BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
2. Deskripsi Sampel Penelitian
Pada penelitian ini, sampel dipilih dengan metode purposive
sampling. Melalui metode purposive sampling diharapkan sampel dapat mewakili populasinya dan tidak menimbulkan bias bagi tujuan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya. Adapun kriteria sampel yang dipilih pada penelitian ini adalah:
a. Perusahaan sektor real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode penelitian (2005-2009).
b. Perusahaan tersebut sudah terdaftar di BEI sebelum 1 Januari 2005.
c. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan dan laporan auditor
independen pada periode yang bersangkutan.
d. Perusahaan tidak delisting atau keluar dari BEI selama periode
pengamatan.
e. Laporan keuangan tersebut terdapat informasi yang lengkap terkait
dengan semua variabel yang diteliti.
75 Proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tampak dalam Tabel 4.2. Berdasarkan proses seleksi sampel tersebut, diperoleh 190 perusahaan dengan rincian proses sebagai berikut:
Tabel 4.2 Proses Seleksi Sampel
No. Kriteria Pelanggaran
Kriteria
Jumlah
1. Perusahaan real estate dan properti
periode 2005-2009.
53
2. Terdaftar sebelum 1 Januari 2005. (11) 42
3. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan dan laporan auditor indepeden pada periode yang bersangkutan.
(0) 42
4. Perusahaan tidak delisting selama
periode pengamatan
(3) 39
5. Data tidak tersedia (1) 38
Jumlah Sampel 38
Periode Penelitian 5
Total Jumlah Sampel Selama Periode Penelitian
190
3. Statistik Deskriptif
Penelitian statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif
suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
varians, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness
(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2009:19). Pada penelitian ini statistik
deskriptif akan menggambarkan deskripsi variabel dependen, yaitu opini
audit going concern dan deskripsi variabel independen, yaitu perubahan
BoC, perubahan BoD, komisaris independen, kepemilikan anggota dewan, leverage, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, dan ukuran perusahaan.
76
a. Deskripsi Opini Audit Going Concern
Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan tahunan dan laporan
keuangan auditee pada tahun-tahun penelitian, dapat diketahui jenis-
jenis opini yang diterima masing-masing perusahaan selama periode peneltian. Opini tersebut kemudian digolongkan menjadi dua jenis opini
audit, yaitu opini audit going concern atau going concern audit opinion
(GCAO) dan opini audit non going concern atau non going concern
audit opinion (NGCAO). Hasil analisis terhadap opini audit perusahaan yang dijadikan sampel akan digambarkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3
Distribusi Sampel Berdasarkan Opini Audit
No. KODE Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1. ADHI NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO
2. ELTY GCAO GCAO GCAO GCAO GCAO
3. BIPP GCAO GCAO GCAO GCAO GCAO
4. BMSR NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO 5. CKRA NGCAO NGCAO NGCAO GCAO NGCAO
6. CTRA GCAO GCAO NGCAO NGCAO NGCAO
7. CTRS NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO
8. DILD GCAO GCAO GCAO GCAO NGCAO
9. DART GCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO 10. DUTI NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO 11. FMII NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO 12. GMTD NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO 13. SHID NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO
14. OMRE NGCAO GCAO GCAO GCAO NGCAO
15. JIHD GCAO GCAO GCAO GCAO NGCAO
16. JSPT NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO 17. JRPT NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO 18. KIJA NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO 19. KPIG NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO 20. LAMI NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO 21. LPCK NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO 22. LPKR NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO 23. MAMI NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO 24. MDLN NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO
25. PTRA GCAO GCAO GCAO GCAO GCAO
26. PWON NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO
27. PWSI GCAO GCAO GCAO GCAO GCAO
28. PJAA NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO Bersambung pada halaman berikutnya
77
No. KODE Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
29. PLIN NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO 30. PNSE NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO 31. PUDP NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO 32. RBMS NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO 33. RODA NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO 34. BKSL GCAO GCAO NGCAO NGCAO NGCAO 35. SMRA NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO 36. SSIA NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO 37. SIIP NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO NGCAO
38. SMDM GCAO GCAO GCAO GCAO GCAO
Total GCAO 10 10 8 9 5
Total NGCAO 28 28 30 29 33
Total 38 38 38 38 38
Sumber : Data sekunder diolah
Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa pada tahun 2005
jumlah perusahaan sampel, yang bergerak di sektor real estate dan
properti, yang memperoleh opini audit going concern adalah sebanyak
10 perusahaan. Pada tahun 2006, jumlah perusahaan sampel yang
memperoleh opini audit going concern tidak berubah yaitu sebanyak 10
perusahaan. Namun, pada tahun 2007, jumlah perusahaan sampel yang
memperoleh opini audit going concern berkurang 2 perusahaan yaitu
sebanyak 8 perusahaan. Pada tahun 2008, jumlah perusahaan sampel
yang memperolah opini audit going concern kembali meningkat yaitu
sebanyak 9 perusahaan. Tetapi, pada tahun 2009, perusahaan sampel
yang memperoleh opini audit going concern kembali menurun drastis
yaitu hanya sebanyak 5 perusahaan saja.
Secara ringkas, gambaran perusahaan sampel yang memperoleh
opini audit going concern (GCAO) dan yang memperoleh opini audit
non going concern (NGCAO) akan digambarkan pada tebel berikut: Tabel 4.3 (Lanjutan)
78
Tabel 4.4
Ringkasan Penerimaan Opini Audit
Sumber: Data sekunder diolah
Jumlah terbanyak dari perusahaan real estate dan properti yang
memperoleh opini audit going concern terjadi pada tahun 2005 dan
2006. Pada tahun 2005, kondisi ekonomi di Indonesia tergolong masih belum stabil. Nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing masih terus berfluktuasi dipengaruhi oleh kondisi sosial dan politik dalam negeri.
Ketidakpastian kondisi ekonomi ini berpengaruh terhadap industri real
estate dan properti, terutama dalam hal berkurangnya sumber dana,
penundaan pembangunan proyek, dan penurunan jumlah pendapatan sebagai akibat penurunan daya beli konsumen dan tingkat hunian rata- rata (PT. New Century Development Tbk., 2005).
Pada tahun 2006, kondisi perekonomian Indonesia belum sepenuhnya pulih dari krisis. Adanya peristiwa Bom Bali II pada Oktober 2005 dan gempa bumi yang melanda Yogyakarta pada April 2006, memberikan dampak pada beberapa perusahaan properti yang memiliki aset dan melakukan operasi penjualan di daerah Bali dan Yogyakarta. Kedua peristiwa tersebut membuat penurunan pendapatan dan laba perusahaan. Namun secara umum, kondisi ekonomi cukup
stabil ditandai dengan penurunan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia yang diikuti turunnya bunga pinjaman bank, tingkat inflasi yang
2005 2006 2007 2008 2009
GCAO 10 26,32% 10 26,32% 8 21,05% 9 23,68% 5 13,16% NGCAO 28 73,68% 28 73,68% 30 78,95% 29 76,32% 33 86,84% Jumlah 38 100% 38 100% 38 100% 38 100% 38 100%
79 cenderung menurun, dan menguatnya nilai tukar Rupiah (PT. Ciputra Development Tbk., 2006).
Pada tahun 2007, secara umu kondisi perusahaaan sektor real
estate dan properti mulai membaik. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah perusahaan sampel yang memperoleh GCAO berkurang menjadi 8 perusahaan dari yang semula pada tahun 2006 sebanyak 10 perusahaan. Hal ini dikarenakan kondisi makro ekonomi, sosial, dan politik nasional sepanjang tahun 2007 secara umum menunjukkan perkembangan yang positif. Laju inflasi berhasil dibatasi sesuai target, nilai tukar mata uang Rupiah cenderung menguat dan stabil, serta tingkat suku bunga Bank Indonesia terus turun bertahap mencapai 8% pada akhir tahun. Hal ini berdampak pada penurunan suku bunga pinjaman bank, termasuk kredit
pemilikan rumah, yang pada gilirannya berimbas positif pada pasar real
estate dan properti di Indonesia (PT. Lippo Karawaci Tbk., 2007). Pada tahun 2008, perusahaan sampel yang memperoleh GCAO kembali meningkat menjadi 9 perusahaan. Hal ini dipengaruhi oleh
terjadinya krisis perumahan (sub-prime mortgage) yang terjadi di
Amerika Serikat pada pertengahan bulan Juli-September 2007 dan kenaikan minyak dunia yang mencapai USD 94.60/barel pada akhir tahun 2007 (PT. Bhuwanatala Indah Permai Tbk., 2007). Hal tersebut menyebabkan ketidakstabilan kondisi ekonomi yang ditandai dengan indeks harga saham bursa dunia dan Indonesia terpuruk, pertumbuhan ekonomi melambat, dan nilai tukar Rupiah melemah. Kebijakan Bank
80
Indonesia untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan (BI rate) menjadi
9,5% yang bertujuan menekan inflasi dan mengendalikan nilai Rupiah, disisi lain telah menekan likuiditas bank, mendorong naik tingkat suku bunga pinjaman dan memperlambat pertumbuhan sektor riil. Tingkat suku bunga kredit pemilikan rumah naik menjadi 15-17%, sehingga permintaan kredit properti untuk sementara melambat (PT. Bakrieland Development Tbk., 2008).
Pada tahun 2009, kondisi sektor real estate dan properti di
Indonesia mulai membaik. Hal tersebut ditandai dengan menurunnya
jumlah perusahaan sampel yang memperoleh opini audit going concern
pada tahun ini, yaitu menjadi 5 perusahaan. Pada tahun 2009, Indonesia dapat meminimalkan dampak krisis global dan mencatat pertumbuhan positif. Pada akhir tahun, indikator ekonomi makro menunjukkan pergerakan positif dengan tingkat bunga Bank Indonesia yang menurun hingga 6,5%, dan inflasi dalam negeri berkurang menjadi 2,78%. (PT. Lippo Cikarang Tbk., 2009). Menurunnya suku bunga ini mengakibatkan penjualan properti dan permintaan kredit kepemilikan rumah maupun penyewaan meningkat. Walaupun peningkatan itu tidak menunjukkan angka yang tinggi dan tidak terjadi pada seluruh perusahaan sampel, namun secara keseluruhan pada tahun 2009 ini,
kondisi bisnis sektor real estate dan properti telah mengalami
perbaikan. Hal tersebut dapat dilihat dari berkurangnya perusahaan
81
b. Deskripsi Variabel Independen
Tabel 4.5 menggambarkan statistik deskriptif seluruh variabel
dalam penelitian ini yang meliputi nilai minimum, maksimum, mean
(rata-rata), standar deviasi, dan skewness. Nilai minimum
menggambarkan nilai paling kecil yang diperoleh dari hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan terhadap perusahaan sampel. Nilai maksimum menggambarkan nilai paling besar yang diperoleh dari hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan,
sedangkan mean (rata-rata) menunjukkan nilai rata-rata dari masing-
masing variabel.
Berikut ini adalah gambaran statistik deskriptif perusahaan sampel secara keseluruhan:
Tabel 4.5 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation BoC 190 0 1 .47 .501 BoD 190 0 1 .46 .500 Ind_Comm 190 20,00 87,50 42,8125 11,49663 Board_Own 190 0 1 .45 .499 Lev 190 ,00 2,22 ,4995 ,36001 Prof 190 -4,08 40,12 ,2770 2,98791 Aktivitas 190 ,00 1,51 ,2303 ,24687 Size 190 24,59 30,13 27,7256 1,23871 Valid N (listwise) 190
82 Variabel perubahan dewan komisaris (BoC) menunjukkan nilai minimum 0 dan maksimum 1. Hal ini dikarenakan variabel BoC
merupakan variabel dummy dengan kategori analisis 0 dan 1. Nilai rata-
rata (mean) variabel tersebut adalah 0,47. Hal tersebut berarti selama
periode penelitian, hanya rata-rata sekitar 0,47 perusahaan dari total 190 perusahaan sampel yang melakukan pergantian atau perunahan dewan komisaris.
Variabel perubahan dewan direksi (BoD) menunjukkan nilai minimum 0 dan maksimum 1 karena variabel BoD juga merupakan
variabel dummy dengan kategori analisis 0 dan 1. Nilai rata-rata (mean)
variabel tersebut adalah 0,46. Hal tersebut berarti hanya sekitar rata-rata 0,46 perusahaan sampel dari total 190 perusahaan yang melakukan perubahan dewan direksi
Variabel komisaris independen (Ind_Comm) menunjukkan nilai minimum 20,00 dan nilai maksimum 87,50. Hal ini berarti dalam perusahaan sampel, persentase jumlah komisaris independen pada perusahaan sampel paling kecil adalah sebesar 20% dari total jumlah dewan komisaris dan paling besar adalah 87,50% dari total jumlah
dewan komisaris. Rata-rata (mean) variabel komisaris independen
sebesar 42,8125. Hal tersebut berarti rata-rata proporsi jumlah komisaris independen dalam susunan dewan komisaris perusahaan sampel adalah sebesar 42,8125%.
83
Variabel kepemilikan anggota dewan atau board ownership
(Board_Own) menunjukkan nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Hal ini dikarenakan variabel kepemilikan anggota dewan merupakan
variabel dummy dengan kategori analisis 0 dan 1. Nilai rata-rata (mean)
variabel tersebut menunjukkan 0,45. Hal ini berarti bahwa rata-rata hanya sekitar 0,45 dari perusahaan sampel yang sahamnya dimiliki oleh dewan direksi maupun dewan komisaris.
Variabel leverage (Lev) memiliki nilai minimum 0,00 dan nilai
maksimum 2,22 serta rata-rata (mean) 0,4995. Variabel leverage atau
struktur perusahaan diproksikan dengan debt to total assets (DTA).
Variabel ini menggambarkan seberapa besar perbandingan total kewajiban yang dimiliki perusahaan dengan total aktivanya.
Variabel profitabilitas (Prof) menunjukkan nilai minimum - 4,08 dan nilai maksimum 40,12. Rasio profitabilitas ini diproksikan dengan return on equity (ROE) yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan melakukan pengembalian dalam total ekuitasnya. Nilai profitabilitas yang negatif menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mengalami laba negatif dalam periode laporan
keuangannya. Nilai rata-rata (mean) variabel tersebut adalah sebesar
0,2770.
Variabel rasio aktivitas (Aktivitas) perusahaan diproksikan
dengan total asset turnover (TATO). Variabel ini menunjukkan nilai
84 menunjukkan bahwa dalam periode penelitian, total penjualan perusahaan sampel adalah sebesar 0. Rasio aktivitas menunjukkan perbandingan antara penjualan bersih dengan totak aktiva. Hal tersebut
berarti menunjukkan seberapa besar hasil penjualan dapat
diinvestasikan untuk aktiva perusahaan. Nilai rata-rata (mean) variabel
ini adalah sebesar 0,2303.
Variabel size atau ukuran perusahaan diproksikan dengan
logaritma natural dari total aktiva. Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai minimum dari ukuran perusahaan sampel adalah sebesar 24,59 dan
nilai maksimumnya sebesar 30,13. Adapun nilai rata-rata (mean)
ukuran perusahaan sampel adalah sebesar 27,7256. Variabel ukuran perusahaan dalam penelitian ini digambarkan dari total aktivanya. Semakin besar total aktiva perusahaan maka semakin besar ukuran perusahaan tersebut.
4. Analisis Inferensial
Analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Pada penelitian ini, hipotesis diuji dengan menggunakan model regrosi logistik biner. Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya. Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas data pada variabel bebasnya (Ghozali, 2006: 71). Pengujian
dilakukan dengan tingkat signifikansi 5% (0,05) (Stanislaus, 2006:236) dalam Amilin dan Indrawan (2008: 80).
85
a. Pengujian Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Analisis pertama yang dilakukan adalah pengujian model fit terhadap data. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model fit dengan data baik sebelum atau sesudah variabel bebas dimasukkan
ke dalam model regresi (Solikah, 2007: 102). Pengujian overall model
fit dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood
pada awal (Block Number=0) dengan -2 Log Lokelihood akhir (Block
Number =1). Hipotesis untuk menilai model fit adalah :
H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
Berdasarkan hipotesis ini, maka H0 harus diterima dan Ha harus
ditolak agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan
berdasarkan fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah
probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input.
Tabel 4.6 adalah Iteration History 0 yang merupakan -2 Log
Likelihood awal. Tabel ini akan dibandingkan dengan tabel 4.7, tabel Iteration History 1 yang merupakan -2 Log Likelihood akhir. Adanya
selisih antara -2 Log Likelihood awal dengan -2 Log Likelihood akhir
menunjukkan bahwa hipotesis nol (H0) tidak dapat ditolak dan model fit
86
Tabel 4.6
Iteration History 0
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients Constant Step 0 1 201.424 -1.116 2 200.731 -1.254 3 200.730 -1.260 4 200.730 -1.260
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 200,730
c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 16.0
Berdasarkan hasil pengolahan SPSS 16.0, pada tabel 4.6
menunjukkan bahwa nilai -2 Log Likelihood awal (tabel Iteration
History 0) adalah sebesar 200,730. Secara matematis, angka tersebut
signifikan pada alpha 5% dan berarti bahwa hipotesis nol (H0) ditolak.
Hal ini berarti hanya konstanta saja yang tidak fit dengan data (sebelum dimasukkan variabel bebas ke dalam model regresi) (Ghozali, 2006: 79).
Langkah selanjutnya adalah membandingkan antara nilai -2 Log
Lokelihood awal (tabel Iteration History 0) dengan -2 Log Likelihood
akhir (tabel Iteration History 1). Pada tabel Iteration History 0, nilai -2
Log Likelihood awal menunjukkan sebesar 200,730. Setelah variabel
bebas dimasukkan pada model regresi, maka nilai -2 Log Likelihood
87
Tabel 4.7
Iteration History 1 Iteration Historya,b,c,d
Iteration
-2 Log likelihood
Coefficients
Constant BoC BoD
Ind_ Comm
Board
_Own Lev Prof Aktivitas Size
Step 1 1 163.676 -4.541 .120 -.309 .011 -.056 1.617 .027 -2.086 .098 2 148.931 -7.842 .192 -.540 .012 -.080 2.166 .031 -4.911 .217 3 141.322 -9.803 .126 -.620 .010 -.117 2.356 .036 -9.181 .310 4 139.735 -11.211 .042 -.638 .010 -.128 2.571 .038 -12.061 .371 5 139.682 -11.537 .020 -.643 .010 -.126 2.645 .038 -12.671 .385 6 139.682 -11.550 .019 -.643 .010 -.126 2.648 .038 -12.694 .385 7 139.682 -11.551 .019 -.643 .010 -.126 2.648 .038 -12.694 .385 a. Method: Enter
b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 200,730
d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS 16.0
Berdasarkan hasil output tersebut, terjadi penurunan nilai antara -2 Log Likelihood awal dan akhir sebesar 61,048. Penurunan tersebut dapat diartikan bahwa penambahan variabel bebas ke dalam model regresi memperbaiki model fit atau dengan kata lain model fit dengan data.
b. Pengujian Kelayakan Model Regresi
Analisis selanjutnya yang dilakukan adalah menilai kelayakan model regresi logistik biner. Pengujian ini dilakukan dengan
88
square pada bagian bawah uji Hosmer and Lameshow. Nilai
signifikansi yang tertera kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikansi (α) sebesar 5% (Solikah, 2007: 104). Hipotesis yang digunakan untuk menilai kelayakan model regresi ini adalah:
H0 : Tidak ada perbedaan antara model dengan data
Ha : Ada perbedaan antara model dengan data
Tabel 4.8
Hosmer and Lameshow Test
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 5.106 8 .746
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 16.0
Tabel 4.8 menunjukkan hasil pengujian Hosmer and Lameshow
Test. Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi adaah sebesar 0,746. Nilai signifikansi yang diperoleh
tersebut jauh di atas 0,05 (α) 5% yang berarti hipotesis 0 (H0) tidak
dapat ditolak (diterima). Hal ini berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya sehingga model ini dapat digunakan untuk analisis
selanjutnya.
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk menjelaskan seberapa besar variabilitas variabel–variabel independen mampu menjelaskan variabilitas variabel dependennya (Solikah, 2007: 106). Koefisien determinasi dalam regresi logistik biner ditunjukkan dengan nilai
89 Nagelkerke R Square. Nagelkerke R Square dapat diinterpretasikan
seperti nilai R Square dalam regresi berganda (Ghozali, 2006: 84).
Tabel 4.9
Model Summary
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 139.682a .275 .421
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS 16.0
Tabel 4.9 adalah tabel Model Summary. Pada tabel ini, nilai
Nagelkerke R Square menunjukkan nilai 0,421. Hal ini berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam penelitian ini adalah sebesar 42,1%. Sisanya sebesar 57,9% dijelaskan oleh variabel independen lain di luar model penelitian ini, misalnya kualitas audit, risiko saham, komite audit, kepemilikan
institusional, kepemilikan terpusat (block ownership), prediksi
kebangkrutan Altman Z-Score, rasio likuiditas, rasio arus kas, opini
audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, opinion shopping,
debt default, audit lag, audit client tenure, dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa variasi variabel independen dalam penelitian ini (perubahan BoC, perubahan BoD, komisaris independen, kepemilikan
anggota dewan, leverage, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, dan ukuran
perusahaan) mampu menjelaskan variasi variabel dependen (opini audit going concern) sebesar 42,1%.
90
d. Tabel Klasifikasi
Tabel klasifikasi menjelaskan nilai estimasi yang benar (correct)
dan yang salah (incorrect) (Ghozali, 2006: 80). Matrik klasifikasi akan
menunjukkan prediksi dari model regresi untuk memprediksi
kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada perusahaan.
Tabel 4.10 Classification Table Classification Tablea Observed Predicted Opini Percentage Correct 0 1 Step 1 Opini 0 140 8 94.6 1 26 16 38.1 Overall Percentage 82.1
a.The cut value is ,500
Sumber: Hasil pengolahan data dengan SPSS 16.0
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa menurut prediksi, perusahaan
yang memperoleh opini audit going concern adalah 42, sedangakan
bersadarkan observasi sesungguhnya adalah 16. Jadi, ketepatan model ini adalah 16/42 atau 38,1%. Sementara itu, prediksi perusahaan yang
memperoleh opini audit non going concern adalah 148, sedangkan
menurut observasi sesungguhnya adalah 140. Jadi ketepatan model ini adalah 140/148 atau 94,6%. Ketepatan dari prediksi keseluruhan model ini adalah sebesar 82,1%.
91
e. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh variabel perubahan BoC, perubahan BoD, komisaris
independen, kepemilikan anggota dewan, rasio leverage, profitabilitas,
aktivitas, dan ukuran perusahaan terhadap variabel dependen opini
audit going concern dengan menggunakan regresi logistik biner dan
hasilnya ditunjukkan pada tabel 4.11. Pada tabel Variables in the
Equation, kolom Significant dibandingkan dengan tingkat alpha (α) 0,05 (5%) (Stanislaus, 2006: 236) dalam (Amilin dan Indrawan, 2008:
80). Apabila nilai signifikansi di bawah 0,05 (5%) maka hipotesis (Ha)
diterima.
Tabel 4.11
Variables in the Equation
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a BoC .019 .481 .002 1 .969 1.019 BoD -.643 .467 1.894 1 .169 .526 Ind_Comm .010 .018 .282 1 .596 1.010 Board_Own -.126 .459 .076 1 .783 .881 Lev 2.648 .770 11.819 1 .001 14.123 Prof .038 .089 .181 1 .671 1.039 Aktivitas -12.694 2.989 18.034 1 .000 .000 Size .385 .201 3.668 1 .055 1.470 Constant -11.551 5.428 4.529 1 .033 .000
a. Variable(s) entered on step 1: BoC, BoD, Ind_Comm, Board_Own, Lev, Prof, Aktivitas, Size.
92 Tabel 4.11 menunjukkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi logistik biner pada tingkat signifikansi 0,05 (5%). Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dapat diperoleh persamaan regresi logistik biner sebagai berikut:
Opini = -11,551 + 0,019 BoC – 0,643 BoD + 0,010 Ind_Comm – 0,126 Board_Own + 2,648 Lev + 0,038 Prof – 12,694 Aktivitas + 0,385 Size + ε
Ha1 : Perubahan BoC berpengaruh signigfikan terhadap opini
audit going concern
Variabel perubahan dewan komisaris (BoC) pada tabel 4.11 menunjukkan koefisien positif sebesar 0,019 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,969 > 0,05 yang berarti Ha1 ditolak. Maka, perubahan dewan
komisaris (BoC) tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.
Ha2 : Perubahan BoD berpengaruh signifikan terhadap opini
audit going concern
Variabel perubahan dewan direksi (BoD) pada tabel 4.11 menunjukkan koefisien negatif sebesar 0,643 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,169 > 0,05 yang berarti Ha2 ditolak. Maka, perubahan dewan
direksi (BoD) tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going
concern.
Ha3 : Komisaris Independen berpengaruh signifikan terhadap
93 Variabel komisaris independen yang diproksikan dengan persentase proporsi komisaris independen dalam dewan komisaris pada tabel 4.11 menunjukkan koefisien positif sebesar 0,010 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,596 > 0,05 yang berarti Ha3 ditolak. Dengan
demikian, komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap
opini audit going concern.
Ha4 : Kepemilikan Anggota Dewan berpengaruh signifikan
terhadap opini audit going concern
Kepemilikan anggota dewan pada tabel 4.11 menunjukkan koefisien negatif sebesar 0,126 dengan niali signifikansi 0,783 > 0,05
yang berarti Ha4 ditolak. Dengan demikian, kepemilikan anggota dewan
tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.
Ha5 : Leverage berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern
Leverage yang diproksikan dengan debt to assets pada tabel 4.11 menunjukkan koefisien positif sebesar 2,648 dengan nilai
signifikansi 0,001 < 005. Hal tersebut berarti Ha5 diterima dan
Leverage berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.
Ha6 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern
Profitabilitas pada penelitian ini diproksikan dengan return on
equity (ROE). Berdasarkan tabel 4.11, variabel profitabilitas
94
signifikansinya 0,671 > 0,05 yang berarti Ha6 ditolak atau profitabilitas