• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Responden

Data responden guru berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2.

Data Reponden Guru Berdasarkan Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Precent Cumulative Percent Valid Laki-Laki 90 46,9 46,9 46,9 Perempuan 102 53,1 53,1 100,0 Total 192 100,0 100,0

Dari tabel 4.2 dapat dilihat jumlah responden guru berdasarkan jenis kelamin, dimana guru yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak sebesar 102 guru atau sebesar 53,1% sedangkan guru yang berjenis kelamin laki-laki lebih sedikit daripada perempuan yaitu sebanyak 90 guru atau sebesar 46.9%. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden guru berjenis kelamin perempuan sebanyak 102 guru atau 53.1%.

b. Pengalaman Mengajar

Data responden guru berdasarkan pengalaman mengajar dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.3.

Data Responden Guru Berdasarkan Pengalaman Mengajar Frequency Percent Valid

Precent Cumulative Percent Valid Junior 43 22,4 22,4 22,4 Menengah 70 36,5 36,5 58,9 Senior 79 41,1 41,1 100,0 Total 192 100,0 100,0

Dari tabel 4.3 dapat dilihat jumlah responden guru berdasarkan pengalaman diklat, dimana dari 192 guru terdapat 43 guru atau 22,4% berada pada masa kerja junior (1-10 tahun), 70 guru atau 36,5% berada pada masa kerja menengah (11-20 tahun), 79 guru atau 41,1% berada pada masa kerja senior (diatas 20 tahun). Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden guru mempunyai masa kerja senior (diatas 20 tahun) yaitu 41,1%.

c. Tingkat Pendidikan

Data responden guru berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.4.

Data Responden Guru Berdasarkan Tingkat Pendidikan Frequency Percent Valid

Precent Cumulative Percent Valid D3 7 3,6 3,6 3,6 S1 157 81,8 81,8 85,4 S2 26 13,5 13,5 99,0 S3 2 1,0 1,0 100,0 Total 192 100,0 100,0

Dari tabel 4.4 dapat dilihat jumlah responden guru berdasarkan pengalaman diklat, dimana dari 192 guru terdapat 7 guru atau 3,6% berada pada tingkat pendidikan D3, 157 guru atau 81,8% berada pada tingkat pendidikan S1, 26 guru atau 13,5% berada pada tingkat

pendidikan S2, dan 2 guru atau 1,0% berada pada tingkat pendidikan S3. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden guru mempunyai tingkat pendidikan S1 yaitu 81,8%.

d. Pengalaman Diklat

Data responden guru berdasarkan pengalaman diklat dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.5.

Data Responden Guru Berdasarkan Pengalaman Diklat Frequency Precent Valid

Precent Cumulative Precent Valid Minimum 158 82,3 82,3 82,3 Menengah 20 10,4 10,4 92,7 Maximum 14 7,3 7,3 100,0 Total 192 100,0 100,0

Dari tabel 4.5 dapat dilihat jumlah responden guru berdasarkan pengalaman diklat, dimana dari 192 guru terdapat 158 guru atau 82,3% berada pada masa diklat minimum (1-30 hari), 20 guru atau 10,4% berada pada masa diklat menengah (31-60 hari), 14 guru atau 7,3% berada pada masa diklat maximum (diatas 60 hari. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden guru mempunyai masa diklat minimum (1-30 hari) yaitu 82,3%.

e. Status Pangkat Golongan Guru

Data responden guru berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.6.

Data Responden Guru Berdasarkan Pangkat Golongan Guru Frequency Precent Valid

Precent Cumulative Precent Valid III/a 21 10,9 10,9 10,9 III/b 31 16,1 16,1 27,1 III/c 46 24 24 51 III/d 7 3,6 3,6 54,7 IV/a 78 40,6 40,6 95,3 IV/b 9 4,7 4,7 100,0 Total 192 100,0 100,0

Dari tabel 4.6 dapat dilihat jumlah responden guru berdasarkan pangkat golongan guru, dimana dari 192 guru terdapat 21 guru atau 10,9% berada pada golongan III/a, 31 guru atau 16,1% berada pada golongan III/b, 46 guru atau 24,0% berada pada golongan III/c, 7 guru atau 3,6% berada pada golongan III/d, 78 guru atau 40,6% berada pada golongan IV/a, dan 9 guru atau 4,7% berada pada golongan IV/b.dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden guru mempunyai pangkat golongan IV/a yaitu 40,6%.

2. Deskripsi Variabel

a. Kemampuan Guru Mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan

Untuk mengetahui kecenderungan kemampuan guru mengimplementasikan standar penilaian pendidikan berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 peneliti membuat lima kategori kecenderungan variabel penilaian, kategori tersebut diperoleh setiap guru berdasarkan jumlah skor dari pernyataan dengan empat opsi jawaban kuesioner yang dipilih guru, di mana skor terendah adalah 19 dan skor tertinggi adalah 76. Penentuan skor untuk pernyataan positif

yaitu; sangat setuju (4), setuju (3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1), dan sebaliknya untuk pernyataan negatif yaitu; sangat tidak setuju (4), tidak setuju (3), setuju (2), sangat setuju (1). Selanjutnya, peneliti menginterpretasikan skor proses penilaian berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan yang tersaji pada tabel berikut:

Tabel 4.7.

Deskripsi Implementasi Proses Penilaian Menurut Guru Kategori Interval Frekuensi Persentase

Sangat Baik ≥ 65 73 38,0

Baik 57 - < 64 78 40,6

Cukup 51 - < 56 38 19,8

Tidak Baik 45 - < 50 3 1,6

Sangat Tidak Baik ≤ 44 0 0

Total 192 100

Pada tabel 4.7 diketahui bahwa dari 192 responden SMK Negeri Se- Kota Yogyakarta terdapat 73 guru (38,0%) memiliki persepsi bahwa kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan sangat baik, 78 guru (40,6%) memiliki persepsi bahwa kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan baik, ada 38 guru (19,8%) memiliki persepsi bahwa kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan cukup, ada 3 guru (1,6%) memiliki persepsi bahwa kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang

Standar Penilaian Pendidikan tidak baik, dan ada 0 guru (0%) memiliki persepsi bahwa kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan sangat tidak baik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan menurut guru SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta cenderung sangat baik dan baik sehingga perlu untuk dipertahankan.

Berdasarkan perhitungan SPSS didapatkan nilai-nilai statistik seperti nampak pada tabel berikut:

Tabel 4.8.

Nilai-Nilai Statistika Implementasi Standar Penilaian Nilai Statistik Skor

Mean 62,29 Median 60,00 Mode 57 Std. Deviation 7,061 Minimum 49 Maximum 76

Berdasarkan tabel diatas nilai-nilai statistika pada tabel 4.8 yaitu mean dengan skor 62,29 masuk dalam kategori baik, standar deviasi sebesar 7,061, median dengan skor 60,00 masuk dalam kategori baik, dan mode dengan skor 57 masuk dalam kategori baik. Dengan demikian nilai- nilai statistika implementasi standar penilaian berdasarkan Kurikulum

2013 Edisi Revisi masuk dalam kategori baik dengan persentase sebesar 40,6% yaitu pada rentang skor 57 - < 64 (Bab 3).

b. Kemampuan Teknologi Informasi/TI

Untuk mengetahui kecenderungan kemampuan TI guru membuat lima kategori kecenderungan variabel kemampuan TI, kategori tersebut diperoleh setiap guru berdasarkan jumlah skor dari pernyataan dengan empat opsi jawaban kuesioner yang dipilih guru, di mana skor terendah adalah 10 dan skor tertinggi adalah 40. Penentuan skor untuk pernyataan positif yaitu; sangat setuju (4), setuju (3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1), dan sebaliknya untuk pernyataan negatif yaitu; sangat tidak setuju (4), tidak setuju (3), setuju (2), sangat setuju (1). Selanjutnya, peneliti menginterpretasikan skor kemampuan TI guru yang tersaji pada tabel berikut:

Tabel 4.9.

Deskripsi Kemampuan TI Menurut Guru

Kategori Interval Frekuensi Persentase

Sangat Mampu ≥ 34 42 21,9

Mampu 30 - < 33 70 36,5

Cukup 27 - < 29 45 23,4

Tidak Mampu 24 - < 26 25 13,0

Sangat Tidak Mampu ≤ 23 10 5,2

Total 192 100

Pada tabel 4.9 diketahui bahwa dari 192 responden SMK Negeri Se- Kota Yogyakarta terdapat 42 guru (21,9%) memiliki persepsi kemampuan TI guru adalah sangat mampu, 70 guru (36,5%) memiliki persepsi bahwa kemampuan TI guru adalah mampu, 45 guru (23,4%)

memiliki persepsi bahwa kemampuan TI guru adalah cukup, 25 guru (13,0%) memiliki persepsi bahwa kemampuan TI guru adalah tidak mampu, dan 10 guru (5,2%) memiliki persepsi bahwa kemampuan TI adalah sangat tidak mampu.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan TI menurut guru SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta cenderung sangat mampu dan mampu sehingga perlu untuk dipertahankan dalam pengembangan dan pemanfaatan TI untuk menunjang kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Berdasarkan perhitungan SPSS didapatkan nilai-nilai statistik seperti nampak pada tabel berikut:

Tabel 4.10.

Nilai-Nilai Statistika Implementasi Kemampuan TI Nilai Statistik Skor

Mean 30,34 Median 30,00 Mode 30 Std. Deviation 4,147 Minimum 15 Maximum 40

Berdasarkan tabel diatas nilai-nilai statistika pada tabel 4.10 yaitu mean dengan skor 30,34 masuk dalam kategori mampu, standar deviasi sebesar 4,147, median dengan skor 30,00 masuk dalam kategori mampu, dan mode dengan skor 30 masuk dalam kategori mampu. Dengan

demikian nilai-nilai statistika implementasi kemampuan TI berdasarkan Kurikulum 2013 Edisi Revisi masuk dalam kategori mampu dengan persentase sebesar 36,5% yaitu pada rentang skor 30 - < 33 (Bab 3).

c. Berdasarkan Frekuensi Mengakses Internet

Data responden guru berdasarkan frekuensi mengakses internet dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.11.

Data Responden Guru Berdasarkan Frekuensi Mengakses Internet

Dari tabel 4.11 dapat dilihat jumlah responden guru berdasarkan frekuensi mengakses internet, dimana dari 192 guru ada 4 guru atau 2,1% berada pada frekuensi sangat sering dalam mengakses internet, 12 guru atau 6,3% berada pada frekuensi sering dalam mengakses internet, 13 guru atau 6,8% berada pada frekuensi cukup dalam mengakses internet, 23 guru atau 12,0% berada pada frekuensi tidak sering dalam mengakses internet, dan 140 guru atau 72,9% berada pada frekuensi sangat tidak sering dalam mengakses internet. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden guru rata-rata frekuensi mengakses internet guru adalah sangat tidak sering (dibawah 19jam/minggu).

Kategori Interval Frekuensi Persentase

Sangat Sering ≥ 33 4 2,1

Sering 27 - < 32 12 6,3

Cukup 23 - < 26 13 6,8

Tidak Sering 20 - < 22 23 12,0

Sangat Tidak Sering ≤ 19 140 72,9

Berdasarkan perhitungan SPSS didapatkan nilai-nilai statistik seperti nampak pada tabel berikut:

Tabel 4.12.

Nilai-Nilai Statistika Implementasi Frekuensi Mengakses Internet Nilai Statistik Skor

Mean 13,49 Median 12,00 Mode 12 Std. Deviation 8,512 Minimum 1 Maximum 40

Berdasarkan tabel diatas nilai-nilai statistika pada tabel 4.12 yaitu mean dengan skor 13,49 masuk dalam kategori sangat tidak sering, standar deviasi sebesar 8,512, median dengan skor 12,00 masuk dalam kategori sangat tidak sering, dan mode dengan skor 12 masuk dalam kategori sangat tidak sering. Dengan demikian nilai-nilai statistika implementasi frekuensi mengakses internet berdasarkan Kurikulum 2013 Edisi Revisi masuk dalam kategori sangat tidak sering dengan persentase sebesar 72,9% yaitu pada rentang skor ≤ 19 (Bab 3).

B. Analisis Data

1. Pengujian Hipotesis a. Hipotesis Pertama

1) Rumusan Hipotesis

� = Tidak ada pengaruh positif kemampuan teknologi informasi guru terhadap kemampuan guru mengimplementasikan

Standar Penilaian Pendidikan berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016

� = Ada pengaruh positif kemampuan teknologi informasi guru terhadap kemampuan guru mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016

2) Hasil Pengujian

Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan SPSS Versi 22.0 didapatkan frekuensi harapan pengaruh kemampuan teknologi informasi guru terhadap kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.13

Tabel Kontigensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Kemampuan TI Guru terhadap Standar Penilaian di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta

Kemampuan Teknologi Informasi

Total Tidak

Mampu Cukup Mampu

Sangat Mampu Standar Penilaian Cukup Count 13 14 12 2 41 Expected Count 7,3 9,4 15,6 8,8 41,0 Residual 5,7 4,6 -3,6 -6,8 Baik Count 14 21 36 7 78 Expected Count 13,8 17,9 29,7 16,7 78,0 Residual 0,2 3,1 6,3 -9,7 Sangat Baik Count 7 9 25 32 73 Expected Count 12,9 16,7 27,8 15,6 73,0 Residual -5,9 -7,7 -2,8 16,4 Total Count 34 44 73 41 192 Expected Count 34,0 44,0 73,0 41,0 192,0 % of Total 17,7% 22,9% 38,0% 21,4% 100,0%

Tabel 4.13 menunjukkan kontigensi dan frekuensi harapan pengaruh kemampuan TI guru terhadap kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Sel matrik frekuensi harapan pada variabel penilaian pembelajaran terhadap kemampuan TI guru, untuk kategori penilaian pembelajaran terdapat kategori sangat tidak baik, tidak baik, cukup, baik, dan sangat baik serta untuk kategori kemampuan TI guru terdapat kategori sangat tidak mampu, tidak mampu, cukup, mampu, sangat mampu dengan kolom (kategori) yang berdekatan digabungkan. Penggabungan dilakukan pada variabel implementasi standar penilaian, sebagai berikut: untuk kategori tidak baik (diberi skor 1) dan kategori cukup (diberi skor 2) digabungkan dan diberi kode 1 dengan kategori cukup. Selain itu, penggabungan juga dilakukan pada variabel kemampuan TI guru, sebagai berikut: untuk kategori sangat tidak mampu (diberi skor 1) dan kategori tidak mampu (diberi skor 2) digabungkan dan diberi kode 1 dengan kategori tidak mampu. Setelah dilakukan penggabungan kategori yang berdekatan menghasilkan sel matrik dengan frekuensi harapan ≥ 5.

Tabel 4.14

Hasil Analisis Chi-Square

Pengaruh Kemampuan TI Guru terhadap Standar Penilaian di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta

Value df Asymp.Sig (2-sided) Pearson Chi-Square 44,175a 6 0,000 Likelihood Ratio 44,146 6 0,000 Linear-by-Linear Association 31,241 1 0,000 N of Valid Cases 192

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,26.

Tabel 4.15

Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pengaruh Kemampuan TI Guru terhadap Standar Penilaian di SMK Negeri Se-Kota

Yogyakarta

Value Approx Sig.

Nominal by Nominal Phi 0,480 0,000

Cramer’s V 0,339 0,000

Contingency Coefficient 0,432 0,000

N of Valid Cases 192

Pada Tabel 4.14 Pearson Chi-Square (x2hitung) sebesar 44,175 (df) = 6 dan nilai Asymp. Sig sebesar 0,000. Nilai signifikansi 0,000

< α 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya ada pengaruh positif dan signifikan kemampuan teknologi informasi terhadap kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Pada Tabel 4.15 menunjukkan nilai Phi yaitu 0,480 bernilai positif sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif, yang artinya semakin tinggi kemampuan teknologi informasi semakin tinggi pula kemampuan guru

mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Selanjutnya setelah diketahui ada pengaruh positif dan signifikan pengaruh kemampuan teknologi informasi terhadap kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dilanjutkan dengan melakukan perhitungan kontingensi (C) untuk mencari besar kecilnya derajat asosiasi. Besar kecilnya derajat asosiasi dapat dihitung dengan rumus kontingensi (C) adalah sebagai berikut:

� = √ , 7 + 9, 7 = 0,432

Hasil perhitungan tersebut selaras dengan Tabel 4.14 pada kolom Contigency Coefficient yaitu sebesar 0,432. Langkah selanjutnya membandingkan nilai C dengan nilai Cmax yang mungkin bisa terjadi. Perhitungan Cmax adalah sebagai berikut:

���� = √ − = 0,816

Jika koefisien C dibandingkan dengan koefisien Cmax maka hasil yang diperoleh sebesar 0,53 (0,432/0,816). Maka kriteria rasio C/Cmax koefisien 0,53 berada pada rentang 0,40-0,599 dengan interprestasi sedang. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh kemampuan teknologi informasi terhadap kemampuan guru

mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dapat diinterprestasikan sedang.

b. Hipotesis Kedua 1) Rumusan Hipotesis

� = Tidak ada pengaruh positif pengalaman pendidikan dan pelatihan guru terhadap kemampuan guru mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016

� = Ada pengaruh positif pengalaman pendidikan dan pelatihan guru terhadap kemampuan guru mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016

2) Hasil Pengujian

Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan SPSS Versi 22.0 didapatkan frekuensi harapan pengaruh pengalaman diklat guru terhadap kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.16

Tabel Kontigensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Pengalaman Diklat Guru terhadap Standar Penilaian di SMK

Negeri Se-Kota Yogyakarta

Pengalaman Diklat Total Minimum Cukup Standar Penilaian Cukup Count 37 4 41 Expected Count 33,7 7,3 41,0 Residual 3,3 -3,3 Baik Count 64 14 78 Expected Count 64,2 13,8 78,0 Residual -2 2 Sangat Baik Count 57 16 73 Expected Count 60,1 12,9 73,0 Residual -3,1 3,1 Total Count 158 34 192 Expected Count 158,0 34,0 192,0 % of Total 82,3% 17,7% 100,0%

Tabel 4.16 menunjukkan kontigensi dan frekuensi harapan pengaruh pengalaman diklat guru terhadap kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Sel matrik frekuensi harapan pada variabel penilaian pembelajaran terhadap pengalaman diklat guru, untuk kategori penilaian pembelajaran terdapat kategori sangat tidak baik, tidak baik, cukup, baik, dan sangat baik serta untuk kategori pengalaman diklat guru terdapat kategori minimum, menengah, dan maximum dengan kolom (kategori) yang berdekatan digabungkan. Penggabungan dilakukan pada variabel implementasi standar penilaian, sebagai berikut: untuk kategori tidak baik (diberi skor 1) dan kategori cukup (diberi skor 2) digabungkan dan diberi kode 1 dengan kategori cukup. Selain itu, penggabungan juga

dilakukan pada variabel pengalaman diklat guru, sebagai berikut: untuk kategori maximum (diberi skor 3) dan kategori cukup (diberi skor 2) digabungkan dan diberi kode 2 dengan kategori cukup. Setelah dilakukan penggabungan kategori yang berdekatan

menghasilkan sel matrik dengan frekuensi harapan ≥ 5.

Tabel 4.17

Hasil Analisis Chi-Square

Pengaruh Pengalaman Diklat Guru terhadap Standar Penilaian di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta

Value df Asymp.Sig (2-sided) Pearson Chi-Square 2,670a 2 0,263 Likelihood Ratio 2,899 2 0,235 Linear-by-Linear Association 2,520 1 0,112 N of Valid Cases 192

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,26.

Pada Tabel 4.17 Pearson Chi-Square (x2hitung) sebesar 2,670 (df) = 2 dan nilai Asymp. Sig sebesar 0,263. Nilai signifikansi 0,263 > α 0,05 sehingga H1 ditolak dan H0 diterima, yang artinya tidak ada pengaruh positif pengalaman pendidikan dan pelatihan terhadap kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

c. Hipotesis Ketiga 1) Rumusan Hipotesis

� = Tidak ada pengaruh positif frekuensi mengakses internet guru terhadap kemampuan guru mengimplementasikan

Standar Penilaian Pendidikan berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016

� = Ada pengaruh positif frekuensi mengakses internet guru terhadap kemampuan guru mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016

2) Hasil Pengujian

Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan SPSS Versi 22.0 didapatkan frekuensi harapan pengaruh frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.18

Tabel Kontigensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Frekuensi Mengakses Internet Guru terhadap Standar Penilaian di SMK Negeri

Se-Kota Yogyakarta

Frekuensi Mengakses Internet

Total Tidak Sering Sangat Tidak

Sering Standar Penilaian Cukup Count 33 8 41 Expected Count 29,9 11,1 41,0 Residual 3,1 -3,1 Baik Count 58 20 78 Expected Count 56,9 21,1 78,0 Residual 1,1 -1,1 Sangat Baik Count 49 24 73 Expected Count 53,2 19,8 73,0 Residual -4,2 4,2 Total Count 140 52 192 Expected Count 140,0 52,0 192,0 % of Total 72,9% 27,1% 100,0%

Tabel 4.18 menunjukkan kontigensi dan frekuensi harapan pengaruh frekuensi mengakses internet guru terhadap kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Sel matrik frekuensi harapan pada variabel penilaian pembelajaran terhadap frekuensi mengakses internet, untuk kategori penilaian pembelajaran terdapat kategori sangat tidak baik, tidak baik, cukup, baik, dan sangat baik serta untuk kategori frekuensi mengakses internet guru terdapat kategori sangat tidak sering, tidak sering, cukup, sering dan sangat sering dengan kolom (kategori) yang berdekatan digabungkan. Penggabungan dilakukan pada variabel implementasi standar penilaian, sebagai berikut: untuk kategori tidak baik (diberi skor 1) dan kategori cukup (diberi skor 2) digabungkan dan diberi kode 1 dengan kategori cukup. Selain itu, penggabungan juga dilakukan pada variabel frekuensi mengakses internet guru, sebagai berikut: untuk kategori sangat sering (diberi skor 5), kategori sering (diberi skor 4), kategori cukup (diberi skor 3) dan kategori tidak sering (diberi skor 2) digabungkan dan diberi kode 2 dengan kategori tidak sering. Setelah dilakukan penggabungan kategori yang berdekatan menghasilkan sel matrik dengan frekuensi harapan ≥ 5.

Tabel 4.19

Hasil Analisis Chi-Square

Pengaruh Frekuensi Mengakses Internet Guru terhadap Standar Penilaian di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta

Value df Asymp.Sig (2-sided) Pearson Chi-Square 2,513a 2 0,285 Likelihood Ratio 2,549 2 0,280 Linear-by-Linear Association 2,493 1 0,114 N of Valid Cases 192

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,10.

Pada Tabel 4.19 Pearson Chi-Square (x2hitung) sebesar 2,513 (df) = 2 dan nilai Asymp. Sig sebesar 0,285. Nilai signifikansi 0,285 > α 0,05 sehingga H1 ditolak dan H0 diterima, yang artinya tidak ada pengaruh positif frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

2. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kemampuan teknologi informasi, pengalaman pendidikan dan pelatihan, dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan pada guru SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta. Berdasarkan hasil peneletian maka dilakukan pembahasan sebagai berikut:

a. Pengaruh Kemampuan Teknologi Informasi terhadap Kemampuan Guru Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan Berdasarkan Kurikulum 2013 Edisi Revisi

Berdasarkan analisis data yang sudah dilakukan didapatkan Pearson Chi-Square 44,175 dan Asymp. Sig (2-tailed) 0,000 < α 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya ada pengaruh positif dan signifikan kemampuan teknologi informasi terhadap kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan pada guru di SMK Negeri Se- Kota Yogyakarta dan dibuktikan dengan Nilai Phi 0,480 menunjukkan nilai positif yang artinya pengaruh yang ada bersifat positif.

Karena terdapat pengaruh positif dan signifikan kemampuan teknologi informasi dapat digunakan untuk memprediksi kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan pada guru-guru di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta. Semakin mampu guru untuk menggunakan teknologi informasi maka akan semakin tinggi kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan maupun peraturan baru lainnya mengenai perubahan kurikulum karena dengan kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi guru dapat dengan cepat untuk

mencari informasi dan wawasan yang berguna untuk menunjang guru dapat mengimplementasikan suatu peraturan.

Pada penelitian ini, variabel kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan menunjukkan bahwa sebagian guru memiliki kemampuan mengimplementasikan dalam kategori baik (78 guru atau 40,6%) dengan nilai rata-rata (mean) 62,29, nilai tengah (median) 60,00, dan nilai modus 57, dimana nilai tersebut terletak pada kategori baik. Telah dijelaskan pada kajian pustaka sebelumnya, secara umum implementasi adalah suatu yang dijalankan berdasarkan kebijakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa implementasi Permendikbud adalah guru menjalankan Permendikbud untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah disampaikan dalam kebijakan pemerintah. Sehingga dapat dikategorikan guru-guru di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta memiliki kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan yang tinggi karena masuk didalam kategori baik.

Sedangkan variabel kemampuan teknologi informasi guru menunjukkan bahwa sebagian guru memiliki kemampuan teknologi dalam kategori mampu (70 guru atau 36,5%) dengan nilai rata-rata (mean) 30,34, nilai tengah (median) 30,00, dan nilai modus 30 dimana nilai tersebut terletak pada kategori mampu. Pada kajian pustaka

sebelumnya dijelaskan bahwa kemampuan teknologi informasi adalah kesanggupan/kecakapan seseorang dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi, seperti komputer dan segala perangkat yang terdapat didalamnya. Sehingga dapat dikategorikan guru-guru di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta memiliki kemampuan teknologi informasi yang tinggi karena masuk didalam kategori mampu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan teknologi informasi tergolong mampu, kemampuan mengimplementasikan Permendikbud tergolong baik dan derajat asosiasi menunjukkan rasio 0,53, hal tersebut menunjukkan bahwa derajat asosiasi yang sedang tidak jauh dari kategori mampu dan baik. Hal ini bisa disebabkan karena adanya pengaruh yang kurang sensitif antara kedua variabel, dimana tidak semua responden mempunyai persepsi yang konsisten.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan sudah baik dan ditunjang dengan kemampuan dalam menggunakan teknologi informasi yang dilakukan oleh guru dengan kemampuan yang baik. Dalam artian semakin tinggi kemampuan guru dalam memanfaat teknologi informasi maka semakin tinggi pula kemampuan guru dalam mengimplementasikan

Dokumen terkait