan pada sekolah yang tidak bising 25,8%. Untuk variable konsentrasi belajar sedikit terganggu adalah sebesar 93,0% sedangkan pada sekolah yang tidak bising 74,2%. Analisis

Pearson Chi-Square memberikan nilai p-value 0,001 yang memiliki makna adanya hubungan yang signifikan antara pengaruh kebisingan dengan konsentrasi belajar siswa-siswi secara subjektif disekolah Medan Belawan.

Konsentrasi belajar tidak terganggu adalah sebesar 23,5% pada sekolah yang bising sedangkan untuk sekolah yang tidak bising adalah 81,0%. Konsetrasi belajar yang sangat terganggu untuk sekolah yang bising persentasenya adalah 76,5% dan untuk sekolah yang tidak bising persentasenya adalah 19,0%. Analisi

Pearson Chi-Square memberikan nilai p-value 0,001 yang memiliki makna adanya hubungan yang sangat signifikan antara pengaruh kebisingan terhadap konsentrasi belajar pada siswa-siswi secara subjektif disekolah Medan Belawan.

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa nilai prevalence rate bertambah seiring dengan meningktnya paparan bising, masing-masing dengan nilai 4,59 dan 13,81.

5.2. Pembahasan

Kebisingan atau noise pollution sering disebut sebagai suara atau bunyi yang tidak di kehendaki, yang dapat menimbulkan gangguan psikologis maupun kurang rasa nyaman serta kurang konsentrasi. Sumber kebisingan yang di timbulkan berasal dari kendaraan bermotor, keret aapi, kawasan industri. Sekolah sebagai salah satu elemen dalam pembangunan dikota besar yang tidak luput dari ancaman kebisingan yang terjadi akibat aktivitas lalu lintas kendaraan bermotor, dan konsentrasi belajar siswa di pengaruhi oleh lingkungannya (Ibnu, Chandra, 2008). Menurut WHO tingkat kebisingan maksimal di sekolah. Intensitas kebisingan didalam ruang kelas 35 dB dengan waktu terpapar 0,6s dan intensitas kebisingan dilapangan, tempat bermain 55 dB.

Pada penelitian ini membuktikan adanya pengaruh kebisingan lalulintas dengan konsentrasi belajar menunjuk kannilai yang signifikan (p-value 0,001) dan termasuk dalam kategori sedikt terganggu pada Sekolah Menengah Atas di Medan Belawan. Dari penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa adanya hubungan antara efek dari kebisingan juga dapat mempengaruhi emosi anak dalam belajar, rasa kesal anak tinggi pada sekolah dengan intensitas kebisingan lebih tinggi atau melebihi batas normal dibandingankan anak yang sekolahnya tidak terpapar dengan kebisingan (bridget, 2003).

Penelitian lain juga menyebutkan terdapat pengaruh yang signifikan antara kebisingan lalu lintas dan konsetrasi belajar terhadap perolehan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat pada skor konsentrasi dan hasil belajar siswa berdasarkan letak tempat duduk siswa dalam kelas (Ibnu Chandra, 2008), penelitian yang dilakukan (Nermin, blunuz 2014) mengatakan bahwa intensitas kebisingan di ruang makan yakni 60 dB dan intensitas kebisingan pada ruang kelas, ruang belajar mengajar 70 dB. Ini menunjukkan bahwa tingkat kebisingan pada sekolah turki melebihi batas maksimum.

Berdasarkan data penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pengaruh yang signifikan antara frekuensi kereta api yang melintas terhadap konsentrasi belajar mahasiswa dengan nilai (p-value 0,001). Namun hal lain yang dapat mempengaruhi konsentrasi belajar selain kebisingan ialah asupan energi

24

 

juga menjukkan nilai yang signifikan yaitu (p-value 0,001) penelitian yang lainnya juga menyebutkan bahwa tidak hanya kebisingan yang mempengaruhi konsentrasi belajar, sarapan juga dapat berpengaruh terhadap konsentrasi belajar siswa (p-value 0,47) (Isitianah, 2008).

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analis data dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan mengenai pengaruh kebisingan terhadap konsentrasi belajar yang dinilai secara subjekti pada siswa Sekolah Menengah Atas di Medan Belawan tahun 2014 sebagai berikut :

1. Dari hasil pengukuran kebisingan di dua sekolah di dapatkan sekolah pertama SMA Swasta Hang Tuah Medan Belawan intensitas kebisinganya 70 dB dan sekolah kedua SMK Bahari Hang Tuah intensitas kebisingannya 50 dB.

2. Responden yang terganggu belajarnya karena kebisingan yakni yang Tidak Terganggu 42 (15%), Sedikit Terganggu 204 (72,9%) dan yang Sangat Terganggu 24 (12,1%).

3. Kebisingan mempunyai hubungan yang sangat signifikan dengan konsentrasi belajar (p= 0,001).

3.2Saran

1. Bagi siswa

Bagi siswa yang sekolah terletak dekat dengan jalan raya, rel kereta api dan pemukiman warga di harapkan siswa harus terbiasa dengan suara kebisingin yang melebihi batas maksimum yang timbul dari luar lingkungan sekolah. Dan berusaha menanggulagi sendiri ketika suara bising timbul.

Beberapa saran yakni :menutup jendela, berhenti belajar sejenak ketika bising berlangsung.

2. Bagi Sekolah

Bagi pihak sekolah khususnya kepala yayasan maupun kepala sekolah harus melakukan penanggulangan kebisingan karena kondisi sekolah yang terletak dekat dengan jalan raya dan rel kereta api dengan

26

 

cara seperti menanam pohon disekeliling lingkungan sekolah, dan membuat bahan-bahan yang mampu menyerap suara pada tiap kelas.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Demi kesempurnaan penelitian ini di harapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan pemeriksaan fisik pada setiap responden seperti: pemeriksaan weber dan mengukur tingkat kebisingan secara berkala pada tiap kelas dengan instrument yang lebih lengkap agar hasil pengukuran agar dapat lebih efektif.

Dokumen terkait