• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Siklus I

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian tindakan kelas pada siklus I ini dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan, yaitu tanggal 26, 27 Maret 2013 serta 02 April 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar perkalian dan pembagian pecahan dengan menggunakan pendekatan PMRI. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, peneliti melakukan tahapan dalam penelitian tindakan kelas pada siklus I ini, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Adapun tahapan yang dilakukan oleh peneliti akan dijabarkan sebagai berikut.

a. Perencanaan

Tahapan awal yang dilakukan oleh peneliti adalah perencanaan. Perencanaan diperlukan peneliti untuk menyusun rencana tindakan yang

akan dilakukan oleh peneliti. Adapun tindakan yang peneliti lakukan pertama kali adalah melakukan pengamatan pra penelitian terhadap proses pembelajaran di kelas V dengan membuat catatan anekdota.

Berdasarkan hasil pengamatan pra penelitian, peneliti menemukan dua masalah yang perlu dibenahi yaitu masalah dengan tingkah laku atau kedisiplinan siswa dalam proses pembelajaran dan prestasi belajar siswa yang masih banyak di bawah KKM pada mata pelajaran Matematika. Masalah yang peneliti temukan tersebut kemudian peneliti diskusikan dengan guru kelas V. Dari hasil diskusi tersebut, peneliti mengambil keputusan untuk mengatasi masalah tersebut dengan menggunakan pendekatan PMRI.

Pada tahap perencanaan ini dipersiapkan instrumen penelitian berupa lembar kuesioner, pedoman wawancara, pedoman observasi dan tes. Peneliti juga mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP, LKS, bahan ajar, dan kunci jawaban. Selain itu peneliti juga menyiapkakan alat peraga untuk menunjang pembelajaran. Persiapan ini dilakukan oleh

peneliti guna menentukan indikator keberhasilan dan melakukan

pembelajaran di dalam kelas.

Pada siklus I pembelajaran dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan. Peneliti bekerjasama dengan guru kelas V SDK Kintelan dalam menerapkan pembelajaran matematika dengan tujuan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dan pada akhirnya dapat pula meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus pencapaian tujuan pembelajaran dalam RPP.

Dalam upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran ini, peneliti bekerja sama dengan guru kelas V untuk membentuk kelompok yang disiplin dan dalam setiap anggota kelompok diharapkan ikut serta dalam mengeluarkan

pendapat. Dalam proses pembelajaran dibentuk kelompok karena

mempertimbangkan dua aspek yaitu, kemampuan siswa yang berbeda-beda dan ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Pembentukan kelompok dilakukan secara acak agar semua siswa dapat berbaur antara siswa yang satu dengan yang lainnya, tidak hanya berkumpul dengan siswa yang dekat saja.

Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDK Kintelan Yogyakarta, tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 30 siswa, 15 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Peneliti bertindak sebagai observer dan peneliti juga

mempersiapkan kamera untuk mendokumentasikan selama proses

pembelajaran, sedangkan guru sebagai mediator dan fasilitator dalam proses pembelajaran selama penelitian berlangsung.

b. Tindakan

Penelitian tindakan kelas siklus I ini membahas materi tentang menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perkalian pecahan. Pada siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan yang proses pembelajarannya di desain dengan menggunakan pendekatan PMRI. Pertemuan 1 dilakukan pada hari Selasa, 26 Maret 2013 dengan alokasi waktu 3 JP (3 x 40 menit). Peneliti bertindak sebagai observer yang mengamati aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.

1) Pertemuan 1

Pada pertemuan 1 peneliti menyebarkan kuesioner untuk mengetahui tingkat kedisiplinan siswa selama proses pembelajaran. Dalam pertemuan yang 1 ini ada dua siswa yang absen yaitu Mi dan Ri dikarenakan sakit. Pembelajaran berlangsung sesuai dengan RPP yang sudah dirancang sebelumnya dengan menggunakan pendekatan PMRI dan tidak juga menghilangkan pendekatan PPR yang sudah melekat pada rencana pelaksanaan pembelajaran kanisius.

Pertemuan 1 ini, guru memulai pelajaran dengan tanya jawab seputar bentuk pecahan sederhana dan pecahan campuran sebagai apersepsi (pada tahap ini muncul karakteristik dari PMRI yaitu prinsip realitas), selanjutnya guru meminta siswa untuk menyebutkan contoh perkalian pecahan sederhana dan campuran. Jika siswa ingin mencoba menjawab maka harus mengacungkan jarinya terlebih dahulu sebelum menyebutkan jawabannya (pada tahap ini melatih siswa agar disiplin sebelum menjawab atau bertanya harus mengacungkan jarinya terlebuh dahulu agar tidak terjadi keributan). Kegiatan selanjutnya guru memberikan satu permasalahan tentang perkalian pecahan. Siswa diminta untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan perkalian pecahan dengan menggunakan alat peraga berupa uang mainan. Selanjutnya guru membahas jawaban dari siswa dan menuliskan cara menyelesaikan masalah dengan penjumlahan berulang, dengan ini siswa jadi mengetahui bahwa perkalian pecahan sebenarnya adalah penjumlahan berulang (pada tahap ini muncul karakteristik PMRI yaitu bimbingan).

Guru membagi siswa dalam kelompok kecil dengan anggota kelompok empat sampai lima siswa. Pembentukan kelompok dilakukan dengan cara siswa menghitung satu sampai enam dan dimulai dari barisan paling depan sebelah kanan dan pada akhirnya sampai siswa yang paling belakang. Siswa berpindah tempat duduk dan bergabung dengan teman satu kelompoknya dengan tertib dan tidak saling berebut (muncullah karakteristik PMRI yaitu interaksi). Jika semua siswa sudah bergabung dengan kelompoknya selanjutnya guru membagikan soal latihan yang berkaitan dengan permasalahan perkalian pecahan. Setelah semuanya mendapatkan soal latihan kemudian guru menyuruh siswa untuk segera dikerjakan dengan kelompoknya masing-masing.

Siswa berdiskusi untuk menyelesaikan soal latihan yang diberikan oleh guru dengan cara saling berinteraksi dengan teman satu kelompoknya. Dalam berdiskusi semua anggota harus terlibat dalam menyelesaikan soal latihan. Guru mendampingi siswa dalam proses diskusi kelompok. Salah satu wakil dari kelompok maju ke depan kelas untuk menuliskan hasil diskusinya. Siswa yang sudah berani maju dan menjawab dengan benar maka berhak mendapatkan reward berupa bolpoin cantik. Siswa dan guru mengoreksi bersama hasil pekerjaan yang sudah di tulis di papan tulis.

Siswa mengumpulkan lembar jawab beserta soalnya di meja guru dengan cara tertib dan tenang (pada kegiatan ini muncul kedisiplinan). Siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan secara lisan. Kemudian siswa melakukan refleksi dan aksi bersama-sama serta guru memotivasi siswa agar rajin belajar di rumah. Kemudian guru

menuliskan dua soal untuk dikerjakan di rumah. Guru membagikan kuesioner untuk diisi oleh siswa dengan sejujur-jujurnya. Siswa dan guru berdoa bersama untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran pada pertemuan yang 1 ini.

2) Pertemuan 2

Pertemuan ke 2 dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Maret 2013 dengan alokasi waktu 3 JP (3 x 40 menit) dan pada pertemuan yang ke 2 ini masih ada dua siswa yang absen sama seperti pada pertemuan 1.

Pertemuan ke 2, sebagai apersepsi guru memulai pelajaran dengan memberikan permasalahan yang pernah dialami oleh siswa dan mengumumkan peraturan selama kegiatan pembelajaran berlangsung (pada kegiatan ini muncul karakteristik PMRI yaitu prinsip realitas). Kemudian siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mengerjakan LKS. Siswa menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perkalian pecahan menggunakan cara yang sudah ditemukannya dengan kelompok. Setelah selesai mengerjakan siswa melaporkan hasil pekerjaannya dengan percaya diri. Kemudian siswa mengumpulkan lembar jawabannya dikumpulkan di meja guru dengan tertib (pada kegiatan ini muncul kedisiplinan siswa). Guru mendampingi siswa dengan tidak terpaku di depan saja atau di tempat duduk. Guru mempertegas mengenai perkalian pecahan berupa soal cerita (pada kegiatan ini muncul karakteristik PMRI yaitu prinsip bimbingan). Siswa mendapat kesempatan untuk bertanya jika ada hal yang belum jelas.

Siswa bersama-sama menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan, kemudian siswa juga merefleksikan perasaannya serta

aksi selama mengikuti pembelajaran dengan lisan. Guru memotivasi siswa agar rajin belajar di rumah supaya dapat mengerjakan soal yang berkaitan dengan permasalahan perkalian pecahan. Guru mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa.

3) Pertemuan 3

Pertemuan ke 3 peneliti sudah menyiapkan soal evaluasi untuk dikerjakan oleh siswa secara mandiri dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan masing-masing siswa. Pertemuan ke 3 dilaksanakan pada hari Selasa, 02 April 2013. Pertemuan ke 3 dilaksanakan selama 2 JP (3 x 40 menit).

Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa yang dipimpin oleh salah satu siswa. Guru menyampaikan peraturan selama mengerjakan soal evaluasi Guru membagikan soal evaluasi dan soal diletakkan di meja paling depan dengan keadaan masih tertutup, jika sudah siap semuanya siswa yang paling depan membagikan soalnya ke belakang. Siswa menyelesaikan soal evaluasi yang berkaitan dengan perkalian pecahan dengan mandiri dan tenang. Siswa mempunyai kesempatan untuk bertanya apabila ada soal yang kurang jelas dengan mengacungkan jari terlebih dahulu. Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya dengan cara siswa yang paling belakang menarik pekerjaan teman dan dikumpulkan ke guru. Guru mengakhiri dengan mengucapkan salam dan berdoa.

c. Observasi

Pada penelitian ini peneliti bertindak sebagai observer serta mencatat kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh guru

dan siswa. Peneliti dibantu oleh teman untuk mengamati aktivitas guru dan siswa agar semua kegiatan yang diamati tidak ada yang terlewatkan, serta mengamati kedisiplinan siswa yang terjalin dalam proses pembelajaran pada siklus I. Peneliti menggunakan kamera untuk mendokumentasikan selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Di bawah ini akan diuraikan pengamatan peneliti pada siklus I.

1) Pertemuan 1

Pertemuan 1, guru menyuruh siswa untuk menyebutkan contoh pecahan sederhana dan campuran, kemudian pada waktu itu ada lima siswa yang berani mengacungkan jarinya untuk mencoba menyebutkan contoh perkalian pecahan sederhana dan campuran yaitu He, Ra, Ni, Ke dan Ga (pada tahap ini muncul karakteristik PMRI yaitu prinsip aktivitas). Selanjutnya guru memberi satu masalah yang berkaitan dengan perkalian pecahan. Guru memberikan satu buah alat peraga berupa uang mainan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Guru memberi kesempatan kepada semua siswa untuk mengacungkan jarinya dan menyelesaikan permasalahan tersebut. Guru menunggu beberapa menit dan tidak ada satupun siswa yang berani mengacungkan jarinya. Pada akhirnya guru menunjuk satu siswa untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perkalian pecahan dengan menggunakan alat peraga. Guru menunjuk He untuk mengerjakan permasalahan dan menjelaskan kepada teman-teman yang lain (pada kegiatan ini muncul karakteristik PMRI yaitu prinsip aktivitas).

Gambar 2. Siswa menyelesaikan masalah dengan alat peraga

Siswa tersebut bernama He, siswa ini termasuk dalam kategori yang pandai menurut guru kelasnya. He mampu menggunakan alat peraga untuk menyelesaikan permasalahan dengan benar walaupun dengan sedikit bantuan dari guru. Guru menjelaskan kembali jawaban dari He bahwa perkalian pecahan adalah penjumlahan berulang, ketika guru sedang menjelaskan ada lima (17%) siswa dari 30 siswa yang bertanya mengenai cara penyelesaian soal cerita. Siswa yang merasa sudah memahami pasti dia mengangguk-angguk, tetapi siswa yang diam saja itu tidak tahu sudah paham atau belum.

Guru meminta bantuan pada satu siswa untuk membagikan soal latihan pada teman- teman yang lain. Selama mengerjakan soal latihan ada beberapa kelompok yang anggotanya mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal latihan, maka siswa yang lain bertugas untuk membantunya. Ada kurang lebih lima siswa yang bertanya pada gurunya “bu, ini gimana caranya kok susah banget bu”. “bu, ini tidak usah pakai diketahui, ditanyakan ya bu soalnya terlalu lama bu”. Guru menjawab:

“tadi yang memperhatikan ibu waktu menjelaskan pasti bisa mengerjakan soal ini kemudian mengerjakannya harus lengkap pakai diketahui, ditanyakan, jawab, dan jadi. Kalau tidak memakai itu nilainya dikurangi”. (pada tahap ini muncul karakteristik PMRI yaitu prinsip interaksi).

Gambar 3. Siswa berdiskusi mengerjakan soal latihan

Guru membimbing kelompok yang bertanya dan mendekatinya untuk memberikan penjelasan mengenai permasalahan yang terkait di soal latihan. Kemudian setelah siswa selesai mengerajkan soal latihan, guru meminta salah satu wakil dari kelompok maju ke depan kelas untuk menuliskan hasil jawabannya di papan tulis. Siswa yang lainnya memperhatikan teman yang sedang maju di depan kelas.

Siswa saling berebut untuk maju ke depan kelas dan pada akhirnya guru yang menunjuk siswa untuk maju menuliskan hasil diskusinya di papan tulis. Pekerjaan kelompok mana yang salah maka dicoret dan dibenarkan. Guru mengingatkan pada siswa supaya bersikap jujur.

Guru mendampingi siswa dan mengarahkan siswa agar dapat menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan bersama-sama. Guru menunjuk Ga dan beberapa teman yang lain untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran pada pertemuan yang pertama ini secara lisan. Siswa melakukan refleksi, ada beberapa siswa yang merefleksikan “saya senang bu mempelajari perkalian pecahan karena gampang kok”, ada siswa yang merefleksikan, “susah bu mengerjakannya karena harus pakai diketahui, ditanyakan, jawab, dan jadi bikin lama tahu bu”.Guru merespon beberapa refleksi dari siswanya,“kalian harus mengetahuai bahwa penyelesaian soal cerita itu ya seperti itu harus lengkap langkah-langkahnya”.Terdapat 75% siswa dari 30 siswa mengeluh karena cara menyelesaikan soal cerita harus menggunakan langkah-langkah diketahui, ditanyakan, jawab dan jadi. Alasan siswa mengeluh menyelesaikan soal cerita menggunakan langkah- langkah tersebut karena prosesnya terlalu lama. Selain itu, siswa juga tidak pernah diajarkan sebelumnya menyelesaikan soal cerita menggunakan langkah-langkah diketahui, ditanyakan, jawab dan jadi.

Guru menulis dua buah soal cerita dipapan tulis untuk dikerjakan di rumah. Sebelum guru mengakhiri pembelajaran, guru membagikan kuesioner kedisiplinan yang harus diisi oleh siswa. Lalu guru menunjuk satu

siswa untuk maju kedepan kelas untuk memimpin doa. Sejenak kelas tenang dan senyap, siswa mulai berdoa dan keluar untuk beristirahat.

2) Pertemuan 2

Pada pertemuan ke 2 peneliti mengamati semua kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa. Pada kegiatan awal guru memberikan apersepsi tentang materi sebelumnya mengenai perkalian pecahan. Guru

memberikan permasalahan kontekstual “Sebuah papan tulis berbentuk

persegi panjang, panjangnya 7 m dan lebar 1 m. Berapa luas papan tulis tersebut?, siapa yang dapat menyelesaikan soal ini?”. Ga mengangkat tangan dan meju ke depan kelas untuk mengerjakan soal tersebut. Guru memberikan satu bolpoint cantik kepada Ga karena sudah berani maju menyelesaikan soal.

Gambar 5. Siswa mengerjakan soal kontekstual

Siswa mendapat pertanyaan dari guru “bagaimana jawaban dari Ga apakah sudah benar atau masih salah?”,dengan serempak siswa menjawab “sudah benar bu guru”.Secara keseluruhan siswa sudah memahami materi perkalian, oleh karena itu dalam kelompok siswa mendapat tugas untuk mengerjakan LKS. Guru membagikan LKS dengan dibantu oleh satu siswa

untuk memberikan LKS pada setiap kelompok. Siswa saling berinteraksi untuk mengerjakan LKS yang berkaitan dengan permasalahan perkalian pecahan (pada kegiatan ini muncul karakteristik PMRI yaitu prinsip interaksi dan prinsip aktivitas), yang di lakukan pertama oleh siswa adalah mengidentifikasi permasalah yang ada pada soal kemudian siswa mengubah soal cerita menjadi kalimat matematika dengan benar (pada kegiatan ini muncul karakteistik PMRI yaitu prinsip pemahaman).

Gambar 6. Siswa berdiskusi mengerjakan LKS

Setelah siswa selesai mengerjakan, siswa lalu mendemonstrasikan hasil diskusinya dengan cara dituliskan di papan tulis dan menjelaskan jawabannya ke teman-teman yang lain. Salah satu wakil dari kelompok maju kedepan untuk menuliskan hasil jawabannya. Siswa saling berebut dengan cara mengangkat tangan sambil bilang “ saya bu...saya bu”, untuk mendemonstrasikan hasil diskusinya. Siswa yang maju kedepan yaitu siswa yang itu-itu saja (Ga, He, Ra, Rc dan Ni). Guru memfasilitasi semua anggota kelompok, jika ingin ada yang ditanyakan.

Dari hasil observasi peneliti pada pertemuan ke 2, diperoleh data bahwa siswa sudah mulai menguasai materi tentang permasalahan perkalian

pecahan. Hal ini terlihat ketika siswa secara kelompok mengerjakan LKS sudah menggunakan langkah-langkah dengan benar, tetapi masih ada kelompok yang merasa kesulitan dalam mengerjakan LKS. Ketika siswa mengerjakan LKS secara kelompok ada dua kelompok dari enam kelompok bertanya pada guru mengenai soal yang sedang dikerjakan. Kelompok yang lain mengerjakan sesuai dengan kemampuannya. Interaksi siswa dalam kelompok kurang terjalin. Hal ini disebabkan karena ada kelompok yang mengerjakan cuma satu orang yang dianggap paling pintar dalam kelompoknya, sedangkan anggota yang lainnya mengobrol. Oleh karena itu peneliti akan menguji siswa dengan menyebarkan soal evaluasi pada pertemuan ke 3 dan dikerjakan secara mandiri dengan ini maka peneliti mengetahui siapa yang sudah menguasai materi dan siapa yang belum memahami materi mengenai perkalian pecahan.

3) Pertemuan 3

Pada pertemuan ke 3 guru memulai pelajaran dengan mengumumkan peraturan selama siswa mengerjakan soal evaluasi seperti: tidak boleh bekerja sama dengan teman lain, mengerjakan soal evaluasi selama 60 menit, siswa mengerjakan soal di lembar yang sudah disediakan dll (pada kegiatan ini muncul kedisiplinan siswa). Guru mengamati siswa agar tidak saling menyontek. Siswa menyelesaikan soal evaluasi dengan tepat waktu. Siswa mengumpulkan lembar jawabannya di meja guru.

Observasi yang dilakukan peneliti pada pertemuan ke 3 diperoleh hasil bahwa 100% dari 30 siswa mengerjakan ulangan harian dengan tenang

dan tidak mencotek teman lain. Ada beberapa siswa yang meminta lembar jawaban lagi pada guru. Semua siswa keluar secara bersama-sama setelah selesai mengerjakan soal evaluasi selama 60 menit. Di akhir pembelajaran guru bertanya kepada siswa “bagaimana bisa mengerjakan atau tidak?”, kalau yang semalam belajar pasti bisa mengerjakan dengan benar”.Siswa menjawab, “bu angkanya terlalu besar, jadi susah menghitungnya”. Ni diminta maju kedepan kelas untuk memimpin doa.

Peneliti mengamati peran guru dalam proses pembelajaran sangat membeda-bedakan siswa. Maksud dari membedakan adalah siswa yang mempunyai kemampuan lebih pasti selalu ditunjuk oleh guru, sedangkan siswa yang lain hanya mendengarkan saja. Ada satu siswa (Gr) mengalami kesulitan dalam hal memahami semua mata pelajaran dapat disebut juga slow learner. Gr di dalam kelas selalu diasingkan oleh teman-temannya dan ketika dibentuk kelompok dia pasti mengerjakan sendiri tidak mau berinteraksi dengan teman satu kelompoknya.

Pembelajaran berlangsung sesuai dengan RPP dengan penerapan pendekatan PMRI. Siswa merespon guru dengan baik. Hal ini terbukti 100% dari 30 siswa mengikuti seluruh proses pembelajaran, 100% dari 30 siswa mengerjakan soal latihan dengan berdiskusi kelompok.

d. Refleksi

Refleksi secara keseluruhan dari kegiatan siklus I yang sudah dilakukan, peneliti menemukan beberapa kelemahan dan kelebihan. Kelemahan itu antara lain, guru kelas belum begitu menguasai RPP dengan baik oleh karena itu guru selalu melihat RPP pada saat mengajar. Guru

belum pernah menggunakan pendekatan PMRI dalam pembelajaran sebelumnya, sehingga pada saat mengajar terlihat gugup dan masih sering bertanya kepada peneliti. Hal ini terbukti ketika ada salah satu kegiatan yang terlewati yaitu pada saat kegiatan inti, di RPP dituliskan siswa mencari perbedaan cara mengerjakan perkalian pecahan sederhana dan campuran, tetapi kenyataannya pada kegiatan inti siswa hanya menyebutkan contoh perkalian pecahan sederhana dan campuran. Selain itu siswa juga terlihat tidak tenang dalam proses pembelajaran, hal ini terlihat ketika ada beberapa siswa asyik mengobrol dengan teman kelompoknya dan ada beberapa kelompok yang belum berinteraksi dengan baik dengan kelompoknya. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 7. Siswa terlihat tidak saling berdiskusi

Adapun kelebihan dari pembelajaran pada siklus I yang sudah dilaksanakan adalah hasil kerja kelompok siswa rata-rata mendapatkan nilai yang lebih dari KKM. Ada beberapa kelompok yang sudah mulai berinteraksi dengan kelompok dengan baik. Siswa merasa senang apabila belajar secara kelompok. Disamping itu kedisiplinan siswa juga mulai terlihat dalam proses pembelajaran matematika. Hal ini terbukti ketika siswa

mengumpulkan tugas kedepan kelas dengan cara tertib dan tenang. Tetapi, masih banyak siswa yang melanggar peraturan di kelas pada saat pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan hasil siklus I, belum mencapai dengan indikator keberhasilan maka peneliti akan melanjutkan pada siklus II. Hal ini dikarenakan bahwa siswa belum berinteraksi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, sebelum peneliti melanjutkan pada siklus II, peneliti merevisi perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian yang meliputi RPP, bahan ajar, dan LKS. Peneliti akan bekerjasama dengan guru untuk melaksanaan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan pendekatan PMRI. Upaya perbaikan pada siklus ke II nanti adalah melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung dengan mampu berinteraksi dengan teman satu kelompoknya.

Dokumen terkait