• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam bab ini akan diuraikan gambaran umum dari NGO Lokal yaitu Aceh People Forum.

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

Bab ini berisikan penyajian dan analisis data yang diperoleh dari penelitian. BAB IV PENUTUP

BAB II

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam tepatnya di Ibu Kota Provinsi yaitu Banda Aceh. Kota Banda Aceh memiliki luas 61,36 km2. letak geografis yaitu 05,30-05,35 lintang utara dan 95,30-99,16 bujur timur dan dengan ketinggian rata-rata 0,80 m di atas permukaan laut. Banda Aceh sebelah utara berbatasan dengan selat malaka, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar. Banda Aceh memiliki 9 kecamatan, 69 desa dan 20 kelurahan.21 Aceh merupakan salah satu bagian dari wilayah Negara Keastuan Republik Indonesia yang memiliki banyak keistimewaan dalam berbagai hal. Di antaranya sumber daya alam yang melimpah dan kultural masyarakatnya yang lebih bersifat religius sehingga dijuluki daerah serambi mekkah. Pada zaman pra kemerdekaan Aceh merupakan salah satu daerah yang paling lama untuk dapat ditaklukkan oleh kolonial Belanda. Kemudian sumbangsih Aceh begitu besar bagi Republik ini. Sehingga wajar diberikan keistimewaan dan kekhususan walaupun itu belum sebanding dengan apa yang diberikan oleh rakyat Aceh untuk negeri ini.

Banda Aceh merupakan ibu kota dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang letaknya tepat disebelah barat wilayah Indonesia yang dahulu merupakan sebuah kerajaan Islam pertama di Indonesia. Mesjid Baiturrahman merupakan ciri khas dari daerah ini. Adat istiadat masyarakatnya begitu kental dengan jiwa dan

21

Muhammad,Umar, Darah dan Jiwa Aceh, Mengungkap Falsafah Hidup Masyarakat Aceh (Banda Aceh : BUSAFAT, 2002) Hal : 1-2

semangat religius yang telah tertanam dalam suatu ikatan kemasyarakatan. Aceh terdiri dari daratan yang begitu luas yang meliputi wilayah taman nasional ekosistem loser dan beberapa Kabupaten/Kota yang terbesar mulai dari pesisir pantai sampai ke pedalaman.

Setelah tsunami memporak-porandakan Aceh, begitu banyaknya organisasi- organisas sipil dari masyarakat Aceh yang tumbuh dari formasi sosial. Dan salah satunya adalah Aceh Peoples Forum, atau yang biasa disebut APF, APF ini merupakan NGO lokal yang independen, non profit, dan non partisan yang bekerja di Aceh dengan mensupport inisiatif lokal. APF yang melakukan trust

found, koordinasi, dan kapasitas lembaga terhadap mitra-mitranya juga melakukan

advokasi dalam meningkatkan pemberdayaan masyarakat Aceh yang korban konflik dan tsunami APF juga meluaskan jaringannya dengan membentuk mitra dan menempatkannya di beberapa daerah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. APF yang memiliki kantor pusat di Kota Banda Aceh dan beralamat di Jalan. T. Dilamgugop No. 12 Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh NAD.22

2.2 Sejarah Berdirinya Aceh People Forum

Sebagai langkah awal dalam sejarah perjalanan berdirinya Aceh People Forum (APF) ini tidak terlepas dari suatu perkumpulan kelompok-kelompok masyarakat yang tergabung dalam suatu pergerakan sosial yang peduli akan masyarakat Aceh. Sebelumnya yang tergabung dalam perkumpulan ini adalah aktivis mahasiswa yang peduli akan masyarakat aceh yang korban konflik, pada saat itu mereka menamakan perkumpulannya dengan nama Forum Aceh dan

22

masih terdiri dari beberapa orang saja yang peduli akan fenomena yang terjadi di Aceh.

Pada dasarnya forum ini telah terbentuk ketika konflik terjadi di Aceh yaitu pada tahun 1999, namun masih bersifat sebuah wadah perkumpulan masyarakat, karena ruang gerak forum ini dibatasi untuk mengaspirasikan keinginan dari masyarakat Aceh ketika konflik terjadi maka forum ini tidak secara nyata mampu melayani masyarakat dan terkesan diam-diam dalam menjalankan kegiatannya.23 Ketidak bebasan mereka dalam membangun lembaga perkumpulan sehingga membuat forum ini sempat fakum dalam berbagai kegiatannya mengingat saat itu setiap aktivis yang mampu menyuarakan aspiarasi rakyat diteror, diculik, dan dibunuh membuat rasa kekhawatiran yang mendalam dalam tubuh masing-masing individu yang tergabung dalam perkumpulan ini. Dari terbatasnya ruang gerak mereka ini sehingga mereka memutuskan untuk tidak terlalu aktif dalam menjalankan kegiatannya dan dari mereka ada yang menggabungkan diri dalam wadah organisasi lain namun mereka selalu mengamati setiap perkembangan yang terjadi di Aceh.

Proses demi proses yang terjadi di Aceh dari mulai konflik hingga bencana tsunami yang terjadi membuat forum ini ingin bangkit kembali dalam forum yang sama dengan misi kemanusiaan dalam konteks rehabilitasi dan rekonstruksi dan tidak terlepas dari keingginan semula yaitu mewadahi masyarakat yang korban konflik. Sebenarnya pada tahun 2001 yaitu tepatnya tanggal 7 Januari forum ini telah berdiri dengan nama Aceh People Forum dan ketika itu tim perumusnya hanya terdiri dari beberapa orang saja dan salah satunya yaitu Tarmizi yang

23

Wawancara Dedek Harianti asssistan program manajer APF di Kantor APF Lamguogop, 25 maret 2008

sekarang menjadi Eksekutif Direkturnya.24 Namun belum disahkan karena masih membutuhkan masukan-masukan dari beberapa Organisasi lain yang turut andil dalam hal ini.

Sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk membentuk sebuah lembaga swadaya masyarakat atau Non Goverment Organization dengan beberapa organisasi lain ysng turut terlibat dalam proses pembentukan kembali perkumpulan yang sempat fakum tersebut untuk mengkoordinasikan, mensinergisasikan serta mampu menjalankan tugasnya dalam mendampingi masyarakat yang korban konflik dan bencana tsunami dengan menggabungkan kemampuan yang dimiliki oleh beberapa organisasi lainnya yang orang-orang didalamnnya pernah menggabungkan diri sebelumnya. Adapun beberapa organisasi lain yang terlibat dalam perumusan pembentukan NGO lokal APF ini yaitu dengan melibatkan delapan organisasi lain yaitu : Aceh Concent For Humanity di Lhokseumawe yang merupakan organisasi yang peduli akan masalah kemanusiaan yang terlibat dalam advokasi Pemenuhan hak asasi manusia yang korban konflik dan imbas dari tsunami, Civil Society Of Aceh di Aceh Timur yaitu dalam fokus kerjanya lebih ke penegakan HAM di Aceh, People Creasi Centre yaitu fokus kerjanya mengedepankan kemampuan masyarakat untuk menggali potensi yang dimilki masyarakat Aceh dalam hal pemberdayaan masyarakat, kemudian ada Centre For Humanity Social and Powerment di Pidie, ada lagi Forum Sosial Masyarakat yang sampai saat ini telah menjadi salah satu lembaga Mitra APF dalam menjalankan kerjanya lembaga ini berada di Bireun, dan Meulaboh Creasi Centre, selanjutnya ada lagi Aceh Student Health

24

Organization yang berada di Banda Aceh yang mengedepankan akan pentingnya kesehatan dalam masyarakat Aceh untuk bertahan hidup dan fokus kerjanya adalah memberikan pelayanan kesehatan yang lebih efektif kepada masyarakat, dan yang terakhir Children Media Centre yang peduli akan nasib anak-anak Aceh yang kehilangan orang tua mereka baik karena konflik maupun tsunami.25

Dalam perjalanan selanjutnya upaya-upaya untuk pengesahan Aceh people Forum ini terus dilaksanakan oleh delapan organisasi diatas dengan ketiga tim perumusnya mereka melakukan konsolidasi dan koordinasi yang baik dan memutuskan lembaga ini dijadika suatu lembaga Non Goverment Organization lokal (LSM/NGO) dan juga sebagai payung organisasi untuk NGO lokal lainnya yang tergabung dalam mitra sebagai partner kerja APF ini dan berada di Daerah- daerah. Sehingga akhirnya pada 5 Agustus 2005 Aceh People Forum (APF) ini disahkan menjadi NGO lokal di Aceh.

2.3 Falasafah APF (Aceh People Forum) Nanggroe Aceh Darussalam

Aceh People Forum merupakan suatu wadah perkumpulan masyarakat sipil yang berazaskan falsafah Negara pancasila dan UUD 1945, dan berbadan hukum berdasarkan akte notaris No. 6 tahun 2005 dengan jenis perkumpulannya yaitu perkumpulan organisasi. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan bersama Direktur APF berkaitan dengan jenis perkumpulannya beliau menjelaskan yaitu :

”ya,dalam jenisnya perkumpulan ini memang disebutkan sebagai perkumpulan organisasi karena didalamnya tergabung beberapa organisasi non pemerintah yang dalam APF disebut sebagai lembaga mitra. Di dalam sebuah perkumpulan atau lembaga organisasi kita

25

Wawancara Erlis Nediana, Financial & ADM Officer di Kantor APF Lamguogop, 25 Maret 2008

mengenal adanya dua jenis perkumpulan yaitu perkumpulan individu dan perkumpulan organisasi, dalam perkumpulan individu terdiri dari orang perorang yang menjalankan berbagai kegiatan yang menyangkut organisasi namun dalam APF sendiri terdiri dari beberapa organisasi mitra yang menjalankan kegiatannya bersama organisasi lainnya yang tergabung dalam mitranya (partner kerja) oleh karena itu APF ini dalam jenis perkumpulannya disebut sebagai perkumpulan organisasi”.26

Dan forum ini berkedudukan dan berkantor di Kota Banda Aceh, dengan cabang ataupun perwakilannya berada di tempat lain yang ditetapkan oleh badan pendiri, dan forum ini didirikan dalam jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya. Adapun tujuan dan maksud dari mendirikan forum ini adalah :27

1. Mewujudkan kesadaran partisipasi rakyat dalam prose pembangunan sumber daya manusia dan pengelolaan sumber daya alam.

2. Membangun kualitas masyarakat untuk berpartisipasi dalam rekontruksi, rehabilitasi, dan resolusi konflik yang aman dan accessible.

2.4 Visi, Misi Aceh People Forum

Sebagai Organisasi Non Pemerintahan tentunya memilki visi dan misi untuk mewujudkan cita-cita yang ingin dicapai berdasarkan azas lembaga. Visi dan misi ini tentunya akan mengarahakan organisasi untuk mencapai tujuannya. Landasn dasar dari visi dan misi APF ini adalah kondisi masyarakat Aceh yang korban konflik dan tsunami untuk menjadikan Aceh yang baru, mandiri dan modern dari masyarakat yang demokratis. Oleh karena itu yang menjadi visi dari APF yang sesuai dengan AD/ART nya adalah :28Tercapainya masyarakat yang terkonsolidasi, sejahtera, inovatif, berdaya secara ekonomi sosial politik melalui mitra yang mandiri, profesional, terpercaya, dan responsive yang berbasis gerakan social. dan misinya adalah :

26

Wawancara Tarmizi Op.Cit

27

Data dari Akte notaris APF (Aceh People Forum)

28

1. Melakukan koordinasi dan pengembangan kapasitas internal APF, mitra dan komunitas

2. Merancang suatu garis besar pemberdayaan masyarakat

3. Melakukan konsolidasi kekuatan sosial politik masyarakat untuk memperkuat kapasitas ekonomi masyarakat dan mempengaruhi kebijakan.

Berdasarkan wawancara peneliti maksud yang ingin dicapai oleh APF melalui misinya berikut kutipannya :

“untuk bidang ekonomi ingin membentuk suatu pemahaman baru terhadap

masyarakat Aceh yang mampu bersaing dengan daerah lain dalam mengembangkan perekonomian mereka yang sempat hancur akibat konflik dan tsunami, maka melalui mitranya mereka mengkonsolidasikan berbagai jenis kegiatan yang memberikan pelayanan terhadap masyarakat untuk mengembangkan dan memberdayakan hasil sumber daya alam yang mereka miliki untuk bersaing dipasar global, dan dalam social politik ingin memberikan dukungan terhadap kaum perempuan agar dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang berbaur politik semisalnya dalam pembentukan struktur Gampong (desa) serta dalam mengambil keputusan di Gampong karena visi ini bertujuan kepada rehabilitasi terhadap masyarakat yang korban konflik dan tsunami”.29

Dalam hal ini peneliti menggunakan visi dan misi sebagai indicator untuk melihat arah pemikiran-pemikiran APF dalam menjawab berbagai persoalan- persoalan yang dihadapi Masyarakat Aceh. Visi dan Misi memuat ide-ide yang ideal yang terkadang normatif akan tetapi untuk merumuskan program kerja sebuah organisasi tidak terlepas dari visi dan misi yang telah disepakati. Visi dan misi bisa muncul karena berangkat dari ideology yang dipahami atau paradigma yang diadopsi sehingga tercermin identitas sebenarnya dari sebuah organisasi tersebut. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa organisasi ini membangun visi, misi yang memberikan pencapaian ruang demokrasi yang adil bagi masyarakat baik dikota maupun didesa sehingga organisasi ini mampu menjawab masalah-masalah yang dihadapi masyarakat tanpa adanya tekanan dari pihak- pihak terkait.

29

2.5 Program Kerja Aceh People Forum

Secara garis besar ada empat isu strategic yang sifat external yang teridentifikasi pada saat Strategic Planning APF, yaitu: Hancurnya perekonomian rakyat karena tsunami dan konflik; Bertahannya struktur monopoli; Tidak terkonsolidasinya potensi politik masyarakat; dan Pendekatan bantuan yang keliru. Keempat isu strategic ini kemudian melahirkan 15 program strategis yang akan dilaksanakan selama periode tiga tahun ke depan. Dengan pelaksanaan 15 program strategis tersebut, diharapkan mampu menuntaskan permasalahan- permasalahan yang muncul di masyarakat, dan secara tidak langsung mampu mewujudkan visi dan misi APF. Dasar munculnya isu strategis eksternal berasal dari analisis SWOT yang lahir dari peluang dan ancaman yang diprediksi muncul dalam tiga tahun ke depan. Selain itu juga berdasarkan temuan-temuan di lapangan yang dilaporkan oleh organisasi mitra yang sedang menjalankan program penguatan masyarakat.

Dan yang menjadi fokus kerja atau program kerja dari Aceh People Forum ini diantaranya adalah :30

1. Capacity Building ( Membangun Kapasitas)

Membangun kapasitas disini adalah diterapkan kepada staf Aceh People Forum dalam melakukan kegiatan internal dan eksternal mereka kemudian dilakukan semacam penguatan terhadap organisasi masyarakat sipil dengan memberikan training dan work shop, intenship, asistensi, dan referensi dalam meningkatkan kemampuan bekerja.

30

2. Economic recovery

Sejak berlangsungnya konflik bersenjata di Aceh, struktur perekonomian di Aceh menjadi lumpuh dan hampir tidak bedalan lama sekali. Sumber-sumber produksi masyarakat terhenti karena ruang gerak yang menunjang proses tersebut menjadi tertutup dengan tindakan-tindakan represive dari pihak TNI/Polri dan GAM. Lahan-lahan pertanian yang sebelum konflik mengandung potensi sumberdaya ekonomi yang cukup tinggi tidak tersentuh. Kegiatan perekonomian yang awalnya lebih dititik beratkan di sektor produksi beralih menjadi sektor jasa yang sarat dengan kreiteria-kriteria khusus yang tidak mampu dilakukan oleh mereka yang sebelumnya berada di sektor produksi. Dampak lebih jauh lagi, hampir 98% kebutuhan pokok masyarakat didatangkan dari luar daerah. Tentu saja hal ini memberikan dampak yang sangat buruk bagi days bell masyarakat. Kondisi ini terns berlangsung sampai akhir tahun 2004, dan dengan datangnya bencana gempa dan tsunami makin memperburuk kondisi ekonomi masyarakat yang memang sudah payah.

Mengacu kepada kondisi ini, APF dan organisasi mitra sepakat untuk menjadikan proses perbaikan struktur ekonomi masyarakat sebagai fokus perhatian utama. Sejalan dengan maksud ini, APF dan organisasi mitra mengusulkan program strategis Economic Recovery yang dijabarkan dalam beberapa aktifitas di berikut :

1. Mempersiapkan produk-produk yang menguasai pasar. 2. Membangun struktur pasar yang baru

4. Advokasi kebijakan yang menghapuskan monopoli 5. Melakukan riset produk inovatif

6. Melakukan diversifikasi produk baru (misalnya: produk organik) untuk melawan monopoli

7. Menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga yang memiliki akses pemasaran

8. Mendirikan organisasi sektoral

9. Melakukan pameran-pameran produk masyarakat.

Pada implementasinya, ditargetkan setelah tahun ke-3, jumlah produk yang bisa masuk ke pasar adalah 25 jenis produk. Disamping itu, untuk memperkuat basis perekonomian masyarakat yang mampu menghasilkan produk, APF meluncurkan micro-finance yang akan diberikan kepada 50 kelompok yang masing-masing besarnya 150 juta; 250 orang individu yang besarnya 15 juta per orang. Untuk menciptakan produk-produk barn yang inovatif akan diberikan grant-grant riset kepada perguruan tinggi yang nilainya akan disesuaikan dengan nilai produk yang akan dihasilkan.

Selain itu, advocacy kebijakan pemerintah yang diwujudkan dengan :

1. Training bagi masyarakat di 11 Kabupaten selama 6 kali dalam

waktu 3 tahun

2. Pengorganisasian yang dilakukan oleh CW di 220 desa selama 3 tahun

3. Lobby atau mengirimkan delegasi

3. Advokasi

Advokasi yang dimaksud adalah advokasi kebijakan-kebijakan yang mampu melawan monopoli, seperti monopoli perdagangan dan sektor pasar, dan merancang produk-produk baru yang mampu menghadang proses monopoli perdagangan tersebut. Melakukan advokasi dalam hal clean goverment, land

reform, dan human righ.

4. Penguatan Masyarakat sipil

Disini dilakukan semacam community planning seperti diberikan pemahaman-pemahaman kepada masyarakat untuk mampu berpartisipasi dalam kegiatan yang ada di desa-desa tempat tinggal mereka contoh ketika ada pemilihan kepala desa (Geuchik) dan memberikan penyuluhan untuk revitalisasi struktur gampong agar mengasah kemampuan masyarakat dalam mengekspresikan kemampuan dan bakat yang mereka miliki dan profil gampong yaitu lebih kepada bagaimana menciptakan suatu komunitas gampong yang berkompetensi secara menyeluruh dan menciptakan masyarakat yang terbebas dari rasa kekhawatiran terhadap ancaman-ancaman dari luar, karena sesungguhnya masyarakat aceh sangat trauma dengan kejadian masa lalu.

2.6 Struktur Organisasi Aceh People Forum

Aceh People Forum adalah Organisasi Non Pemerintah yang berbentuk piramida dimana struktur paling tinggi diisi oleh seorang Eksekutif Direktur yang jabatannya setara dengan Advisory Boards dan Advisory Members dan

diantaranya memilki beberapa badan atau staf yang menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing yaitu sebagai berikut :31

1. Advisory Boards ( Badan Penanggung jawab) lingkup pekerjaan menggambarkan tanggung jawab dan lingkup pekerjaannya yaitu :

1. Mensupervisi program Officer

2. Membantu dalam menformulasikan strategi dan pendekatan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.

3. menjadi penghubung dan bekerja sama dengan organisasi lain yang terlibat dalam inisiatif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.

4. Mengidentifikasi dan memberikan training kepemimpinan secara informal kepada fasilitator dan para pemimpin masyarakat lokal atau mitra kerja.

5. Memimpin upaya dalam membangun kapasitas staf APF dan mitra. 6. Membantu mengembangkan metode-metode untuk mengukur hasil dan

dampak dari program-program yang dijalankan.

7. Memimpin upaya dalam memonitor dan menilai dampak dari program- program yang dijalankan.

8. Membangun dan memelihara database yang dapat memfasilitasi penyimpanan dan analisa atas informasi kualitatif mengenai dampak, dan yang mana dapat berkontribusi terhadap database program secara keseluruhan.

2. Board Members (Anggota Badan Penasehat) yang terdiri dari beberapa orang yang mempunyai tanggung jawab dalam memberikan masukan-masukan yang

31

membangun demi kemakmuran APF. Dan merupakan dewan penasehat untuk terselenggaranya setiap apaun kegiatan yang dijalankan oleh APF

3. Exekutif Direktur yang bertanggung jawab dalam organisasi yang didirikan dan memebawahi beberapa manajer yang diberikan tanggung jawab dalam melaksanakan setiap kegiatan, Eksekutif Direktur ini terdiri dari satu orang saja dan mempunyai tanggung jawab penuh terhadap APF yang dipimpinnya, dan beberapa lembaga mitra lainnya yang berada di daerah-daerah.

4. Office Manager membawahi seorang HRD Officer, Financial, Security and office Boy, driver. Dalam menjalankan tugasnya Office Manager memilki Financial and ADM officer dengan lingkup pekerjaannya yaitu :

1. Memastikan pemenuhan persyaratan keuangan proposal yang telah disetujui.

2. Memastikan sistem rekam dipelihara sesuai dengan standar auditing yang diterima secara umum

3. Menjaga aliran uang, kontrol biaya, dan pengeluaran untuk panduan proyek akses to Justice

4. Membuat format proposal dan pelaporan (keuangan) AJP sebagai panduan bagi para grantee dalam membuat proposal dan laporan.

5. Melakukan hal-hal lainnya yang terkait dalam kepentingan kontrak

5. Program Manager membawahi seorang Program Asisitant, AJP Officer, CBP Officer, Economic Recovery Officer, dan Capacity Building Officer. Lingkup pekerjaannya yaitu :

1. Memilah dan meneliti jumlah Grant yang ada dalam proposal 2. Menseleksi dan mengklasifikasikan kebutuhan didalam proposal

3. Memastikan peranan grant dan program 4. Mengkoordinasikan kebutuhan pertemuan 5. Melakukan perjalanan dinas

6. Mengawasi serta menyesuaikan kebutuhan grantee

7. Menghadiri pertemuan-pertemuan internal maupun eksternal 8. Menjadwalkan kebutuhan program dan laporan program 6. Administrative lingkup pekerjaannya yaitu :

1. Memberikan nomor registrasi bagi semua proposal yang masuk

2. Melakukan koresponden dengan CSO berkenaan dengan penerimaan dan penolakan proposal dan lain-lain yang dianggap perlu.

3. Menyiapkan kontrak dan dokumen-dokumen yang dibutuhkan berkenaan dengan proyek AJP

4. Memastikan sistem dokumentasi dan inventarisasi proyek mempunyai catatan yang baik.

5. Membuat notulensi rapat-rapat untuk proyek AJP. 6. Membantu kerja-kerja administrasi program AJP 7. Monitoring and Evaluation lingkup pekerjaannya yaitu :

1. Bertindak sebagai pencari berita dari perkembangan program bagi Aceh

People’s Forum

2. Mengevaluasi dan memantau keberhasilan program

3. Melakukan field assesment atas proposal yang diajukan CSO 4. Melakukan field trip ke semua grantee setiap satu bulan sekali

5. Membuat laporan tertulis yang kemudian dipresentasikan di depan

program manager dan projet officer atas semua kunjungan lapangan yang

dilakukan.

6. Melakukan hal-hal lainnya yang terkait dalam kepentingan kontrak

8. Donor liasion Officer merupakan staf yang bergerak dalam pencarian dana untuk pemasukan kas APF yang nantinya akan digunakan dalam berbagai kegiatan dan memberikan bantuan kepada mitra yang bekerjasama serta memenuhi setiap kebutuhan APF dan mampu bekerjasama dengan lembaga pendonor lainnya seperti NGO asing.

9. Media and Communication Officer memiliki seorang Web designer mempunyai lingkup pekerjaan yaitu menjadi penghubung dan bekerja sama dan mendukung koordinasi dan kolaborasi dengan sejumlah mitra, pemerintah setempat, LSM dan juga masyarakat serta memberikan informasi yang akurat seputar issu yang sedang berkembang dalam masyarakat. Media komunikasi ini juga berperan sebagai penghubung APF dengan lembaga lain seperti NGO lokal maupun NGO asing. Dan mengkoordinasikan dan memastikan komunikasi yang tetap dan efektif mengenai program yang berbasiskan pada masyarakat.

10. Investigation and Field Reporter yaitu lingkup pekerjaannya meliputi menjadi fasilitator dalam memimpin masyarakat untuk menyelesaikan konflik, berpartisipasi dalam menyampaikan training untuk memimpin masyarakat, memastikan data masyarakat, akurat dan diupdate secara tetap, dan memonitor

Dokumen terkait