METODE PENELITIAN
3.3 Kerangka Konsep
3.3.2. Deskripsi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Adapun macam-macam dari variabel menurut hubungan antara satu dengan lainnya dapat dibedakan menjadi :
a. Variabel independen (variabel bebas) b. Variabel dependen (variabel terikat)
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.
a. Variabel Independen
Variabel Independen, variabel ini sering disebut sebagai variable predictor, variabel pengaruh, kausa, variabel perlakuan, treatment, variabel risiko, stimulus, dan juga dikenal sebagai variabel bebas dan variabel predictor. Variabel ini merupakan variabel yang menjadi sebab terjadinya perubahan atau mempengaruhi timbulnya variabel terikat (dependen).Oleh karena itu, variabel ini disebut variabel bebas (independen). Variabel bebas juga sering tuliskan dalam Structural Equation Modelling sebagai variabel eksogen.
b. Variabel Dependen
Variabel Dependen yaitu variabel yang dipengaruhi akibat dari adanya variabel bebas, dikatakan sebagai variabel terikat karena variabel terikat dipengaruhi oleh variabel independen (variabel bebas).Variabel despenden disebut juga dengan variabel terikat, variabel output, konsekuaen, variabel tergantung, kriteria, variabel terpengaruh dan variabel efek.
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
VARIABLE INSTRUMEN KETERANGAN
Y Turnover intention Mobley (2011:150) dalam Fachrozi Ikbal (2017:53-54)
1.Malas bekerja Mencerminkan individu untuk berpikir keluar dari pekerjaan atau tetap berada di lingkungan pekerjaan. Diawali dengan ketidakpuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan, kemudian karyawan mulai berfikir untuk keluar dari tempat bekerjanya saat ini sehingga mengakibatkan tinggi rendahnya intensitas untuk tidak hadir ke tempatnya bekerja
2.Mencari pekerjaan lain
Mencerminkan individu untuk mencari pekerjaan pada organisasi lain. Jika karyawan sudah mulai sering berfikir untuk keluar dari pekerjaannya, karyawan tersebut akan mencoba mencari pekerjaan diluar perusahaannya yang dirasa lebih baik
3.Resign Mencerminkan individu yang berniat untuk keluar. Karyawan berniat untuk keluar apabila telah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, cepat atau lambat akan diakhiri dengan keputusan karyawan tersebut untuk tetap tinggal atau keluar dari pekerjaannya
X1 Kepuasan kerja (Robbins, 2015:181-182) 1.Pekerjaan yang secara mental menantang
Karyawan yang cenderung lebih menyukai pekerjaan yang member mereia kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan beragam tugas, kebebasan, dan umpan balik.Pekerjaan yang terlalu kurang menantangakan menciptakan kebosanan, tetapi pekerjaan yang terlalu banyak tantangan akan menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada konidisi tantangan yang sedang,kebanyakan karyawan akan mengalami kesenangan dan kepuasan
2.Kondisi kerja yang mendukung
Karyawan peduli akan lingkungan yang baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk mempermudah mengerjakan tugas yang baik. Studi-studi membuktikan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar yang aman, tidak berbahaya dan tidak merepotkan. Disamping itu kebanyakan karyawan lebih menyukai bekerja dekat dengan rumah, dalam fasilitas yang bersih dan relative modern, dan dengan alat-alat yang memadai
3.Gaji atau upah yang pantas
Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil dan segaris dengan pengharapan mereka. Bila upah dilihat sebagai adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat ketrampilan individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. Promosi memberikan kesempatan untuk pertumbuhan pribadi, tanggung jawab yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu, individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan keputusan promosi dibuat secara adil, kemungkinan besar karyawan akan mengalami kepuasan dalam pekerjaannya
4.Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan
Teori “kesesuaian kepribadian–pekerjaan” Holland menyimpulkan bahwa kecocokan yang tinggi antara kepribadian seorang karyawan dan okupasi akan menghasilkan seorang individu yang lebih terpuaskan. Orang–orang dengan tipe kepribadian yang sama dengan pekerjaannya memiliki kemungkinan yang besar untuk berhasil dalam pekerjaannya, sehingga mereka juga akan mendapatkan kepuasan yang tinggi 5.Rekan sekerja
yang mendukung
Bagi kebanyakan karyawan, bekerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu, tidaklah mengejutkan apabila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan mendukung akan mengarah ke kepuasan kerja yang meningkat. Perilaku atasan juga merupakan determinan utama dari kepuasan
X2 STREES KERJA Menurut
jin et all (2017)
1.Kekhawatiran Adalah takut terhadap suatu hal yang belum diketahui dengan pasti dalam pekerjaan. Perasaan khawatir dialami oleh pekerja yang dikarenakan karena banyak faktor dari dalam pekerjaan tersebut
2.Gelisah Perasaan tidak tenteram yang dirasakan oleh pekerja saat melaksanakan tugas pekerjaan yang dia kerjakan. Biasanya dikarenakan tugas yang terlalu beresiko
3.Tekanan Suatu perasaan tertekan dari seorang pekerja yang dirasakan saat dia melaksanakan tugas dan pekerjan yang dilakukan. Bisa disebabkan oleh pekerjaan itu sendiri
4.Frustasi Rasa kecewa akibat kegagalan di dalam mengerjakan sesuatu atau akibat tidak berhasil dalam mencapai suatu tujuan. Ini biasanya dikarenakan kurang puas terhadap pekerjaan tersebut X3 JOB INSCURITY Menurut nugraha dalam sandi (2014) 1.Arti pekerjaan bagi individu
Merupakan suatu pekerjaan yang memiliki nilai positif terhadap perkembangan karirnya sehingga pekerjaan tersebut memiliki arti penting bagi kelangsungan kerjanya. Indikator ini diukur dari tanggapan responden apakah pekerjaan yang diberikan memiliki arti yang besar bagi masing-masing karyawannya
2.Tingkat ancaman yang kemungkinan terjadi saat ini dan mempengaruhi keseluruhan kerja individu
Merupakan kemungkinan terjadinya ancaman kerja yang dapat mempengaruhi keseluruha kerja karyawan. Indicator ini diukur dari tanggapan responden apakah merasa terancam terkait kemungkinan yang terjadi dan mempengaruhi keseluruhan kerja karyawan
3.Tingkat ancaman yang kemungkinan akan terjadi dan mempengaruhi keseluruhan kerja individu
Merupakan kemungkinan terjadinya ancaman kerja yang dapat mempengaruhi keseluruhan kerja karyawan. Indikator ini diukur dari tanggapan responden apakah merasa terancam terkait kemungkinan yang terjadi dan mempengaruhi keseluruhan kerja karyawan
4.Tingkat kepentingan-kepentingan yang dirasakan individu mengenai potensi setiap peristiwa tersebut
Misalnya dipecat atau dipindahkan ke kantor cabang yang lain. Dengan kata lain dapat dikatakan arti penting bagi keseluruhan kerja bagi karyawan
Sumber : Beberapa sumber yang diolah peneliti 3.4 Populasi dan Sample
Menurut Sugiyono (2017:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah PT Infomedia Nusantara, yaitu sebanyak 229 karyawan. Menurut Sugiyono (2017:118), sampel adalah bagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode sampel random sederhana (simple random sample) karena peneliti ingin meneliti kepuasan kerja, stres kerja, dan job insecurity.Penelitian ini menggunakan rumus Slovin. Peneliti akan meneliti pengaruh kepuasan kerja, stres kerja, dan job insecurity terhadap turnover intention pada PT. Infomedia Nusantara, di dalam PT tersebut terdapat 229 karyawan dengan tingkat kesalahan pengambilan sampel sebesar 10%, maka jumlah sampel yang harus diambil yaitu sebagai berikut.
n = 𝑁
(1+𝑁)(𝑒)2
𝓃 = 𝑁
1 + 𝑁 (𝑒)2 = 229
1 + 229 (0,1)2 = 69,6 (dibulatkan menjadi 70)
Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah atau ukuran sampel yang diperlukan untuk diteliti adalah sebesar 96 responden.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Terdapat dua hal utama yang mepengaruhi kualitas data dan hasil penelitian yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam mengumpulkan datanya.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Pengumpulan data secara teoritis dengan memahami berbagai literatur dan bahan teoritis yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti
2. Observasi (Pengamatan)
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu kuesioner dan wawancara. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Menurut Sugiyono (2017:145) mengklasifikasikan observasi menjadi beberapa klasifikasi seperti : observasi partisipatif (partisipatif observartion), observasi terang-terangan dan tersamar (unstructured observation).Selanjutnya observasi partisipatif dibagi menjadi empat yaitu : partisipatif pasif, partisipatif moderat, partisipatif aktif dan partisipatif lengkap. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, penulis melakukan pengamatan langsung terhadap karyawan PT.Infomedia Nusantara.
3. Kuesioner ( Angket)
Pengertian kuesioner menurut Sugiyono (2017:142) yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Kuesioner dalam penelitian menggunakan pernyataan terstruktur. pernyataan terstruktur adalah pernyaatn yang alternatif jawabannya telah tersedia. Pernyataan terstruktur yang digunakan pada penelitian ada dua yaitu:
a. Pernyataan-pernyataan dengan pilihan jawaban lebih dari satu (multiplay-choice). Bentuk pertanyaan ini telah disediakan alternatif jawaban oleh peneliti. Responden diminta untuk memilih alternatif jawaban tersebut.
b. Skala pada bentuk pernyataan ini, responden diminta menjawab pernyataan dalam bentuk skala untuk mengukur sikap responden terhadap pernyataan-pernyataan dalam kuesioner. Likert scale 1-5 digunakan pada penelitian ini yang terbagi menjadi:
Tabel 3.5 Metode Skala Likert
KETERANGAN NILAI SKOR
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Ragu-ragu (RR) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Penelitian ini menggunakan skala likert, dimana responden hanya memilih salah satu jawaban yang dinyatakan dalam skala 1 s/d 5.
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode hubungan atau kausal atau pengaruh. Untuk menguji hipotesis menggunakan teknik analisis regresi berganda dengan menggunakan program statistical package for the social sociences (SPSS). Instrumen penelitian (kuesioner) disebut baik apabila memenuhi persyaratan valid dan reliabel. Maka dari itu untuk mengetahui validitas dan reliabilitas suatu kuesioner perlu dilakukan
pengujian kuesioner tersebut dengan uji validitas dan reliabilitas. Penulis melakukan kedua pengujian ini terhadap instrumen penelitian (kuesioner).
3.6.1 Uji Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2014:179), pengujian ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana tingkat validitas suatu kuesioner. Suatu alat ukur yang validitasnya tinggi akan mempunyai tingkat kesalahan kecil, sehingga data yang terkumpul merupakan data yang memadai. Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti.
3.6.1.1 Uji validitas
Uji validitas dalam penelitian ini digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor setiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah dari tiap skor butir. Jika ada item yang tidak memenuhi syarat, maka item tersebut tidak akan diteliti lebih lanjut. Syarat tersebut yang harus dipenuhi yaitu harus memiliki kriteria sebagai berikut:
Jika koefisien korelasi r ≥ 0,30 maka item tersebut dinyatakan valid. Jika koefisien korelasi r ≤ 0,30 maka item tersebut dinyatakan tidak valid.
Uji validitas instrumen dapat menggunakan rumus menurut Pearson Product Moment sebagai berikut :
𝑥𝑟𝑦 = (∑xy). (∑x). (∑y)
√{n. ∑X2− (∑X)2} . √{n. ∑Y2− (∑Y)2} Keterangan:
xry = Koefisien korelasi n = Jumlah responden
x = Jumlah skor suatu item y = Jumlah skor total item 3.6.1.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuisoner yang merupakan indikator dari variabel. Kuesioner dikatakan reliable jika jawaban jawaban terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,6 (Ghozali, 2016:47).
Teknik yang digunakan untuk mengukur tingkat reliabilitas adalah Cronbach Alpha dengan cara membandingkan nilai Alpha dengan standarnya (Hair et al 2010:709) dengan ketentuan jika:
a. Nilai Cronbach Alpha 0,00 s.d. 0,20, berarti kurangreliabel b. Nilai Cronbach Alpha 0,21 s.d. 0,40, berarti agakreliabel c. Nilai Cronbach Alpha 0,42 s.d. 0,60, berarti cukupreliabel d. Nilai Cronbach Alpha 0,61 s.d. 0,80, berartireliabel e. Nilai Cronbach Alpha 0,81 s.d. 1,00, berarti sangatreliable
Instrumen yang berbentuk multiple choice (pilihan ganda) maupun skala bertingkat maka reabilitasnya dihitung menggunakan rumus alpha.
Rumus: Rii = 𝑘 (𝑘 − 1)[1 − ∑𝑆₂𝑏 𝑆²ͭ ] Keterangan:
Rii = Koefisien reliabilitas K = Jumlah item variable ∑S₂b = Jumlah semua variable
S² = Variable total 3.6.2 Uji Asumsi Klasik 3.6.2.1 Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2016:154), uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel residual memiliki distribusi normal. Penyebab terjadinya kasus normalitas umumnya dikarenakan:
a. Terdapat data residual dari model regresi dengan nilai yang jauh dari himpunan data sehingga penyebaran data menjadi tidak normal.
b. Terdapat kondisi alam dari data yang pada dasarnya tidak berdistribusi normal.
3.6.2.2 Uji multikoneriatas
Menurut Ghozali (2016:107), uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu dalam periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi terjadi karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.Pada pengujian autokorelasi diharapkan pengujian ini tidak terpenuhi. Dasar pengambilan keputusan pada Uji Multikolinieritas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Melihat dari nilai Tolerance:
Jika nilai tolerance > 0.10 maka artinya tidak terjadi multikolinieritas terhadap data yang diuji.
Jika nilai tolerance < 0.10 maka artinya terjadi multikolinieritas terhadap data yang diuji.
Jika nilai VIF < 10.00 maka artinya tidak terjadi multikolinieritas terhadap data yang diuji.
Jika nilai VIF > 10.00 maka artinya terjadi multikolinieritas terhadap data yang diuji.
3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2016:134), uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamat ke pengamat lain. Pada pengujian ini diharapkan heteroskedastisitas tidak terjadi karena berarti model regresi linear berganda memiliki asumsi varian residual yang konstan. Hal ini dapat terjadi ketika data memiliki varian yang sistematik akibat manipulasi maupun kesalahan memasukkan data.
Deteksi adanya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik Scatterplot. Dasar pengambilan keputusannya adalah:
a. Titik-titik data penyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. b. Titik-titik tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
c. Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
d. Penyebaran titik-titik data tidak berpola. 3.6.3 Uji Analisis Regresi Berganda
Analisa regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel independen yang ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi (Priyatno,2016:92)
Rumus statistik yang digunakan adalah: Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Keterangan : Y= Kinerja Karyawan X1= Disiplin Kerja X2 = Lingkungan Kerja X3 = Motivasi Kerja a = Konstanta
b = Nilai koefisien regresi X1-X3 e = Residual
Dari hasil regresi yang sudah diperoleh kemudian dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah koefisien regresi variabel bebas yang diperoleh mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial ataupun secara simultan terhadap variabel terikat, disamping itu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
3.6.4 Uji Hipotesis
3.6.4.1 Uji t (Uji Secara Parsial)
Menurut Ghozali (2016:97) Uji T pada dasarnya untuk menunjukkan seberapa besar hubungan satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variabel terikat. Uji t merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji kebenaran atau kesalahan hipotesis nol dan hasil sampel. Uji T dilakukan untuk menunjukkan signifikansi dari hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat menganggap variabel bebas yang lain konstan. Hipotesis nol yang digunakan :
H0 : β = 0
Artinya : Variabel motivasi bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap kinerja karyawan adapun hipotesis alternatifnya adalah:
H1 : β ≠ 0
Artinya : Variabel motivasi merupakan penjelas yang signifikan terhadap kinerja karyawan.
Nilai signifikasi didapat dengan membandingkan nilai T hitung dan T tabel, maka bila T hitung lebih besar dari pada T tabel artinya H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti menjelaskan variabel bebas mempengaruhi variabel terikat.Sebaliknya, jika nilai T hitung lebih kecil dari pada T tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti variabel bebas tidak mempengaruhi variabel terikat.
3.6.4.2 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya adalah untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model yang digunakan dalam merancang variasi variabel dependen (Imam Ghozali, 2011:97). Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai (R2) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel independen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen.
Untuk menilai seberapa besar pengaruh variabel X terhadap Y maka digunakan koefisien determinasi (KD) yng merupakan koefisien korelasi yang biasanya dinyatakan dengan persentase (%) dengan rumus sebagai berikut :
KD = r2x 100%
Keterangan :
KD = Koefisien Determinasi rs = Nilai Koefisien Korelasi
44