• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV Pengurusan Piutang Perusahaan Negara Dikaitkan

A. Deskripsi PT. Bank Mandiri, Tbk ( Persero )

PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero), yang merupakan Badan Usaha Milik Negara dengan kepemilikan saham pemerintah di dalamnya per Mei 2012 sebesar 60% (enam puluh persen),81 didirikan berdasarkan akta No. 10 tertanggal 2 Oktober 1998. Akta pendirian tersebut kemudian mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman RI sesuai dengan Surat Keputusan No. C-2-16561.HT.01.01.Th.98 tanggal 2 Oktober 1998 dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI No. 6859 tanggal 4 Desember 1998 serta telah didaftarkan dalam Daftar Perusahaan No. 09031827089 tanggal 19 Oktober 1998. Pada waktu pendirian perseroan tersebut, perseroan bernama PT Bank Mandiri (Persero).82

Pendirian Bank Mandiri merupakan bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Kemudian pada tanggal 24 Juli 1999, empat bank pemerintah, yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia, dilebur menjadi

81

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/05/22/18030467/Porsi.Pemerintah.di.Bank.BU MN.Kian.Susut, di akses tanggal 15 Juni 2012

82

Basril, Regional Credit Recovery Medan, PT Bank Mandiri Wilayah I Medan, wawancara, tanggal 15 Juni 2012

Bank Mandiri. Merger tersebut membuat PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero) menjadi salah satu bank yang memiliki aset terbesar saat ini di Indonesia.83

PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero) memiliki jargon “Melayani dengan Hati, Menuju yang Terbaik” dan dipadupadankan dengan visi, “Menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang Paling Dikagumi dan Selalu Progresif” serta misi, yaitu berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar, mengembangkan sumber daya manusia profesional, memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder, melaksanakan manajemen terbuka serta peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan. Selain dari pada hal-hal tersebut, PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero) memiliki kebudayaan pribadi sebagai cerminan akan jati diri sebagai bank besar, yang termuat dalam ”Budaya TIPCE”. Budaya TIPCE itu sendiri, yaitu Trust, Integrity, Professionalism, Customer Focus, Excellence. 84

Keempat hal tersebut diatas kemudian diwujudkan oleh PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero) salah satunya dengan semakin memperluas jaringan, dengan mana PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero), per 18 Januari 2012, memiliki 1.537 (seribu lima ratus tiga puluh tujuh) Kantor cabang di seluruh Indonesia dan 7 Kantor Cabang/Perwakilan/anak perusahaan di Luar Negeri. Sedangkan untuk unit Automatic Teller Machine atau biasa juga dikenal dengan Anjungan Tunai Mandiri (ATM), PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero), per 4 Juni 2012, memiliki sebanyak 10.000 (sepuluh ribu) unit ATM yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal tersebut diyakini oleh pihak

83

http://www.bankmandiri.co.id/corporate01/about_profile.asp, diakses tanggal 15 Juni 2012

84

PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero) sebagai salah satu upaya yang dapat dilakukan guna semakin mendekatkan PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero) dengan nasabah.85

PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero), per Desember 2011, tercatat memiliki aset terbesar dibandingkan dengan bank-bank lainnya, yaitu sebesar Rp 551,89 triliun dengan pangsa mencapai 13,65% dari total aset perbankan nasional.86 Selain itu PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero) tercatat pula memperoleh laba tahun berjalan per Desember 2010 sebesar Rp 12,69 triliun, nilai mana yang hanya dapat dilampaui oleh laba yang diperoleh Bank Rakyat Indonesia.87 Adapun kredit yang disalurkan, sebagai salah satu jenis kegiatan usaha bank, tercatat sebesar Rp 311,09 triliun per Desember 2011. Nilai kredit tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 27,48% apabila diperbandingkan dengan tahun sebelumnya.88

Data yang termuat di atas setidaknya dapat memberikan gambaran bahwa PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero) dapat dipercaya oleh nasabah dalam menjalin kemitraan, utamanya dalam hal penyaluran kredit. Namun di sisi lain, PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero), per 31 Maret 2011, tercatat memiliki Non Performing Loan (kredit bermasalah) sebesar Rp. 4.674.930.000.000 dari keseluruhan kredit yang disalurkan sebesar Rp. 208.996.821.000.000.89 Dengan kata lain PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero) memiliki NPL, dalam persentase, sebesar 2.23%. Angka tersebut mengalami

85

Ibid.

86

InfoBank, No. 397 Edisi April 2012, hal. 54

87

Ibid., hal. 55

88

Ibid.

89

Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 dan Untuk Periode yang Berakhir pada 31 Maret 2011 dan 2010 PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero) dan Anak Perusahaan

peningkatan yang drastis. Sebab pada laporan keuangan PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero) per 31 Desember 2010, PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero) tercatat memiliki total nilai NPL sebesar Rp 3.825.119.000.000.90 Sehingga dengan nilai keseluruhan kredit yang dikucurkan sebesar Rp 203.636.955.000.00091, maka diperoleh angka 1.87% yang mewakili persentase NPL yang dimiliki PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero). Terkait dengan penyaluran kredit, sebagaimana pada umumnya, PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero) melakukan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menganalisis besaran akan resiko bermasalahnya kredit yang disalurkan di kemudian hari. Pada dasarnya, prinsip pemberian kredit meliputi hal-hal sebagai berikut:92

1. Setiap pemberian kredit harus didasarkan atas permohonan tertulis, yang disertai data dan informasi yang cukup dan wajar dari (calon) debitur, untuk dapat dipergunakan dalam proses evaluasi kredit

2. Keputusan pemberian kredit didasarkan atas analisis ataupun evaluasi tertulis dari data dan informasi yang menggambarkan penilaian kondisi dan potensi “5 C’s of Credit” (Character, Capacity, Capital, Collateral and Condition of Economy) dari (calon) debitur serta hal-hal lainnya yang terkait dengan (calon) debitur.

Selain daripada hal tersebut di atas, terdapat prinsip-prinsip lainnya yang digunakan dalam pemberian kredit, yaitu:93

1. Four-eye Principle, merupakan prinsip utama yang mendasari pengambilan keputusan kredit yaitu setiap keputusan kredit minimal dilakukan oleh 2 (dua) orang pemegang kewenangan yang berasal dari Business Unit/Credit Recovery Unit dan Credit Risk Management yang saling independen satu dengan lainnya.

2. Exposure Consolidation Principle, merupakan pendekatan dalam rangka risk assessment untuk mengetahui jumlah eksposur kredit yang diperoleh satu 90 Ibid. 91 Ibid. 92

Basril, Regional Credit Recovery Medan, PT Bank Mandiri Wilayah I Medan, wawancara, tanggal 15 Juni 2012

93

Basril, Regional Credit Recovery Medan, PT Bank Mandiri Wilayah I Medan, wawancara, tanggal 15 Juni 2012

debitur group atau non group. Dengan demikian dalam melakukan analisis suatu proposal kredit harus melihat jumlah keseluruhan fasilitas kredit yang diperoleh oleh satu debitur (group atau non group) dari PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero) dan bank/kreditur lainnya.

3. Prinsip one obligatoir, merupakan prinsip dimana suatu kelompok perusahaan yang masing-masing perusahaannya memilliki fasilitas kredit dari PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero) dipandang sebagai satu kesatuan obligatoir. Penerapan prinsip one obligatoir pada dasarnya dilandasi asumsi bahwa untuk perusahaan yang tergabung dalam kelompok usaha, risiko satu debitur/perusahaan dipengaruhi oleh resiko groupnya secara keseluruhan dan sebaliknya, risiko group tersebut dipengaruhi oleh masing-masing perusahaan di dalamnya. Adapun jenis-jenis fasilitas kredit yang diberikan oleh pihak bank, dalam hal ini PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero), kepada (calon) debiturnya, sebagaimana tersebut di atas, yaitu sebagai berikut:94

1. Fasilitas Cash Loan dan Non Cash Loan

a. Fasilitas Cash Loan (fasilitas langsung), merupakan fasilitas kredit yang diberikan dalam bentuk tunai atau dengan pemindahbukuan, dan secara efektif merupakan hutang debitur terhadap bank serta pembukuan fasilitas tersebut mempengaruhi komponen aset pada neraca bank (on balance sheet).

b. Fasilitas Non Cash Loan (fasilitas tidak langsung), merupakan fasilitas kredit yang diberikan dalam bentuk penanggungan (kesanggupan untuk melakukan pembayaran di kemudian hari) sehingga tidak dilakukan penarikan tunai atau pemindahbukuan. Dengan demikian pembukuan fasilitas tersebut tercatat dalam rekening administrasi (off balance sheet).

2. Fasilitas Revolving dan Non Revolving

a. Fasilitas Revolving, merupakan fasilitas yang penggunaan/penarikan dan pelunasannya dapat dilakukan berulang kali dalam jangka waktu fasilitas. b. Fasilitas Non Revolving, merupakan fasilitas yang penggunaan/penarikan dan

pelunasannya tidak dapat dilakukan berulang kali selama jangka waktu fasilitas, namun dilakukan sesuai dengan yang diperjanjikan.

3. Fasilitas Kredit Berdasarkan Jangka Waktu

a. Jangka Pendek, fasilitas kredit yang diberikan memiliki batasan waktu maksimal selama 1 (satu) tahun

b. Jangka menengah, jangka waktu fasilitas kredit lebih dari 1 (satu) tahun sampai dengan 5 (lima) tahun

94

Basril, Regional Credit Recovery Medan, PT Bank Mandiri Wilayah I Medan, wawancara, tanggal 15 Juni 2012

c. Jangka panjang, jangka waktu fasilitas kredit lebih dari 5 (lima) tahun s.d. 15 (lima belas) tahun.

B. Pelaksanaan Pengurusan Piutang Perusahaan Negara pada PT Bank Mandiri Tbk (Persero) (Setelah Dikeluarkannya PP No. 33 Tahun 2006)

Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai pengurusan piutang negara secara umum, dengan mana pengurusan piutang negara tersebut kemudian dilakukan oleh PUPN dan DJKN/KPKNL oleh karena adanya penyerahan pelaksanaan pengurusan piutang negara oleh pihak kreditur.

Hal tersebut bersesuaian dengan amanat undang-undang, utamanya Undang-undang No. 49 Prp Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara. Namun kemudian, pada tahun 2006, Pemerintah mengeluarkan peraturan perundang-undangan berupa Peraturan Pemerintah (PP), yaitu PP No. 33 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara. PP No. 33 Tahun 2006 tersebut kemudian diikuti dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 87/PMK.07/2006 tentang Pengurusan Piutang Perusahaan Negara/Daerah.

Kedua peraturan perundang-undangan tersebut kemudian memberikan perubahan dalam hal melakukan pengurusan piutang perusahaan negara. Hal tersebut dapat dilihat dengan dihilangkannya opsi penggunaan PUPN dalam menyelesaikan

piutang bank. Adapun penanganan kredit bermasalah pada PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero), yaitu sebagai berikut:95

a. Pembinaan Kredit Bermasalah

Pembinaan kredit bermasalah merupakan upaya-upaya yang dilakukan oleh bank dalam rangka pemenuhan ketentuan dan syarat-syarat oleh debitur yang tercantum dalam Perjanjian Kredit, termasuk upaya penagihan. Pembinaan dilakukan kepada debitur yang mana usahanya menunjukkan gejala-gejala ke arah kredit bermasalah namun masih memiliki prospek untuk berjalan sehingga dapat memberikan penghasilan, memiliki itikad baik, memiliki persediaan (inventory) berupa bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi dan atau barang dagangan.

b. Penyelamatan Kredit Bermasalah

Penyelamatan kredit bermasalah adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh bank terhadap debitur kredit bermasalah yang masih memiliki prospek dan kinerja usaha serta kemampuan membayar, dengan tujuan untuk meminimalisir kemungkinan timbulnya kerugian bank dan menyelamatkan kembali kredit yang telah diberikan. Tindakan penyelamatan kredit adalah restrukturisasi kredit.

Restrukturisasi kredit merupakan upaya perbaikan yang dilakukan oleh bank terhadap debitur yang berpotensi atau mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya. Restrukturisasi dilakukan terhadap debitur yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

95

Basril, Regional Credit Recovery Medan, PT Bank Mandiri Wilayah I Medan, wawancara, tanggal 15 Juni 2012

1) Debitur yang berpotensi atau telah mengalami kesulitan pembayaran kewajiban pokok dan atau bunga kredit

2) Debitur memiliki itikad baik dan kooperatif

3) Debitur memiliki prospek usaha yang baik dan diproyeksikan mampu memenuhi kewajiban setelah kredit direstrukturisasi.

Restrukturisasi itu sendiri dapat dilakukan antara lain, melalui: 1. Penurunan suku bunga kredit

2. Perpanjangan jangka waktu kredit 3. Pengurangan tunggakan bunga kredit 4. Penambahan fasilitas kredit

5. Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara. c. Penyelesaian Kredit Bermasalah

Penyelesaian kredit bermasalah adalah upaya yang dilakukan oleh bank untuk menyelesaikan kredit bermasalah (termasuk ekstrakomtabel), setelah usaha-usaha pembinaan dan atau penyelamatan kredit telah dilakukan.

Penyelesaian kredit bermasalah dapat dilaksanakan melalui:

1) Pelunasan. Penyelesaian kredit dengan cara pelunasan dapat dilakukan sekaligus atau bertahap dengan jangka waktu kurang dari 1 (satu) tahun atau bertahap dengan jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun.

2) Pengalihan hutang, dapat dilakukan melalui:

a) Novasi, merupakan penggantian debitur oleh pihak ketiga yang selanjutnya menjadi debitur baru (novator) atas persetujuan bank.

b) Subrogasi, adalah penggantian hak kreditur lama oleh pihak ketiga (sebagai kreditur baru) karena adanya pembayaran hutang debitur oleh kreditur baru tersebut kepada kreditur lama.

c) Cessie, yaitu penyerahan piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya, dengan akta otentik atau dibawah tangan, dimana hak-hak atas kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain.

3) Likuidasi Agunan, merupakan pencairan dana atas fasilitas kredit debitur untuk menurunkan atau melunasi kewajiban kredit debitur kepada bank. Likuidasi agunan dapat dilakukan dengan cara penjualan dan atau penebusan agunan. a) Penjualan agunan, yang dapat dilakukan dengan:

i. Penjualan di bawah tangan, hal ini dapat dilakukan terhadap agunan yang belum/tidak diikat maupun yang telah diikat. Penjualan agunan tersebut dapat dilakukan oleh pemilik agunan tersebut dengan persetujuan debitur sepanjang diperoleh harga tertinggi dan telah mendapat persetujuan bank.

ii. Penjualan dengan cara lelang, merupakan penjualan agunan melalui pelelangan umum dengan harga minimal sebesar nilai limit lelang yang telah ditentukan sebelum lelang dilaksanakan. Hasil pelelangan digunakan untuk menurunkan atau melunasi kewajiban kredit debitur. Adapun jenis penjualan dengan cara lelang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu lelang sukarela dan lelang eksekusi. Lelang sukarela, merupakan penjualan agunan secara lelang yang dilakukan oleh debitur

selaku pemilik agunan atau oleh pemilik agunan atas agunan yang belum/tidak dilakukan pengikatan. Pelaksanaan lelang sukarela harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Sedangkan lelang eksekusi, merupakan penjualan agunan secara lelang yang dilakukan oleh bank atas agunan yang telah dilakukan pengikatan. Dalam melakasanakan lelang eksekusi ini tidak diperlukan adanya persetujuan dari debitur dan/atau pemilik agunan.

b) Penebusan agunan, merupakan pencairan/penarikan agunan kredit dari bank oleh pemilik agunan/ahli waris pemilik agunan (bukan debitur) dalam rangka penyelesaian kredit dengan menyetorkan sejumlah uang yang besarnya ditetapkan oleh bank.

4) Penyelesaian Kredit oleh Pihak Ketiga

a) Melalui Pengadilan Negeri, dapat dilaksanakan melalui eksekusi hak tanggungan/hipotik/creditverband/fidusia dan eksekusi grosse akta pengakuan utang.

b) Melalui Pengadilan Niaga, dilakukan apabila berdasarkan pertimbangan kondisi atau itikad debitur ternyata perlu dilakukan pengajuan kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran utang (PKPU) debitur ke Pengadilan Niaga.

5) Penghapusan Piutang

Dengan dikeluarkannya dan diberlakukannya PP No.33 Tahun 2006 serta PMK No. 87/PMK.07/2006, maka kemudian PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero)

dimungkinkan untuk melakukan penghapusan piutang macet mereka. Hal mana yang kemudian memberikan keleluasaan bagi bank pemerintah, dalam hal ini PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero), untuk mengurus kredit bermasalah, yang telah masuk ke dalam fase kredit macet, sebagaimana yang biasa dilakukan oleh bank-bank swasta.

Pada dasarnya, upaya penghapusan kredit macet tersebut telah dikenal sejak kredit bermasalah bank pemerintah masih dipandang dari perspektif APBN dan diperlakukan sebagai piutang negara atau dengan kata lain ketika PP No. 33 Tahun 2006 serta peraturan pelaksananya belum dikeluarkan. Hanya saja, mekanisme yang dijalankan adalah berbeda.

Sekarang ini, dengan adanya PP No. 30 Tahun 2006, PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero) dapat melakukan sendiri penghapusan piutang tanpa menunggu adanya rekomendasi dari PUPN bahwa piutang tersebut merupakan Piutang Negara Sementara Belum Dapat Ditagih (PSBDT). Penghapusan piutang PT. Bank Mandiri, Tbk (Persero) tersebut, dilakukan dengan mengajukan piutang macet tersebut ke dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

C. Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Pengurusan Piutang

Dokumen terkait