Individu yang lahir pada awal mula memiliki indra penglihatan dan dapat berfungsi secara normal dalam perjalanan kehidupan mengalami gangguan penglihatan yang menyebabkan tidak berfungsinya indra penglihatan secara normal tentu mengakibatkan individu tersebut harus melakukan penyesuaian. Terlebih lagi jika indra penglihatan mengalami buta total. Indra penglihatan merupakan salah satu indra yang penting dalam tubuh manusia. Indra tersebut memiliki fungsi untuk melihat keadaan disekitar, selain itu membatu untuk mobilitas. Istilah umum yang digunakan untuk kondisi individu yang mengalamai gangguan pada indra penglihatan adalah tunanetra. Berdasarkan tingkat gangguannya tunanetra dibagi menjadi buta total dan yang masih mempunyai sisa penglihatan.
Individu yang mengalami tunanetra total tentu memerlukan penyesuaian diri dan penyesuaian sosial dengan kondisi yang dialami. Namun, sebelum melakukan penyesuaian diri dan penyesuaian sosial, individu yang mengalamai tunanetra total harus bisa menerima dirinya. Menerima diri dengan keadaan masa lalu yang dapat melihat. Menerima diri bahwa tidak dapat melihat lagi untuk selamanya. Menerima diri dengan
50
kualitas baik dan kualitas buruk dalam diri saat ini. Menerima diri secara positif dengan keadaan yang tunanetra total.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ryff dan Singer (2008: 20), teori rentang hidup menekankan pentingnya penerimaan diri, termasuk kehidupan seseorang dimasa lalu. Pembahasan teori rentang hidup manusia menjelaskan tahap perkembangan dalam kehidupan manusia, dimulai dari masa pranatal, masa neonatal, masa bayi, masa awal kanak-kanak, masa akhir kanak-kanak-kanak, masa puber, masa remaja, masa dewasa dini, masa dewasa madya, dan yang terakhir masa usia lanjut. Dari sekian banyak masa dalam rentang hidup manusia terdapat masa dimana memerlukan banyak penyesuaian baik pribadi maupun sosial, yakni adalah masa dewasa dini. Seperti yang disampaikan oleh Hurlock (2014: 246) masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Menurut Berk (2012: 4) bagi kebanyakan orang, masa dewasa awal melibatkan seperangkat tugas: meninggalkan rumah, menyelesikan pendidikan, memulai kerja penuh-waktu, mandiri secara ekonomi, memiliki jalinan intim seksual dan emosional jangka panjang, dan memulai sebuah keluarga. Masa inilah yang penuh dengan keputusan-keputusan penting yang bila dibandingkan dengan periode hidup lainnya menawarkan potensi bagi kesempurnaan hidup.
Mahasiswa sebagai individu yang masuk dalam masa dewasa dini hendaknya sudah mampu menerima diri. Sesuai dengan yang disampaikan oleh Allport (Feist dan Feist, 2008 : 329) individu yang dewasa menerima diri
51
apa adanya. Pada penjelasan Allport tersebut menerangkan bahwa individu dapat dikatakan dewasa apabila sudah mampu menerima diri apa adanya, tidak ada sebuah kepalsuan dalam diri atau menutupi sesuatu hal yang ada dalam diri. Menerima diri dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, menerima diri dengan kehidupan masa lalu. Dalam hal ini sebagai seorang mahasiswa yang telah masuk pada usia dewasa dini harus mampu melaksanakan tugas-tugas perkembanga dengan segala hal penyesuaian diri dan penyesuaian sosial yang ada. Semakin baik seorang individu dapat menerima diri semakin baik penyesuaian diri dan penyesuaian sosialnya (Hurlock, 2011: 257-258). Jadi penyesuaian diri dan penyesuaian sosial sebagai tugas perkembangan masa dewasa dini yang harus dihadapi oleh mahasiswa adalah sebuah jalan yang mau atau tidak mau pasti akan dijalani. Jika dalam hal menerima diri mahasiswa sebagai individu yang berada pada masa dewasa dini tidak mampu maka penyesuaian diri dan penyesuai sosial yang menjadi tugas perkembangan tentu akan mengalami hambatan. Mahasiswa yang normal secara fisik, seluruh indra dapat berfungsi secara normal kadang masih mengalami hambatan untuk dapat menerima diri. Terlebih jika mahasiswa tersebut adalah seorang tunanetra total seperti yang dialamai oleh AH, BP, dan GR. Sebagai penyandang tunanetra total, AH, BP, dan GR tentu memiliki kekurangan dalam hal keberfungsian indra penglihatan yang tidak dapat berfungsi lagi.
Keadaan yang dialami oleh AH, BP, dan GR bukanlah sesuatu yang dapat diterima dengan mudah. Perjalanan hidup ketiga subjek yang dihadapi
52
memberikan berbagai pengalaman bagaimana cara untuk dapat menerima diri dengan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki. Tentu segala hal yang terjadi pada manusia semua datang dari Allah SWT. Menerima segala takdir yang telah ditetapkan oleh Allah SWT bukan hal yang mudah tetapi bukan juga hal yang mustahil. Allah SWT memberikan manusia kekurangan dan kelebihan, termasuk kepada AH, BP, dan GR.
Seperti yang telah dijelaskan pada awal AH, BP, dan GR mengalami tunanetra total banyak permasalahan yang di alami. Mulai permasalahan dengan diri sendiri, merasa berbeda dengan lingkungan, rendah diri, iri kepada orang lain, tidak percaya diri, ingin pergi jauh dan tidak bertemu siapa-siapa lagi, hidupnya tidak diterima lingkungan, tidak berarti dalam hidup, tidak berani untuk berjalan, sering di ledek oleh teman-teman, hanya bisa merepotkan orang lain, tidak ada gunanya untuk hidup, hingga sampai berfikiran untuk mengakhiri hidup.
Berbagai macam permasalahan yang ketiga subjek alami pada waktu awal mengalami tunanetra total merupakan sebuah penjelasan bahwa sebenarnya ketiga subjek belum bisa menerima diri pada awal mengalami ketunanetraan. Penerimaan diri yang baik tentunya akan mendorong AH, BP, dan GR untuk dapat berdamai dengan masalah yang ketiga subjek hadapi. Apakah perdamaian itu sesaat atau selamanya? hanya ketiga subjek yang dapat menentukan. Bagaimana penerimaan diri ketiga subjek sekarang? Apakah sudah dapat menerima diri dengan baik atau sebaliknya? atau
53
terkadang masih terpikir permasalahan yang pernah ketiga subjek alami dulu saat awal mengalami ketunanetraan?