• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

2.2. Kondisi Belajar 1.Defenisi

Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Definisi lain tentang kondisi belajar adalah suatu keadaan yang terjadi pada aktivitas pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai proses pengolahan mental. Kondisi belajar juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang harus dialami oleh siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Gagne

7

 

learning is inferred from a difference in human being’s performance before and after being placed in a learning situation”. Terjadinya belajar pada manusia dapat disimpulkan bila terdapat penampilan atau kinerja manusia sebelum dan sesudah ia ditempatkan dalam situasi belajar. Dengan kata lain, ia menyatakan bahwa kondisi belajar adalah suatu situasi belajar (learning situation) yang dapat menghasilkan perubahan perilaku (performance) pada seseorang setelah ditempatkan pada situasi tersebut atau dua kategori, yaitu sebagai berikut :

a. Kondisi internal (internal condition) adalah kemampuan yang telah ada pada diri individu sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru. Kondisi internal dihasilkan oleh seperangkat proses transformasi.

b. Kondisi eksternal (external condition) adalah situasi perangsangan diluar diri si pelajar. Kondisi belajar yang diperlukan untuk belajar berbeda-beda untuk tiap kasus. Jenis kemampuan belajar yang berbeda akan membutuhkan kemampuan belajar sebelumnya yang berbeda dan kondisi internal berbeda pula.

2.2.2 Masalah Belajar Internal dan Eksternal

Secara umum, kondisi belajar internal dan eksternal akan mempengaruhi belajar. Kondisi belajar yang pertama, lingkungan fisik. Lingkungan fisik yang ada dalam proses dan di sekitar proses pembelajaran memberi pengaruh bagi proses belajar. Kedua, suasana emosional siswa. Suasana emosional siswa akan memberi pengaruh dalam proses pembelajaran siswa. Hal ini bisa dicermati ketika kondisi emosional siswa sedang labil maka proses belajar akan mengalami gangguan. Ketiga, lingkungan sosial. Lingkungan sosial yang berada disekitar siswa juga turut mempengaruhi bagaimana seorang siswa belajar. Dalam hal pembelajaran, maka problematika (masalah-masalah) pembelajaran dikategorikan ke dalam dua hal berdasarkan sifatnya, yaitu internal dan eksternal. Masalah belajar internal adalah masalah-masalah yang timbuh didalam diri siswa atau faktor-faktor internal yang menimbulkan kekurang beresan siswa dalam belajar.

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dalam diri anak itu sendiri, seperti berikut :

a. Kesehatan. b. Keamanan.

c. Faktor kemampuan intelektual.

d. Faktor efektif seperti perasaaan dan percaya diri. e. Motivasi.

f. Kematangan untuk belajar. g. Latar belakang sosial. h. Kebiasaan belajar. i. Kemampuan mengingat. j. Usia.

k. Jenis kelamin.

l. Kemampuan mengindera seperti melihat, mendengar, atau merasakan.

Masalah belajar eksternal adalah masalah-masalah yang timbul dari luas diri siswa sendiri atau faktor-faktor eksternal yang menyebabkan kekurang beresan dalam belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri siswa, seperti berikut :

a. Kebersihan rumah. b. Udara yang panas.

c. Ruang belajar yang tidak memenuhi syarat. d. Alat-alat pelajaran yang tidak memenuhi syarat. e. Lingkungan sosial maupun lingkungan alamiah. f. Kualitas proses belajar mengajar.

2.3 Kebisingan

2.3.1 Definisi Kebisingan

Kebisingan adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh karena itu dapat menimbulkan gangguan psikologis maupun kurangnya rasa nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur dan emosi sehingga dapat menyebabkan kelelahan kerja akibat terpapar bising (Hartono, 2007).

Kebisingan atau noise pollution sering di sebut sebagai suara atau bunyi yang tidak dikehendaki atau dapat pula diartikan sebagai suara yang salah pada

9

 

tempat yang salah. Berdasarkan Permenkes No.718/Men.Kes/Per/XI/1987, yang disebut dengan kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga menganggu dan atau membahayakan kesehatan. Sumber kebisingan dapat berasal dari pabrik atau kawasan industri, pesawat terbang, kendaraan bermotor, kereta api, tempat-tempat umum dan tempat niaga.

Dalam menentukan kebisingan akan memberikan efek pada kesehatan manusia sesuai dengan lokasi kebisingan. Permenkes tersebut menyebutkan ada 4 zona, yaitu :

a. Zona A adalah zona bagi tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan, kesehatan atau social dan sejenisnya.

b. Zona B adalah zona bagi perumahan, tempat pendidikan, rekreasi dan sejenisnya.

c. Zona C adalah zona perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar dan sejenisnya.

d. Zona D adalah zona bagi industi, pabrik, stasium kereta api, terminal bus dan sejenisnya.Syarat kebisingan

Untuk ke 4 zona tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : Tabel 2.1 Lokasi dan Tingkat Kebisingan

No Zona

Tingkat Kebisingan dB(A) Maksimum yang

dianjurkan Maksimum yang diperoleh

1 Zona A 35 45

2 Zona B 45 55

3 Zona C 50 60

4 Zona D 60 70

Suara atau bunyi dapat diukur dengan suatu alat yang disebut sound level meter. Alat ini mengukur intensitas atau kekerasan suara yang dinyatakan dalam bentuk Hertz dan frekuensi atau gelombang suara dalam satuan desibel. Telinga manusia hanya mampu menangkap suara yang ukuran intensitasnya berkisar antara 20-20.000 Hertz dan frekuensi suara sekitar 80 desibel (batas aman). Telinga manusia dapat mendengar bunyi antara 0-120 dB. Kekerasan 0-10 dB

mulai dapat didengar, 10-30 dB sangat tenang, 30-50 dB tenang, 50-75 dB agak keras, 75-100 dB sangat keras, 100 dB keatas sangat menyakitkan. Pajanan terhadap suara atau bunyi melampui batas aman dalam waktu yang lama dapat menyebabkan ketulian sementara atau permanen.(Chandra, 2005)

Kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Pengaruhnya berupa peningkatan sensitivitas tubuh seperti peningkatan sistem kardiovaskular dalam bentuk peningkatan tekanan darah dan peningkatan denyut nadi. Apabila kondisi tersebut tetap berlangsung dalam waktu lama, akan muncul reaksi psikologis berupa penurunan konsentrasi dan kelelahan.

2.3.2 Jenis-jenis Kebisingan

Secara umum kebisingan dapat dikelompokkan berdasarkan kontiniuitas, intesitas, dan spectrum frekuensi suara yang ada, seperti berikut:

1. Steady state and narrow band noise

Kebisingan yang terus-menerus dengan spektrum suara yang sempit seperti suara mesin dan kipas angin.

2. Nonsteady state and narrow band noise

Kebisingan yang tidak terus-menerus dengan spectrum suara yang sempit seperti suara mesin gergaji dan katup udara.

3. Kebisingan intermiten

Kebisingan semacam ini terjadi sewaktu-waktu dan terputus, misalnya, suara pesawat terbang, kereta api, dan kendaraan bermotor.

4. Kebisingan impulsive

Kebisingan yang implusif atau memekakan telinga, misalnya bunyi meriam atau ledakan bom.

2.3.3 Efek Kebisingan

Efek kebisingan terhadap kesehatan terbagi menjadi 2 yaitu efek terhadap pendengaran dan efek non pendengaran. Masing-masing efek tersebut adalah :

11

 

1. Efek pendengaran, terdiri dari :

a. Pengerseran nilai ambang batas sementara (Temporary Threshold Shift) Bersifat sementara dan non patologis.

b. Pengeseran nilai ambang batas menetap (Permanent Thereshold Shift)

Bersifat patologis dan menetap.

Terjadi ditempat kerja karena trauma akustik dan kebisingan dan Terjadi bukan tempat kerja

2. Efek terhadap bukan pendegaran, gangguannya berupa : a. Penyakit akibat stress

b. Kelelahan

c. Perubahan penampilan d. Gangguan komunikasi

Pengaruh kebisingan terhadap fungsi lain tubuh, selain fungi pendengaran, selain fungsi pendengaran, antara lain menyebabkan peningkatan tekanan darah dan mengubah fungsi penting lainnya tubuh, seperti menyebabkan perubahan pada sekresi hormone hipofisis, perubahan pada reaksi imunologi tubuh, dan peningkatan sensivitas terhadap epinefrin dan nonepinefrin pada sistem vascular.

Dokumen terkait