• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Deskripsi Temuan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif pada novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Tohari dengan pendekatan sosiologi sastra ini ditemukan beberapa data penelitian sebagai berikut.

1. Analisis Koherensi Data Teks Novel (Data Objektif)

Pada koherensi data teks novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Tohari banyak ditemukan data yang menarik untuk dikaji. Data-data yang peneliti perhatikan adalah data-data yang berkaitan dengan sosiologi sastra dari novel tersebut.

Koherensi data teks (data objektif) pada hakikatnya menekankan pada nilai-nilai karya sastra itu sendiri dan menjadikan karya sastra sebagai sumber informasi yang objektif, dan kemudian dikaitkan dengan fenomena yang terjadi dalam masyarakat sekarang. Namun, suatu analisis novel tidak dapat lepas dari analisis struktural novel tersebut. Secara structural, novel memiliki tujuh unsur intrinsik, yaitu tema, tokoh dan penokohan, alur, gaya, setting, sudut pandang, dan suasana.

Banyak hal dapat ditemukan di dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak, namun yang dominan muncul adalah konflik sosial yang terjadi di desa Tanggir. Konflik ini terjadi karena ketidakberesan pemerintahan lurah desa Tanggir yang biasa dipanggil dengan nama Pak Dirga. Dari awal kompetisi pemilihan lurah, dia sudah menunjukkan kecurangan yang akhirnya mengantarkannya duduk sebagai lurah desa Tanggir. Setelah menjadi lurah, dia melakukan penyelewengan dana kas lumbung koperasi desa Tanggir. Dia tidak mau menolong Mbok Ralem yang notabennya warga miskin yang membutuhkan bantuan pemerintah desa demi penyembuhan penyakitnya. Pak Dirga bersama Poyo (pengurus lumbung desa Tanggir) melakukan manipulasi pada laporan keuangan lumbung desanya. Uang yang seharusnya dialokasikan untuk keperluan masyarakatnya justru digunakan untuk kepentingan pribadi Pak Dirga dan Poyo. Kedaan desa Tanggir semakin kacau dibawah kepemimpinan Pak Dirga yang sangat tidak amanah. Dalam

commit to user

xlv

hal ini, kekuasaan dimiliki oleh orang yang kuat, meskipun kekuatan itu adalah kekuatan yang penuh dengan kelicikan dan kecurangan.

Selain konflik politik yang penuh kecurangan, muncul konflik batin. Konflik batin menjadi bagian yang peneliti amati karena dalam konflik ini berimbas pada tindakan yang berkaitan dengan orang lain. Dalam novel ini digambarkan suatu konflik batin yang dialami oleh Pambudi saat memilih untuk mundur dari kepengurusan lumbung koperasi karena dia tidak sepemikiran dengan pengurus lainnya dan lurah desa Tanggir. Namun, Pambudi ingin membantu masyarakat desa Tanggir yang membutuhkan bantuan. Untuk solusi hal ini, Pambudi memilih untuk membantu dengan caranya sendiri.

Konflik lainnya adalah konflik percintaan. Konflik ini dimunculkan oleh tokoh Sanis. Dia berada di kondisi yang cukup rumit. Sanis yang merupakan gadis desa yang polos, yang menaruh hati pada lelaki yang berumur jauh lebih dewasa darinya mulai terlibat konflik percintaan ketika dia dipinang oleh Pak Dirga. Pak Dirga yang saat itu sudah beristri Bu Runtah masih berkeinginan menikahi Sanis. Sanis maupun ayahnya tidak dapat berbuat apa-apa untuk menolak kehendak Pak Dirga karena pada zamannya jabatan seorang lurah sangat ditakuti oleh warganya. Sehinga mau atau tidak mau, Sanis harus tetap bersedia menjadi istri muda lurah Dirga. Di sisi lain, Sanis masih memiliki rasa kepada Pambudi. Namun, ketika Pambudi pulang ke Tanggir, ternyata Pambudi sudah menjalin hubungan dengan Mulyani.

Selain konflik-konflik tersebut, unsur sosiologis budaya dari novel ini juga sangat menarik. Banyak nuansa Banyumas yang ditampilkan dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak. Dari setting tempat, novel ini berlatarkan lokasi di daerah kaki Bukit Cibalak yang memang secara fisiknya ada di daerah Banyumas. Dari segi bahasanya juga ada beberapa bahasa atau istilah dari Banyumas yang dimunculkan oleh pengarang. Nama tokoh yang dimunculkan dalam cerita juga cukup identik dengan nama-nama pada masyarakat Banyumas di zamannya.

commit to user

xlvi

Jika dianalisis lebih dalam, novel Di Kaki Bukit Cibalak memang kebenarannya sangat dekat dengan realita yang terjadi di masyarakat, khususnya masyarakat Banyumas itu sendiri. Hal-hal tentang kebanyumasan ini jugalah yang menjadi ciri khas dari karya sastra Tohari (2005).

2. Analisis Data Genetik

Dari novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Tohari (2005) dapat ditemukan beberapa data genetik. Data genetik hakikatnya adalah memaknai pengarang sebagai bagian dari masyarakat yang telah menciptakan karya sastra. Berdasarkan hasil penelitian dengan teknik pengumpulan data wawancara pada Tohari dapat ditemukan beberapa hasil wawancara, seperti fakta bahwa novel Di Kaki Bukit Cibalak merupakan novel pertama Tohari yang sebelumnya di terbitkan pada harian Kompas.

Tohari mengemukakan bahwa alasannya menulis berbagai karya sastra dengan kekhasan latar cerita Banyumas tidak lain karena beliau menganggap hanya mampu menulis sebuah cerita yang terinspirasi dari lingkungannya. Jika jauh dari itu, beliau sendiri menganggap akan muncul rasa hambar dalam ceritanya.

Tohari saat ini berumur 64 tahun. Beliau tinggal di desa Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas. Beliau hidup di keluarga sederhana dan di lingkungan pesantren. Lingkungan hidupnya yang berada di pedesaan sangan menyumbang banyak ide dalam tulisannya. Beliau juga pernah mengenyam pendidikan tinggi di beberapa Universitas.

Didapatkan sebuah keterangan, bahwa Tohari lebih memilih menulis sesuatu yang pada dasarnya langsung dialami sendiri sehingga dapat menghasilkan suatu tulisan yang memiliki nyawa dan dapat tergambar serealistis mungkin. Beliau mengutarakan bahwa beliau kurang dapat menulis suatu tulisan yang benar-benar fiktif tanpa dialaminya.

Novel Di Kaki Bukit Cibalak menjadi bagian istimewa bagi Tohari. Novel ini menjadi awal kesuksesannya di dunia sastra. Novel Di Kaki Bukit Cibalak yang awalnya terbit di harian Kompas dianggap layak untuk

commit to user

xlvii

dibukukan dan kemudian oleh PT Gramedia Pustaka Utama dicetaklah dalam bentuk novel. Selain novel ini, banyak lagi karya-karya Tohari lainnya yang berhasil menyedot perhatian masyarakat penikmat sastra. Salah satu novelnya yang luar biasa adalah novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, banyak apresiasi yang luar biasa ditujukan kepada Tohari dari novel tersebut.

Beberapa karya Tohari memperoleh apresiasi yang sangat baik dengan menerbitkannya dalam beberapa bahasa lain di luar negeri. Bahkan Ronggeng Dukuh Paruk beberapa kali difilmkan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Inilah salah satu bukti dedikasi yang luar biasa dari seorang Tohari di duia sastra. Selain kiprahnya di dunia sastra, beliau juga sempat terjun di dunia jurnalistik, sempat bekerja di beberapa majalah terbitan Jakarta. Saat ini beliau tetap bertahan dalam kehidupan yang sederhana, religius, dan berusaha bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.

3. Analisis Data Afektif

Analisis data afektif hakikatnya adalah kajian sosiologi pembaca yang mengarah pada dua hal, yaitu kajian pada sosiologi terhadap pembaca yang memaknai karya sastra dan kajian pada pengaruh sosial yang diciptakan oleh karya satra. Sebuah karya sastra akan lebih bermakna jika amanat yang terkandung didalamnya dapat dimaknai dengan baik oleh pembaca. Bagian ini menjadi salah satu objek penelitian analisis data afektif yang menjadi bagian dari penelitian sosiologi sastra pada novel Di Kaki Bukit Cibalak.

Data afektif ini diperoleh dari beberapa informan yang peneliti wawancarai. Informan ini diklasifikasikan berdasarkan dua hal, yaitu

a. lokasi tempat tinggal informan, masyarakat yang tinggal di daerah Banyumas dan masyarakat yang tidak tinggal di Banyumas;

b. posisi pembaca, pembaca ahli dan pembaca awam.

Dari klasifikasi ini, ditemukan beberapa hal yang sedikit berbeda. Informan yang termasuk masyarakat Banyumas dapat lebih mengerti keadaan masyarakat Banyumas saat itu maupun saat ini. Hal ini tidak terjadi pada masyarakan yang tidak tinggal di Banyumas. Kemudian terkait dengan

commit to user

xlviii

pembaca ahli dan pembaca awam. Pembaca ahli memahami novel bukan hanya sekedar bahan hiburan yang mengandung amanat. Namun lebih dari itu, novel dapat difungsikan sebagai bahan ajar mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Secara garis besar, pembaca lebih mengenal karya Tohari dengan novelnya Ronggeng Dukuh Paruk. Tohari adalah Ronggeng Dukuh Paruk dan Ronggeng Dukuh Paruk adalah Tohari, hampir seperti itulah yang ada dipikiran masyarakat. Terkait dengan novel Di Kaki Bukit Cibalak, para pembaca mengenal novel tersebut karena sebelumnya telah mengenal novel Ronggeng Dukuh Paruk dan Tohari itu sendiri. Meskipun novel Di Kaki Bukit Cibalak merupakan tulisan pertama dari Tohari (2005) namun pamornya kalah dengan trilogi Ronggeng Dukuh Paruk. Terlepas dari itu, pembaca menganggap novel Di Kaki Bukit Cibalak sebagai novel yang memiliki amanat sangat dalam.

Melalui rangkaian cerita yang berkonflik dapat diambil pelajaran yang berharga dari hal tersebut. Amanatnya cukup mudah dipahami karena konflik yang disampaikan sangat realistis dan dekat dengan permasalahan masyarakat sesungguhnya. Dari pemaparan tokoh dan penokohannya, pembaca akhirnya dapat mengenali berbagai karakter sifat dan sikap seseorang di masyarakat. Diharapkan dari berbagai penyajian tokoh dan penokohan dalam cerita, pembaca dapat termotivasi untuk menjadi tokoh baik yang ada dalam cerita, dan dari penyajian konflik-konflik tersebut diharapkan pembaca dapat mempunyai gambaran solusi yang dapat dilakukannya jika pembaca mengalami permasalahan semacam itu.

Dokumen terkait