• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh kemampuan teknologi informasi, pengalaman pendidikan dan pelatihan, dan frekuensi mengakses internet guru terhadap kemampuan guru mengimplementasikan PerMendikbud Nomor 23 tahun 2016 tent

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh kemampuan teknologi informasi, pengalaman pendidikan dan pelatihan, dan frekuensi mengakses internet guru terhadap kemampuan guru mengimplementasikan PerMendikbud Nomor 23 tahun 2016 tent"

Copied!
277
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEMAMPUAN TEKNOLOGI INFORMASI,

PENGALAMAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN, DAN

FREKUENSI MENGAKSES INTERNET GURU TERHADAP

KEMAMPUAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN

PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN PADA GURU-GURU

PNS DI SMK NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Yovita Kasih Purnamawati NIM: 131334053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENGARUH KEMAMPUAN TEKNOLOGI INFORMASI,

PENGALAMAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN, DAN

FREKUENSI MENGAKSES INTERNET GURU TERHADAP

KEMAMPUAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN

PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN PADA GURU-GURU

PNS DI SMK NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Yovita Kasih Purnamawati NIM: 131334053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Saya persembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Orangtua saya

Kakak dan adik saya

Kakung dan Nini saya

Dosen Pembimbing saya

Bapak Ibu Dosen Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi

Teman spesial saya

Sahabat-sahabat payungan skripsi saya, Meoong Nyekripsi

Teman-teman satu angkatan PAK 2013.

(6)

v MOTTO

Give thanks to the Lord, for He is good

(Psalm 136:1)

Bertanggungjawablah dengan apa yang menjadi pilihanmu

I can do all things through Christ which strengtheneth me

(Philippians 4:13)

Therefore I tell you, whatever you ask for in prayer, believe

that you have received it, and it will be yours

(Mark 11:24)

If you have a dream, then you shouldn’t give up no

matter

what. You can’t be successful if you don’t fail

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana selayaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Juli 2017

Penulis

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Yovita Kasih Purnamawati Nomor Mahasiswa : 131334053

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Santa Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Pengaruh Kemampuan Teknologi Informasi, Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan, dan Frekuensi Mengakses Internet Guru Terhadap Kemampuan Guru Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan Pada Guru-Guru PNS di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta Tahun 2017”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan memplubikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 25 Juli 2017

Yang menyatakan

(9)

viii ABSTRAK

PENGARUH KEMAMPUAN TEKNOLOGI INFORMASI,

PENGALAMAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN, DAN FREKUENSI MENGAKSES INTERNET GURU TERHADAP KEMAMPUAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN PADA GURU-GURU PNS DI SMK NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2017

Yovita Kasih Purnamawati Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: 1) kemampuan teknologi informasi guru mempengaruhi kemampuan guru mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016, 2) pengalaman pendidikan dan latihan guru mempengaruhi kemampuan guru mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016, dan 3) frekuensi mengakses internet seorang guru mempengaruhi kemampuan guru mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016.

Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto/non-experimental. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2017. Populasi penelitian ini adalah guru-guru PNS di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta yang berjumlah 876 guru, dengan teknik propotional sampling diambil sampel 206 guru. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan dianalisis menggunakan chi-square.

(10)

ix

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF THE ABILITY OF INFORMATION TECHNOLOGY, EDUCATION AND TRAINING EXPERIENCE, AND FREQUENCY OF ACCESSING INTERNET OF TEACHERS TOWARDS THE TEACHER’S ABILITY IN IMPLEMENTING THE DECREE OF EDUCATION MINISTER

NUMBER 23, 2016 ABOUT EDUCATIONAL ASSESSMENT STANDARDS ON CIVIL SERVANT TEACHERS AT STATE VOCATIONAL HIGH

SCHOOLS IN YOGYAKARTA, 2017

Yovita Kasih Purnamawati Sanata Dharma University

2017

The research aims to find out whether: 1) teachers ability information

technology affects the teacher’s ability to implement the assessment standards

based on The Decree of Education Minister Number 23, 2016, 2) the education and training experience affects the teacher’s ability to implement assessment standards based on The Decree of Education Minister Number 23, 2016, and 3) the frequency of accessing internet affects the teacher’s ability to implement assessment standards based on The Decree of Education Minister Number 23, 2016.

This research is an ex-post facto or non-experimental research. It was conducted from January to March 2017. The population of this research were 876 civil servant teachers in State Vocational High Schools in Yogyakarta. The samples were 206 teachers taken by propotional sampling. Data were collected by using questionnaires and analyzed by chi-square.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas rahmat

dan karuniaNya, sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Kemampuan

Teknologi Informasi, Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan, dan Frekuensi

Mengakses Internet Guru Terhadap Kemampuan Guru Mengimplementasikan

Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian pada Guru-Guru

PNS di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta Tahun 2017” dapat terselesaikan tepat

pada waktunya. Skripsi ini disusun guna untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus

Pendidikan Akuntansi.

Penulis menyadari bahwa proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini

mendapatkan masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

3. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi,

(12)

xi

4. Bapak Drs. F.X. Muhadi, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran

demi kesempurnaan skripsi ini;

5. Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus

Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dan

wawasan dalam proses perkuliahan;

6. Ibu Theresia Aris Sudarsilah selaku Staf Sekretariat Program Studi

Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang

telah membantu kelancaran proses belajar dan administrasi selama ini;

7. Ibu Dra. Darwestri selaku Kepala SMK Negeri 1 Yogyakarta yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di

SMK Negeri 1 Yogyakarta;

8. Bapak Drs. Sentot Hargiardi, M.M. selaku Kepala SMK Negeri 2

Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan penelitian di SMK Negeri 2 Yogyakarta;

9. Bapak Drs. B. Sabri selaku Kepala SMK Negeri 3 Yogyakarta yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di

SMK Negeri 3 Yogyakarta;

10. Bapak Setyo Budi Sungkowo, S.Pd. selaku Kepala SMK Negeri 4

Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

(13)

xii

11. Ibu Wiwik Indriyani, S.Pd., M.Si. selaku Kepala SMK Negeri 5 Yogyakarta

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan

penelitian di SMK Negeri 5 Yogyakarta;

12. Bapak Drs. Rustamaji, M.Pd. selaku Kepala SMK Negeri 6 Yogyakarta

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan

penelitian di SMK Negeri 6 Yogyakarta;

13. Ibu Dra. Titik Komah Nurastuti selaku Kepala SMK Negeri 7 Yogyakarta

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan

penelitian di SMK Negeri 7 Yogyakarta.

14. Orang tua penulis, Fransiskus Xaverius Siyamto dan Marciana Tri

Susilowati yang telah membimbing, membantu, mendukung, mendoakan

dan memotivasi penulis selama ini;

15. Kakak dan adik penulis, Maria Luluh Astiputri dan Fransiskus Possenti

Sandico Saputro yang telah memberikan dukungan doa dan motivasi kepada

penulis;

16. Kakung dan Nini penulis, Emannuel Rudjita dan Martina Radjinem yang

telah memberikan dukungan doa dan motivasi kepada penulis;

17. Alm. Mbah Kakung dan Ninek penulis, Paulus Somoredjo dan Aloysia

Sijam, yang selama hidupnya telah memberikan dukungan doa dan motivasi

kepada penulis;

18. Pakdhe penulis, Rm. Atas Simon Wahyudi, Pr. yang telah membantu,

(14)

xiii

19. Keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan doa dan

memotivasi penulis selama ini;

20. Teman spesial penulis, Jacobus Adhyaksa yang telah membantu,

mendukung, memotivasi penulis selama masa perkuliahan;

21. Sahabat-sahabat payungan skripsi penulis, Meoong Nyekripsi (Miltari,

Melati, Lusi, Dorus, Wiwit, Maesti, Nyoti, Stephani, Johan Della, Kristin,

Fanny, Herlin) yang telah memberikan dukungan, saran dan kritik, dan

motivasi selama penyusunan dan penyelesaian skripsi ini;

22. Sahabat-sahabat penulis, Koplak’s, Holahop, Harta Karun, Bacem, Bunda

dkk, Lucuks, Bahagia, Pak Gito’s Crew, Cah Dolan, Thai’s Vocational

School, Kardusers, Sodarah, Grup’e Cah Atooss, Genk Ijo, Sapi Family,

dan Perhimpunan Tanpa Nama yang telah memberikan dukungan dan

motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan;

23. Seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi angkatan 2013

yang telah menjadi teman seperjuangan dalam meraih gelar Sarjana

Pendidikan;

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan skripsi

ini, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis ini berharap semoga skripsi ini

bermanfaat dalam pengembangan wawasan bagi pembaca. Terima kasih.

Yogyakarta, Juni 2017

(15)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 9

(16)

xv BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka ... 13

1. Kurikulum ... 13

2. Implementasi Kurikulum 2013 ... 28

3. Kemampuan Teknologi Informasi ... 32

4. Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan ... 35

5. Frekuensi Mengakses Internet... 39

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 42

C. Kerangka Berpikir ... 43

D. Rumusan Hipotesis ... 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 50

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 51

D. Populasi dan Sampel ... 52

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 55

F. Teknik Pengumpulan Data ... 58

G. Teknik Analisis Data ... 59

H. Teknik Deskripsi Data... 65

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 74

(17)

xvi

2. Deskripsi Variabel ... 77

B. Analisis Data ... 83

1. Pengujian Hipotesis ... 83

2. Pembahasan ... 93

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 104

B. Keterbatasan Penelitian ... 105

C. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 108

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Struktur Kurikulum Kelompok Mata Pelajaran Pendidikan

Menengah ... 27

Tabel 3.1 Tempat Penelitian SMK Negeri di Kota Yogyakarta ... 51

Tabel 3.2 Data Sampel Guru SMK Negeri dan SMA Negeri Yogyakarta ... 52

Tabel 3.3 Sebaran Sampel Guru PNS SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta ... 55

Tabel 3.4 Kriteria Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan ... 57

Tabel 3.5 Skor Pernyataan Sikap ... 58

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Kuesioner ... 59

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Penelitian Guru Variabel Standar Penilaian (Pertama) ... 61

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Penelitian Guru Variabel Standar Penilaian (Kedua) ... 62

Tabel 3.9 Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Penelitian Guru Variabel Kemampuan Teknologi Informasi ... 63

Tabel 3.10 Kriteria Koefiensi Reliabilitas ... 64

Tabel 3.11 Hasil Pengujian Reliabilitas Kuesioner Variabel Standar Penilaian .... 64

Tabel 3.12 Hasil Pengujian Reliabilitas Kuesioner Variabel Standar Penilaian .... 65

Tabel 3.13 Kriteria Penentuan Derajat Asosiasi ... 71

Tabel 4.1 Data Responden Penelitian ... 73

Tabel 4.2 Data Responden Guru Berdasarkan Jenis Kelamin ... 74

Tabel 4.3 Data Responden Guru Berdasarkan Pengalaman Mengajar ... 75

(19)

xviii

Tabel 4.5 Data Responden Guru Berdasarkan Pengalaman Pendidikan dan

Pelatihan ... 76

Tabel 4.6 Data Responden Guru Berdasarkan Pangkat Golongan Guru ... 77

Tabel 4.7 Deskripsi Implementasi Proses Penilaian Menurut Guru ... 78

Tabel 4.8 Nilai-Nilai Statistika Implementasi Standar Penilaian ... 79

Tabel 4.9 Deskripsi Kemampuan Menurut Guru ... 80

Tabel 4.10 Nilai-Nilai Statistika Implementasi Kemampuan Teknologi Informasi ... 81

Tabel 4.11 Data Responden Guru Berdasarkan Frekuensi Mengakses Internet ... 82

Tabel 4.12 Nilai-Nilai Statistika Implementasi Frekuensi Mengakses Internet ... 83

Tabel 4.13 Tabel Kontingensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Kemampuan Teknologi Informasi Guru terhadap Standar Penilaian di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta ... 84

Tabel 4.14 Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Kemampuan Teknologi Informasi Guru terhadap Standar Penilaian di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta ... 86

Tabel 4.15 Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pengaruh Kemampuan Teknologi Informasi Guru terhadap Standar Penilaian di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta ... 86

(20)

xix

Tabel 4.17 Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Pengalaman Pendidikan dan

Pelatihan Guru terhadap Standar Penilaian di SMK Negeri Se-Kota

Yogyakarta ... 90

Tabel 4.18 Tabel Kontingensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Frekuensi

Mengakses Internet Guru terhadap Standar Penilaian di SMK Negeri

Se-Kota Yogyakarta ... 91

Tabel 4.19 Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Frekuensi Mengakses Internet

Guru terhadap Standar Penilaian di SMK Negeri Se-Kota

(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 112

Lampiran 2 Surat Penelitian Selesai ... 126

Lampiran 3 Kuesioner dan Lembar Jawaban ... 134

Lampiran 4 Tabulasi Data Responden Guru SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta... 141

Lampiran 5 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 194

Lampiran 6 Deskripsi Butir Kuesioner ... 201

Lampiran 7 Deskripsi Data ... 210

Lampiran 8 Analisis Chi-Square ... 216

(22)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat menentukan kemajuan

suatu bangsa. Kualitas SDM bergantung pada kualitas pendidikan dan peran

pendidikan untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka dan

demokratis. Oleh sebab itu, komponen dari sistem pendidikan nasional harus

senantiasa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang

terjadi, baik pada tingkat lokal, nasional maupun global. Salah satu komponen

penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum. Definisi pendidikan (Rulam

Ahmadi, 2014:38) menurut Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pelaksanaan pendidikan di Indonesia akan berjalan dengan sistematis,

menggunakan perangkat atau yang biasa disebut kurikulum. Sedangkan

pengertian kurikulum menurut Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003

(23)

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu. Hal ini berarti kurikulum merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari pendidikan atau pengajaran.

Berbicara tentang kurikulum di Indonesia saat ini, dikatakan bahwa di

Inonesia selalu terjadi perbaikan kurikulum dari waktu ke waktu. Salah satu

perubahan kurikulum yang terjadi yaitu perubahan KTSP ke Kurikulum 2013.

Perubahan ini merupakan salah satu upaya memperbaharui setelah

dilakukannya penelitian untuk pengembangan kurikulum yang sesuai dengan

kebutuhan generasi muda. Kurikulum 2013 (Sunarti 2014:1-2) memadukan tiga

konsep yang menyeimbangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Melalui

konsep itu, keseimbangan antara hard skill dan soft skill dimulai dari Standar

Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian dapat

diwujudkan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern

dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah

(scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi

mengamati, menanya, mengumpulkan data, menalar, dan mengomunikasikan

untuk semua mata pelajaran. Melalui pendekatan ilmiah, diharapkan peserta

didik memiliki kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan yang jauh

lebih baik sehingga peserta didik akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih

(24)

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa Indonesia saat ini kembali

melakukan perbaikan kurikulum yaitu dari Kurikulum 2013 lama ke Kurikulum

2013 Edisi Revisi. Kurikulum 2013 Edisi Revisi tersebut sebenarnya telah

dilakukan sejak bulan Januari 2015 hingga akhir bulan Oktober 2015,

perevisian Kurikulum 2013 dilakukan berdasarkan berbagai masukan dari

publik para ahli dan para pegiat serta pemerhati pendidikan.

Perubahan-perubahan yang terjadi dari Kurikulum 2013 yang lama ke Kurikulum 2013

Edisi Revisi yaitu penilaian sikap Kompetensi Inti 1 dan Kompetensi Inti 2

sudah ditiadakan disetiap mata pelajaran. Penilaian Kompetensi Inti 1 dan

Kompetensi Inti 2 hanya ada pada mata pelajaran Agama dan PPKn namun

Kompetensi Inti tetap dicantumkan dalam penulisan RPP. Jika ada 2 nilai

praktek dalam 1 Kompetensi Dasar, maka yang diambil adalah nilai yang

tertinggi. Untuk penghitungan nilai keterampilan dalam 1 Kompetensi Dasar

ditotal (praktek, produk, dan portofolio) dan diambil nilai rata-rata untuk

pengetahuan, bobot penilaian harian dan penilaian akhir semester itu sama.

Pendekatan scientific approach 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan

data, menalar, dan mengomunikasikan) bukanlah satu-satunya metode saat

mengajar dan apabila digunakan maka susunannya tidak harus berurutan.

Silabus Kurikulum 2013 Edisi Revisi lebih ramping hanya 3 kolom yaitu

Kompetensi Dasar, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Perubahan

terminologi ulangan harian menjadi penilaian harian, UAS menjadi penilaian

(25)

Dan sudah tidak ada lagi UTS, namun langsung penilaian akhir semester.

Dalam RPP Kurikulum 2013 Edisi Revisi tidak perlu disebutkan nama metode

pembelajaran yang digunakan dan materi dibuat dalam bentuk lampiran dengan

rubik penilaian. Skala penilaian Kurikulum 2013 Edisi Revisi menjadi 1-100.

Penilaian sikap diberikan dalam bentuk predikat dan deskripsi. Remedial

diberikan untuk yang kurang namun sebelumnya peserta didik diberikan

pembelajaran ulang. Nilai remidi adalah nilai yang dicantumkan dalam hasil

pembelajaran.

Segala perubahan peraturan pendidikan di Indonesia merupakan upaya

untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Perubahan kurikulum

yang terbaru ini justru memicu keluhan-keluhan. Guru-guru merasa susah

menyesuaikan dengan perubahan kurikulum yang baru dan akan bertahan

dengan kebiasaan lama. Pergantian kurikulum yang terlalu sering juga menjadi

masalah guru yang harus memenuhi tugas administrasi. Di antaranya, membuat

program tahunan, program semester, silabus, rencana pembelajaran, dan

evaluasi pembelajaran. Di sela-sela mengajar, guru akan direpotkan segudang

tugas administrasi tersebut. Jika administrasinya kocar-kacir, guru akan

kesulitan naik pangkat. Sebab administrasi mengajar merupakan syarat wajib

penilaian kenaikan pangkat. Kesulitan yang jelas adalah guru menjadi tidak

fokus dalam menerapkan perubahan kurikulum. Guru-guru juga kurang

(26)

tentang Kurikulum 2013 Edisi Revisi yang terlalu mepet waktu masuk tahun

ajaran baru membuat guru kurang persiapan, sehingga ketika guru menerapkan

Kurikulum 2013 Edisi Revisi ini tidak maksimal. Selain itu, kemampuan guru

dalam menggunakan teknologi informasi harus semakin berkembang sesuai

dengan perkembangan IPTEK pula. Hal ini dikarenakan dengan adanya

teknologi informasi guru semakin mudah untuk mengakses materi yang akan

diberikan kepada peserta didik dan mengolah nilai peserta didik, misalnya

dengan mengadakan UHBK (Ulangan Harian Berbasis Komputer) dimana guru

akan memberikan soal kepada peserta didik melalui sebuah website dan nilai

yang diperoleh oleh peserta didik dalam dilihat langsung oleh peserta didik,

selain itu juga pemanfaat dan penggunaan ICT (Information and

Communication Technologies) pada saat guru melaksanakan pembelajaran.

Pada jaman yang modern ini pula guru sudah bisa menggunakan internet yang

dapat digunakan untuk menunjang dalam penerapan Kurikulum 2013 Edisi

Revisi, namun sayangnya masih sedikit contoh/informasi yang diberikan

melalui internet mengenai Kurikulum 2013 Edisi Revisi.

Atas dasar kenyataan tersebut, hal inilah yang mendorong penulis untuk

mengkaji dan meneliti, sehingga penulis mengangkat judul: “Pengaruh

Kemampuan Teknologi Informasi, Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan, dan

Frekuensi Mengakses Internet Guru Terhadap Kemampuan Guru

(27)

Penilaian Pendidikan pada Guru-Guru PNS di SMK Negeri Se-Kota

Yogyakarta Tahun 2017”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang di kemukakan di atas, penulis mengidentifikasi

permasalahan yang dimunculkan dari judul yang penulis pilih dalam kaitannya

dengan kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23

Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan pada SMK Negeri se-Kota

Yogyakarta, diantaranya sebagai berikut:

1. Perubahan Kurikulum 2013 ke Kurikulum 2013 Edisi Revisi,

2. Kurangnya kesiapan guru terhadap perubahan kurikulum,

3. Kurangnya keterampilan, pengetahuan, serta kemampuan guru dalam

memahami tugas-tugas yang diemban dan dilaksanakan,

4. Kekurangan dan kelemahan dalam mengimplementasikan Kurikulum

2013,

5. Kurangnya kemampuan menerjemahkan kurikulum ke dalam operasi

pembelajaran,

6. Kurangnya pengalaman mengajar guru, tingkat pendidikan dan pangkat

golongan guru yang masih rendah,

7. Kurangnya pengalaman pendidikan dan pelatihan guru yang berpengaruh

(28)

8. Kurangnya sumber belajar, penguasaan teknologi informasi dan frekuensi

mengakses internet guru untuk menunjang kemampuan

mengimplementasikan Kurikulum 2013 Edisi Revisi, dan

9. Kesibukan guru yang terlalu banyak sehingga mengganggu proses

penilaian peserta didik oleh guru di sekolah.

C. Batasan Masalah

Mengingat begitu luasnya ruang lingkup pada penelitian ini dan

minimumnya biaya penelitian, maka penulis membatasi permasalahan sebagai

berikut :

Kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun

2016 tentang Standar Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 edisi revisi

ditinjau dari Kemampuan Teknologi Informasi (TI) guru, pengalaman

pendidikan dan pelatihan/diklat guru, dan frekuensi mengakses internet seorang

guru.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan dengan batasan masalah diatas, maka dirumuskan masalah

(29)

Masalah Umum

Apakah latar belakang guru mempengaruhi kemampuan guru

mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar

Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 Edisi Revisi?

Masalah Khusus

1.1 Apakah kemampuan Teknologi Informasi (TI) guru mempengaruhi

kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun

2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 Edisi

Revisi?

1.2 Apakah pengalaman pendidikan dan latihan/diklat guru mempengaruhi

kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun

2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 Edisi

Revisi?

1.3 Apakah frekuensi mengakses internet guru mempengaruhi mempengaruhi

kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun

2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 Edisi

(30)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dengan rumusan masalah diatas, maka diuraikan tujuan

penelitian sebagai berikut:

Tujuan Umum

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui apakah:

Latar belakang guru mempengaruhi kemampuan mengimplementasikan Standar

Penilaian Pendidikan berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah:

1.1 Kemampuan Teknologi Informasi (TI) guru mempengaruhi kemampuan

guru mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan berdasarkan

Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016.

1.2 Pengalaman Pendidikan dan Latihan/diklat guru mempengaruhi

kemampuan guru mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan

berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016.

1.3 Frekuensi mengakses internet seorang guru mempengaruhi kemampuan

guru mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan berdasarkan

(31)

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan dengan tujuan penelitian diatas maka dapat diuraikan

manfaat penelitian sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini digunakan sebagai bahan acuan/pertimbangan dalam

akademik tentang pengaruh kemampuan teknologi informasi, pengalaman

pendidikan dan pelatihan, dan frekuensi mengakses internet guru terhadap

kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun

2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 Edisi

Revisi.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai:

1) Informasi tentang kemampuan guru mengimplementasikan standar

penilaian pendidikan berdasarkan Kurikulum 2013 Edisi Revisi

dilapangan, supaya dapat menjadi bahan kajian lebih serius

tentang kurikulum yang baru ini,

2) Pertimbangan dalam memperbaiki kurikulum di Indonesia, dan

3) Alat untuk memonitori seberapa siap sekolah-sekolah di Kota

Yogyakarta dalam menerapkan Standar Penilaian Pendidikan

(32)

4) Bahan pertimbangan tentang pengadaan alat komunikasi, media

pembelajaran online, dan jejaring sosial pada tingkat pusat yang

dapat menunjang dalam penerapan Permendibud Nomor 23 Tahun

2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum

2013 Edisi Revisi,

5) Bahan acuan dalam pemberian pendidikan dan pelatihan kepada

guru yang sesuai agar dapat direalisasikan oleh guru dalam

menerapkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang

Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 Edisi Revisi.

b. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dijadikan sebagai:

1) Bahan acuan sekolah untuk melihat ketercapaian tujuan-tujuan

pendidikan berdasarkan kurikulum yang diterapkan di sekolah

tersebut,

2) Bahan acuan guru dalam memahami perubahan Permendikbud

dalam Kurikulum 2013 Edisi Revisi, dan

3) Pertimbangan untuk pengadaan alat/media komunikasi dan

jejaring sosial yang diperlukan sekolah/guru/peserta didik yang

dapat menunjang implementasi Permendikbud Nomor 23 Tahun

2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum

(33)

3. Bagi perguruan tinggi

Hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan acuan akademik

mahasiswa/pembaca untuk menambah wawasan tentang pengaruh

kemampuan teknologi informasi, pengalaman pendidikan dan

pelatihan, dan frekuensi mengakses internet guru terhadap kemampuan

guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016

tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 Edisi

(34)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka 1. Kurikulum

a. Pengertian Kurikulum

Pengertiaan kurikulun (Kurniasih, 2014:3) secara etimologis

adalah tempat berlari dengan kata yang berasal dari bahasa Latin curir

yaitu pelari, dan curere yang artinya tempat berlari. Kurikulum

merupakan sesuatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari

garis awal atau start sampai dengan finish. Dalam dunia pendidikan

pengertian kurikulum adalah sebagai rencana dan pengaturan tentang

sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam

menempuh pendidikan di lembaga pendidikan.

Dictionary of Education menyatakan bahwa curriculum is a

general loverall plan of the content or specific studies of that the

schollshoul ofter the student by way qualifying him for graduation or

certification or for entrance intoa professional or a vocational field.

Menurut Harold B. Albertycs, dalam Reorganizing the High

School Curriculum (1965) memandang kurikulum sebagai, “all of the

activities that are provided for students by the school.” Kurikulum

tidak terbatas pada mata pelajaran, akan tetapi juga meliputi kegiatan

– kegiatan lain, di dalam dan diluar kelas, yang berada dibawah

(35)

Hal ini sesuai dengan pengertian kurikulum dari

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

yang menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengetahuan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan tertentu.

Kurikulum dalam arti luas atau modern tidak hanya mencakup

tentang rencana pembelajaran, akan tetapi juga mencakup tentang

segala sesuatu yang nyata yang terjadi dalam proses pendidikan di

sekolah, baik di dalam ataupun di luar kelas. Maka kurikulum bisa

diartikan juga sebagai entitas pendidikan yang mengatur tentang

kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler.

Kurikulum secara garis besar mempunyai tiga ranah

(Sukmadinata, 2013:27), yaitu: kurikulum sebagai substansi,

kurikulum sebagai sistem dan kurikulum sebagai bidang studi.

Kurikulum sebagai substansi adalah kurikulum dipandang sebagai

rencana pendidikan di sekolah atau sebagai suatu perangkat tujuan

yang ingin dicapai. Kurikulum sebagai sistem adalah sistem

kurikulum yang merupakan bagian dari sistem sekolah, sistem

pendidikan, dan sistem masyarakat. Hasil dari sistem kurikulum

adalah tersusunnya suatu kurikulum. Kurikulum sebagai sistem

mempunyai fungsi bagaimana cara memelihara kurikulum agar tetap

(36)

sebagai suatu disiplin yang dikaji di lembaga pendidikan seperti

perguruan tinggi. Tujuan kurikulum sebagai suatu bidang studi adalah

untuk mengembangkan ilmu kurikulum dan sistem kurikulum.

Secara umum kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan

sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan. Dari uraian

diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah sesuatu yang

direncanakan sebagai pedoman yang dapat memberikan pengaruh

kepada peserta didik untuk mencapai tujuan persekolahannya.

b. Fungsi Kurikulum

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menjelaskan tentang definisi kurikulum yang

telah diuraikan sebelumnya. Berdasarkan definisi tersebut terdapat

empat fungsi kurikulum (Reksoatmodjo, 2010:4-5), yaitu:

1) Kurikulum sebagai rencana. Kegiatan sebagai rencana kegiatan

belajar mengajar dikembangkan berdasarkan suatu tujuan yang

ingin dicapai (Taba, 1962:11).

2) Kurikulum sebagai pengaturan. Pengaaturan dalam kurikulum

dapat diartikan sebagai pengorganisasian materi pembelajaran pada

arah horizontal (ruang lingkup dan integrasi) dan vertikal (urutan

dan kontinuitas).

3) Kurikulum sebagai cara. Pengorganisasian kurikulum

mengisyaratkan penggunaan metode pembelajaran yang efektif

(37)

erat hubungannya dengan sifat materi pelajaran atau pratikum dan

tingkat penguasaan yang ingin dicapai.

4) Kurikulum sebagai pedoman. Kurikulum sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran harus memiliki kejelasan

tentang gagasan-gagasan dan tujuan yang hendak dicapai melalui

penerapan kurikulum.

c. Perkembangan Kurikulum

Kurikulum yang diterapkan sudah mengalami beberapa pergantian

yang dikelompokan berdasarkan tiga kelompok kurikulum, yaitu

rencana pelajaran, kurikulum berbasis tujuan, dan kurikulum

berorientasi kompetensi. Adapun perkembangan kurikulum yang telah

terjadi di Indonesia (Kurniasih, 2014:10-22) adalah sebagai berikut:

1) Kurikulum Rencana Pembelajaran (1947-1968)

Dari rentang waktu 1947-1968 telah terjadi beberapa pergantian

kurikulum, diantaranya adalah:

a) Kurikulum Tahun 1947 (Rencana Pembelajaran 1947)

Rencana pembelajaran 1947 sebagai pengganti sistem

pendidikan kolonial Belanda dan kurikulum ini tujuannya tidak

menekankan pada pendidikan pikiran, tetapi yang diutamakan

adalah pendidikan watak, kesadaran bernegara dan

bermasyarakat, karena hal itulah yang mendesak pada saat itu.

(38)

mata pelajaran dan jam pelajarannya, dan (2) garis – garis besar

pengajaran

Rencana pembelajaran 1947 baru dilaksanakan oleh sekolah-

sekolah pada tahun 1950.

b) Kurikulum 1952 (Rencana Pembelajaran Terurai)

Pada tahun ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang

dijabat oleh Mr. Soewandi melakukan usaha untuk mengubah

sistem pendidkan dan pengajaran. Kemudian dibentuklah Panitia

Penyelidik Pengajaran dalam merangka mengubah sistem

pendidikan kolonial ke dalam sistem pendidikan nasional. Hasil

dari panitia tersebut adalah menyangkut kurikulum rencana

pembelajaran pada setiap tingkat pendidikan harus

mempertahankan hal-hal sebagai berikut (Depdikbud,1979:

108): (1) pendidikan pikiran harus dikurangi, (2) isi pelajaran

harus dihubungkan terhadap kesenian, (3) pendidikan watak, (4)

pendidikan jasmani, dan (5) kewarganegaraan dan masyarakat.

Maka setelah undang–undang Pendidikan dan Pengajaran

Nomor 4 Tahun 1950 dikeluarkan, maka lahirlah beberapa hal

penting:

(1) Kurikulum pendidikan rendah ditunjukkan untuk

menyiapkan anak memiliki dasar–dasar pengetahuan,

kecakupan, dan ketangkasan baik lahir maupun batin serta

(39)

(2) Kurikulum pendidikan menengah ditunjukkan untuk

menyiapkan pelajar ke pendidikan tinggi serta mendidik

tenaga ahli dalam berbagai lapangan khusus sesuai dengan

bakat masing- masing dan kebutuhan masyarakat.

(3) Kurikulum pendidikan tinggi ditujukan untuk

menyiapkan pelajaran agar dapat menjadi pimpinan dalam

masyarakat, dan dapat memelihara kemajuan ilmu, dan

kemajuan hidup kemasyarakatan.

c) Rencana Pembelajaran 1964

Rencana Pendidikan 1964 melahirkan kurikulum yang menitik

beratkan pada pengembangan daya cipta, rasa, karya dan moral,

yang kemudian dikenal dengan istilah Pancawardhana, karena

lima kelompok bidang studi, yaitu kelompok perkembangan

moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keterampilan, dan

jasmaniah. Pada saat itu pendidikan dasar lebih menekankan

pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis, yang

disesuaikan dengan perkembangan anak.

d) Kurikulum 1968

Pada kurikulum ini lebih menitik beratkan pada mempertinggi

mental-moral budi pekerti dan memperkuat keyakinan

beragama, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan,

(40)

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964,

yaitu dilakukannya perubahan struktur pendidikan dan

Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,

pengetahuan dasar dan kecakupan khusus. Dilihat dari segi

tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan

ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila

sejati, kuat dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan

keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan

beragama. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi

materi pelajaran: (1) kelompok pembinaan pancasila, (2)

pengetahuan dasar, (3) kecakapan khusus (dengan total jumlah

pelajaranya sembilan).

2) Kurikulum Berorentasi Pancapaian Tujuan (1975-1994)

Dari rentang waktu 1975-1994 telah terjadi beberapa pergantian

kurikulum, diantaranya adalah:

a) Kurikulum 1975

Pada kurikulum inilah untuk pertama kalinya terlihat dengan

jelas tujuan pendidikan. Dari tujuan pendidikan tersebut

dijabarkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai seperti tujuan

intruksional umum, tujuan intruksional khusus dan berbagai

rincian lainnya sehingga jelas apa yang akan dicapai melalui

(41)

Kurikulum 1975 dimaksudkan untuk mencapai tujuan

pendidikan sekolah yang secara umum mengharapkan

lulusannya: (a) memiliki sifat-sifat dasar sebagai negara yang

baik, (b) sehat jasmani dan rohani, (c) memiliki pengetahuan,

keterampilan dan sikap dasar yang diperlukan untuk

melanjutkan pelajaran, (d) bekerja di masyarakat, dan (e)

mengembangkan diri sesuai asas lingkungan hidup.

b) Kurikulum 1984

Pada dasarnya materi pada kurikulum 1984 ini tidak banyak

berbeda dengan materi Kurikulum 1975, yang berbeda adalah

organisasi pelaksanaanya saja, sehingga dengan demikian

Kurikulum 1984 dapat dilaksanakn dengan memanfaatkan

bahan-bahan dan buku-buku yang telah ada sebelumnya.

Kemudian semua pendekatan dalam proses pembelajaran pada

Kurikulum Sekolah Dasar 1984 diarahkan guna membentuk

keterampilan murid untuk memproses.

Hal yang menonjol dalam pelaksanaan kurikulum ini adalah

adanya Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan sistem spiral.

Disini peserta didik akan lebih dilibatkan dalam pengembangan

proses belajar mengajar. Meski sistem instruksional masih tetap

dipertahankan namun peserta didik diberi kebebasan untuk

mencapai tujuan tersebut. Selain itu, ada pula sistem spiral yang

(42)

kedalaman materi. Semakin tinggi jenjang pendidikannya, maka

materi yang diberikan akan semakin dalam dan detail.

c) Kurikulum 1994

Lahirnya Undang-Undang Pokok Pendidikan Nasional Nomor 2

Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional maka dirasa

perlu menyusun suatu kurikulum baru sebagai penyempurnaan

dari Kurikulum 1984. Kurikulum ini dilaksanakan dan

diberlakukan mulai tahun 1994/1995 dan secara bertahap.

Dimulai pada tahun 1994/1995 Kurikulum 1994 untuk kelas 1

dan 4 SD, kelas 1 SMP, dan kelas 1 SMA . Dengan demikian di

dalam jangka waktu seluruh Kurikulum 1994 itu telah

dilaksanakan.

3) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004

Kurikulum 1994 digantikan oleh Kurikulum Berbasis Kompetensi

(KBK), seiring pergantian kekuasaan. Kurukulum ini

mengharapkan agar siswa yang mengikuti pendidkan di sekolah

memmilki kompetensi yang diinginkan karena konsentrasi

kompetensi adalah pada perpaduan antara pengetahuan,

keterampilan, nilai serta sikap yang ditunjukkan dalam kebiasaan

berpikir dan bertindak.

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mencakup beberapa

kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang harus

(43)

membantu siswa mengusai kompetensi-kompetensi agar tujuan

pembelajaran tercapai.

4) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan (KTSP)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan (KTSP) ini disusun untuk

menjalankan amanah yang tercamtum dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

(Muslich 2009:1). Guru memiliki otoritas dalam mengembangkan

kurikulum secara bebas dengan memperhatikan karakteristik

peserta didik dan lingkungan di sekolah masing-masing.

5) Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi

pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik secara

seimbang.

Terdapat empat aspek yang menjadi fokus dalam rencana

implementasi dan keterlaksanaan Kurikulum 2013:

a) Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar yang

menyangkut metodologi pembelajaran yang nilainya pada

pelaksanaan uji kompetensi baru mencapai rata-rata 46,66.

b) Kompetensi akademik dimana guru harus menguasai metode

(44)

c) Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar tidak

bertinadak asosial kepada peserta didik dan sederajat lainnya.

d) Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena guru sebagai

seorang yang akan digugu dan ditiru peserta didik.

6) Kurikulum 2013 Edisi Revisi

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan resmi meluncurkan revisi

Kurikulum 2013 di Depok pada tanggal 20 Februari 2016. Mulai

Juli 2016, Kurikulum 2013 Edisi Revisi akan diberlakukan secara

nasional. Perubahan Kurikulum 2013 pada tahun 2016 memiliki

pokok bagian penting yang harus guru cermati. Berbagai perubahan

kompetensi pada Kurikulum 2013 antara lain:

a) Nama Kurikulum menjadi Kurikulum 2013 Edisi Revisi yang

berlaku secara Nasional.

b) Penilaian sikap KI 1 dan KI 2 sudah ditiadakan di setiap mata

pelajaran, hanya mata pelajaran agama dan PPKn namun KI

tetap dicantumkan dalam penulisan RPP.

c) Jika ada dua nilai praktik dalam 1 KD, maka yang diambil

adalah nilai yang tertinggi. Perhitungan nilai keterampilan

dalam 1 KD ditotal (praktik, produk, dan portofolio) dan diambil

nilai rata-rata. Perhitungan nilai pengetahuan bobot penilaian

(45)

d) Pendekatan saintifik 5M bukanlah satu-satunya metode saat

mengajar dan apabila digunakan susunannya tidak harus

berurutan.

e) Silabus Kurikulum 2013 edisi revisi lebih ramping hanya 3

kolom, yaitu KD, meteri pembelajaran dan kegiatan

pembelajaran.

f) Perubahan terminology ulangan harian menjadi penilaian harian,

UAS menjadi penilaian akhir semester untuk semester 1

sedangkan penilaian akhir tahun untuk semester 2 dan sudah

tidak ada lagi UTS langsung ke penilaian akhir semester.

g) Dalam RPP tidak perlu disebutkan nama metode pembelajaran

yang digunakan dan materi dibuat dalam bentuk lampiran

berikut rubrik penilaiannya (jika ada).

h) Skala penilaian menjadi 1-100. Penilaian sikap diberikan dalam

bentuk predikat dan deskripsi.

i) Remedial diberikan untuk nilai siswa dibawah KKM namun

sebelumnya peserta didik diberikan pembelajaran ulang. Nilai

remedial inilah yang dicantumkan dalam hasil.

d. Perbaikan dalam Kurikulum 2013

Dari perkembangan kurikulum yang telah dilakukan dari masa ke

masa, terdapat empat poin perbaikan dalam dokumen kurikulum

(46)

1) Kompleksitas pembelajaran dan penilaian sikap spiritual dan sikap

sosial,

2) Ketidakselarasan antara KI-KD dengan silabus dan buku,

3) Penerapan proses berpikir 5M (mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan)

sebagai metode pembelajaran yang bersifat prosedural dan

mekanistik, dan

4) Pembatasan kemampuan siswa melalui pemenggalan taksonomi

proses berpikir antar jenjang.

Dari permasalahan tersebut maka maka dilakukan perbaikan dan

pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu:

1) Penataan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial pada semua

mata pelajaran, dilakukan sebagai pembelajaran tidak langsung dan

tidak dinilai secara langsung oleh guru mata pelajaran,

2) Koherensi KI-KD penyelerasan dokumen dengan adanya

penjelasan mengenai karakteristik mata pelajaran yang berisi

tentang ruang lingkup materi, tata urutan penyajian pembelajaran,

dan pentahapan per jenjang,

3) Pemberian ruang kreatif kepada guru dalam mengimplementasikan

kurikulum tidak hanya menggunakan metode pembelajaran 5M

yang dianggap sebagai satu-satunya pendekatan dalam

(47)

4) Penataan kompetensi yang tidak dibatasi oleh pemenggalan

taksonomi proses berpikir dan pada perbaikan Kurikulum 2013

menuntut kecakapan berpikir tingkat tinggi yang ingin dibangun

sejak dini pada siswa jenjang pendidikan dasar.

e. Struktur Kurikulum SMK/MAK

Kurikulum 2013 dirancang dengan pandangan bahwa SMA/MA

dan SMK/MAK pada dasarnya adalah pendidikan menengah,

pembedanya hanya pada pengakomodasian minat peserta didik saat

memeasuki pendidikan menengah. Untuk mewadahi konsep kesamaan

muatan antara SMA/MA dan SMK/MAK, maka dikembangkan

stuktur kurikulum pendidikan menengah, terdiri atas kelompok mata

pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan. Mata pelajaran wajib

mencakup sembilan mata pelajaran dengan beban belajar 24 jamper

minggu. Isi kurikulum (KI dan KD) dan mata pelajaran pilihan

akademik untuk SMA/MA serta pilihan akademik dan vokasional

untuk SMK/MAK. Mata pelajaran pilihan ini memberi corak kepada

fungsi satuan pendidikan dan didalamnya terdapat pilihan sesuai minat

peserta didik. Beban belajar di SMA/MA untuk tahunX, XI, dan XII

masing-masing 42, 44, dan 44 jam pelajaran per minggu satu jam

belajar adalah 45 menit. Sedangkan beban belajar untuk SMK/MAK

adalah 48 jam pelajaran per minggu. Oleh karena itu, struktur umum

SMK/MAK sama dengan struktur umum SMA/MA, yakni ada tiga

(48)

Wajib B), dan Kelompok C (Peminatan). Adapun contoh struktur

umum program keahlian SMK/MAK (Panduan Penilaian Pada SMK,

2015: 6) terlihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1

Struktur Kurikulum Kelompok Mata Pelajaran Pendidikan Menengah Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan

B per minggu 24 24 24

Kelompok C (Peminatan)

Mata Pelajaran Peminatan Akademik

(SMA/MA) 18 20 20

Mata Pelajaran Peminatan Akademik

dan Vokasi (SMK/MAK) 24 24 24 Jumlah Jam Pelajaran Yang Harus

Ditempuh Perminggu (SMA/MA) 42 44 44 Jumlah Jam Pelajaran Yang Harus

(49)

2. Implementasi Kurikulum 2013 a. Pengertian Implementasi

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement

yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan

penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan

dampak atau akibat terhadap

sesuatu.(

http://www.materibelajar.id/2015/12/definisi-implementasi-dan-teori.html).

Pengertian implementasi juga dikemukakan oleh beberapa ahli,

yaitu:

1) Pendapat Cleaves (Wahab 2008;187), yang secara tegas

menyebutkan bahwa implementasi itu mencakup “Proses bergerak

menuju tujuan kebijakan dengan cara langkah administratif dan

politik”. Keberhasilan atau kegagalan implementasi sebagai

demikian dapat dievaluasi dari sudut kemampuannya secara nyata

dalam meneruskan atau mengoperasionalkan program-program

yang telah dirancang sebelumya.

2) Menurut Mazmanian dan Sebastiar (Wahab, 2008:68)

implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar,

biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula

berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif

(50)

3) Menurut Van Meter dan Van Horn (Wahab, 2008:65),

implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh

individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok

pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya

tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.

4) Menurut Friedrich (Wahab 2008:3), kebijakan adalah suatu

tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh

seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu

sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya

mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan

sasaran yang diinginkan.

Secara umum implementasi adalah suatu yang dijalankan

berdasarkan kebijakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

b. Implementasi Standar Penilaian Pendidikan

Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 mengatur tentang Standar

Penilaian Pendidikan pada Kurikulum 2013 Edisi Revisi. Dalam

peraturan menteri ini yang dimaksud dengan standar penilaian

pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip,

mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta

didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar

peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk

(51)

proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Ulangan

adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian

Kompetensi Peserta Didik secara berkelanjutan dalam proses

pembelajaran untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar

peserta didik. Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan yang dilakukan

untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai

pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan

pendidikan. Kriteria ketuntasan minimal yang selanjutnya disebut

KKM adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan

pendidikan yang mengacu pada standar kompetensi kelulusan, dengan

mempertimbangkan karakteristik peserta didik, karakteristik mata

pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan. Lingkup penilaian terdiri

dari penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh

satuan pendidikan dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah.

Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan

pendidikan menengah meliputi aspek sikap,pengetahuan, dan

keterampilan.

Tujuan penilaiaan yaitu penilaian hasil belajar oleh pendidik

bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan

belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara

berkesinambungan. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan

(52)

untuk semua mata pelajaran. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah

bertujuan untuk menilai pencapaian Kompetensi Lulusan secara

nasional pada mata pelajaran tertentu.

Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar

Penilaian Pendidikan dan Peraturan Menteri dan Kebudayaan Nomor

104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik Pada

Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dicabut dan dinyatakan

tidak berlaku.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh

Pendidikdan Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan

Menengah, penilaian hasil belajar oleh pendidikan dalam proses

pengumpulan informasi/ catatan tentang capaian pembelajaran peserta

didik dalam aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan

yang dilakukan secara terencana dan sistematis yang dilakukan untuk

memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar

melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar. Sedangkan penilaian

hasil belajar oleh satuan pendidikan adalah proses pengumpulan

informasi/ data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam

aspek pengetahuan dan aspek keterampilan yang dilakukan secara

terencana dan sistematis dalam bentuk penilaian akhir dan ujian

(53)

Peraturan Menteri ini bertujuan mengatur penilaian hasil belajar

oleh pendidik dan satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan

menengah dalam pelaksanaan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013.

Peraturan Menteri ini diberlakukan untuk menggatikan Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang

penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan

Pendidikan Menengah yang telah dicabut dan dinyatakan tidak

berlaku. Selain itu Peraturan Menteri ini juga mendampingi Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23

Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kemampuan

mengimplementasikan Standar Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013

antara lain : (1) Kemampuan Teknologi Informasi (TI) guru, (2)

Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan guru, dan (3) Frekuensi

Mengakses Internet seorang guru.

3. Kemampuan Teknologi Informasi (TI)

Kemampuan adalah kesanggupan/kecakapan seorang individu untuk

melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau menunjukkan

potensi seseorang untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan.

Pengertian teknologi informasi (Kadir, 2003: 2) menurut: a) Haag dan

Keen (1996) pengertian teknologi informasi adalah seperangkat alat yang

membantu seseorang untuk bekerja dengan informasi dan melakukan

(54)

(1999) pengertian teknologi informasi merupakan teknologi yang tidak

hanya pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak)

yang akan digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi,

melainkan mencakup teknologi komunikasi untuk mengirim informasi,

dan 3) Williams dan Sawyer (2003) pengertian teknologi informasi adalah

teknologi yang menggabungkan komputer dengan jalur komunikasi

kecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video.

Teknologi informasi (Rusman, 2015: 84) diartikan sebagai teknologi

pengadaan, pengolahan, penyimpanan, dan penyebaran berbagai jenis

informasi dengan memanfaatkan komputer dan telekomunikasi.

Teknologi informasi meliputi sistem-sistem komunikasi komunikasi

seperti komputer (PC dan komputer genggam), televisi, video disk, dan

video tape cassette.

Secara umum kemampuan teknologi informasi adalah

kesanggupan/kecakapan seseorang dalam menggunakan dan

memanfaatkan teknologi informasi, seperti komputer dan segala

perangkat yang terdapat didalamnya.

Teknologi informasi (Kadir, 2003: 24) juga dapat melahirkan

fitur-fitur baru dalam dunia pendidikan. Sistem pengajaran berbasis

multimedia (teknologi yang melibatkan teks, gambar, suara, dan video)

yang dapat menyajikan materi pelajaran lebih menarik dan tidak monoton

sehingga memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran

(55)

Teknologi internetpun ikut berperan dalam menciptakan e-learning yang

memudahkan peserta didik dalam pendidikan jarak jauh, pengiriman

tugas, diskusi, dan penilaian tugas peserta didik.

Dengan guru menguasai teknologi informasi maka guru dapat

mempermudah untuk melakukan pengajaran dan penilaian terhadap

peserta didik. Selain itu guru juga mampu untuk mengimplementasikan

Kurikulum 2013 Edisi Revisi dengan baik dan tepat.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

seseorang dalam mengakses teknologi informasi dapat mempengaruhi

pemahaman guru dalam memperoleh informasi dari teknologi yang

semakin berkembang di zaman yang semakin modern ini. Semakin tinggi

tingkat kemampuan teknologi informasi guru, maka semakin tinggi pula

tingkat pemahaman guru tentang standar penilaian. Dengan demikian

dapat dilihat semakin tinggi tingkat kemampuan guru dalam memahami

teknologi informasi, maka semakin tinggi kemampuan guru untuk

mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang

Standar Penilaian Pendidikan. Sebaliknya semakin rendah tingkat

kemampuan guru dalam mamahami teknologi informasi, semakin rendah

kemampuan guru untuk mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23

(56)

4. Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

Pengalaman adalah apa yang sudah dialami dalam kurun waktu yang

lama. Pengalaman memungkinkan seseorang menjadi tahu dan hasil tahu

ini kemudian disebut pengetahuan. Dalam dunia kerja istilah pengalaman

juga digunakan untuk merujuk pada pengetahuan dan ketrampilan

tentang sesuatu yang diperoleh lewat keterlibatan atau berkaitan

dengannya selama periode tertentu.

Menurut Prof. Dr. M.J. Langeveld pendidikan ditafsirkan sebagai

bimbingan kepada anak untuk mencapai kedewasaan, yang kelaknya

anak itu mampu berdiri sendiri dan mnegejar cita-cita. Pendidikan

senantiasa merupakan proses refleksi dari situasi obyektif serta sarat

sejarah yang konkrit pada waktu itu. Dalam GBHN dikatakan bahwa

pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan dalam dalam dan luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101

Tahun 2000 Tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri

Sipil, pendidikan dan pelatihan adalah proses penyelenggaraan belajar

mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil.

Pendidikan dan pelatihan (Basri, 2015: 34-36) saat ini merupakan

(57)

diabaikan karena hal ini dapat dipandang sebagai penanaman modal

(investasi).

Pendidikan dan pelatihan yang terencana secara teratur menurut

Tjiptoherijanto (1989), dapat meningkatkan kemampuan dan

keterampilan kerja yang sekaligus mengarah pada peningkatan

produktivitas kerja. Dalam istilah lain dapat dikatakan bahwa tingkat

penghasilan seseorang meningkat dengan bertambahnya tingkatan

pendidikan dan pelatihan.

Oleh karena itu, sangat masuk akal apabila pendidikan dan pelatihan

harus diperhatikan secara serius dengan memperhatikan prinsip-prinsip

berikut:

a. Diklat sebagai Penyempurnaan

Keluaran pendidikan normal pada umumnya masih dalam keadaan

siap latih. Terlebih lagi karena pendidikan di Indonesia masih bersifat

massal karena mengutamakan pemerataan. Mereka belum siap dan

mampu untuk memegang jabatan tertentu. Oleh karena itu, sumber

daya manusia ini masih harus disempurnakan dalam satu diklat

terprogram.

b. Diklat sebagai Pelayanan Kemajuan IPTEK

Ledakan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat dihindari lagi

sehingga apa yang dipelajar di bangku sekolah tahun ini mungkin

telah berubah dan diperbaiki.Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

(58)

fakta-fakta baru dan menyusun kembali yang lama sehingga

mengubah bahan-bahan pelajaran di semua bidang. Karena pesatnya

perkembangan IPTEK itu, karyawan suatu organisasi perlu

ditingkatkan kemampuanya untuk melayani kemampuan IPTEK.”

c. Diklat sebagai Wahana Promosi

Organisasi selalu ditingkatkan mutu pelayanannya pada setiap

tingkatan jabatan yang ada dalam organisasi itu. Semakin tinggi

jabatan, semakin dibutuhkan orang berkualitas. Peningkatan kualitas

karyawan pada umumnya diperoleh melalui pendidikan dan latihan

yang direncanakan secara sistematis.

d. Diklat sebagai Pemenuh Aspirasi Masyarakat

Mendapatkan pelayanan yang cepat dan tepat sangat mendesak

dikarenakan masyarakat dalam era informasi dan komunikasi bersedia

membayar mahal asal urusan mereka dapat diselesaikan dengan cepat.

Ramainya toko-toko swalayan, semakin tinggi minat masyarakat

untuk membuka rekeningnya melalu ATM merupakan contoh bahwa

setiap orang ingin mendapat pelayanan yang cepat dan unggul ini

hanya mungkin dilayani oleh karyawa yang mampu dan terampil

melalui pendidikan dan pelatihan.

e. Diklat sebagai Pemasuk Ide Inovatif

Mustahil pembaharuan dilaksanakan dalam kegiatan rutin. Hal ini

karena kegiatan rutin menimbulkan kejenuhan yang menghalangi

(59)

penyegaran berupa ide inovatif yang sering diperoleh melalui

pendidikan dan pelatihan.

f. Diklat sebagai Pengembang Keterampilan

Tugas-tugas dalam lembaga atau organisasi sering memerlukan

keterampilan khusus. Oleh karena itu, karyawan yang akan menangani

tugas itu harus mendapatkan pendidikan dan latihan khusus. Tanpa

pembinaan dan pengembangan keterampilan ini, produktifitas

karyawan akan menurun.

g. Diklat sebagai Perantara Pendidikan Seumur Hidup

Pendidikan dan pelatihan diperlukan tidak hanya untuk siswa belajar d

sekolah dan perguruan tinggi, tetapi semua orang memerlukan diklat

untuk kepentingan diri sendiri ataupun untuk kelompok masyarakat.

Menurut Mukhtar Bukhari (1914), idealnya setiap manusia harus

selalu berusahan agar masa depan lebih baik daripada hari ini. Setiap

manusia idealnya selalu berikrar bahwa dalam setiap melakukan

pekerjaan masing-masing, semakin lama akan semakin mahir dan

profesional.

h. Diklat sebagai Pembentukan Etos Kerja Bermutu

Kecenderungan dan semangat kerja karyawan melakukan tugas tidak

timbul dengan sendirinya, tetapi perlu dipupuk dan disempurnakan

melalui berbagai kegiatan penyegaran secara matang. Dalam

penyelenggaraan dan pelathan yang dikoordinasi dengan baik, etos

Gambar

Tabel 2.1 Struktur Kurikulum Kelompok Mata Pelajaran Pendidikan
Tabel 3.1.
Tabel 3.3.
Tabel 3.4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembang Dalam Menentukan Harga Jual Rumah

[r]

Kawasan Timur Tengah selalu menarik perhatian masyarakat Indonesia, salah satu faktornya adalah kedekatan emosional antara Indonesia dengan negara-negara di kawasan Timur

Semua ini semata-mata untuk mengembalikan optimalitas dan kinerja tubuh dalam menghadapi rutinitas tersebut, sehingga tidak rentan untuk jatuh sakit..Oleh karena itu, penulis

pdf 体内寄生虫控制 http://www.dpi.nsw.gov.au/__data/assets/pdf_ ile/0011/146693/cattle-worm-control-the-basics.pdf

Jumlah Harga Pekerjaan DIVISI 9 (masuk pada Rekapitulasi Perkiraan Harga Pekerjaan) - DIVISI 10.

Tetapi apabila siswa telah mampu dengan baik membedakan kali- mat langsung dan tidak langsung, maka unsur pe- nunjang yang dapat dimasukkan ke dalam kompe- tensi dasar

Yang bertanda tangan dibawah ini saya, Dyah Puspa Arumningtyas, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : PENGARUH SPESIALISASI INDUSTRI AUDITOR, REPUTASI AUDITOR,