• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

H. Opini Audit Going Concern

Auditor sebagai pihak yang independen dalam pemeriksaan laporan keuangan perusahaan dan akan memberikan opini atas laporan keuangan yang diauditnya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberi simpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya (Petronela, 2004: 47). Opini audit going concern merupakan opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya (IAI, 2001: Seksi 341, PSA 30).

Mutchler (1984), dalam Yusnitasari dan Setiawan (2003:69),

menunjukkan keputusan going concern diambil melalui proses tiga tahap

berikut:

1. Identifikasi entitas dengan masalah going concern yang potensial.

2. Menentukan apakahh entitas dengan masalah going concern harus

menerima laporan audit tentang going concern.

3. Memilih diantara dua jenis laporan audit going concern, yaitu modifikasi

laporan audit wajar tanpa syarat atau disclaimer.

Sementara itu, Ellingsen et. al. (1989) dalam Yusnitasari dan Setiawan

(2003: 71), menyarankan prosedur pengambilan keputusan going concern

berdasarkan SAS 59:

1. Apakah hasil prosedur audit mengindikasikan keraguan yang substansial

45 periode waktu yang layak? Jika jawabannya tidak, maka auditor telah memenuhi tanggung jawabnya sesuai dengan SAS 59. Jika jawabannya ya, maka auditor akan melakukan tahapan selanjutnya.

2. Menganalisis rencana manajemen dan menilai kemampuan rencana

tersebut dapat diimplementasikan secara efektif.

3. Apakah keraguan yang substansial masih ada? Jika tidak, maka tidak perlu

melakukan modifikasi laporan audit. Jika ya, maka harus dilakukan tahap empat (4).

4. Mempertimbangkan pengaruh yang mungkin terjadi pada laporan

keuangan dan pengungkapan masalah going concern.

5. Menambah paragraf penjelasan (mengikuti paragraf opini) pada laporan

audit tentang going concern.

Sedangkan dalam (IAI, 2001: Seksi 341, PSA 30) memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut:

1. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan

satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus:

a. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan

untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.

b. Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif

46

2. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak kondisi

dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, auditor memepertimbangkan untuk memberikan

pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer).

3. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang

harus dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan (berdasarkan pertimbangannya) efektivitas rencana tersebut.

4. Jika auditor bersimpulan rencana tersebut tidak efektif, auditor

menyatakan tidak memeberikan pendapat (disclaimer).

5. Jika auditor bersimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak

mengungkapakan keadaan tersebut di dalam catatan laporan keuangan,

auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified

opinion).

6. Jika auditor bersimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak

mengungkapkan keadaan tersebut di dalam laporan keuangan, auditor

menyatakan pendapat tidak wajar (adverse opinion).

I. Tanggung Jawab Auditor

Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar tehadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu yang pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (selanjutnya periode tersebut akan disebut dengan jangka waktu pantas). Evaluasi auditor

47 berdasarkan atas pengetahuan tentang kondisi dan peristiwa yang ada pada atau yang telah terjadi sebelum pekerjaan lapangan selesai. Informasi tentang kondisi dan peristiwa diperoleh auditor dari penerapan prosedur audit yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan audit yang bersangkutan dengan asersi manajemen yang terkandung dalam laporan keuangan yang sedang diaudit (IAI, 2001: Seksi 341, PSA 30, Par.02).

Contoh kondisi dan peristiwa tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tren negatif, sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang terjadi,

kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan penting yang jelek.

2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, sebagai contoh,

kegagalan dalam memenuhi kewajiban utang atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva.

3. Masalah intern, sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan hubungan

perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses proyek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi.

4. Masalah luar yang telah terjadi, sebagai contoh, pengaduan gugatan

pengadilan, keluarnya undang-undang atau masalah-masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi,

48

kehilangan franchise, lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan

atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar, seperti gempa bumi,

banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan, namun dengan

pertanggungan yang tidak memadai.

Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (Iskak, 1998: 3). Penilaian auditor didasarkan atas pengetahuan tentang kondisi dan peristiwa yang ada pada atau yang telah terjadi sebelum pekerjaan lapangan selesai. Namun auditor tidak bertanggung jawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan datang (Iskak, 1998: 3).

Menurut SAS No. 59 dalam Akers et. al. (2003) sebagaimana dikutip

Setiawan (2006: 64), auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi

kemampuan klien untuk melanjutkan usahanya (going concern). Syarat-syarat

yang tercantum dalam SAS No. 59 adalah sebagai berikut:

1. Tanggung jawab auditor adalah untuk mengevaluasi apakah entitas going

concern untuk periode tidak lebih dari tahun dari tanggal laporan keuangan yang diaudit.

2. Auditor tidak bertanggung jawab untuk memprediksi atau meramalkan

kejadian masa depan.

3. Kebangkrutan oleh sebuah perusahaan yang tidak menerima laporan going

concern, walaupun satu tahun dari tanggal neraca, tidak memerlukan kinerja auditor yang tidak mencukupi.

49

4. Auditor tidak harus melaksanakan prosedur spesifik untuk menentukan

entitas going concern. Prosedur audit untuk tujuan audit yang lain

dianggapa cukup.

5. Auditor diharuskan untuk mengevaluasi rencana manajemen untuk

mengurangi kejadian dan kondisi yang mengindikasikan keraguan yang

cukup besar bahwa perusahaan going concern.

6. Jika auditor menyimpulkan adanya keraguan, auditor harus

mempertimbangkan pengaruh laporan keuangan dan penyingkapan, untuk menentukan dampak opini audit.

Dokumen terkait