• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi siklus I

Kegiatan perbaikan pada siklus I didasarkan pada pembelajaran sebelumnya (studi awal). Pada studi awal diperoleh data sekitar 48,38 % siswa tidak tuntas dalam pembelajaran (lampiran 8). Oleh karena itu, siklus I dirancang pembelajaran yang sekiranya dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. Pelaksanaan pembelajaran diseting dengan proses ilmiah (merumuskan masalah) agar siswa mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis (pemecahan masalah). Selain itu, di akhir pembelajaran dilakukan game pohon pengetahuan untuk mengendapkan materi yang sudah dipelajari. Guru IPA bersama penulis merancang kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran problem solving dengan game pohon pengetahuan.

Pada siklus I ini, pembelajaran diseting dengan pengamatan akuarium buatan dan diskusi problem solving. Pengamatan ekosistem buatan dalam akuarium merupakan suatu bentuk keterampilan proses sains yang merupakan ciri khas pembelajaran IPA Biologi. Melalui pengamatan akuarium siswa akan memiliki keterampilan proses antara lain melakukan observasi (pengamatan), menafsirkan pengamatan, mengelompokkan, meramalkan (prediksi), dan berkomunikasi.

Pengamatan akuarium ini dilakukan oleh siswa selama 6 hari dengan 3 kali pengamatan. Siswa kelas VII C membuat model ekosistem akuarium yang diletakkan di belakang kelas dengan tujuan agar mudah dalam pengamatan. Hari pertama, ekosistem akuarium tersebut diamati oleh siswa bersama kelompoknya. Siswa mengukur suhu air dan mencatat waktu pengamatan. Selain itu, siswa juga mengamati keadaan ikan dan hewan air lainnya. Setelah dua hari, tanaman air dalam akuarium dikeluarkan kemudian siswa mengamati keadaan ekosistem juga di hari itu dengan mencatat di lembar diskusi siswa. Dua hari kemudian, siswa melakukan pengamatan terakhir terhadap ekosistem akuarium. Pengamatan ini dilakukan di saat jam istirahat sehingga tidak menggangu aktivitas belajar mengajar. Pada tanggal 21 Februari 2011, di saat pembelajaran siklus I siswa dibimbing oleh guru melakukan diskusi.

Dalam pembelajaran problem solving terdapat tahapan yang harus dilakukan oleh siswa seperti merumuskan masalah, menganalisis masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, pengujian hipotesis dan menarik kesimpulan. Berdasarkan hasil pengamatan oleh observer dan lembar diskusi siswa, dari 8 kelompok masih terdapat 5 kelompok siswa (kelompok A, B, D, E dan F) masih kesulitan dalam merangkai kata-kata untuk menentukan rumusan masalah. Umumnya, rumusan masalah yang ditulis adalah tujuan praktikum. Dalam menganalisis masalah, semua kelompok sudah mengkaitkan permasalahan dengan teori-teori yang mendukung dari buku-buku. Namun di dalam mengajukan hipotesis, hanya terdapat 2 kelompok (kelompok A dan F) yang tidak menulis hipotesis di lembar kerja siswa. Hal ini karena, mereka belum paham apa yang dimaksud dengan hipotesis. Sedangkan 6 kelompok (kelompok B, C, D, E, G dan H) sudah bisa mengajukan hipotesis meskipun dengan kata-kata yang kurang baku. Pada tahap pengumpulan data, siswa melakukan pengamatan selama 6 hari dengan 3 kali pengamatan. Data yang diambil dalam pengamatan meliputi suhu air dan keadaaan hewan air di dalamnya. Pengukuran suhu dilakukan menggunakan thermometer. Semua kelompok sudah dapat menggunakan

thermometer dengan benar. Namun ada 2 anggota dari kelompok A (nomor dada A1 dan A3) memegang thermometer dengan cara yang salah yaitu memegang tidak pada tali penggantung thermometer tetapi di badan thermometer. Hal ini diketahui oleh guru dan guru langsung membenarkan cara penggunaan thermometer yang benar. Di lembar kerja siswa, siswa menulis data dalam bentuk histogram. Terdapat 5 kelompok (kelompok A, B, D, F, danG) yang sudah menggambarkan histogram dengan benar. Kelompok E dan H sudah menggambar dengan benar, tetapi tidak menuliskan judul histogram. Sedangkan kelompok C, dalam menggambar histogram tidak menulis keterangan gambar. Pada tahap pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan, semua kelompok sudah melakukan dengan benar (data diambil dari Lembar Kerja Siswa).

Umumnya, pada saat mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) siswa masih merasa bingung karena ketika guru menjelaskan LKS banyak siswa yang tidak memperhatikan sehingga guru perlu menjelaskan lagi ketika siswa melakukan diskusi. Hal ini menyebabkan waktu terbuang untuk menjelaskan kembali LKS. Berdasarkan pengamatan observer, kemampuan berpendapat siswa masih rendah yaitu 42 %. Selain itu, kemampuan bertanya siswa juga masih kurang yaitu hanya 38 % siswa yang mengemukakan pertanyaan (lampiran 7). Saat presentasi, siswa masih menyelesaikan pekerjaaan LKS nya sehingga tidak memperhatikan kelompok yang presentasi di depan. Hal ini, ketika dibuka kesempatan mengajukan pendapat jarang yang mengacungkan jari untuk memberikan pendapat.

Pada saat pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar siklus I, aktivitas siswa sudah meningkat dibanding pembelajaran sebelumnya meskipun belum sesuai target yaitu 75% siswa mencapai kriteria aktif dan/atau sangat aktif. Aktivitas siswa dalam pembelajaran masih kurang memuaskan. Hal ini dapat dilihat siswa yang memiliki kriteria aktif dan sangat aktif masih 51,61 %. Data aktivitas siswa disajikan pada tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Rekapitulasi data keaktifan siswa selama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) siklus I

No Kategori

Skor Kriteria ∑ siswa

1. 86% ≤X≤ 100% Sangat aktif 2

2. 71%≤X≤ 85% Aktif 14

3 61%≤ X≤70% Cukup aktif 9

4. 51% ≤ X≤60% Kurang aktif 6

5. X< 50% Tidak aktif -

Ketuntasan klasikal keaktifan 51,61 % * Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.

Meskipun sudah lebih dari separuh jumlah siswa tetapi belum mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu 75 % siswa berkriteria aktif dan/atau sangat aktif.

Pembelajaran yang didesai dengan pengamatan ekosistem akuarium dan diskusi kelompok untuk memecahkan masalah telah mampu menunjukkan hasil yang baik. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang mengedepankan keterampilan proses sains dan problem solving membantu siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Menurut Rustaman (2003), keterampilan proses sains melibatkan keterampilan kognitif karena siswa menggunakan pikirannya ketika melakukan ketrampilan proses sains. Selain itu, siswa tidak hanya mendengarkan guru mengajar tapi juga melakukan sesuatu dan bekerjasama dengan siswa lain. Hal ini sesuai dengan pilar pendidikan menurut UNESCO dalam Suparlan (2009) yaitu learning to do dan learning how to live together, yang mengajarkan siswa untuk bersosialisasi melalui kegiatan pengamatan dan diskusi. Ketuntasan hasil belajar klasikal siswa mencapai 83,87 %. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran ini dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan di kelas VII C, meskipun belum semua siswa tuntas mencapai kriteria ketuntasan miminal. Data disajikan dalam tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Rekapitulasi hasil belajar siswa siklus I No Rentang nilai ∑ siswa

1. 0 – 10 - 2. 11 – 20 - 3. 21 – 30 - 4. 31 – 40 - 5. 41 – 50 - 6. 51 – 60 - 7. 61 – 70 5 8. 71 – 80 8 9. 81 – 90 16 10. 91 – 100 2 Nilai tertinggi 92,67 Nilai terendah 65,33

Jumlah siswa yang tuntas 26

Jumlah siswa yang tidak tuntas 5

Ketuntasan klasikal 83,87 %

Rata-rata 80,62

* Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.

Penerapan problem solving dengan game pohon pengetahuan sudah memberikan kemajuan yang bagus terhadap kelas VII C. Hal ini bisa dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya (lampiran 8). Pada pembelajaran sebelumnya hanya terdapat 48, 38 % siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran. Pada pembelajaran sebelumnya siswa hanya menerima materi dan tidak melakukan kegiatan yang mendukung proses ilmiah. Namun setelah problem solving dengan game pohon pengetahuan diterapkan nilai hasil belajar siswa sudah meningkat yaitu 16, 13 % siswa tidak tuntas.

Menurut Rustaman (2003), diskusi kelompok problem solving menuntut keterlibatan anggota kelompok yang ditunjang oleh aktivitas anggotanya, sehingga anggota kelompok harus saling membantu dalam proses pengkonstruksian pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pendapat Setiawan (2008), proses pengkonstruksian pengetahuan dilakukan bersama-sama akan menggantikan proses pembelajaran klasikal yang proses

pengkonstruksian pengetahuannya dilakukan sendiri. Siswa dapat mengungkapkan gagasan dan mendengarkan pendapat. Melalui kegiatan ini, siswa akan bersama-sama membangun pengertian pengetahuan dari masalah yang dipecahkan. Pemecahan masalah (problem solving) berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan (Rustaman, 2003). Menurut Sanjaya (2006), dengan memecahkan masalah dan berdiskusi bersama akan mudah memahami isi pembelajaran.

Pada akhir pembelajaran, guru bersama siswa bermain game pohon pengetahuan. Permainan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengendapkan materi yang sedang dipelajari. Siswa bersama kelompoknya berebut menjawab soal yang terdapat di gambar pohon tersebut dengan dipandu oleh guru. Siswa sangat antusias meskipun tidak semua siswa aktif menjawab soal. Hal inidapat dilihat di lampiran 7, sekitar 56 % siswa aktif mengacungkan jari dan menjawab soal dari pohon pengetahuan. Melalui game ini, diharapkan siswa dapat belajar sambil bermain (Suparlan 2009) sehingga siswa menjadi senang dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini merupakan salah satu ciri dari pembelajaran biologi yaitu joyfull learning (Saptono 2003). Siswa yang senang dan tertarik dengan pembelajaran akan membuat siswa aktif dan akan memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan (Jamil 2009).

Siswa yang memiliki keaktifan tinggi memiliki hasil belajar yang lebih baik sehingga mampu mencapai ketuntasan belajar sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Siswa yang bersungguh-sungguh melaksanakan pengamatan, diskusi, dan aktif dalam mengemukakan pendapat akan mendapat pemahaman materi yang lebih baik sehingga dalam menjawab soal-soal evaluasi siswa tidak akan mengalami kesulitan. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 8, sekitar 48 % siswa aktif dan tuntas dalam belajar.

Berdasarkan rekapitulasi aktivitas dan hasil belajar siswa, terdapat 10 siswa yang memiliki aktivitas rendah (berkualifikasi cukup aktif dan kurang aktif) tetapi tuntas dalam belajar (lampiran 8). Setiap siswa memiliki karakterisitik yang berbeda-beda dalam melakukan suatu proses belajar. Siswa yang beraktivitas rendah umumnya memiliki hasil belajar yang rendah

tetapi untuk sebagian siswa hal ini tidak berlaku. Kemungkinan siswa tersebut enggan beraktivitas di dalam kelas karena merasa tidak tertarik melakukan aktivitas itu. Hal ini dapat dilihat dari angket tanggapan siswa yaitu terdapat siswa yang tidak tertarik dengan pembelajaran yang berlangsung.

Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa tidak lepas dari peran guru. Kinerja guru yang baik dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap proses pembelajaran khususnya peningkatan hasil belajar siswa.

Berdasarkan pengamatan siklus I, kinerja guru saat pelaksanaan perbaikan siklus I sudah berkriteria baik. Hanya saja, guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat. Kinerja guru dapat mempengaruhi hasil belajar siswa karena peran guru di dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil refleksi terhadap proses perbaikan siklus I, kiranya perlu diadakan perbaikan pada siklus II untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada. Walaupun 83,87% siswa sudah tuntas dalam hasil belajar, masih terdapat beberapa siswa yang belum tuntas belajar. Selain itu, 48,39 % siswa belum aktif dalam pembelajaran. Diharapkan pada siklus II, kekurangan-kekurangan itu dapat diperbaiki.

Di dalam pelaksanaan siklus I masih terdapat hal yang perlu diperbaiki antara lain siswa masih enggan menyatakan pendapat karena masih terbiasa dengan model pembelajaran sebelumnya. Namun, setiap siswa sudah termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini dibuktikan dari aktivitas siswa, seluruh siswa dalam kelas tersebut sangat antusias ketika mengamati ikan dalam akuarium dan mengikuti game di akhir pembelajaran.

Guru masih mendominasi pembelajaran meskipun sudah ada kemajuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengemukakan pendapat (lampiran 9). Selain itu, siswa juga sudah diajak untuk mengamati komponen ekosistem dalam akuarium. Hal ini membuat siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran.

Dokumen terkait