• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian

1. Strategi Pemasaran Usaha Kerajinan Payung Hias di Kecamatan Juwiring Perajin payung hias di Kecamatan Juwiring dalam memasarkan produknya menggunakan jasa perantara maupun konsumen dapat melakukan pemesanan langsung. Peran perantara sangatlah penting. Perantara merupakan orang-orang yang sudah lama dikenal perajin untuk membantu perajin memasarkan lagsung kepada konsumen. Payung hias yang dipesan perantara dilakukan dalam jumlah besar, sehingga harga yang diberikan akan lebih murah. Barang yang dipesan akan diantarkan langsung oleh perajin sendiri, namun ada pula perantara atau konsumen yang mengambilnya. Konsumen perorangan juga dapat melakukan pemesanan langsung sesuai dengan bentuk dan selera yang diinginkan. Melalui strategi ini memungkinkan perajin jika ada pesanan baru dibuat sesuai dengan pesanan. Berikut ini skema pemasaran yang dilakukan oleh perajin payung hias di Kecamatan Juwiring:

commit to user

Gambar 4. Skema Pemasaran Payung Hias di Kecamatan Juwiring

Kegiatan pemasaran yang ada pada usaha kerajinan payung hias di Kecamatan Juwiring terdapat penerapan dari bauran pemasaran (Marketing Mix) yang meliputi:

a. Produk (Product)

Payung merupakan salah satu produk kerajinan yang mempunyai nilai seni yang tinggi. Selain sebagai simbol kebesaran keraton, juga bisa dimaksudkan untuk mengayomi dan menghiasi. Hal ini seperti yang disampaikan Hadi Marsono, pemilik payung hias Fajar Bangun pada tanggal 11 Agustus 2011 di rumahnya. Sri Suyatmi menambahkan pada wawancara tanggal 14 Agustus 2011 di rumahnya, kerajinan payung sebagai sebuah kerajinan rakyat yang mempunyai ciri khas daerah yang tidak mungkin dimiliki oleh daerah lain. Kelebihan tersebut yang membuat payung hias Juwiring bisa berkembang.

Payung hias yang dihasilkan perajin di Kecamatan Juwiring beragam, diantaranya payung keraton, payung susun, payung tari (kethekan) dan payung putihan seperti yang disampaikan Hadi Marsono tanggal 11 Agustus 2011 di rumahnya. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan pemilik payung hias Honocoroko, Wigit Gunarto, tanggal 25 Agustus 2011 yang menyatakan bahwa payung yang dihasilkan meliputi Payung Tari, Payung Keraton, Payung Fantasi, Payung Dekorasi, Payung Engkel, Payung Lukis/Batik Kain. Pembuatan

payung hias untuk dipasarkan

Melakukan

kesepakatan harga dan jenis payung hias Perajin mengantarkan produk ke perantara/pemesan Perantara maupun konsumen melakukan pemesanan Memajang hasil produksi

dirumah produksi, mengikuti pameran dan mempromosikan lewat internet

commit to user

Menguatkan pernyataan tersebut, Mujianto, pemilik kerajinan payung hias Maju Lancar pada tanggal 28 Agustus 2011 dirumahnya mengungkapkan “Untuk produk ada payung susun tiga, payung susun satu yang untuk dekorasi pernikahan, penyambutan tamu dan sebagainya. Adapula payung tari-tarian”.

Pengembangan payung hias sangat penting untuk dilakukan, salah satunya dengan membuat inovasi-inovasi pada produk. Pengembangan itu tampak terlihat pada desain, seperti yang terjadi pada desain payung dekorasi. Hal itu sesuai dengan yang disampaikan Heri Wibowo, pemilik kerajinan payung hias Wisnu pada wawancara tanggal 18 Agustus 2011 dirumahnya. Sri Suyatmi pada wawancara tanggal 14 Agustus 2011 di rumahnya mengungkapkan bahwa awal mula payung hias hanya terbuat dari bahan baku kertas. Seiring dengan perkembangan jaman maka muncullah payung hias yang terbuat dari kain. Hal itu bisa terlihat di payung susun yang dibuat oleh perajin di Kecamatan Juwiring. Ngadi Yakur pada tanggal 9 September 2011 mengungkapkan:

Pengembangan ya payung-payung susun seperti ini. Kan dulunya payung itu hanya untuk payung panas hujan dan payung keraton itu, ya kalau payung-payung panas hujan kan kalah bersaing dengan payung kalong itu, nah dari perajin supaya tidak mematikan jalan, membuat payung hias untuk dekorasi, payung susun dan kap lampu.

Jumlah produksi payung hias yang dilakukan perajin sangat tergantung dengan jumlah pesanan. Ketika pesanan banyak maka produksipun akan banyak, namun apabila pesanan sepi maka jumlah produksi payung hias akan berkurang sehingga produksi tiap bulannya berbeda-beda. Walaupun seperti itu, bisa dirata-rata produksi kerajinan tersebut rutin setiap bulan sehingga seiap hari bisa dirata-rata perajin payung hias akan melakukan proses produksi. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan Heri Wibowo pada wawancara tanggal 18 Agustus 2011 dirumahnya bahwa untuk hal produksi “Rutin, jadi memang di bulan-bulan tertentu itu sangat menonjol, di bulan yang lain itu sangat kurang, jadi dirata-rata satu tahun itu sebenarnya rutin”.

commit to user

Produksi setiap hari juga dilakukan oleh Ngadi Yakur. Beliau pada wawancara tanggal 9 September 2011 dirumahnya menguatkan pernyataan tersebut dengan menyatakan produksi payung hias selama ini masih tetap rutin. Hari ini ada pesanan, besok hari biasanya ada pesanan lagi. Rutinitas dalam produksi tersebut membuat produsen akan lebih memberikan pelayanan yang lebih baik kepada konsumen. Hal ini mengingat kebutuhan sebagian konsumen akan produk kerajinan payung hias ada yang dalam waktu mendadak. Adapula konsumen yang hanya melihat-lihat kerumah produksi kemudian tertarik sehingga membeli. Pernyataan ini sesuai dengan apa yang disampaikan Sri Suyatmi tanggal 14 Agustus 2011 di rumahnya:

Rutin, setiap saat kita buat, sebab nanti kalau kita nunggu pesanan, padahal nanti orang pesan itu langsung bawa. Kalau nanti nunggu orang pesan kemudian baru ya ndak nyampai. Kita setiap hari produksi, nanti pas ada tamu, adanya berapa tinggal ambil. Jadi tidak nunggu pesan. Yang namanya payung ini itu rutin, karena ada juga yang di eksport. Saya ndak eksporkan, tapi pedagang-pedagang itu yang ngambil lalu mengeksporkan. Kan payung itu rangkaiannya sama baju-baju to mas, sama baju Jawa. Sekarang souvenir yang dicari kan malah yang payung kertas, kemarin untuk reuni-reuni pakai payung kertas ini

Perajin tidak hanya sendirian dalam membuat payung hias, namun dibantu dengan beberapa orang yang mempunyai keahlian khusus seperti menempelkan, memberi warna, menghias dan menyulam. Salah satu rumah produksi dibantu oleh 3-10 karyawan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Wigit Gunarto tanggal 25 Agustus yang menyatakan karyawan yang membantunya sekitar 10 orang. Ngadi Yakur pada wawancara 9 September 2011 dirumahnya menambahkan “Karyawan kalau industri rumahan ya termasuk yang punya kan, kalau keseluruhan ya sekitar 7-8 orang ya ada, ini kan sebagian dibuat diluar rumah”.

b. Harga (Price)

Harga untuk berbagai jenis payung hias tidak sama dan masing-masing perajin menetapkan harga yang beragam, tergantung dengan harga bahan baku, tingkat kesulitan dan tingkat seni yang terdapat dalam pembuatan payung hias tersebut. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Heri Wibowo pada

commit to user

wawancara tanggal 18 Agustus 2011 dirumahnya yang menyatakan harga jual produk didasarkan pada bahan baku, karena besarnya biaya bahan baku yang digunakan akan mempengaruhi biaya produksi payung hias. Untuk desain baru harga jual payung hias pada umumnya dijual dengan nilai yang tinggi. Selain itu didasarkan pula pada tingkat kesulitan pada pembuatan payung hias itu sendiri. Payung dengan corak dan ornamen yang rumit akan mempertinggi harga jual produk. Senada dengan hal tersebut pernyataan dari Sri Suyatmi tanggal 14 Agustus 2011 di rumahnya mengatakan bahwa penetapan harga produk berdasarkan bahan baku, tingkat kesulitan dan tingkat seninya.

Tingkat seni termasuk pula ornamen yang menghiasi didalamnya dan benang-benang yang dirangkai. Kualitas benang yang dirangkai dapat dilihat melalui kepadatan benang dan macam-macam benang yang menghiasi. Wigit Gunarto tanggal 25 Agustus 2011 dirumahnya menambahkan bahwa dalam penetapan harga jual produknya didasarkan pada bahan baku, tenaga dan laba yang diinginkan.

Harga yang terjadi diantara perajin merupakan harga yang terbentuk karena pasar monopolistik. Meskipun jenis payung diantara perajin mempunyai persamaan namun masing-masing perajin mempunyai ciri khas tersendiri. Hal ini mengingat kerajinan payung hias merupakan kerajinan dengan manual yang mengedepankan nilai seni sehingga setiap satu perajin dapat berkreasi sesuai kemampuan yang berbeda-beda. Hadi Marsono menetapkan untuk harga payung tari-tarian dijual dengan harga Rp. 25.000,00 satu payungnya dan payung keraton bisa mencapai Rp.200.000,00-Rp.250.000,00 sedangkan Sri Suyatmi menetapkan payung tari-tarian Rp. 30.000,00 dan payung keraton bisa mencapai Rp.300.000,00.

Berdasarkan observasi dan dokumentasi yang dilakukan peneliti, variasi harga muncul diantara perajin karena kerajinan payung hias merupakan kerajinan dengan manual. Payung tari kertas Rp. 25.000,00-Rp.30.000,00, payung dekorasi susun tiga Rp. 55.000,00-Rp. 120.000,00, payung pantai Rp. 150.000,00-Rp. 300.000,00, payung keraton seharga ratusan ribu dan ada pula payung hias yang harganya mencapai jutaan.

commit to user

Perantara dan konsumen payung hias terdapat perbedaan harga diantara keduanya. Perantara akan memperoleh harga yang lebih rendah daripada konsumen yang pesan. Pesanan dari konsumen biasanya meminta kepada perajin sesuai dengan selera konsumen sehingga dalam pengerjaannya akan membutuhkan perlakuan tambahan. Harga yang dibuat konsumen lebih berani daripada perantara. Selain itu, konsumen hanya datang beberapa kali saja ataupun tidak membeli secara rutinitas. Hal tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan Hadi Marsono pada wawancara 11 Agustus dirumahnya yang menyatakan bahwa:

Kalau yang pesan biasanya harganya berani, lebih mahal. Kalau yang rutin disetori setiap hari itu dipasar Bringharjo, itu kadang belum habis disetori lagi, disitu ya harga segini boleh ndak, jadinya harganya beda. Membuat sama jual kan cepat yang membuat, kalau barangnya masih disetori lagi kan ndak mau, buat apa. Bakul kan harganya sini bisa dikurangkan.

Ngadi Yakur menambahkan pada wawancara tanggal 9 September 2011 dirumahnya bahwa harga jual untuk perantara (bakul) merupakan harga grosir, harga yang sudah ditetapkan ketika membeli dalam jumlah banyak. Hal ini sudah sering terjadi pada pedagang-pedagang lain. Perantara (bakul) membayar harga beli ke perajin bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk dijual kembali sehingga perajin akan memberikan harga yang saling menguntungkan. Sedangkan harga untuk tamu pemesan akan lebih mahal daripada perantara.

Jumlah pembelian payung hias juga akan mempengaruhi harga jual rata-rata setiap biji. Hal tersebut terjadi karena pembelian dengan jumlah yang besar menunjukkan bahwa adanya saling keterkaitan sebagai mitra bisnis. Bisa jadi dikemudian hari akan melakukan pembelian yang sama ketempat perajin. Lebih lanjut Sri Suyatmi pada wawancara tanggal 14 Agustus 2011 di rumahnya menyatakan “Membeli lebih banyak berarti kan nanti masuk mitra kerja, dia sudah bisnis nanti. Kalau bisnis kan kita melayaninya dia untung kita untung, tapi kalau yang memakai hanya temporer-temporer kan hanya kebutuhan mendesak”.

Omzet yang diperoleh perajin setiap bulan tidaklah sama. Ketika bulan itu banyak pesanan, maka omzet yang didapat akan banyak dan begitu juga

commit to user

sebaliknya. Untuk setiap perajin omzet yang didapat tidak sama. Heri Wibowo pada wawancara 18 Agustus 2011 dirumahnya mengaku setiap bulan dapat memproduksi 200 payung dengan omzet 20-30 juta. Wigit Gunarto menyampaikan tanggal 25 Agustus 2011 dirumahnya, setiap bulan omzet yang diperoleh mencapai 20-50 juta. Sedangkan Mujianto tanggal 28 Agustus 2011 dirumahnya menyatakan omzet yang diperoleh dari usaha kerajinan payung sekitar 5 juta, begitu pula dengan Hadi Marsono.

Keadaan omzet perbulan menunjukkan usaha kerajinan payung hias selalu mengalami pergerakan ekonomi. Hal itu menjadi titik tolak untuk lebih mengembangkan usaha yang lebih baik lagi kedepannya. Beberapa perajin mengakui, usaha ini termasuk industri rumahan yang tidak menggunakan pembukuan yang sistematis. Hadi Marsono pada wawancara 11 Agustus 2011 dirumahnya mennyatakan tidak ada catatan pembukuan untuk usahanya, semuanya hanya diperkirakan dengan tujuan usaha bisa jalan. Hal senada juga diungkapkan Wigit Gunarto tanggal 25 Agustus 2011 dirumahnya bahwa usaha yang dijalankan tanpa pembukuan yang sistematis.

c. Distribusi (Place)

Sistem penjualan produk payung hias yang dilakukan perajin di Kecamatan Juwiring menggunakan distribusi langsung dengan konsumen memesan sendiri ke perajin dan distribusi tidak langsung dengan memakai jasa perantara. Jasa perantara dilakukan dengan mengambil sendiri kerumah produksi maupun perajin menyetor produk ke perantara-perantara. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Hadi Marsono pada wawancara 11 Agustus 2011 dirumahnya bahwa salah satu sistem penjualan yang biasa dilakukan adalah melalui perantara. Dari beberapa perantara yang sudah menjalin hubungan, ada yang langsung mengambil sendiri. Senada dengan hal tersebut

Heri Wibowo tanggal 18 Agustus 2011 dirumahnya mengungkapkan “Ehm,..

Kita masuknya ke distributor, perantaranya distributor, ke toko atau ke pasar, modelnya kan seperti itu”. Selain itu, banyak pula perantara yang langsung mendatangi rumah produksi untuk mengambil sendiri barangnya. Hal ini dilakukan berdasarkan atas saling kepercayaan.

commit to user

Pembayaran awal dilakukan dengan pemberian uang muka terlebih dahulu kemudian barang dikirim. Pengiriman barang bisa melalui paket dan pembayaran bisa menggunakan transfer Bank. Sri Suyatmi pada wawancara 14 Agustus 2011 menyatakan:

Iya pakai perantara, kalau saya yang nangani sendiri berarti saya ngurus semuanya. Pokoknya barang keluar saya yang nangani dirumah. Model door to door itu saya juga tidak, kadang ada yang langsung datang kerumah, bahkan sama pembelinya saya tidak kenal. Saling kepercayaan saja, dia kirim uang saya kirim barang. Dia kasih DP kita kirim barang, bahkan kalau sudah percaya dia minta kita kirim barang tanpa DP dulu. Biasanya kalau uangnya lancar setelah 2-3 kali pesan sudah tidak pakai DP.

Peran perantara sangatlah penting. Agar kegiatan pemasaran berjalan dengan lancar, perajin payung hias di Kecamatan Juwiring menjalin hubungan baik dengan para perantara, diantaranya yaitu menjaga kepercayaan dengan perantara dan berusaha memberikan pelayanan yang terbaik. Ngadi Yakur pada wawancara 9 September 2011 dirumahnya mengungkapkan hubungan baik dengan perantara selalu dijaga dengan membangun sikap saling percaya, mempererat perkenalan, pembuatan pesanan dari perantara yang tepat waktu dan memberikan pelayanan yang terbaik. Ranto juga menyatakan pada wawancara tanggal 13 Agustus 2011 dirumahnya yaitu, hubungan dengan perantara maupun pelanggan dibangun dengan tidak mengecewakan, pembuatan produk yang tepat waktu merupakan salah satu langkah yang diambil. Sri Suyatmi dalam wawancara 14 Agustus dirumahnya menyatakan perantara biasa mengambil payung hias dalam jumlah yang besar untuk dijual kembali sedangkan pemakai langsung akan membeli ke perajin hanya dalam waktu yang temporer saja.

Distribusi yang selama ini dilakukan oleh perajin payung hias di Kecamatan Juwiring melalui transportasi sendiri maupun dengan jasa pengiriman paket. Jasa pengiriman paket dilakukan saat pemesan dari produk payung hias berasal dari daerah yang jauh. Untuk pengambilan bahan baku, perajin mengambil kerangka dari daerah sekitar. Sedangkan untuk bahan tambahan seperti kertas, kain, benang, dan cat dibeli langsung dari toko-toko yang berada di kota Solo.

commit to user

Area pemasaran payung hias meliputi seluruh Indonesia. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Wigit Gunarto tanggal 25 Agustus 2011 dirumahnya, yaitu pemasaran produk payung hias meliputi seluruh Indonesia terutama di Pulau Jawa. Keberadaan keraton di Indonesia sedikit banyak mempengaruhi cakupan area pemasaran payung hias, mengingat payung kebesaran keraton yang menjadi simbol wajib biasa diproduksi oleh perajin payung di Kecamatan Juwiring. Hadi Marsono mengungkapkan pada wawancara 11 Agustus 2011 dirumahnya bahwa beliau merupakan salah satu abdi dalem keraton Kasunanan Surakarta sehingga ketika Jumenengan Sinuwun Pakubuwono XIII membutuhkan payung beliaulah salah satu pembuatnya. Eksistensi keberadaan keraton Surakarta dan Jogjakarta inilah yang menjadikan Kecamatan Juwiring sangat strategis untuk kerajinan payung hias.

Heri Wibowo pada wawancara 18 Agustus 2011 dirumahnya mengungkapkan mengenai area pemasaran yaitu, pemasaran dilakukan hampir seluruh pulau Jawa, sedikit Sumatera dan sedikit Sulawesi. Pernah pula pemesanan dilakukan oleh orang luar negeri seperti Spanyol, Italia dan Jerman. Hal senada juga disampaikan Sri Suyatmi 14 Agustus 2011 dirumahnya yang mengatakan “Ini ada yang diekspor juga mas, Australia, Amerika, tapi tidak langsung saya ekspor. Orang bule itu kan belinya gini mas, barang dari Indonesia masuk kelemari-lemari dari Serenan berwujud paketan nanti diambil oleh kontainer. Yang lokal yaitu tadi, Jogja, Solo, Jakarta”. Dari beberapa informan tersebut dapat diketahui bahwa pemasaran payung hias meliputi daerah lokal dan mancanegara. Pemasaran tersebut dilakukan oleh beberapa perantara.

d. Promosi (Promotion)

Promosi yang dilakukan perajin payung hias di Kecamatan Juwiring adalah dengan mengikuti pameran dengan bantuan pihak ketiga. Hadi Marsono mengatakan pada wawancara 11 Agustus 2011 dirumahnya bahwa promosi dilakukan dengan mengikuti pameran seperti The 6th Java Expo 2011 dengan bantuan pihak keraton Solo yang memfasilitasinya. Berdasarkan observasi,

commit to user

promosi itu juga menggunakan katalog yang berisi model-model payung hias sehingga konsumen dapat melihat dan memesan sesuai dengan selera. Hal senada juga diungkapkan oleh Wigit Gunarto tanggal 25 Agustus 2011 dirumahnya yang mengatakan promosi dilakukan melalui pameran dan internet. Ngadi Yakur mengungkapkan pada wawancara 9 September 2011 dirumahnya yaitu, promosi lebih ditekankan dari mulut ke mulut dan berusaha mencari perantara/agen yang baru. Beliau menambahkan keberadaan payung hias di Kecamatan Juwiring sebenarnya sudah sejak lama dikenal oleh masyarakat luas. Mungkin seseorang tidak membeli dipameran, namun pemasaran itu bisa melalui media lain. Kerajinan payung hias ini sudah beberapa kali diliput oleh media cetak maupun televisi.

Peran pemerintah tampak dalam usaha memasarkan kerajinan rakyat ini, diantaranya melalui media Kriya Indonesia. Sri Suyatmi pada wawancara 14 Agustus 2011 dirumahnya mengatakan bahwa:

Promosinya kan dibantu pemerintah, dari pak SBY kan ada majalah ini mas. Semua produksi dilindungi oleh pemerintah. Kemarin ada sosialisasi HKTI, kan kerajinan di Indonesia itu dipromosikan oleh pemerintah. Bahkan kalau mau ikut pameran dikasih tempat gratis, tapi saya juga mikir, kalau saya ikut pameran nanti tidak ada yang nunggu rumah.

Kegiatan budaya seperti upacara-upacara yang dilakukan pemerintah untuk menghidupkan kembali kebudayaan menjadi kesempatan perajin untuk mempromosikan payung hias. Hal ini disebabkan nilai dan budaya tidak akan bisa dipisahkan dari kerajinan payung hias. Ketika semua orang meninggalkan budaya maka kerajinan payung hias akan merosot. Keterkaitan ini terlihat dari acara-acara upacara, pernikahan adat Jawa dan seremonial di keraton-keraton. Sri Suyatmi pada wawancara tanggal 14 Agustus 2011 dirumahnya mengungkapkan “Nilai dan budaya itu rangkaian dari ini mas, kalau semua sudah meninggalkan budaya, upacara-upacara sudah tidak ada, payung seperti ini kan tidak dibutuhkan.

Keinginan masyarakat luar negeri untuk kembali kealam “Back to

Nature” merupakan kesempatan yang bagus bagi perajin hiasan tradisional

commit to user

kerajinan payung hias, seperti yang disampaikan Sri Suyatmi pada wawancara 14 Agustus 2011 dirumahnya. Untuk itu perlu sarana dalam memperkenalkan produk kepada masyarakat luar negeri. Perkembangan teknologi dimanfaatkan oleh sebagian perajin sebagai sarana untuk mempromosikan pula. Contoh-contoh produk ditampilkan melalui sebuah blog yang nantinya masyarakat luas akan bisa menemukan dengan mudah. Melalui promosi diinternet diharapkan dapat memudahkan konsumen dalam mencari payung hias. Heri Wibowo pada wawancara tanggal 18 Agustus 2011 diirumahnya menyampaikan teknologi sebatas pada internet. Hal itu dikuatkan oleh Wigit Gunarto tanggal 25 Agustus 2011 yang menyatakan melalui teknologi internet dapat mempererat hubungan dengan pelanggan. . Keinginan masyarakat luar negeri untuk kembali kealam

Back to Nature” merupakan kesempatan yang bagus bagi perajin hiasan

tradisional untuk berkembang. Salah satu kerajinan yang termasuk didalamnya adalah kerajinan payung hias ini.

Berdasarkan observasi dan dokumentasi yang dilakukan peneliti, diketahui pula selain mengikuti pameran seperti pada acara The 6th Java Expo 2011 dan melalui katalog, juga peliputan diberbagai media cetak dan elektronik. Diantara media cetak itu adalah majalah Kriya Indonesia Craft No. 6 tahun 2007 dan Kompas. Promosi lewat internet juga dilakukan oleh beberapa perajin. Langkah tersebut dengan membuat blog, diantaranya payungwisnu.wordpress.com dan payunghonocoroko.blogspot.com.

e. Hubungan Masyarakat (Public Relation)

Hubungan dengan masyarakat berusaha dijalin dengan sebaik-baiknya. Menghormati dengan sesama tetangga selalu dijaga. Dalam memproduksi kerajinan payung hias relatif tidak mengganggu dengan masyarakat sekitar. Seperti yang disampaikan Mujianto tanggal Agustus 2011 bahwa hubungan dengan konsumen dijaga dengan tidak mengecewakan, sedangkan hubungan dengan masyarakat baik-baik saja. Hal itu dikarenakan dalam produksi tidak membuat gaduh dan tidak mengganggu lingkungan.

commit to user

Hubungan dengan pemerintah dijaga melalui ikut serta dalam pelatihan yang diselenggarakan pemerintah daerah. Wigit Gunarto tanggal 25 Agustus 2011 dirumahnya mengatakan “Kita ikut pameran mas, jadi bisa bertemu langsung dengan calon pelanggan. Kadangpula ikut pelatihan yang diselenggarakan pemerintah untuk perbaikan layanan/ mutu”. Diharapkan dengan seperti itu hubungan dengan pemerintah akan selalu terjalin dan pelayanan kepada konsumen akan semakin puas. Heri Wibowo pada wawancara tanggal 18 Agustus 2011 dirumahnya menambahkan dalam rangka membangun hubungan baik dengan masyarakat sekitar kadangkala mengadakan penyuluhan dengan meminta pihak ketiga untuk mengisi masalah mengkreasi payung atau pencarian bahan.

Hubungan dengan masyarakat sekitar juga terbentuk melalui penyediaan bahan baku pembuatan jeruji dan garan. Mujianto pada tanggal 28 Agustus 2011 dirumahnya menyatakan bahwa “ Bahan bakunya dari penduduk sekitar Juwiring” sehingga terjadi hubungan yang saling menguntungkan dengan

Dokumen terkait