PENGARUH KEMAMPUAN TEKNOLOGI INFORMASI,
PENGALAMAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN, DAN
FREKUENSI MENGAKSES INTERNET GURU TERHADAP
KEMAMPUAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN
PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG
STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN PADA GURU-GURU
PNS DI SMK NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA
TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Yovita Kasih Purnamawati NIM: 131334053
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENGARUH KEMAMPUAN TEKNOLOGI INFORMASI,
PENGALAMAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN, DAN
FREKUENSI MENGAKSES INTERNET GURU TERHADAP
KEMAMPUAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN
PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG
STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN PADA GURU-GURU
PNS DI SMK NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA
TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Yovita Kasih Purnamawati NIM: 131334053
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Saya persembahkan karya ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
Orangtua saya
Kakak dan adik saya
Kakung dan Nini saya
Dosen Pembimbing saya
Bapak Ibu Dosen Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi
Teman spesial saya
Sahabat-sahabat payungan skripsi saya, Meoong Nyekripsi
Teman-teman satu angkatan PAK 2013.
v MOTTO
Give thanks to the Lord, for He is good
(Psalm 136:1)
Bertanggungjawablah dengan apa yang menjadi pilihanmu
I can do all things through Christ which strengtheneth me
(Philippians 4:13)
Therefore I tell you, whatever you ask for in prayer, believe
that you have received it, and it will be yours
(Mark 11:24)
If you have a dream, then you shouldn’t give up no
matter
what. You can’t be successful if you don’t fail
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana selayaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 25 Juli 2017
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Yovita Kasih Purnamawati Nomor Mahasiswa : 131334053
Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Santa Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“Pengaruh Kemampuan Teknologi Informasi, Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan, dan Frekuensi Mengakses Internet Guru Terhadap Kemampuan Guru Mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan Pada Guru-Guru PNS di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta Tahun 2017”
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan memplubikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 25 Juli 2017
Yang menyatakan
viii ABSTRAK
PENGARUH KEMAMPUAN TEKNOLOGI INFORMASI,
PENGALAMAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN, DAN FREKUENSI MENGAKSES INTERNET GURU TERHADAP KEMAMPUAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN PADA GURU-GURU PNS DI SMK NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2017
Yovita Kasih Purnamawati Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: 1) kemampuan teknologi informasi guru mempengaruhi kemampuan guru mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016, 2) pengalaman pendidikan dan latihan guru mempengaruhi kemampuan guru mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016, dan 3) frekuensi mengakses internet seorang guru mempengaruhi kemampuan guru mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016.
Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto/non-experimental. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2017. Populasi penelitian ini adalah guru-guru PNS di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta yang berjumlah 876 guru, dengan teknik propotional sampling diambil sampel 206 guru. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan dianalisis menggunakan chi-square.
ix
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF THE ABILITY OF INFORMATION TECHNOLOGY, EDUCATION AND TRAINING EXPERIENCE, AND FREQUENCY OF ACCESSING INTERNET OF TEACHERS TOWARDS THE TEACHER’S ABILITY IN IMPLEMENTING THE DECREE OF EDUCATION MINISTER
NUMBER 23, 2016 ABOUT EDUCATIONAL ASSESSMENT STANDARDS ON CIVIL SERVANT TEACHERS AT STATE VOCATIONAL HIGH
SCHOOLS IN YOGYAKARTA, 2017
Yovita Kasih Purnamawati Sanata Dharma University
2017
The research aims to find out whether: 1) teachers ability information
technology affects the teacher’s ability to implement the assessment standards
based on The Decree of Education Minister Number 23, 2016, 2) the education and training experience affects the teacher’s ability to implement assessment standards based on The Decree of Education Minister Number 23, 2016, and 3) the frequency of accessing internet affects the teacher’s ability to implement assessment standards based on The Decree of Education Minister Number 23, 2016.
This research is an ex-post facto or non-experimental research. It was conducted from January to March 2017. The population of this research were 876 civil servant teachers in State Vocational High Schools in Yogyakarta. The samples were 206 teachers taken by propotional sampling. Data were collected by using questionnaires and analyzed by chi-square.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas rahmat
dan karuniaNya, sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Kemampuan
Teknologi Informasi, Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan, dan Frekuensi
Mengakses Internet Guru Terhadap Kemampuan Guru Mengimplementasikan
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian pada Guru-Guru
PNS di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta Tahun 2017” dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Skripsi ini disusun guna untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus
Pendidikan Akuntansi.
Penulis menyadari bahwa proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini
mendapatkan masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
3. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi,
xi
4. Bapak Drs. F.X. Muhadi, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran
demi kesempurnaan skripsi ini;
5. Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus
Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dan
wawasan dalam proses perkuliahan;
6. Ibu Theresia Aris Sudarsilah selaku Staf Sekretariat Program Studi
Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang
telah membantu kelancaran proses belajar dan administrasi selama ini;
7. Ibu Dra. Darwestri selaku Kepala SMK Negeri 1 Yogyakarta yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di
SMK Negeri 1 Yogyakarta;
8. Bapak Drs. Sentot Hargiardi, M.M. selaku Kepala SMK Negeri 2
Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian di SMK Negeri 2 Yogyakarta;
9. Bapak Drs. B. Sabri selaku Kepala SMK Negeri 3 Yogyakarta yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di
SMK Negeri 3 Yogyakarta;
10. Bapak Setyo Budi Sungkowo, S.Pd. selaku Kepala SMK Negeri 4
Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
xii
11. Ibu Wiwik Indriyani, S.Pd., M.Si. selaku Kepala SMK Negeri 5 Yogyakarta
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian di SMK Negeri 5 Yogyakarta;
12. Bapak Drs. Rustamaji, M.Pd. selaku Kepala SMK Negeri 6 Yogyakarta
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian di SMK Negeri 6 Yogyakarta;
13. Ibu Dra. Titik Komah Nurastuti selaku Kepala SMK Negeri 7 Yogyakarta
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian di SMK Negeri 7 Yogyakarta.
14. Orang tua penulis, Fransiskus Xaverius Siyamto dan Marciana Tri
Susilowati yang telah membimbing, membantu, mendukung, mendoakan
dan memotivasi penulis selama ini;
15. Kakak dan adik penulis, Maria Luluh Astiputri dan Fransiskus Possenti
Sandico Saputro yang telah memberikan dukungan doa dan motivasi kepada
penulis;
16. Kakung dan Nini penulis, Emannuel Rudjita dan Martina Radjinem yang
telah memberikan dukungan doa dan motivasi kepada penulis;
17. Alm. Mbah Kakung dan Ninek penulis, Paulus Somoredjo dan Aloysia
Sijam, yang selama hidupnya telah memberikan dukungan doa dan motivasi
kepada penulis;
18. Pakdhe penulis, Rm. Atas Simon Wahyudi, Pr. yang telah membantu,
xiii
19. Keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan doa dan
memotivasi penulis selama ini;
20. Teman spesial penulis, Jacobus Adhyaksa yang telah membantu,
mendukung, memotivasi penulis selama masa perkuliahan;
21. Sahabat-sahabat payungan skripsi penulis, Meoong Nyekripsi (Miltari,
Melati, Lusi, Dorus, Wiwit, Maesti, Nyoti, Stephani, Johan Della, Kristin,
Fanny, Herlin) yang telah memberikan dukungan, saran dan kritik, dan
motivasi selama penyusunan dan penyelesaian skripsi ini;
22. Sahabat-sahabat penulis, Koplak’s, Holahop, Harta Karun, Bacem, Bunda
dkk, Lucuks, Bahagia, Pak Gito’s Crew, Cah Dolan, Thai’s Vocational
School, Kardusers, Sodarah, Grup’e Cah Atooss, Genk Ijo, Sapi Family,
dan Perhimpunan Tanpa Nama yang telah memberikan dukungan dan
motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan;
23. Seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi angkatan 2013
yang telah menjadi teman seperjuangan dalam meraih gelar Sarjana
Pendidikan;
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis ini berharap semoga skripsi ini
bermanfaat dalam pengembangan wawasan bagi pembaca. Terima kasih.
Yogyakarta, Juni 2017
xiv DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Batasan Masalah... 7
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 9
xv BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka ... 13
1. Kurikulum ... 13
2. Implementasi Kurikulum 2013 ... 28
3. Kemampuan Teknologi Informasi ... 32
4. Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan ... 35
5. Frekuensi Mengakses Internet... 39
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 42
C. Kerangka Berpikir ... 43
D. Rumusan Hipotesis ... 48
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 50
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 50
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 51
D. Populasi dan Sampel ... 52
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 55
F. Teknik Pengumpulan Data ... 58
G. Teknik Analisis Data ... 59
H. Teknik Deskripsi Data... 65
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 74
xvi
2. Deskripsi Variabel ... 77
B. Analisis Data ... 83
1. Pengujian Hipotesis ... 83
2. Pembahasan ... 93
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 104
B. Keterbatasan Penelitian ... 105
C. Saran ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 108
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Struktur Kurikulum Kelompok Mata Pelajaran Pendidikan
Menengah ... 27
Tabel 3.1 Tempat Penelitian SMK Negeri di Kota Yogyakarta ... 51
Tabel 3.2 Data Sampel Guru SMK Negeri dan SMA Negeri Yogyakarta ... 52
Tabel 3.3 Sebaran Sampel Guru PNS SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta ... 55
Tabel 3.4 Kriteria Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan ... 57
Tabel 3.5 Skor Pernyataan Sikap ... 58
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Kuesioner ... 59
Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Penelitian Guru Variabel Standar Penilaian (Pertama) ... 61
Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Penelitian Guru Variabel Standar Penilaian (Kedua) ... 62
Tabel 3.9 Hasil Pengujian Validitas Kuesioner Penelitian Guru Variabel Kemampuan Teknologi Informasi ... 63
Tabel 3.10 Kriteria Koefiensi Reliabilitas ... 64
Tabel 3.11 Hasil Pengujian Reliabilitas Kuesioner Variabel Standar Penilaian .... 64
Tabel 3.12 Hasil Pengujian Reliabilitas Kuesioner Variabel Standar Penilaian .... 65
Tabel 3.13 Kriteria Penentuan Derajat Asosiasi ... 71
Tabel 4.1 Data Responden Penelitian ... 73
Tabel 4.2 Data Responden Guru Berdasarkan Jenis Kelamin ... 74
Tabel 4.3 Data Responden Guru Berdasarkan Pengalaman Mengajar ... 75
xviii
Tabel 4.5 Data Responden Guru Berdasarkan Pengalaman Pendidikan dan
Pelatihan ... 76
Tabel 4.6 Data Responden Guru Berdasarkan Pangkat Golongan Guru ... 77
Tabel 4.7 Deskripsi Implementasi Proses Penilaian Menurut Guru ... 78
Tabel 4.8 Nilai-Nilai Statistika Implementasi Standar Penilaian ... 79
Tabel 4.9 Deskripsi Kemampuan Menurut Guru ... 80
Tabel 4.10 Nilai-Nilai Statistika Implementasi Kemampuan Teknologi Informasi ... 81
Tabel 4.11 Data Responden Guru Berdasarkan Frekuensi Mengakses Internet ... 82
Tabel 4.12 Nilai-Nilai Statistika Implementasi Frekuensi Mengakses Internet ... 83
Tabel 4.13 Tabel Kontingensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Kemampuan Teknologi Informasi Guru terhadap Standar Penilaian di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta ... 84
Tabel 4.14 Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Kemampuan Teknologi Informasi Guru terhadap Standar Penilaian di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta ... 86
Tabel 4.15 Hasil Analisis Koefisien Kontingensi Pengaruh Kemampuan Teknologi Informasi Guru terhadap Standar Penilaian di SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta ... 86
xix
Tabel 4.17 Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Pengalaman Pendidikan dan
Pelatihan Guru terhadap Standar Penilaian di SMK Negeri Se-Kota
Yogyakarta ... 90
Tabel 4.18 Tabel Kontingensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Frekuensi
Mengakses Internet Guru terhadap Standar Penilaian di SMK Negeri
Se-Kota Yogyakarta ... 91
Tabel 4.19 Hasil Analisis Chi-Square Pengaruh Frekuensi Mengakses Internet
Guru terhadap Standar Penilaian di SMK Negeri Se-Kota
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 112
Lampiran 2 Surat Penelitian Selesai ... 126
Lampiran 3 Kuesioner dan Lembar Jawaban ... 134
Lampiran 4 Tabulasi Data Responden Guru SMK Negeri Se-Kota Yogyakarta... 141
Lampiran 5 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 194
Lampiran 6 Deskripsi Butir Kuesioner ... 201
Lampiran 7 Deskripsi Data ... 210
Lampiran 8 Analisis Chi-Square ... 216
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat menentukan kemajuan
suatu bangsa. Kualitas SDM bergantung pada kualitas pendidikan dan peran
pendidikan untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka dan
demokratis. Oleh sebab itu, komponen dari sistem pendidikan nasional harus
senantiasa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang
terjadi, baik pada tingkat lokal, nasional maupun global. Salah satu komponen
penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum. Definisi pendidikan (Rulam
Ahmadi, 2014:38) menurut Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pelaksanaan pendidikan di Indonesia akan berjalan dengan sistematis,
menggunakan perangkat atau yang biasa disebut kurikulum. Sedangkan
pengertian kurikulum menurut Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Hal ini berarti kurikulum merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari pendidikan atau pengajaran.
Berbicara tentang kurikulum di Indonesia saat ini, dikatakan bahwa di
Inonesia selalu terjadi perbaikan kurikulum dari waktu ke waktu. Salah satu
perubahan kurikulum yang terjadi yaitu perubahan KTSP ke Kurikulum 2013.
Perubahan ini merupakan salah satu upaya memperbaharui setelah
dilakukannya penelitian untuk pengembangan kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan generasi muda. Kurikulum 2013 (Sunarti 2014:1-2) memadukan tiga
konsep yang menyeimbangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Melalui
konsep itu, keseimbangan antara hard skill dan soft skill dimulai dari Standar
Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian dapat
diwujudkan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern
dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah
(scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi
mengamati, menanya, mengumpulkan data, menalar, dan mengomunikasikan
untuk semua mata pelajaran. Melalui pendekatan ilmiah, diharapkan peserta
didik memiliki kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan yang jauh
lebih baik sehingga peserta didik akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa Indonesia saat ini kembali
melakukan perbaikan kurikulum yaitu dari Kurikulum 2013 lama ke Kurikulum
2013 Edisi Revisi. Kurikulum 2013 Edisi Revisi tersebut sebenarnya telah
dilakukan sejak bulan Januari 2015 hingga akhir bulan Oktober 2015,
perevisian Kurikulum 2013 dilakukan berdasarkan berbagai masukan dari
publik para ahli dan para pegiat serta pemerhati pendidikan.
Perubahan-perubahan yang terjadi dari Kurikulum 2013 yang lama ke Kurikulum 2013
Edisi Revisi yaitu penilaian sikap Kompetensi Inti 1 dan Kompetensi Inti 2
sudah ditiadakan disetiap mata pelajaran. Penilaian Kompetensi Inti 1 dan
Kompetensi Inti 2 hanya ada pada mata pelajaran Agama dan PPKn namun
Kompetensi Inti tetap dicantumkan dalam penulisan RPP. Jika ada 2 nilai
praktek dalam 1 Kompetensi Dasar, maka yang diambil adalah nilai yang
tertinggi. Untuk penghitungan nilai keterampilan dalam 1 Kompetensi Dasar
ditotal (praktek, produk, dan portofolio) dan diambil nilai rata-rata untuk
pengetahuan, bobot penilaian harian dan penilaian akhir semester itu sama.
Pendekatan scientific approach 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan
data, menalar, dan mengomunikasikan) bukanlah satu-satunya metode saat
mengajar dan apabila digunakan maka susunannya tidak harus berurutan.
Silabus Kurikulum 2013 Edisi Revisi lebih ramping hanya 3 kolom yaitu
Kompetensi Dasar, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Perubahan
terminologi ulangan harian menjadi penilaian harian, UAS menjadi penilaian
Dan sudah tidak ada lagi UTS, namun langsung penilaian akhir semester.
Dalam RPP Kurikulum 2013 Edisi Revisi tidak perlu disebutkan nama metode
pembelajaran yang digunakan dan materi dibuat dalam bentuk lampiran dengan
rubik penilaian. Skala penilaian Kurikulum 2013 Edisi Revisi menjadi 1-100.
Penilaian sikap diberikan dalam bentuk predikat dan deskripsi. Remedial
diberikan untuk yang kurang namun sebelumnya peserta didik diberikan
pembelajaran ulang. Nilai remidi adalah nilai yang dicantumkan dalam hasil
pembelajaran.
Segala perubahan peraturan pendidikan di Indonesia merupakan upaya
untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Perubahan kurikulum
yang terbaru ini justru memicu keluhan-keluhan. Guru-guru merasa susah
menyesuaikan dengan perubahan kurikulum yang baru dan akan bertahan
dengan kebiasaan lama. Pergantian kurikulum yang terlalu sering juga menjadi
masalah guru yang harus memenuhi tugas administrasi. Di antaranya, membuat
program tahunan, program semester, silabus, rencana pembelajaran, dan
evaluasi pembelajaran. Di sela-sela mengajar, guru akan direpotkan segudang
tugas administrasi tersebut. Jika administrasinya kocar-kacir, guru akan
kesulitan naik pangkat. Sebab administrasi mengajar merupakan syarat wajib
penilaian kenaikan pangkat. Kesulitan yang jelas adalah guru menjadi tidak
fokus dalam menerapkan perubahan kurikulum. Guru-guru juga kurang
tentang Kurikulum 2013 Edisi Revisi yang terlalu mepet waktu masuk tahun
ajaran baru membuat guru kurang persiapan, sehingga ketika guru menerapkan
Kurikulum 2013 Edisi Revisi ini tidak maksimal. Selain itu, kemampuan guru
dalam menggunakan teknologi informasi harus semakin berkembang sesuai
dengan perkembangan IPTEK pula. Hal ini dikarenakan dengan adanya
teknologi informasi guru semakin mudah untuk mengakses materi yang akan
diberikan kepada peserta didik dan mengolah nilai peserta didik, misalnya
dengan mengadakan UHBK (Ulangan Harian Berbasis Komputer) dimana guru
akan memberikan soal kepada peserta didik melalui sebuah website dan nilai
yang diperoleh oleh peserta didik dalam dilihat langsung oleh peserta didik,
selain itu juga pemanfaat dan penggunaan ICT (Information and
Communication Technologies) pada saat guru melaksanakan pembelajaran.
Pada jaman yang modern ini pula guru sudah bisa menggunakan internet yang
dapat digunakan untuk menunjang dalam penerapan Kurikulum 2013 Edisi
Revisi, namun sayangnya masih sedikit contoh/informasi yang diberikan
melalui internet mengenai Kurikulum 2013 Edisi Revisi.
Atas dasar kenyataan tersebut, hal inilah yang mendorong penulis untuk
mengkaji dan meneliti, sehingga penulis mengangkat judul: “Pengaruh
Kemampuan Teknologi Informasi, Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan, dan
Frekuensi Mengakses Internet Guru Terhadap Kemampuan Guru
Penilaian Pendidikan pada Guru-Guru PNS di SMK Negeri Se-Kota
Yogyakarta Tahun 2017”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang di kemukakan di atas, penulis mengidentifikasi
permasalahan yang dimunculkan dari judul yang penulis pilih dalam kaitannya
dengan kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23
Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan pada SMK Negeri se-Kota
Yogyakarta, diantaranya sebagai berikut:
1. Perubahan Kurikulum 2013 ke Kurikulum 2013 Edisi Revisi,
2. Kurangnya kesiapan guru terhadap perubahan kurikulum,
3. Kurangnya keterampilan, pengetahuan, serta kemampuan guru dalam
memahami tugas-tugas yang diemban dan dilaksanakan,
4. Kekurangan dan kelemahan dalam mengimplementasikan Kurikulum
2013,
5. Kurangnya kemampuan menerjemahkan kurikulum ke dalam operasi
pembelajaran,
6. Kurangnya pengalaman mengajar guru, tingkat pendidikan dan pangkat
golongan guru yang masih rendah,
7. Kurangnya pengalaman pendidikan dan pelatihan guru yang berpengaruh
8. Kurangnya sumber belajar, penguasaan teknologi informasi dan frekuensi
mengakses internet guru untuk menunjang kemampuan
mengimplementasikan Kurikulum 2013 Edisi Revisi, dan
9. Kesibukan guru yang terlalu banyak sehingga mengganggu proses
penilaian peserta didik oleh guru di sekolah.
C. Batasan Masalah
Mengingat begitu luasnya ruang lingkup pada penelitian ini dan
minimumnya biaya penelitian, maka penulis membatasi permasalahan sebagai
berikut :
Kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun
2016 tentang Standar Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013 edisi revisi
ditinjau dari Kemampuan Teknologi Informasi (TI) guru, pengalaman
pendidikan dan pelatihan/diklat guru, dan frekuensi mengakses internet seorang
guru.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan batasan masalah diatas, maka dirumuskan masalah
Masalah Umum
Apakah latar belakang guru mempengaruhi kemampuan guru
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar
Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 Edisi Revisi?
Masalah Khusus
1.1 Apakah kemampuan Teknologi Informasi (TI) guru mempengaruhi
kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun
2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 Edisi
Revisi?
1.2 Apakah pengalaman pendidikan dan latihan/diklat guru mempengaruhi
kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun
2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 Edisi
Revisi?
1.3 Apakah frekuensi mengakses internet guru mempengaruhi mempengaruhi
kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun
2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 Edisi
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dengan rumusan masalah diatas, maka diuraikan tujuan
penelitian sebagai berikut:
Tujuan Umum
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah:
Latar belakang guru mempengaruhi kemampuan mengimplementasikan Standar
Penilaian Pendidikan berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah:
1.1 Kemampuan Teknologi Informasi (TI) guru mempengaruhi kemampuan
guru mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan berdasarkan
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016.
1.2 Pengalaman Pendidikan dan Latihan/diklat guru mempengaruhi
kemampuan guru mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan
berdasarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016.
1.3 Frekuensi mengakses internet seorang guru mempengaruhi kemampuan
guru mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan berdasarkan
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan dengan tujuan penelitian diatas maka dapat diuraikan
manfaat penelitian sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini digunakan sebagai bahan acuan/pertimbangan dalam
akademik tentang pengaruh kemampuan teknologi informasi, pengalaman
pendidikan dan pelatihan, dan frekuensi mengakses internet guru terhadap
kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun
2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 Edisi
Revisi.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai:
1) Informasi tentang kemampuan guru mengimplementasikan standar
penilaian pendidikan berdasarkan Kurikulum 2013 Edisi Revisi
dilapangan, supaya dapat menjadi bahan kajian lebih serius
tentang kurikulum yang baru ini,
2) Pertimbangan dalam memperbaiki kurikulum di Indonesia, dan
3) Alat untuk memonitori seberapa siap sekolah-sekolah di Kota
Yogyakarta dalam menerapkan Standar Penilaian Pendidikan
4) Bahan pertimbangan tentang pengadaan alat komunikasi, media
pembelajaran online, dan jejaring sosial pada tingkat pusat yang
dapat menunjang dalam penerapan Permendibud Nomor 23 Tahun
2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum
2013 Edisi Revisi,
5) Bahan acuan dalam pemberian pendidikan dan pelatihan kepada
guru yang sesuai agar dapat direalisasikan oleh guru dalam
menerapkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang
Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 Edisi Revisi.
b. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dijadikan sebagai:
1) Bahan acuan sekolah untuk melihat ketercapaian tujuan-tujuan
pendidikan berdasarkan kurikulum yang diterapkan di sekolah
tersebut,
2) Bahan acuan guru dalam memahami perubahan Permendikbud
dalam Kurikulum 2013 Edisi Revisi, dan
3) Pertimbangan untuk pengadaan alat/media komunikasi dan
jejaring sosial yang diperlukan sekolah/guru/peserta didik yang
dapat menunjang implementasi Permendikbud Nomor 23 Tahun
2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum
3. Bagi perguruan tinggi
Hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan acuan akademik
mahasiswa/pembaca untuk menambah wawasan tentang pengaruh
kemampuan teknologi informasi, pengalaman pendidikan dan
pelatihan, dan frekuensi mengakses internet guru terhadap kemampuan
guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016
tentang Standar Penilaian Pendidikan dalam Kurikulum 2013 Edisi
13 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Kurikulum
a. Pengertian Kurikulum
Pengertiaan kurikulun (Kurniasih, 2014:3) secara etimologis
adalah tempat berlari dengan kata yang berasal dari bahasa Latin curir
yaitu pelari, dan curere yang artinya tempat berlari. Kurikulum
merupakan sesuatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari
garis awal atau start sampai dengan finish. Dalam dunia pendidikan
pengertian kurikulum adalah sebagai rencana dan pengaturan tentang
sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam
menempuh pendidikan di lembaga pendidikan.
Dictionary of Education menyatakan bahwa curriculum is a
general loverall plan of the content or specific studies of that the
schollshoul ofter the student by way qualifying him for graduation or
certification or for entrance intoa professional or a vocational field.
Menurut Harold B. Albertycs, dalam Reorganizing the High
School Curriculum (1965) memandang kurikulum sebagai, “all of the
activities that are provided for students by the school.” Kurikulum
tidak terbatas pada mata pelajaran, akan tetapi juga meliputi kegiatan
– kegiatan lain, di dalam dan diluar kelas, yang berada dibawah
Hal ini sesuai dengan pengertian kurikulum dari
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengetahuan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan tertentu.
Kurikulum dalam arti luas atau modern tidak hanya mencakup
tentang rencana pembelajaran, akan tetapi juga mencakup tentang
segala sesuatu yang nyata yang terjadi dalam proses pendidikan di
sekolah, baik di dalam ataupun di luar kelas. Maka kurikulum bisa
diartikan juga sebagai entitas pendidikan yang mengatur tentang
kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler.
Kurikulum secara garis besar mempunyai tiga ranah
(Sukmadinata, 2013:27), yaitu: kurikulum sebagai substansi,
kurikulum sebagai sistem dan kurikulum sebagai bidang studi.
Kurikulum sebagai substansi adalah kurikulum dipandang sebagai
rencana pendidikan di sekolah atau sebagai suatu perangkat tujuan
yang ingin dicapai. Kurikulum sebagai sistem adalah sistem
kurikulum yang merupakan bagian dari sistem sekolah, sistem
pendidikan, dan sistem masyarakat. Hasil dari sistem kurikulum
adalah tersusunnya suatu kurikulum. Kurikulum sebagai sistem
mempunyai fungsi bagaimana cara memelihara kurikulum agar tetap
sebagai suatu disiplin yang dikaji di lembaga pendidikan seperti
perguruan tinggi. Tujuan kurikulum sebagai suatu bidang studi adalah
untuk mengembangkan ilmu kurikulum dan sistem kurikulum.
Secara umum kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan
sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan. Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah sesuatu yang
direncanakan sebagai pedoman yang dapat memberikan pengaruh
kepada peserta didik untuk mencapai tujuan persekolahannya.
b. Fungsi Kurikulum
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menjelaskan tentang definisi kurikulum yang
telah diuraikan sebelumnya. Berdasarkan definisi tersebut terdapat
empat fungsi kurikulum (Reksoatmodjo, 2010:4-5), yaitu:
1) Kurikulum sebagai rencana. Kegiatan sebagai rencana kegiatan
belajar mengajar dikembangkan berdasarkan suatu tujuan yang
ingin dicapai (Taba, 1962:11).
2) Kurikulum sebagai pengaturan. Pengaaturan dalam kurikulum
dapat diartikan sebagai pengorganisasian materi pembelajaran pada
arah horizontal (ruang lingkup dan integrasi) dan vertikal (urutan
dan kontinuitas).
3) Kurikulum sebagai cara. Pengorganisasian kurikulum
mengisyaratkan penggunaan metode pembelajaran yang efektif
erat hubungannya dengan sifat materi pelajaran atau pratikum dan
tingkat penguasaan yang ingin dicapai.
4) Kurikulum sebagai pedoman. Kurikulum sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran harus memiliki kejelasan
tentang gagasan-gagasan dan tujuan yang hendak dicapai melalui
penerapan kurikulum.
c. Perkembangan Kurikulum
Kurikulum yang diterapkan sudah mengalami beberapa pergantian
yang dikelompokan berdasarkan tiga kelompok kurikulum, yaitu
rencana pelajaran, kurikulum berbasis tujuan, dan kurikulum
berorientasi kompetensi. Adapun perkembangan kurikulum yang telah
terjadi di Indonesia (Kurniasih, 2014:10-22) adalah sebagai berikut:
1) Kurikulum Rencana Pembelajaran (1947-1968)
Dari rentang waktu 1947-1968 telah terjadi beberapa pergantian
kurikulum, diantaranya adalah:
a) Kurikulum Tahun 1947 (Rencana Pembelajaran 1947)
Rencana pembelajaran 1947 sebagai pengganti sistem
pendidikan kolonial Belanda dan kurikulum ini tujuannya tidak
menekankan pada pendidikan pikiran, tetapi yang diutamakan
adalah pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat, karena hal itulah yang mendesak pada saat itu.
mata pelajaran dan jam pelajarannya, dan (2) garis – garis besar
pengajaran
Rencana pembelajaran 1947 baru dilaksanakan oleh sekolah-
sekolah pada tahun 1950.
b) Kurikulum 1952 (Rencana Pembelajaran Terurai)
Pada tahun ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang
dijabat oleh Mr. Soewandi melakukan usaha untuk mengubah
sistem pendidkan dan pengajaran. Kemudian dibentuklah Panitia
Penyelidik Pengajaran dalam merangka mengubah sistem
pendidikan kolonial ke dalam sistem pendidikan nasional. Hasil
dari panitia tersebut adalah menyangkut kurikulum rencana
pembelajaran pada setiap tingkat pendidikan harus
mempertahankan hal-hal sebagai berikut (Depdikbud,1979:
108): (1) pendidikan pikiran harus dikurangi, (2) isi pelajaran
harus dihubungkan terhadap kesenian, (3) pendidikan watak, (4)
pendidikan jasmani, dan (5) kewarganegaraan dan masyarakat.
Maka setelah undang–undang Pendidikan dan Pengajaran
Nomor 4 Tahun 1950 dikeluarkan, maka lahirlah beberapa hal
penting:
(1) Kurikulum pendidikan rendah ditunjukkan untuk
menyiapkan anak memiliki dasar–dasar pengetahuan,
kecakupan, dan ketangkasan baik lahir maupun batin serta
(2) Kurikulum pendidikan menengah ditunjukkan untuk
menyiapkan pelajar ke pendidikan tinggi serta mendidik
tenaga ahli dalam berbagai lapangan khusus sesuai dengan
bakat masing- masing dan kebutuhan masyarakat.
(3) Kurikulum pendidikan tinggi ditujukan untuk
menyiapkan pelajaran agar dapat menjadi pimpinan dalam
masyarakat, dan dapat memelihara kemajuan ilmu, dan
kemajuan hidup kemasyarakatan.
c) Rencana Pembelajaran 1964
Rencana Pendidikan 1964 melahirkan kurikulum yang menitik
beratkan pada pengembangan daya cipta, rasa, karya dan moral,
yang kemudian dikenal dengan istilah Pancawardhana, karena
lima kelompok bidang studi, yaitu kelompok perkembangan
moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keterampilan, dan
jasmaniah. Pada saat itu pendidikan dasar lebih menekankan
pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis, yang
disesuaikan dengan perkembangan anak.
d) Kurikulum 1968
Pada kurikulum ini lebih menitik beratkan pada mempertinggi
mental-moral budi pekerti dan memperkuat keyakinan
beragama, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan,
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964,
yaitu dilakukannya perubahan struktur pendidikan dan
Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar dan kecakupan khusus. Dilihat dari segi
tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan
ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila
sejati, kuat dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi
materi pelajaran: (1) kelompok pembinaan pancasila, (2)
pengetahuan dasar, (3) kecakapan khusus (dengan total jumlah
pelajaranya sembilan).
2) Kurikulum Berorentasi Pancapaian Tujuan (1975-1994)
Dari rentang waktu 1975-1994 telah terjadi beberapa pergantian
kurikulum, diantaranya adalah:
a) Kurikulum 1975
Pada kurikulum inilah untuk pertama kalinya terlihat dengan
jelas tujuan pendidikan. Dari tujuan pendidikan tersebut
dijabarkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai seperti tujuan
intruksional umum, tujuan intruksional khusus dan berbagai
rincian lainnya sehingga jelas apa yang akan dicapai melalui
Kurikulum 1975 dimaksudkan untuk mencapai tujuan
pendidikan sekolah yang secara umum mengharapkan
lulusannya: (a) memiliki sifat-sifat dasar sebagai negara yang
baik, (b) sehat jasmani dan rohani, (c) memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap dasar yang diperlukan untuk
melanjutkan pelajaran, (d) bekerja di masyarakat, dan (e)
mengembangkan diri sesuai asas lingkungan hidup.
b) Kurikulum 1984
Pada dasarnya materi pada kurikulum 1984 ini tidak banyak
berbeda dengan materi Kurikulum 1975, yang berbeda adalah
organisasi pelaksanaanya saja, sehingga dengan demikian
Kurikulum 1984 dapat dilaksanakn dengan memanfaatkan
bahan-bahan dan buku-buku yang telah ada sebelumnya.
Kemudian semua pendekatan dalam proses pembelajaran pada
Kurikulum Sekolah Dasar 1984 diarahkan guna membentuk
keterampilan murid untuk memproses.
Hal yang menonjol dalam pelaksanaan kurikulum ini adalah
adanya Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan sistem spiral.
Disini peserta didik akan lebih dilibatkan dalam pengembangan
proses belajar mengajar. Meski sistem instruksional masih tetap
dipertahankan namun peserta didik diberi kebebasan untuk
mencapai tujuan tersebut. Selain itu, ada pula sistem spiral yang
kedalaman materi. Semakin tinggi jenjang pendidikannya, maka
materi yang diberikan akan semakin dalam dan detail.
c) Kurikulum 1994
Lahirnya Undang-Undang Pokok Pendidikan Nasional Nomor 2
Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional maka dirasa
perlu menyusun suatu kurikulum baru sebagai penyempurnaan
dari Kurikulum 1984. Kurikulum ini dilaksanakan dan
diberlakukan mulai tahun 1994/1995 dan secara bertahap.
Dimulai pada tahun 1994/1995 Kurikulum 1994 untuk kelas 1
dan 4 SD, kelas 1 SMP, dan kelas 1 SMA . Dengan demikian di
dalam jangka waktu seluruh Kurikulum 1994 itu telah
dilaksanakan.
3) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004
Kurikulum 1994 digantikan oleh Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK), seiring pergantian kekuasaan. Kurukulum ini
mengharapkan agar siswa yang mengikuti pendidkan di sekolah
memmilki kompetensi yang diinginkan karena konsentrasi
kompetensi adalah pada perpaduan antara pengetahuan,
keterampilan, nilai serta sikap yang ditunjukkan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mencakup beberapa
kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang harus
membantu siswa mengusai kompetensi-kompetensi agar tujuan
pembelajaran tercapai.
4) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan (KTSP) ini disusun untuk
menjalankan amanah yang tercamtum dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
(Muslich 2009:1). Guru memiliki otoritas dalam mengembangkan
kurikulum secara bebas dengan memperhatikan karakteristik
peserta didik dan lingkungan di sekolah masing-masing.
5) Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik secara
seimbang.
Terdapat empat aspek yang menjadi fokus dalam rencana
implementasi dan keterlaksanaan Kurikulum 2013:
a) Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar yang
menyangkut metodologi pembelajaran yang nilainya pada
pelaksanaan uji kompetensi baru mencapai rata-rata 46,66.
b) Kompetensi akademik dimana guru harus menguasai metode
c) Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar tidak
bertinadak asosial kepada peserta didik dan sederajat lainnya.
d) Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena guru sebagai
seorang yang akan digugu dan ditiru peserta didik.
6) Kurikulum 2013 Edisi Revisi
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan resmi meluncurkan revisi
Kurikulum 2013 di Depok pada tanggal 20 Februari 2016. Mulai
Juli 2016, Kurikulum 2013 Edisi Revisi akan diberlakukan secara
nasional. Perubahan Kurikulum 2013 pada tahun 2016 memiliki
pokok bagian penting yang harus guru cermati. Berbagai perubahan
kompetensi pada Kurikulum 2013 antara lain:
a) Nama Kurikulum menjadi Kurikulum 2013 Edisi Revisi yang
berlaku secara Nasional.
b) Penilaian sikap KI 1 dan KI 2 sudah ditiadakan di setiap mata
pelajaran, hanya mata pelajaran agama dan PPKn namun KI
tetap dicantumkan dalam penulisan RPP.
c) Jika ada dua nilai praktik dalam 1 KD, maka yang diambil
adalah nilai yang tertinggi. Perhitungan nilai keterampilan
dalam 1 KD ditotal (praktik, produk, dan portofolio) dan diambil
nilai rata-rata. Perhitungan nilai pengetahuan bobot penilaian
d) Pendekatan saintifik 5M bukanlah satu-satunya metode saat
mengajar dan apabila digunakan susunannya tidak harus
berurutan.
e) Silabus Kurikulum 2013 edisi revisi lebih ramping hanya 3
kolom, yaitu KD, meteri pembelajaran dan kegiatan
pembelajaran.
f) Perubahan terminology ulangan harian menjadi penilaian harian,
UAS menjadi penilaian akhir semester untuk semester 1
sedangkan penilaian akhir tahun untuk semester 2 dan sudah
tidak ada lagi UTS langsung ke penilaian akhir semester.
g) Dalam RPP tidak perlu disebutkan nama metode pembelajaran
yang digunakan dan materi dibuat dalam bentuk lampiran
berikut rubrik penilaiannya (jika ada).
h) Skala penilaian menjadi 1-100. Penilaian sikap diberikan dalam
bentuk predikat dan deskripsi.
i) Remedial diberikan untuk nilai siswa dibawah KKM namun
sebelumnya peserta didik diberikan pembelajaran ulang. Nilai
remedial inilah yang dicantumkan dalam hasil.
d. Perbaikan dalam Kurikulum 2013
Dari perkembangan kurikulum yang telah dilakukan dari masa ke
masa, terdapat empat poin perbaikan dalam dokumen kurikulum
1) Kompleksitas pembelajaran dan penilaian sikap spiritual dan sikap
sosial,
2) Ketidakselarasan antara KI-KD dengan silabus dan buku,
3) Penerapan proses berpikir 5M (mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan)
sebagai metode pembelajaran yang bersifat prosedural dan
mekanistik, dan
4) Pembatasan kemampuan siswa melalui pemenggalan taksonomi
proses berpikir antar jenjang.
Dari permasalahan tersebut maka maka dilakukan perbaikan dan
pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu:
1) Penataan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial pada semua
mata pelajaran, dilakukan sebagai pembelajaran tidak langsung dan
tidak dinilai secara langsung oleh guru mata pelajaran,
2) Koherensi KI-KD penyelerasan dokumen dengan adanya
penjelasan mengenai karakteristik mata pelajaran yang berisi
tentang ruang lingkup materi, tata urutan penyajian pembelajaran,
dan pentahapan per jenjang,
3) Pemberian ruang kreatif kepada guru dalam mengimplementasikan
kurikulum tidak hanya menggunakan metode pembelajaran 5M
yang dianggap sebagai satu-satunya pendekatan dalam
4) Penataan kompetensi yang tidak dibatasi oleh pemenggalan
taksonomi proses berpikir dan pada perbaikan Kurikulum 2013
menuntut kecakapan berpikir tingkat tinggi yang ingin dibangun
sejak dini pada siswa jenjang pendidikan dasar.
e. Struktur Kurikulum SMK/MAK
Kurikulum 2013 dirancang dengan pandangan bahwa SMA/MA
dan SMK/MAK pada dasarnya adalah pendidikan menengah,
pembedanya hanya pada pengakomodasian minat peserta didik saat
memeasuki pendidikan menengah. Untuk mewadahi konsep kesamaan
muatan antara SMA/MA dan SMK/MAK, maka dikembangkan
stuktur kurikulum pendidikan menengah, terdiri atas kelompok mata
pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan. Mata pelajaran wajib
mencakup sembilan mata pelajaran dengan beban belajar 24 jamper
minggu. Isi kurikulum (KI dan KD) dan mata pelajaran pilihan
akademik untuk SMA/MA serta pilihan akademik dan vokasional
untuk SMK/MAK. Mata pelajaran pilihan ini memberi corak kepada
fungsi satuan pendidikan dan didalamnya terdapat pilihan sesuai minat
peserta didik. Beban belajar di SMA/MA untuk tahunX, XI, dan XII
masing-masing 42, 44, dan 44 jam pelajaran per minggu satu jam
belajar adalah 45 menit. Sedangkan beban belajar untuk SMK/MAK
adalah 48 jam pelajaran per minggu. Oleh karena itu, struktur umum
SMK/MAK sama dengan struktur umum SMA/MA, yakni ada tiga
Wajib B), dan Kelompok C (Peminatan). Adapun contoh struktur
umum program keahlian SMK/MAK (Panduan Penilaian Pada SMK,
2015: 6) terlihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Struktur Kurikulum Kelompok Mata Pelajaran Pendidikan Menengah Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan
B per minggu 24 24 24
Kelompok C (Peminatan)
Mata Pelajaran Peminatan Akademik
(SMA/MA) 18 20 20
Mata Pelajaran Peminatan Akademik
dan Vokasi (SMK/MAK) 24 24 24 Jumlah Jam Pelajaran Yang Harus
Ditempuh Perminggu (SMA/MA) 42 44 44 Jumlah Jam Pelajaran Yang Harus
2. Implementasi Kurikulum 2013 a. Pengertian Implementasi
Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement
yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan
penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan
dampak atau akibat terhadap
sesuatu.(
http://www.materibelajar.id/2015/12/definisi-implementasi-dan-teori.html).
Pengertian implementasi juga dikemukakan oleh beberapa ahli,
yaitu:
1) Pendapat Cleaves (Wahab 2008;187), yang secara tegas
menyebutkan bahwa implementasi itu mencakup “Proses bergerak
menuju tujuan kebijakan dengan cara langkah administratif dan
politik”. Keberhasilan atau kegagalan implementasi sebagai
demikian dapat dievaluasi dari sudut kemampuannya secara nyata
dalam meneruskan atau mengoperasionalkan program-program
yang telah dirancang sebelumya.
2) Menurut Mazmanian dan Sebastiar (Wahab, 2008:68)
implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar,
biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula
berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif
3) Menurut Van Meter dan Van Horn (Wahab, 2008:65),
implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh
individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok
pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya
tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.
4) Menurut Friedrich (Wahab 2008:3), kebijakan adalah suatu
tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh
seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu
sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya
mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan
sasaran yang diinginkan.
Secara umum implementasi adalah suatu yang dijalankan
berdasarkan kebijakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
b. Implementasi Standar Penilaian Pendidikan
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 mengatur tentang Standar
Penilaian Pendidikan pada Kurikulum 2013 Edisi Revisi. Dalam
peraturan menteri ini yang dimaksud dengan standar penilaian
pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip,
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta
didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar
peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Ulangan
adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
Kompetensi Peserta Didik secara berkelanjutan dalam proses
pembelajaran untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar
peserta didik. Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan yang dilakukan
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai
pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan
pendidikan. Kriteria ketuntasan minimal yang selanjutnya disebut
KKM adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan
pendidikan yang mengacu pada standar kompetensi kelulusan, dengan
mempertimbangkan karakteristik peserta didik, karakteristik mata
pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan. Lingkup penilaian terdiri
dari penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh
satuan pendidikan dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah meliputi aspek sikap,pengetahuan, dan
keterampilan.
Tujuan penilaiaan yaitu penilaian hasil belajar oleh pendidik
bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan
belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
untuk semua mata pelajaran. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah
bertujuan untuk menilai pencapaian Kompetensi Lulusan secara
nasional pada mata pelajaran tertentu.
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar
Penilaian Pendidikan dan Peraturan Menteri dan Kebudayaan Nomor
104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik Pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh
Pendidikdan Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah, penilaian hasil belajar oleh pendidikan dalam proses
pengumpulan informasi/ catatan tentang capaian pembelajaran peserta
didik dalam aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan
yang dilakukan secara terencana dan sistematis yang dilakukan untuk
memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar
melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar. Sedangkan penilaian
hasil belajar oleh satuan pendidikan adalah proses pengumpulan
informasi/ data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam
aspek pengetahuan dan aspek keterampilan yang dilakukan secara
terencana dan sistematis dalam bentuk penilaian akhir dan ujian
Peraturan Menteri ini bertujuan mengatur penilaian hasil belajar
oleh pendidik dan satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan
menengah dalam pelaksanaan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013.
Peraturan Menteri ini diberlakukan untuk menggatikan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang
penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah yang telah dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku. Selain itu Peraturan Menteri ini juga mendampingi Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kemampuan
mengimplementasikan Standar Penilaian berdasarkan Kurikulum 2013
antara lain : (1) Kemampuan Teknologi Informasi (TI) guru, (2)
Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan guru, dan (3) Frekuensi
Mengakses Internet seorang guru.
3. Kemampuan Teknologi Informasi (TI)
Kemampuan adalah kesanggupan/kecakapan seorang individu untuk
melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau menunjukkan
potensi seseorang untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan.
Pengertian teknologi informasi (Kadir, 2003: 2) menurut: a) Haag dan
Keen (1996) pengertian teknologi informasi adalah seperangkat alat yang
membantu seseorang untuk bekerja dengan informasi dan melakukan
(1999) pengertian teknologi informasi merupakan teknologi yang tidak
hanya pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak)
yang akan digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi,
melainkan mencakup teknologi komunikasi untuk mengirim informasi,
dan 3) Williams dan Sawyer (2003) pengertian teknologi informasi adalah
teknologi yang menggabungkan komputer dengan jalur komunikasi
kecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video.
Teknologi informasi (Rusman, 2015: 84) diartikan sebagai teknologi
pengadaan, pengolahan, penyimpanan, dan penyebaran berbagai jenis
informasi dengan memanfaatkan komputer dan telekomunikasi.
Teknologi informasi meliputi sistem-sistem komunikasi komunikasi
seperti komputer (PC dan komputer genggam), televisi, video disk, dan
video tape cassette.
Secara umum kemampuan teknologi informasi adalah
kesanggupan/kecakapan seseorang dalam menggunakan dan
memanfaatkan teknologi informasi, seperti komputer dan segala
perangkat yang terdapat didalamnya.
Teknologi informasi (Kadir, 2003: 24) juga dapat melahirkan
fitur-fitur baru dalam dunia pendidikan. Sistem pengajaran berbasis
multimedia (teknologi yang melibatkan teks, gambar, suara, dan video)
yang dapat menyajikan materi pelajaran lebih menarik dan tidak monoton
sehingga memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran
Teknologi internetpun ikut berperan dalam menciptakan e-learning yang
memudahkan peserta didik dalam pendidikan jarak jauh, pengiriman
tugas, diskusi, dan penilaian tugas peserta didik.
Dengan guru menguasai teknologi informasi maka guru dapat
mempermudah untuk melakukan pengajaran dan penilaian terhadap
peserta didik. Selain itu guru juga mampu untuk mengimplementasikan
Kurikulum 2013 Edisi Revisi dengan baik dan tepat.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
seseorang dalam mengakses teknologi informasi dapat mempengaruhi
pemahaman guru dalam memperoleh informasi dari teknologi yang
semakin berkembang di zaman yang semakin modern ini. Semakin tinggi
tingkat kemampuan teknologi informasi guru, maka semakin tinggi pula
tingkat pemahaman guru tentang standar penilaian. Dengan demikian
dapat dilihat semakin tinggi tingkat kemampuan guru dalam memahami
teknologi informasi, maka semakin tinggi kemampuan guru untuk
mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang
Standar Penilaian Pendidikan. Sebaliknya semakin rendah tingkat
kemampuan guru dalam mamahami teknologi informasi, semakin rendah
kemampuan guru untuk mengimplementasikan Permendikbud Nomor 23
4. Pengalaman Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
Pengalaman adalah apa yang sudah dialami dalam kurun waktu yang
lama. Pengalaman memungkinkan seseorang menjadi tahu dan hasil tahu
ini kemudian disebut pengetahuan. Dalam dunia kerja istilah pengalaman
juga digunakan untuk merujuk pada pengetahuan dan ketrampilan
tentang sesuatu yang diperoleh lewat keterlibatan atau berkaitan
dengannya selama periode tertentu.
Menurut Prof. Dr. M.J. Langeveld pendidikan ditafsirkan sebagai
bimbingan kepada anak untuk mencapai kedewasaan, yang kelaknya
anak itu mampu berdiri sendiri dan mnegejar cita-cita. Pendidikan
senantiasa merupakan proses refleksi dari situasi obyektif serta sarat
sejarah yang konkrit pada waktu itu. Dalam GBHN dikatakan bahwa
pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan dalam dalam dan luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101
Tahun 2000 Tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri
Sipil, pendidikan dan pelatihan adalah proses penyelenggaraan belajar
mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil.
Pendidikan dan pelatihan (Basri, 2015: 34-36) saat ini merupakan
diabaikan karena hal ini dapat dipandang sebagai penanaman modal
(investasi).
Pendidikan dan pelatihan yang terencana secara teratur menurut
Tjiptoherijanto (1989), dapat meningkatkan kemampuan dan
keterampilan kerja yang sekaligus mengarah pada peningkatan
produktivitas kerja. Dalam istilah lain dapat dikatakan bahwa tingkat
penghasilan seseorang meningkat dengan bertambahnya tingkatan
pendidikan dan pelatihan.
Oleh karena itu, sangat masuk akal apabila pendidikan dan pelatihan
harus diperhatikan secara serius dengan memperhatikan prinsip-prinsip
berikut:
a. Diklat sebagai Penyempurnaan
Keluaran pendidikan normal pada umumnya masih dalam keadaan
siap latih. Terlebih lagi karena pendidikan di Indonesia masih bersifat
massal karena mengutamakan pemerataan. Mereka belum siap dan
mampu untuk memegang jabatan tertentu. Oleh karena itu, sumber
daya manusia ini masih harus disempurnakan dalam satu diklat
terprogram.
b. Diklat sebagai Pelayanan Kemajuan IPTEK
Ledakan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat dihindari lagi
sehingga apa yang dipelajar di bangku sekolah tahun ini mungkin
telah berubah dan diperbaiki.Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
fakta-fakta baru dan menyusun kembali yang lama sehingga
mengubah bahan-bahan pelajaran di semua bidang. Karena pesatnya
perkembangan IPTEK itu, karyawan suatu organisasi perlu
ditingkatkan kemampuanya untuk melayani kemampuan IPTEK.”
c. Diklat sebagai Wahana Promosi
Organisasi selalu ditingkatkan mutu pelayanannya pada setiap
tingkatan jabatan yang ada dalam organisasi itu. Semakin tinggi
jabatan, semakin dibutuhkan orang berkualitas. Peningkatan kualitas
karyawan pada umumnya diperoleh melalui pendidikan dan latihan
yang direncanakan secara sistematis.
d. Diklat sebagai Pemenuh Aspirasi Masyarakat
Mendapatkan pelayanan yang cepat dan tepat sangat mendesak
dikarenakan masyarakat dalam era informasi dan komunikasi bersedia
membayar mahal asal urusan mereka dapat diselesaikan dengan cepat.
Ramainya toko-toko swalayan, semakin tinggi minat masyarakat
untuk membuka rekeningnya melalu ATM merupakan contoh bahwa
setiap orang ingin mendapat pelayanan yang cepat dan unggul ini
hanya mungkin dilayani oleh karyawa yang mampu dan terampil
melalui pendidikan dan pelatihan.
e. Diklat sebagai Pemasuk Ide Inovatif
Mustahil pembaharuan dilaksanakan dalam kegiatan rutin. Hal ini
karena kegiatan rutin menimbulkan kejenuhan yang menghalangi
penyegaran berupa ide inovatif yang sering diperoleh melalui
pendidikan dan pelatihan.
f. Diklat sebagai Pengembang Keterampilan
Tugas-tugas dalam lembaga atau organisasi sering memerlukan
keterampilan khusus. Oleh karena itu, karyawan yang akan menangani
tugas itu harus mendapatkan pendidikan dan latihan khusus. Tanpa
pembinaan dan pengembangan keterampilan ini, produktifitas
karyawan akan menurun.
g. Diklat sebagai Perantara Pendidikan Seumur Hidup
Pendidikan dan pelatihan diperlukan tidak hanya untuk siswa belajar d
sekolah dan perguruan tinggi, tetapi semua orang memerlukan diklat
untuk kepentingan diri sendiri ataupun untuk kelompok masyarakat.
Menurut Mukhtar Bukhari (1914), idealnya setiap manusia harus
selalu berusahan agar masa depan lebih baik daripada hari ini. Setiap
manusia idealnya selalu berikrar bahwa dalam setiap melakukan
pekerjaan masing-masing, semakin lama akan semakin mahir dan
profesional.
h. Diklat sebagai Pembentukan Etos Kerja Bermutu
Kecenderungan dan semangat kerja karyawan melakukan tugas tidak
timbul dengan sendirinya, tetapi perlu dipupuk dan disempurnakan
melalui berbagai kegiatan penyegaran secara matang. Dalam
penyelenggaraan dan pelathan yang dikoordinasi dengan baik, etos