• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

2. Deskripsi Subjek Penelitian

Semua data dalam penelitian ini bersumber dari informan yang berjumlah 3 orang dan key informan yang berjumlah 5 orang. Key informan yang dipilih merupakan teman dekat subjek dan orang tua subjek.

65 Tabel 5. Profil Mahasiswa Tunanetra Total

No. Keterangan Subjek 1 Subjek 2 Subjek 3

1. Nama AH BP GR

2. Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki Laki-laki

3. Usia 23 23 26

4. Pendidikan terakhir SLB SMA SLB

5. Alamat Depok Depok Depok

6. Agama Islam Islam Islam

Seluruh subjek merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Subjek pertama berinisial AH mengalami tunanetra total pada usia 11 tahun karena terjatuh saat sedang berlari dan mata bagian kanan tertusuk besi pedal sepeda hingga pecah sampai lambat laun mata bagian kiri mengalami penurunan penglihatan hingga buta total. Subjek kedua berinisial BP mengalami tunanetra total pada usia 16 tahun di sebabkan oleh trauma fisik akibat benturan kayu yang terkena pada bagian kepala belakang, kejadian tersebut terjadi pada saat usia BP masih sekolah dasar usia 9 tahun dan ada faktor genetik dari keluarga ayah BP kecenderungan ketika sudah tua akan mengalami penurunan penglihatan yang cukup signifikan. Subjek ketiga berinisial GR mengalami tunanetra total pada usia 17 tahun di sebabkan oleh trauma fisik akibat terkena tendangan bola pada bagian pelipis mata kanan sehingga membuat penglihatan GR terus menurun hingga buta total.

66 Tabel 6. Profil Key Informan

N o. Keterangan Key informan 1 Key informan 2 Key informan 3 Key informan 4 Key informan 5 1. Nama AL AR AN DWT MSH 2. Jenis Kelamin

Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan 3. Hubungan Teman dekat Teman dekat Teman dekat

Orang tua Orang tua

4. Usia 22 22 22 45 60

5. Alamat Gunungkidul Yogyakarta Magelang Bogor Gunungkidul Key informan 1 adalah AL yang berusia 22 tahun, AL teman dekat AH satu kelas di Universitas Negeri Yogyakarta. Key informan 2 adalah AR yang berusia 22 tahun, AR adalah sahabat BP karena tergabung dalam satu group band musik dan teman satu kelas di Universitas Negeri Yogyakarta. Key informan 3 adalah AN yang berusia 22 tahun, AN merupakan teman dekat GR karena satu pengurus dalam komunitas disabilitas dan teman satu kelas di Universitas Negeri Yogyakarta. Key informan 4 adalah DWT yang berusia 45 tahun, DWT merupakan ibu dari AH. Subjek menyampaikan bahwa sering bercerita kepada ibu tentang berbagai hal. Key informan 5 adalah MSH yang berusia 60 tahun, MSH merupakan ibu dari GR.

Berikut deskripsi profil subjek berdasarkan hasil wawancara dan pengamanatan yang dilakukan oleh peneliti.

a. Subjek AH

AH adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang sedang mengerjakan tugas akhir skripsi. Saat ini AH tinggal di kost daerah Caturtunggal. AH merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ayah AH meninggal saat AH berusia 9 tahun, dan ibu AH memilih untuk tidak menikah kembali membesarkan kedua anak.

67

Sejak sekolah dasar AH telah disekolahkan di asrama sehingga membuat AH terlatih untuk mandiri. AH orang yang taat dalam agama, AH sering sholat berjamaah di masjid dan aktif dalam mengikuti pengajian. AH merupakan salah satu pendiri sekaligus personil dalam group band di kampus dan sering mendapatkan panggilan untuk mengisi kegiatan kampus seperti OSPEK. Selain itu AH juga aktif dalam pengurus komunitas disabilitas di kampus dan mengikuti organisasi tunanetra Daerah Sleman. AH merupakan orang yang mudah bergaul sehingga membuat AH memiliki banyak teman di kampus maupun luar kampus. Dalam bergaul AH lebih sering banyak berbicara dan aktif. Keseharian AH sering mendengarkan ceramah, buku-buku motivasi, kisah orang sukses yang memiliki kedisabilitasan melalui laptop, setiap hari AH memiliki agenda mendengarkan hal tersebut untuk selalu memotivasi diri. AH juga mengaku orang yang perasa sekali, sehingga apa bila ada orang yang meremehkan kemampuan akan marah dengan wujud menjadikan marah tersebut untuk membuktikan bahwa dia bisa melakukan hal yang diremehkan orang lain.

AH mengalami kecelakaan pada saat usia 4 tahun. Mata bagian kanan AH tertusuk besi pedal sepeda hingga pecah sehingga mata bagian kanan harus diangkat. AH ketakutan apa bila tidak dapat melihat kembali. AH selalu menangis apabila teringat akan menjadi buta total. AH takut jika gelap bagaimana melakukan aktivitas sehari-hari. AH juga sering diejek oleh teman-teman sehingga membuat tidak percaya diri. 3

68

tahun kemudian setelah mata bagian kanan AH dioperasi mata bagian kiri AH muncul bintik hitam dan penglihatan AH semakin menurun. Mata bagian kiri AH tidak dilakukan penanganan medis karena pada waktu itu dokter menyarankan untuk mengoperasi tetapi dengan biaya 200 juta membuat keluarga AH tidak mengambil tindakan operasi. Akhir lambat laun terus mengalami penurunan penglihatan hingga buta total.

AH mengalami tunanetra total sejak usia 11 tahun. Waktu awal mengalami tunanetra total AH tidak menerima kondisi diri, merasa berbeda dengan teman-teman, tidak percaya diri, merasa tidak berharga sampai AH pernah mengisolirkan diri dirumah di dalam kamar karena merasa disepelekan dan tidak dianggap oleh lingkungan. AH memerlukan waktu 1 tahun untuk dapat menerima keadaan tunanetra total. Selama proses menerima keadaan diri hingga sekarang orang tua AH selalu memberikan dukungan dengan memfasilitasi segala yang dibutuhkan AH dan selalu memotivasi, selain itu AH juga sering mendengarkan buku-buku motivasi, ceramah, dan kisah orang sukses yang memiliki keterbatasan untuk dapat membantu AH menerima keadaan diri.

b. Subjek BP

BP adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta tingkat akhir. Saat ini BP tinggal di kost daerah Caturtunggal. BP merupakan anak pertama dari dua persaudara. Kedua orang tua BP berpisah dan sudah menikah sendiri saat BP memasuki

69

bangku kuliah. Walaupun sudah berpisah tetepi kedua orang tua BP masih memberikan dukungan sampai sekarang, hal tersebut terlihat dari ayah BP yang masih membiayai kuliah BP dan ibu BP yang terus memberikan semangat dan motivasi kepada BP. BP memiliki minat dalam bidang seni seperti penulisan puisi, baca puisi dan bermain keyboard. Minat penulisan puisi dan baca puisi BP disalurkan dalam kegiatan perlombaan di UNY dan pernah mendapatkan juara 2 tingkat fakultas dalam penulisan puisi serta juara 1 tingkat UNY dalam baca puisi tahun 2014 dan tahun 2016 pada bidang yang sama untuk mewakili UNY pada tingkat Provinsi DIY, untuk minat dalam bermain keyboard disalurkan pada group band yang didirikan bersama AH di kampus. BP juga mengikuti seleksi POPARNAS (Pekan Olahraga Paralympic Nasional) cabang olahraga ping pong. Selain itu BP menjadi pengurus dalam organisasi tunanetra Daerah Sleman. BP merupakan orang yang supel dan sangat welcome dengan orang baru sehingga BP memiliki banyak teman di kampus maupun diluar kampus. Keseharian BP di kost adalah berlatih keyboard dan mendengarkan TV, BP melakukan latihan rutin ping pong untuk dapat lolos dalam seleksi POPARNAS (Pekan Olahraga Paralympic Nasional),aktif dalam organisasi tunanetra Daerah Sleman, serta sedang mempersiapkan untuk mewakili UNY pada tingkat Provinsi DIY dalam lomba baca puisi. Namun dibalik kegiatan yang banyak BP adalah orang yang mudah tertidur.

70

Trauma fisik yang dialami BP sewaktu kecil hingga mengakibatkan menjadi buta total tidak menghambat dalam berprestasi. Kejadian trauma fisik tersebut terjadi ketika BP berkelahi saat kelas 3 SD usia 9 tahun dengan teman sekelas dan terpukul kayu pijakan bangku meja sekolah pada bagian syaraf opsivital kepala belakang hingga membuat pingsan. Kejadian yang dialami BP tidak diceritakan kepada orang tua karena menurut BP tidak ada masalah setelah kejadian tersebut, tapi setelah kurang lebih 2 bulan BP merasa ada masalah pada penglihatan dan kurang lebih 4 bulan setelah kejadian terjadi orang tua BP mengetahui BP membaca dengan jarak tidak wajar sehingga membawa BP ke dokter untuk diperiksa dan hasil analisis dokter mengatakan BP mengalami masalah pada bagian retina dan sudah diprediksi akan mengalami buta total pada usia 20 tahun. Namun, kenyataan BP mengalami buta total pada usia 16 tahun, 4 tahun lebih cepat dari prediksi dokter dan hal itu yang menyebabkan BP merasa kecewa karena terjadi buta total pada saat SMA dimana masa itu adalah remaja mencari jati diri.

Keadaan buta total yang dialami BP pada usia 16 tahun membuat BP merasa kurang menerima tapi BP sudah mengetahui akan menjadi tunanetra total sehingga BP merasa lebih siap dibandingkan teman-teman tunanetra yang belum mengetahui akan menjadi tunanetra total. Awal mengalami tunanetra total BP lebih diam dan merasa kecewa karena proses menjadi buta total terlalu cepat diluar prediksi dokter, dan

71

BP memerlukan waktu untuk dapat menerima hal tersebut dengan cara belajar kepada temam-teman tunanetra total yang dulu dapat melihat secara normal. Dukungan orang tua dan keyakinan yang dimiliki BP bahwa Allah SWT tidak akan memberi cobaan di luar batas kemampuan menjadi modal utama BP untuk dapat bangkit kembali dari kondisi awal tunanetra buta toal.

c. Subjek GR

GR adalah mahasiswa bidikmisi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogykarta tingkat akhir yang sedang mengerjakan tugas akhir skripsi. GR tinggal satu kost bersama BP di daerah Caturtunggal. GR adalah anak keempat dari lima bersaudara. GR adalah orang yang pendiam sejak kecil, jarang bercerita jika tidak ada orang lain yang bertanya. GR sering masuk ranking 3 besar selama di SD dan saat SMP beberapa kali menjadi wakil untuk mengikuti seleksi olimpiade matematika. GR juga pernah juara 1 olimpiade matematika tingkat nasional saat di SLB tingkat SMA untuk peserta berkebutuhan khusus. GR adalah orang yang tidak suka menonjolkan diri, meskipun dia tahu dan bisa. Ayah GR telah meninggal pada Bulan Mei lalu. GR juga aktif dalam beberapa organisasi di kampus seperti organisasi jurnalistik, organisasi keagamaan, dan organisasi tunanetra Daerah Sleman. GR memiliki minat dan kelebihan dibidang IT dibandingkan dengan teman-teman tunanetra yang lain. Tahun ini GR juga mengikuti seleksi POPARNAS (Pekan Olahraga Paralympic Nasional) cabang olahraga

72

goal ball. Keseharian GR di kost mendengarkan pengajian, mengotak-atik laptop, dan mengerjakan skripsi. GR orang yang pendiam dalam bergaul dan lebih banyak mendengarkan.

Sebelum mengalami tunanetra total GR memiliki hobi bermain sepak bola, namun semenjak GR mengalami tunanetra total hobi tersebut sudah tidak lagi dilakukan. Penyebab tunanetra total GR terjadi saat kelas 1 SMA GR sedang mengikuti liga sepak bola antar kelas disekolah dan masuk final. Dalam pertandingan final GR terkena tendangan bola yang keras dari lawan yang posisi berada di samping kanan GR sehingga tendangan tersebut mengenai pelipis mata bagian kanan hingga membuat GR pusing. Kejadian tersebut tidak diceritakan kepada orang tua GR karena merasa tidak ada masalah setelah kejadian tersebut. GR baru merasakan ada penurunan penglihatan pada mata bagian kanan seperti kabur pandangan setelah 6 bulan kejadian. Kemudian GR memeriksakan ke Puskesmas dan oleh dokter di diagnosis mengalami gangguan refragsi sehingga harus dirujuk ke rumah sakit di Wonosari dan hasil pemeriksaan dokter di diagnosis mengalami ablasi retina sehingga harus dirujuk lagi ke rumah sakit di Yogyakarta.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, GR mengalami ablasi retina (lepas retina dari dinding bola mata) dan harus segera di operasi jika tidak akan menjadi buta. Sedangkan mata bagian kiri baru mengalami sobek sehingga mencoba mempertahankan mata bagian kiri terlebih dahulu dengan di laser. Kemudian untuk mata bagian kanan di

73

lakukan operasi. Selama pasca operasi GR harus melakukan rawat jalan 2 minggu sekali dan setelah 2 bulan pasca operasi saat melakukan rawat jalan dokter menyampaikan permintaan maaf jika opersai yang dilakukan gagal karena tumbuh jaringan baru yang menarik retina sehingga lepas kembali hal itu sesebabkan GR sedang dalam masa pertumbuhan. Jalan terakhir adalah dilakukan operasi kembali, namun karena biaya operasi yang mahal membuat GR tidak di operasi kembali hingga mata bagain kanan terus mengalami penurunan dan mata bagian kiri juga mengalami hal yang sama hingga GR menjadi tunanetra total pada usia 17 tahun.

GR menyampaikan bahwa dia tidak mengetahui bila akan menjadi tunanetra total. Keadaan GR pada awal mengamali tunanetra total memiliki prasangka dikasihani orang lain sehingga membuat minder, merasa tidak dianggap, menarik diri dari lingkungan, menyalahkan diri sendiri dan orang yang menendang bola, mudah teringgung, tidak mengakui kalau tunanetra total, marah kepada Tuhan, sempat berpikir bunuh diri. GR juga menyampaikan selama 1 tahun berada di rumah tidak melakukan aktivitas di luar rumah. Bahkan hingga sekarang GR masih terus belajar, selama 9 tahun GR terus berproses dengan banyak pengalaman yang di dapat membuat GR membangun pikiran positif dan dukungan dari orang tua menjadikan GR dapat menerima keadaan diri sekarang.

74

Dokumen terkait