commit to user
i
NOVEL DI KAKI BUKIT CIBALAK KARYA AHMAD TOHARI (ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA)
SKRIPSI
Oleh:
Ayuatma Nirmala Utami K1209011
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Ayuatma Nirmala Utami
NIM : K1209011
Jurusan/Program Studi : PBS/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “NOVEL DI KAKI BUKIT
CIBALAK KARYA AHMAD TOHARI (ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA)”
ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi
yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, 29 Januari 2013
commit to user
iii
NOVEL DI KAKI BUKIT CIBALAK KARYA AHMAD TOHARI (ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA)
Oleh:
Ayuatma Nirmala Utami K1209011
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mendapat Gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Januari 2013
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Suyitno, M.Pd. Dr. Kundharu Saddhono, M.Hum.
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Selasa
Tanggal : 26 Februari 2013
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Edy Suryanto, M.Pd. ___________
Sekretaris : Sri Hastuti, S.S., M.Pd. ___________
Anggota I : Dr. Suyitno, M.Pd. ___________
Anggota II : Dr. Kundharu Saddhono, S.S., M.Hum. ___________
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
commit to user
vi ABSTRAK
Ayuatma Nirmala Utami. K1209011. NOVEL DI KAKI BUKIT CIBALAK KARYA AHMAD TOHARI (ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA). Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Januari 2013.
Tujuan penelitian ini adalah menerapkan pendekatan sosiologi sastra dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari, mengetahui koherensi data teks dan data genetik novel dengan masyarakat, serta data afektif novel.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang mengkaji tentang sastra. Informan yang peneliti ambil merupakan informan yang mewakili beberapa kalangan masyarakat yang berkedudukan di wilayah berbeda dengan kehidupan sosial yang berbeda pula, dengan golongan pembaca ahli dan pembaca awam di dalamnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber. Analisis data menggunakan analisis interaktif. Prosedur penelitian dilakukan mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa koherensi antara data teks novel dengan realita kemasyarakatan zaman sekarang banyak mengalami perubahan yang dikarenakan perubahan zaman dan pola pikir masyarakat. Data genetik novel menerangkan bahwa pengarang menulis novel karena naluri, bukan sekedar komersialitas semata. Data afektif menunjukkan adanya variasi opini diantara informannya, diantaranya perbedaan pemahaman terhadap novel terkait pembaca ahli dan awam, serta perbedaan pengamatan perubahan sosial masyarakat yang terjadi di daerah Banyumas oleh pembaca dari Banyumas dan dari luar Banyumas. Simpulannya adalah ditemukan hasil yang selalu berbeda tentang analisis sosiologi sastra, karena objek penelitiannya merupakan keadaan sosial yang dapat selalu berubah dari waktu ke waktu. Ditemukan pula berbagai fakta serta opini terkait dengan data objektif, data genetik, dan data afektif.
commit to user
vii ABSTRACT
Ayuatma Nirmala Utami. K1209011. “DI KAKI BUKIT CIBALAK” A NOVEL
BY AHMAD TOHARI (SOCIOLOGICAL LITERARY ANALYSIS). Thesis, Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University Surakarta. January 2013.
The objectives of this research are to apply sociology of literature
approach “Di Kaki Bukit Cibalak” a novel by Ahmad Tohari, to know the
coherency between text data and genetic data of the novel with the society, also the affective data of the novel.
This research is a descriptive qualitative research which studies about literature. The informants that researcher took are informants who are the representative of some society which are located in different with different social life, and the experienced reader also the beginner reader are included. The technique of collecting data is using interview, observation and documentation. To check the validity of the data researcher use triangulation source technique. The data analysis is using interactive analysis. Research procedures are done from preparation stage, execution stage, and report arrangement stage.
The result of the research shows the coherency between novel text data and novel text with the social reality nowadays which has changed because of changing times and the mindset of the people. Genetic data of the novel shows that the author wrote the novel based on his instinct, not solely based on the commercial matters. The affective data shows that there are variations of opinion between the informants, including differences in the understanding of related novels experts and lay readers, as well as the observed differences social changes that occurred in the area of Banyumas by readers of Banyumas and outside Banyumas.
The result about sociological literary analysis always be found different, because the object of the research is the social situation which can be changed periodically. It is also found various facts and opinions about the objective data, the genetic data, and the affective data.
commit to user
viii MOTTO
1. Tidak akan pernah kujadikan masa laluku menjadi masa depanku.
2. Percaya bahwa mukjizat itu ada dan nyata, dan semua umat harus
membuktikannya dengan ikhtiar.
3. Sekarang bukan lagi saat yang tepat untuk bermimpi maupun menggantungkan
mimpi, namun adalah waktu yang sangat tepat untuk meraih mimpi.
4. Awal kecemasan adalah akhir iman, dan awal dari iman yang benar adalah
akhir dari kecemasan.
5. Tersenyumlah engkau sepanjang deritamu, dan engkau akan sampai pada
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, ku persembahkan karya ini untuk:
1. Endang Purwaningsih (Ibu), Puji Anggoro (Bapak), Siti Sundari (Embah
Putri), dan Kunto Reksosiswoyo (Embah Kakung)
Doa dan dukungan yang tiada putus, kerja keras yang tiada henti, pengorbanan yang begitu luar biasa, dan kasih sayang yang tak terbatas adalah sumber ketenangan lahir dan batinku yang menguatkanku untuk berjuang di perantauan
ini demi seuntai kata syukur kepada Allah SWT.
2. Dwi Guruh Wijanarko (Adik)
Yang tanpa sadar hadirmu selalu dapat memotivasiku untuk menjadi sosok kakak yang bisa dijadikan contoh untuk jalan hidupmu kelak dan lanjutkanlah
mimpi-mimpiku yang belum sempat terwujud.
3. “Kakak”
Kau ibarat air untukku, kau telah membasuh lukaku, menentramkan hati ini dengan kejernihanmu, dan hadirmu, dukungan, serta doamu selalu dapat memberikan ketenangan bahkan ketentraman lahir batin yang kemudian dapat
memperlancar setiap langkahku.
4. Sahabat-sahabat dan “suporter”-ku
Terima kasih telah membantu maupun mendukung saya selama ini, mulai dari bertukar pikiran, membantu mencari data lapangan, mencari buku referensi, dan lain-lain. (cc: om Doyo, Om Budi, Devi D.L., Siwi, Ari, Eva K., Eva L., Intan S.,
Warsini “Wini”, Yustina, Laely, Uny, Ikke, Devi “All”, Edyta “Ell”, Merry “Ndun”,Via “Ndul”, Nisa “Icho”, Raditya “Milo”, Novy, teman-teman kos
Rahayu, dan semuanya yang maaf tidak dapat disebutkan satu per satu).
5. Informan yang telah bersedia memberikan informasi yang saya perlukan.
6. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia angkatan 2009, teman-teman PPL di SMP Islam Diponegoro Surakarta,
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “NOVEL DI KAKI BUKIT CIBALAK KARYA AHMAD TOHARI (ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA)”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan demi
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa
terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan
pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang
telah memberikan izin penyusunan skripsi;
2. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Seni, Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberikan izin penyusunan skripsi dan dorongan
semangat;
3. Dr. Kundharu Saddhono, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang
telah membantu memberikan izin penyusunan skripsi, dorongan semangat,
dan bimbingan;
4. Dr. Suyitno, M.Pd., selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi
dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini
5. Dr. Kundharu Saddhono, M.Hum., selaku Pembimbing II, yang selalu
commit to user
xi
6. Drs. Amir Fuady, M.Hum., selaku Pembimbing Akademik, yang telah
membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan telah memberikan dukungan
dalam penulisan skripsi;
7. Ahmad Tohari, Sastrawan, Pengarang novel Di Kaki Bukit Cibalak, yang
mengizinkan karyanya untuk dianalisis dan bersedia memberikan infomasi
dalam penelitian ini
8. Drs. Yant Mujiyanto, M.Pd., Sastrawan, Dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia FKIP UNS Surakarta, yang bersedia menjadi informan
dalam penelitian ini;
9. Aris Widianto, S.Pd., Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Bojongsari,
Purbalingga, yang bersedia menjadi informan dalam penelitian ini;
10.Trinela Sabconita, S.Pd., Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Purbalingga,
Purbalingga, yang bersedia menjadi informan dalam penelitian ini;
11.Eva Khofiyana, Mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP UNS Surakarta, yang bersedia menjadi informan dalam penelitian ini;
12.Susi Sugiharti, Mahasiswi PMIPA FKIP UNS Surakarta, yang bersedia
menjadi informan dalam penelitian ini;
13.Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Februari 2013
commit to user
2. Koherensi Unsur-unsur Data Teks Novel (Data Objektif)…..
3. Data Genetik Novel ………
4. Data Afektif Novel ……….
5. Hakikat Pendekatan Sosiologi Sastra ………...……...
6. Konflik Sosial dalam Karya Sastra ………
commit to user
xiii BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ………..
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ………...
C. Data dan Sumber Data ……….
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian ………..
B. Deskripsi Temuan Penelitian ………..
C. Pembahasan ……….
1. Koherensi Unsur-unsur Data Teks Novel (Data Objektif) ...
2. Data Genetik Novel ………
3. Data Afektif Novel ……….
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Alur Kerangka Berpikir ………...………. 21
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Biografi Pengarang Novel Di Kaki Bukit Cibalak Ahmad Tohari ….
2. Sinopsis Novel Di Kaki Bukit Cibalak ………...
3. Transkrip Wawancara Pengarang ………..
4. Transkrip Wawancara Informan 1 ……….
5. Transkrip Wawancara Informan 2 ……….
6. Transkrip Wawancara Informan 3 ……….
7. Transkrip Wawancara Informan 4 ……….
8. Transkrip Wawancara Informan 5 ……….
9. Foto Dokumentasi Kegiatan Wawancara ………...
10.Surat-surat Perizinan dan Pernyataan ………...
Halaman
89
92
94
99
106
111
117
122
127
commit to user
xvii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan suatu gambaran tertulis dari imajinasi penulisnya
dengan maksud menyampaikan suatu pesan melalui karya sastra tersebut. Karya
sastra yang dimaksud dapat berupa novel, cerpen, puisi, biografi, dan sebagainya.
Pada dasarnya karya sastra Indonesia merupakan segenap cipta sastra yang ditulis
dalam bahasa Indonesia, disertai adanya nafas dan ruh keindonesiaan, serta
mengandung aspirasi dan kultur Indonesia (Mujiyanto & Fuady, 2010:1).
Terwujudnya suatu karya sastra tidak hanya sekedar gambaran dari
imajinasi pengarang, melainkan ada sebuah latar belakang yang mendukung
terwujudnya visualisasi imajinasi pengarang tersebut. Sebuah karya sastra dapat
dikatakan baik jika di dalam karya sastra tersebut mengandung nilai-nilai
kehidupan yang dapat memotivasi pembacanya. Dalam hal ini, tugas pengarang
tidak hanya sekedar mengemas sebuah cerita hingga dapat menarik pembacanya,
melainkan mengemas nilai-nilai kehidupan yang baik ke dalam suatu rangkaian
cerita yang menarik. Dengan demikian, pembacanya lebih mudah menangkap
amanat karya sastra tersebut.
Terlepas visualisasi dari imajinasi pengarang dan keharusan terdapat amanat
dalam karya sastra tersebut, setiap karya sastra memiliki latar belakang penulisan
yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pesan yang ingin disampaikan oleh
penulis melalui karyanya, tanggapan dari masyarakat pembaca tentang karya
tersebut, dan kesesuaian antara latar yang ada pada cerita dengan keadaan yang
sebenarnya di lapangan. Kekhasan suatu cerita dari setiap karya sastra selalu
berusaha ditampilkan oleh penulisnya. Entah itu ditunjukkan dari sisi
kebahasaannya, tema cerita, latar cerita, dan sebagainya.
Selayaknya karya sastra pada umumnya, novel karya Tohari (2005) yang
berjudul Di Kaki Bukit Cibalak ini dibuat sebagaimana mestinya karya sastra
novel lainnya. Seperti diungkapkan di atas bahwa setiap karya sastra memiliki
commit to user
xviii
keunikan masing-masing. Begitu pula dengan novel karya Tohari (2005) ini, ada
beberapa bagian yang unik di dalamnya yang berbeda dari novel maupun karya
sastra lainnya. Di antaranya ialah, latar cerita yang mengambil latar pada suatu
desa kecil di kaki Bukit Cibalak yang tidak lain merupakan daerah terpencil di
sudut kota Banyumas pula.
Keunikan daerah di sekitar Bukit Cibalak ini menjadi daya tarik tersendiri
untuk penulis menganalisis novel Di Kaki Bukit Cibalak tersebut. Cerita
kehidupan masyarakat yang realistis menjadi ciri khas novel ini. Realita tentang
kehidupan masyarakat Banyumas yang digambarkan dalam novel benar-benar
terurai dalam bingkai cerita yang menarik dan mewakili gambaran kehidupan
sosial masyarakat yang sebenarnya.
Novel Di Kaki Bukit Cibalak mengangkat beberapa cerita kehidupan
masyarakat setempat yang syarat akan konflik. Salah satu yang menonjol adalah
adanya persaingan politik dan konflik sosial lainnya yang terjadi dalam
masyarakat tersebut. Meskipun demikian, novel ini juga tidak lepas dari cerita
cinta antara beberapa tokoh di dalamnya, dan masih banyak hal-hal lain yang
sangat menarik untuk diperhatikan secara mendetail.
Novel adalah salah satu karya sastra yang dapat diteliti secara ilmiah yang di
dalamnya melukiskan berbagai peristiwa yang dialami oleh tokoh-tokoh ceritanya.
Tokoh yang ada dalam sebuah novel merupakan suatu proses kreatif dari
pengarangnya. Jadi, hasil karya seorang pengarang pada dasarnya bersumber dari
hasil imajinatif dan proses kreatifnya. Pengangkatan latar cerita dan konflik cerita
yang ditampilkan secara unik dalam novel ini menimbulkan keingintahuan penulis
untuk mengupas secara lebih dalam mengenai sosiologi sastra novel Di Kaki Bukit
Cibalak karya Tohari (2005).
Analisis sosiologi sastra ini berhubungan erat dengan novel dan masyarakat.
Sosiologi sastra sebenarnya sudah ada sejak zaman Plato dan Aristoteles (sekitar
abad pertengahan). Namun, perkembangannya di Indonesia tergolong lambat.
Perkembangannya mulai terlihat pesat yaitu saat strukturalisme (klasik)
mengalami ketidakmajuan. Seiring perkembangannya, sosiologi sastra sempat
commit to user
xix
metode sosiologi sastra masih mengkaji seputar novel. Namun, tidak ada salahnya
juga jika sampai saat ini kajian tentang novel semakin banyak, karena hakikatnya
kehidupan sosial masyarakat yang dapat dikaitkan dengan novel itu terus berubah
seiring perkembangan zaman.
Pada dasarnya kajian sosiologi sastra mencakup kajian objektif, genetik, dan
afektif. Kajian objektif tersebut mencakup kajian data teks novel, kajian genetik
merupakan kajian tentang pengarang novel, dan kajian afektif adalah kajian
tentang pembaca novel. Endraswara (2003:80) mengungkapkan bahwa
Sosiologi sastra dapat meneliti sastra sekurang-kurangnya melalui tiga perspektif. Pertama, perspektif teks sastra, artinya peneliti menganalisis sebagai sebuah refleksi kehidupan masyarakat dan sebaliknya. Teks biasanya dipotong-potong, diklasifikasikan, dan dijelaskan makna sosiologisnya. Kedua, perspektif biografis, yaitu peneliti menganalisis pengarang. perspektif ini akan berhubungan dengan life history seorang pengarang dan latar belakang sosialnya. Memang analisis ini akan terbentur pada kendala jika pengarang telah meninggal dunia, sehingga tidak bisa ditanyai. Karena itu, sebagai sebuah perspektif tentu diperuntukkan bagi pengarang yang masih hidup dan mudah terjangkau. Ketiga, perspektif reseptif, yaitu peneliti menganalisis penerimaan masyarakat terhadap teks sastra.”
Perlu disadari bahwa penelitian sosiologi sastra akan selalu menemukan
perbedaan hasil penelitian dari waktu ke waktu. Selalu dapat menghasilkan data
yang realistis sesuai kondisi masyarakat terkini. Endraswara (2011:41) mengungkapkan bahwa “Sastra yang baik tentu akan membicarakan manusia dan seluk beluknya.” Akan menjadi suatu hasil penlitian yang menarik jika menyajikan cerita kehidupan masyarakat dalam bentuk ilmiah hasil penelitian.
Penelitian analisis sosiologi sastra akan lebih kaya jika semakin banyak muncul
hasil penelitian analisis sosiologi sastra dengan berbagai variasi data yang
berbeda. Karenanya kiranya cukup penting dilakukan penulisan hasil penelitian
itu ke dalam bentuk jurnal penelitian dan di media masa lain. Melihat kasus yang
demikian maka kiranya sangat diperlukan usaha memvariasikan penelitian
berbasis sosiologi sastra. Karenanya, penulis tertarik untuk meneliti sebuah karya
sastra novel dari Tohari (2005) dengan judul Di Kaki Bukit Cibalak dalam sebuah
commit to user
xx
sastra, yang kemudian secara implisit diikuti dengan manfaat yang ada dari novel
dan penelitiannya tersebut di bidang pendidikan. Dari berbagai kasus tersebut di
atas maka penulis mengangkat judul Novel “Di Kaki Bukit Cibalak” Karya
Ahmad Tohari (Analisis Sosiologi Sastra) dalam penulisan penelitian ini.
B. Rumusan Masalah
Bertumpu dari penjabaran latar belakang masalah di atas maka masalah
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana koherensi unsur-unsur data teks novel (data objektif) Di Kaki
Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari?
2. Bagaimana data genetik novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari?
3. Bagaimana data afektif novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian kualitatif ini
sebagai berikut.
1. Mengetahui koherensi unsur-unsur data teks novel Di Kaki Bukit Cibalak
karya Ahmad Tohari.
2. Mengetahui data genetik novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
3. Mengetahui data afektif novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, sebagai berikut.
1. Membantu pembaca maupun penikmat sastra dalam mengintepretasikan
novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari sehingga pemaknaan
terhadap karya sastra akan lebih terarah.
2. Menambah pengetahuan tentang kajian terhadap novel, terutama pengkajian
commit to user
xxi
3. Memberikan sumbangan bagi penelitian sastra khususnya dalam pengkajian
novel sebagai salah satu macam karya sastra.
4. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dan penerapan
ranah ilmu sastra serta studi tentang karya sastra.
5. Menambah wawasan tentang pengkajian sosiologi sastra khususnya novel
yang nantinya dapat diterapkan atau menjadi referensi untuk meneliti dan
commit to user
xxii BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Kajian teori digunakan sebagai kerangka kerja konseptual dan teoretis. Pada
bagian ini peneliti memaparkan teori-teori ilmiah yang sudah ada dan relevan
dengan masalah penelitian. Landasan teori dalam penelitian ini membahas
mengenai: hakikat novel, koherensi unsur-unsur data teks novel (data objektif),
data genetik novel, data afektif novel, pendekatan sosiologi sastra, serta konflik
sosial dalam sastra.
Sastra awalnya dipahami sebagai bahasa yang dipakai dalam bahasa kitab
dan kurang lazim digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Kini seiring
perkembangan zaman definisi sastra pun berkembang menjadi sebuah karya yang
tidak hanya berbentuk kitab, melainkan dapat berbentuk roman, novel, puisi,
cerpen, dan sebagainya. Gaya bahasanya bervariasi dan masing-masing pengarang
memiliki ciri khas tersendiri pada karyanya. Begitu pula dengan Tohari (2005)
dengan novelnya Di Kaki Bukit Cibalak tersebut.
1. Hakikat Novel
Novel dalam bahasa Inggris ini disebut dengan novellete merupakan karya
sastra yang juga disebut dengan karya fiksi. Dalam bahasa Italia adalah novella,
dan dalam bahasa Jerman disebut novelle yang berarti barang baru yang kecil,
kemudian definisi ini dikembangkan lagi menjadi cerita pendek dalam bentuk
prosa.
Menurut Priyatni (2010:124), kata novel juga berasal dari bahasa Latin,
yaitu novellus. Kata novellus dibentuk dari kata novus yang berarti baru atau new
dalam bahasa Inggris. Dikatakan baru karena bentuk novel adalah bentuk karya
sastra yang datang kemudian dari bentuk karya sastra lainnya, yaitu puisi dan
drama.
commit to user
xxiii
Dipahami secara etimologis, istilah novel berasal dari kata novellus yang
berarti baru. Jadi, novel memiliki definisi bentuk karya sastra cerita fiksi yang
paling baru. Di samping kepanjangannya cerita pendek dan roman maka novel
memiliki ciri-ciri lainnya, yaitu pelaku utamanya mengalami perubahan nasib
hidup.
Novel merupakan bentuk prosa fiksi yang paling baru dalam sastra
Indonesia karena baru ditulis pada tahun 1945-an oleh Idrus, dengan novelnya
yang berjudul Aki. Menurut Robert Lindell, karya sastra yang berupa novel
pertama kali lahir di Inggris dengan judul Pamella yang terbit tahun 1740
(Waluyo, 2011:6).
Novel memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Ditulis dengan gaya narasi, yang terkadang dicampur dengan deskripsi untuk menggambarkan suasana;
b. Bersifat realistis, artinya merupakan tanggapan pengarang terhadap situasi lingkungannya;
c. Bentuknya lebih panjang, biasanya lebih dari 10.000 kata; dan d. Alur ceritanya cukup kompleks (Nia, 2010).
Selain ciri-ciri tersebut, pelaku utama dalam novel mengalami perubahan
nasib hidup. Hal inilah yang sangat membedakannya dengan cerita pendek yang
tidak menunjukkan perubahan nasib hidup pelakunya.
Novel itu sendiri memiliki beberapa jenis, seperti novel trilogi, novel
tetralogi, dll. Novel trilogi contohnya seperti: Karmila, Badai Pasti Berlalu, dan
Bukan Impian Semusim (Marga T.), Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus,
dan Jantera Bianglala (Ahmad Tohari), dan sebagainya. Novel tetralogi
contohnya yaitu: Twilight, New Moon, Eclipse, dan Breaking Dawn (Stephanie H.
Meyer), Summer in Seoul, Autumn in Paris, Winter in Tokyo, dan Spring in
London (Ilana Tan), Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah
Karpov (Andrea Hirata), dan sebagainya.
Beberapa pengamat sastra mengungkapkan tentang hakikat novel, sebagai
berikut.
commit to user
xxiv
b. Novel adalah suatu cerita dengan suatu alur yang cukup panjang mengisi satu buku atau lebih, yang menggarap kehidupan manusia yang bersifat imajinatif (the advanced of current englisht, 1960:853); c. Novel adalah cerita dalam bentuk prosa yang cukup panjang.
Panjangnya tidak kurang dari 50.000 kata. Mengenai jumlah kata dalam novel adalah relatif (Priyatni, 2010:124).
Dari hasil penelitian Andita (2010:144) diungkapkan bahwa, “Novel sebagai dokumen sosial mengajarkan tentang nilai-nilai kemanusian.” Ajaran tentang
nilai-nilai tersebut dirangkai dalam sebuah cerita yang menarik. Pada intinya,
novel adalah cerita. Ini dikarenakan fungsi novel adalah bercerita dan aspek
terpenting novel adalah menyampaikan cerita.
2. Koherensi Unsur-unsur Data Teks Novel (Data Objektif)
Unsur-unsur data teks pada novel perlu dianalisis kebenarannya yang
berkaitan dengan kesesuaian antara latar dalam cerita dengan latar pada kehidupan
nyata. Fokus kajian ini antara lain seperti kondisi sosial masyarakat dalam cerita
dengan kondisi sosial masyarakat sesungguhnya, hubungan dialogis dan dialektis
yang terbentuk antara kondisi teks dan kondisi sosial masyarakat, dan sebagainya.
Luxemburg (dalam Sangidu, 2004:39) menyatakan bahwa “Sastra diciptakan oleh pengarang berdasarkan realita (kenyataan) sosial yang ada dalam masyarakat.”
Karya sastra tidak dapat lepas dari strukturalisnya, Escarpit (dalam Husen, 2005:11) menyatakan bahwa “Sejak tahun 1960, perkembangan gagasan-gagasan strukturalis telah membuka perspektif baru bagi sosiolog sastra, pada awalnya
terutama di bawah pengaruh Roland Barthes. Semiologi dan semiotika memberi
tekanan pada tulisan dan teks sebagai tempat menyusupnya unsur-unsur sosiologis.” Menurut Ratna (2011a:131) bahwa “Struktur formal novel, meskipun dapat dipahami secara intrinsik, terlepas dari relevansi subjek creator dan
hubungan-hubungan sosial lainnya, tetapi jelas tidak bisa dilepaskan dari
pembaca, yaitu subjek yang justru merupakan faktor utama dalam analisis pascastrukturalisme, khususnya analisis resepsi.”
Kaitannya dengan sosial masyarakat tersebut, yang dianalisis adalah
commit to user
xxv
meluas karena mengingat sosiologi merupakan disiplin ilmu yang bersifat luas.
Untuk mengantisipasi meluasnya pembahasan yang dapat menyebabkan
ketidakfokusan penelitian maka konteks dalam analisisnya dispesifikan agar
mengacu pada pokok bahasan yang direpresentasikan oleh karya sastra tersebut.
Seperti dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Tohari (2005) ini dapat lebih
difokuskan kepada analisis konflik sosial pada sebuah desa di kaki Bukit Cibalak.
Kemudian kaitannya dengan hubungan dialogis dan dialektis ini seperti
kesesuaian antara dialog maupun dialek yang ada pada cerita dalam novel dengan
dialog maupun dialek yang ada pada masyarakat yang sebenarnya. Dengan adanya
kesesuaian antara beberapa hal dalam novel dengan realitanya maka pengarang
dapat dikatakan berhasil dalam menuangkan imajinasinya sesuai dengan
kenyataan yang ada dalam masyarakat. Dari keberhasilan ini, kemudian
diharapkan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarangnya melalui cerita dalam
karyanya tersebut dapat lebih mudah diterima oleh masyarakat pembaca dan dapat
terwujud suatu perubahan dari efek pemahaman pembaca terhadap pesan dalam
cerita tersebut.
Sastra yang baik tidak hanya merekam kenyataan yang ada dalam masyarakat seperti sebuah tustel foto, tetapi merekam dan melukiskan kenyataan dalam keseluruhannya. Aspek terpenting dalam kenyataan yang perlu dilukiskan oleh pengarang yang dituangkannya dalam karya sastra adalah masalah kemajuan manusia (Sangidu, 2004:41).
Menurut Escarpit (dalam Husen, 2005:181) menyatakan bahwa “Fakta
sastra merupakan bagian tak terpisahkan dari cara berpikir individual,
bentuk-bentuk abstrak dan sekaligus struktur kolektif, pembahasannya cukup menyulitkan.” Dari pemaparan-pemaparan tersebut, hakikat koherensi unsur-unsur data teks novel atau data objektif yakni menekankan pada nilai karya sastra
itu sendiri dan menjadikan karya sastra sebagai sumber informasi yang objektif,
dan kemudian dikaitkan dengan fenomena yang terjadi dalam masyarakat
commit to user
xxvi
3. Data Genetik Novel
Data genetik novel merupakan data yang berkaitan dengan manusia sebagai
pengarang novel itu sendiri. Data tersebut bersumber dari latar belakang
kehidupan novelis, karya-karyanya, hubungan antara karya sastra dengan
kehidupannya, dan sebagainya. Keberadaan pengarang dalam masyarakat juga
sangat berpengaruh terhadap diterima atau tidaknya karyanya tersebut. Menurut Tomasevskij (dalam Ratna, 2011a:199), “Studi biografis sebagai genre yang sudah kuno, dan sesungguhnya merupakan bagian penulisan sejarah, sebagai historiografi”. Menurut Ratna (2011a:198), subjek pengarang dalam merekonstruksikan tokoh-tokoh dan peristiwa sesungguhnya didasarkan atas
definisi hubungan-hubungan sosial, sebagai pernyataan bahwa semesta tokoh dan
peristiwa yang diceritakan merupakan dunia yang mesti dipahami bersama-sama
dengan orang lain. Menurut Pradopo, dkk (2001:60) bahwa “Genetik karya sastra
artinya asal-usul karya sastra. Adapun faktor yang terkait dengan asal-usul karya
sastra adalah pengarang dan kenyataan sejarah yang turut mengkondisikan karya sastra saat diciptakan.” Escarpit (dalam Husen, 2005:115) berpendapat bahwa “Ketika menulis, semua pengarang memiliki publik yang hadir dalam pikirannya, paling tidak dirinya sendiri.” Senada dengan pendapat-pendapat tersebut Al-Ma’ruf (2010:225) mengungkapkan bahwa “Latar belakang kehidupan pengarang berisi perkembangan intelektual, karier, emosi, dan perilakunya yang dapat
direkontruksi dan dinilai berdasarkan sistem nilai etika dan norma-norma kehidupan lainnya.”
Pada penelitian ini, data genetik yang dimaksudkan di sini yakni segala hal
yang berkaitan dengan kehidupan kepenulisan Tohari sebagai penulis novel Di
Kaki Bukit Cibalak tersebut. Dalam semua karyanya, Tohari tidak pernah
melepaskan nuansa kedesaan. Hal tersebut menyebabkan semua karyanya
menggambarkan lapisan masyarakat kalangan bawah dan alam. Wawasan alam
(khususnya Banyumas) sangat terlihat dalam setiap karyanya. Meskipun
demikian, beliau tergolong pengarang yang kurang produktif.
Namun, masyarakat pembaca tidak meragukan lagi bahwa karya-karyanya
commit to user
xxvii
yang lumayan bagus, tidak kalah dengan pengarang-pengarang yang produktif
lainnya. Baru-baru ini, novelnya juga ada yang diangkat ke layar lebar dan
berhasil memperoleh sambutan yang antusias dari masyarakat luas.
Hakikatnya analisis data genetik maupun sosiologi pengarang yakni
memaknai pengarang sebagai bagian dari masyarakat yang telah menciptakan
karya sastra. Latar belakang kehidupan pengarang yang berisi perkembangan
intelektual, karier, emosi, dan perilakunya yang dapat direkontruksi dan dinilai
berdasarkan sistem nilai etika dan norma kehidupan lainnya. Karenanya,
pemahaman terhadap pengarang menjadi kunci utama dalam memahami
hubungan sosial karya sastra dengan masyarakat di sekitar lingkungan pengarang.
4. Data Afektif Novel
Kajian sosiologi sastra selain membahas tentang pengarang sebagai penulis
karya sastra dan karya sastra sebagai hasil karya pengarang maka pembaca
memiliki peran yang tidak kalah pentingnya dengan dua aspek tersebut. Data
afektif novel tersebut merupakan data tentang manusia sebagai pembaca dari
suatu novel. Karya sastra yang dibaca oleh pembaca dalam konteks masyarakat
dapat mempengaruhi kondisi masyarakat tertentu. Menurut Mead (dalam Ritzer &
Goodman, 2007:287) bahwa masyarakat berarti proses sosial tanpa henti yang
mendahului pikiran dan diri. Masyarakat penting perannya dalam membentuk
pikiran dan diri.”
Jika pembaca yang membaca karya sastra itu banyak maka karya sastra itu
akan memengaruhi pembaca secara massal (Kurniawan, 2012:8). Ini salah satu
gambaran bahwa sastra memiliki peran secara sosiologis untuk melakukan
perubahan sosial dalam masyarakat. Perubahan sosial inilah yang menunjukkan
hubungan antara sastra dengan sosiologi.
Pada analisis data afektif ini, fokusnya memelajari seberapa besar pengaruh
nilai-nilai sosial dalam sastra terhadap perubahan sosial dalam masyarakyat.
Kemudian terfokus lagi pada karya sastra kanonik yang dipahami sebagai karya
sastra unggulan yang dibaca masyarakat sehingga memengaruhi dan berperan
commit to user
xxviii
bagian yang dapat dibahas yakni bahasa. Bahasa dapat menunjukkan karakteristik
suatu daerah dan memiliki kekhasan tersendiri dalam dunia sastra.
Untuk melukiskan hubungan antara sastra dan realitas sosial, maka kiranya
belum dapat dilukiskan secara jelas, karena hubungan antar keduanya merupakan
hubungan hubungan dialogis tak langsung (Sangidu, 2004:46). Endraswara (2003:94) menyatakan bahwa “Peneliti sosiologi sastra, juga dapat meneliti dalam kaitannya dengan pengaruh teks sastra terhadap pembaca. Pengaruh tersebut, kemungkinan besar juga dapat bersifat timbal balik.”
Dari berbagai pendapat tentang data afektif, hakikatnya, analisis data afektif
dari suatu karya sastra yakni kajian sosiologi pembaca yang mengarah pada dua
hal, yaitu kajian pada sosiologi terhadap pembaca yang memaknai karya sastra
dan kajian pada pengaruh sosial yang diciptakan oleh karya satra. Yang tercantum
dalam karya sastra merupakan tanda yang mengandung makna yang implisit di
balik ekspresi bahasa yang eksplisit. Kajian ini berarti mengkaji aspek nilai sosial
yang mendasari pembaca dalam memaknai karya sastra.
5. Hakikat Pendekatan Sosiologi Sastra a. Pengertian Sastra
Secara ontologi, sastra digambarkan sebagai salah satu cabang dari seni.
Sastra secara etimologi didefinisikan secara lebih berbeda dari ontologi, yaitu
sastra merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta yaitu śāstra, yang
berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar śās-
yang berarti instruksi atau ajaran. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa
digunakan untuk merujuk kepada kesusastraan atau sebuah jenis tulisan yang
memiliki arti keindahan tertentu. Tetapi kata sastra bisa pula merujuk kepada
semua jenis tulisan, baik tulisan tersebut indah atau tidak.
Sastra juga merupakan sebuah karya keindahan manusia yang
digambarkan melalui bahasa tulisan, baik berbentuk puisi, roman, novel,
cerpen, syair, dll. Hal utama yang harus ada dalam sastra yaitu nilai dan
keindahan. Banyak pesan dari nilai kehidupan yang disampaikan dengan cara
nilai-commit to user
xxix
nilai kebudayaan sebagai salah satu latar belakang cerita di dalamnya. Dengan kata lain, Kurniawan (2012:1) mengungkapkan bahwa “Sastra adalah hasil cipta dan ekspresi manusia yang estetis”. Kaum formalis dalam Sangidu (2004:34) menyatakan bahwa sastra bukanlah sesuatu yang statik karena teks
sastra diubah dan disulap oleh pengarang sehingga efeknya mengasingkan
dan melepaskan diri dari otomatisasi (deotomatisasi) bagi pencerapan kita.
Awalnya sastra dianggap bahasa tulis yang digunakan dalam kitab-kitab
dan merupakan bahasa yang jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, seiring perkembangan zaman, sastra lebih menunjukkan variasinya
sehingga dapat lebih diterima oleh masyarakat pembacanya.
Priyatni (2010:12) mengungkapkan bahwa “Sastra adalah
pengungkapan realitas kehidupan masyarakat secara imajiner atau secara fisik”. Sastra meskipun bersifat imajiner, namun tetap membawa suatu fakta kehidupan yang terjadi dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan pengarang
mengemukakan realitas tersebut dari pengalaman hidupnya. Sampai saat ini
belum ada kesepakatan yang baku mengenai definisi sastra karena sifat sastra
itu sendiri yang dinamis dan terus berkembang. Namun, berbagai ciri-ciri
tentang sastra dapat digunakan sebagai acuan dalam mendefinisikan sastra.
Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa.
Yang termasuk kedalam kategori sastra yaitu: novel, cerita/cerpen
(tertulis/lisan), syair, pantun, sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi. Sastra
menurut geografis/bahasa dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1) sastra nusantara, meliputi: sastra Bali, sastra Batak, sastra Bugis, sastra Indonesia (Modern), sastra Jawa, sastra Madura, sastra Makassar, sastra Melayu, sastra Minangkabau, sastra Sasak, sastra Sunda, dan sastra Lampung;
2) sastra barat, meliputi: sastra Belanda, sastra Inggris, sastra Italia, sastra Jerman, sastra Latin, sastra Perancis, sastra Rusia, sastra Spanyol, dan sastra Yunani;
commit to user
xxx
Pranata (2009) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa “Suatu karya
sastra dapat dikatakan baik apabila karya sastra tersebut dapat mencerminkan zaman serta situasi dan kondisi yang berlaku dalam masyarakat.” Dari hal ini, dapat dipahami bahwa setiap periode karya sastra dapat dikenali melalui
kekhasan cerita di zaman tersebut. Seperti yang diperoleh dari hasil penelitian Lestari (2012) bahwa “Novel Edensor adalah terdapat beberapa nilai moralitas yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya tidak pernah putus
asa pada cobaan berat dari Tuhan, ketulusan dan kasih sayang kepada sesama,
berusaha dan bekerja keras untuk meraih cita-cita, menuntut ilmu, kesetiaan dan
cinta sejati, serta memegang teguh prinsip.”
Dari penjabaran di atas, hakikatnya sastra merupakan cabang dari seni
hingga dapat muncul perbedaan-perbedaan yang jelas antara seni sastra
maupun seni lainnya. Melalui bahasa tulis, sastra dapat menyampaikan
nilai-nilai kehidupan yang tidak dapat jauh dari budaya dengan keindahan yang
disajikan dari tiap detail ceritanya.
b. Pengertian Sosiologi
Istilah sosiologi berasal dari kata socius (bahasa Latin) yang berarti
teman dan logos (bahasa Yunani) yang berarti ilmu tentang. Secara harfiah,
sosiologi berarti ilmu tentang pertemanan. Istilah sosiologi ini tidak akan
jauh dari asumsi tentang kemasyarakatan, tentang kehidupan masyarakat,
budaya, dan tradisinya. Menurut Sanderson (2010:2) bahwa “Sosiologi adalah kajian ilmiah tentang kehidupan sosial manusia.” Senada dengan itu, Swingewood (dalam Faruk, 1999:1) berpendapat bahwa “Sosiologi sebagai
studi yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi
mengenai lembaga-lembaga dan proses sosial”. Hampir sama dengan
pendapat sebelumnya, Ishomuddin (dalam Kurniawan, 2012:4) berpendapat
bahwa
commit to user
xxxi
kehidupan manusia, karena pengaturan yang mendasar tentang hubungan manusia secara timbal balik dan juga karena faktor-faktor yang melibatkannya serta dari interaksi sosial berikutnya.
Comte (dalam Budiati, 2009:9-11) mendeskripsikan bahwa “Sosiologi
adalah suatu disiplin ilmu yang bersifat positif yaitu mempelajari
gejala-gejala dalam masyarakat yang didasarkan pada pemikiran yang bersifat
rasional dan ilmiah”.
Menurut Ritzer (dalam Faruk, 1999:2), sosiologi memiliki tiga
paradigma, yaitu:
1) paradigma fakta sosial, fakta sosial itu sendiri dianggap sebagai sesuatu yang nyata, yang berbeda dari dan berada diluar individu; 2) paradigma definisi sosial, dalam paradigma ini yang dianggap
sebagai pokok persoalan sosiologi adalah subjektif individu menghayati fakta-fakta sosial tersebut;
3) paradigma perilaku sosial, pokok persoalan sosiologinya adalah perilaku manusia sebagai subjek yang nyata, individual.
Dari hasil penelitian Moghaddam & Moghaddam (2012) dihasilkan
suatu simpulan bahwa “Penerjemahan konsep budaya merupakan masalah
mendasar dalam studi penerjemahan dan praktik. Banyak saran telah
ditawarkan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ini dan mencegah
kesalahpahaman budaya yang ada.” Menurut Ritzer & Goodman (2007:258) bahwa “Sosiologi, sebagai ilmu tentang masyarakat, hanya mungkin terwujud apabila ada konsep masyarakat yang didefinisikan dengan jelas.”
Dari berbagai definisi sosiologi menurut beberapa sosiolog maka dapat
dikatakan bahwa hakikat sosiologi adalah ilmu tentang kehidupan masyarakat
yang objek kajiannya mencakup fakta sosial, definisi sosial, dan perilaku
sosial yang menunjukkan hubungan interaksi sosial dalam suatu masyarakat.
c. Pengertian Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Pada dasarnya,
ilmu sosiologi dan ilmu sastra memiliki objek yang sama, yaitu manusia
commit to user
xxxii
adalah ilmu yang memanfaatkan faktor sosial sebagai pembangun sastra”. Hampir senada dengan Endraswara, Ratna (2011a:2) mengungkapkan
pendapatnya bahwa “Sosiologi sastra merupakan pemahaman terhadap karya
sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya.”
Sosiologi sastra dianggap sebagai ilmu baru karena mulai muncul pada
abad ke-18. Hal ini ditandai dengan tulisan Madame de Stael (Albrecth, dkk.,
eds., 1970: ix; Laurenson dan Swingewood, 1972: 25-27) yang berjudul De la
literature cinsideree dans ses rapports avec les institutions socials (1800)
(Ratna, 2011b:331). Penelitian sosiologi sastra berkembang pesat sejak
penelitian-penelitian strukturalisme mengalami kemunduran. Endraswara
(2003:82) mengungkapkan bahwa “Sosiologi sastra juga dapat mengkaji teks
-teks sastra bagi relevansi sosiologis, artinya membawa karya sastra ke dalam
bentuk abstrak melalui tema-tema yang menarik sejarahwan sosial.”
Didasarkan kesadaran bahwa karya sastra harus difungsikan seperti
aspek kebudayaan yang lain maka dilakukan pengembalian karya sastra ke
tengah masyarakat, memahaminya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
komunikasi masyarakat. Dalam hal ini, peran pengarang sangatlah penting
dalam menyebarluaskan keberadaan unsur-unsur kebudayaan, sekaligus
perkembangan tradisi sastra.
Masalah pokok dalam sosiologi sastra adalah karya sastra itu sendiri
dan karya sebagai aktivitas kreatif dengan ciri yang berbeda-beda. Tujuan
dari adanya analisis sosiologi sastra yakni meningkatkan pemahaman
terhadap sastra, khususnya dalam kaitannya dengan masyarakat, menjelaskan
bahwa imajinasi penulis tidak berlawanan dengan realita dalam masyarakat.
Adanya kajian sosiologi sastra ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
terhadap sastra yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan, dan
menjelaskan bahwa cerita dalam karya tersebut bukan semata-mata karangan
fiktif belaka.
commit to user
xxxiii
dasarnya mencoba mengembalikan karya dalam kompetensi struktur sosial (Ratna, 2011a:12).
Yahya (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa sebuah karya
sastra dapat menampilkan fakta yang terjadi dengan gaya bahasa yang estetis.
Hakikatnya, sosiologi sastra sangat memperhatikan perihal fakta estetis dan
fakta kemanusiaan. Metode penelitian sosiologi sastra ini memahami manusia
lewat fakta imajinatif dan memerlukan fakta yang kokoh.
d. Pendekatan Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra merupakan salah satu alat kritis sastra. Sastra sendiri
merupakan bagian dari masyarakat. Jadi tidak salah jika dikatakan bahwa
sastra adalah produk kebudayaan sehingga sastra tidak bisa terlepas dari
keberadaban manusia dikarenakan sastra menceritakan tentang kehidupan
dari masyarakat itu sendiri.
Penelitian dengan pendekatan sosiologi sastra ini menganggap karya
sastra sebagai milik masyarakat. Sosiologi sastra adalah pendekatan terhadap
sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan menggunakan
analisis teks untuk mengetahui strukturnya, untuk kemudian dipergunakan
memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang di luar sastra. Hasil penelitian
sastra biasanya bersifat subjektif, tetapi analisisnya berdasarkan data-data
yang objektif (Sangidu, 2004:8).
Dasar filosofi pendekatan sosiologi adalah adanya hubungan yang
hakiki antara karya sastra dengan masyarakat. Sosiologi sastra yang lahir
pada abad ke-18 ini mengundang banyak ahli sastra yang akhirnya turut
berpendapat tentang sosiologi sastra. Seperti Ratna (2011b:332) yang
mengemukakan bahwa “Sosiologi sastra berkembang dengan pesat sejak
penelitian-penelitian dengan memanfaatkan teori strukturalisme dianggap
commit to user
xxxiv
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan mengapa sastra memiliki
kaitan erat dengan masyarakat dan dengan demikian harus diteliti dalam
kaitannya dengan masyarakat, sebagai berikut:
1) karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin oleh penyalin, sedangkan ketiga subjek tersebut adalah anggota masyarakat;
2) karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan yang terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga difungsikan oleh masyarakat;
3) medium karya sastra, baik lisan maupun tulisan, dipinjam melalui kompetensi masyarakat, yang dengan sendirinya telah mengandung masalah-masalah kemasyarakatan;
4) berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat-istiadat, dan tradisi yang lain, dalam karya sastra terkandung estetika, etika, bahkan juga logika. masyarakat jelas sangat berkepentingan terhadap tiga aspek tersebut;
5) sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat intersubjektivitas, masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya (Ratna, 2011b:332).
Penelitian Qasim (2012) menyimpulkan bahwa
“Novel Morrison ini menggambarkan kisah-kisah rahasia kekerasan dan agresi dan menangkap kehidupan korban pelecehan dan mantan budak yang mencoba membuat hidup mereka normal. Mereka belajar bagaimana menyembuhkan sakit emosional dan psikologis mereka. Dengan demikian melalui novelnya, Morrison mencoba mencatat sejarah kehidupan masyarakat yang tak terhitung jumlahnya. Novelnya merekam kehidupan semua orang subyek perempuan yang tersisa dari pembahasan warna-warni kehidupan.”
Dalam penelitian ini dapat dipahami bahwa dari sebuah novel atau
karya sastra lainnya dapat diambil berbagai amanat yang mungkin dapat
membantu memperbaiki kehidupan di masyarakat secara nyata. Yang
terpenting dalam pendekatan sosiologi sastra yakni keterkaitan langsung
dengan masyarakat. Hakikatnya, sosiologi sastra ini juga digambarkan
sebagai dokumen sosiobudaya yang mencerminkan suatu zaman. Meskipun
demikian, pertimbangan terpenting adalah nilai estetika yang terkandung
commit to user
xxxv
6. Konflik Sosial dalam Karya Sastra
Salah satu hal yang merupakan bagian dari kehidupan manusia bahkan
kadang menjadi penentu alur hidup seseorang adalah konflik. Konflik sendiri
sangat luas cakupannya. Secara umum konflik dalam karya sastra bisa
digolongkan menjadi dua, yakni konflik internal dan konflik eksternal. Untuk itu
perlu dipahami lebih jauh bahwa konflik internal merupakan permasalahan yang
terjadi dalam diri seorang tokoh dan mengalami pergulatan dalam dirinya tanpa
disebabkan atau memengaruhi orang lain di sekitarnya, sedangkan konflik
eksternal yaitu masalah yang terjadi dengan faktor lain di luar diri.
Konflik adalah sesuatu yang menjadikan hidup yang kita jalani menjadi
lebih sempurna dengan segala lika-liku problematika yang bisa ditimbulkannya.
Konflik menjadikan hidup lebih berwarna. Seseorang pasti akan merasa hampa
jika selama hidupnya hanya merasakan kebahagiaan. Begitu pun sebaliknya,
seseorang lainnya pun akan merasa bosan jika terus menerus menderita.
Dalam setiap cerita dapat dipastikan memiliki konflik yang muncul akibat
perbedaan karakter tokoh-tokohnya. Demikian yang terjadi pada novel Di Kaki
Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Konflik dalam sebuah karya sastra prosa
dalam bentuk novel ini membawa ketertarikan sendiri yang dilihat oleh pembaca
dari sebuah karya sastra.
Konflik sosial dalam karya sastra merupakan gambaran kehidupan nyata
yang dituangkan dalam cerita oleh pengarangnya. Konflik merupakan inti dari
sebuah alur.
Macam-macam konflik dalam sebuah cerita adalah:
a. konflik batin adalah pertentangan manusia dengan dirinya sendiri; b. pertentangan manusia dengan sesamanya;
c. pertentangan manusia dengan lingkungannya, baik itu lingkungan ekonomi, politik, sosial, dan budaya;
d. pertentangan manusia dengan Tuhan atau keyakinannya (Rosyi, 2009).
Tanpa konflik, cerita tidak akan menjadi sesuatu yang indah. Konflik cerita
commit to user
xxxvi
dalam masyarakat nyata. Hal ini dikarenakan karya sastra merupakan cerminan
dari kehidupan nyata.
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir pada penelitian ini yaitu dari sebuah novel Di Kaki Bukit
Cibalak karya Tohari dianalisis dengan pendekatan sosiologi sastra. Terkait
dengan hal tersebut Endraswara (2011:9) berpendapat bahwa “Sosiologi sastra
adalah memahami makna karya sastra dari sisi sosiologis.” Dilanjutkan dengan
analisis koherensi unsur-unsur data teks novel (data objektif). Swingewood
(dalam Faruk, 1999:43) mengemukakan pendapat terkait dengan koherensi
unsur-unsur data teks novel (data objektif) bahwa “Perlunya pemahaman mengenai
tradisi sastra sebagai salah satu mediasi yang menjembatani hubungan antara sastra dengan masyarakat.” Dari data objektif analisis novel dikembangkan lagi lebih rinci dengan analisis data genetik dan data afektif novel hingga menemukan
suatu simpulan tentang koherensi unsur-unsur data teks novel (data objektif) yang
dianalisis dengan data genetik novel dan data afektif novel Di Kaki Bukit Cibalak
karya Tohari. Berkaitan dengan data genetik novel Endraswara (2011:144)
mengungkapkan bahwa “Data genetik merupakan data yang berkaitan dengan
hubungan latar belakang pengarang dengan nilai-nilai estetis struktur teks.” Data
genetik novel berbeda dengan data afektif novel, Kurniawan (2012: 8)
mengungkapkan bahwa “Data afektif novel adalah data yang berhubungan dengan
commit to user
xxxvii
Berikut gambar alur kerangka berpikir analisis novel Di Kaki Bukit Cibalak
karya Tohari dengan pendekatan sosiologi sastra.
Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir
Koherensi unsur-unsur data teks novel (data objektif) yang dianalisis dengan data genetik novel dan data afektif
novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari. Data genetik
novel
Novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari
Pendekatan sosiologi sastra
Koherensi unsur-unsur data teks novel
(data objektif)
commit to user
xxxviii BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan objek kajiannya adalah karya sastra
yang berupa novel. Objek penelitian ini adalah novel Di Kaki Bukit Cibalak karya
Ahmad Tohari. Penelitian ini tidak terikat oleh tempat dan waktu yang khusus.
Penelitian ini dapat dilakukan kapan saja tanpa harus terpancang pada satu tempat
dan waktu tertentu.
Penelitian ini dilakukan selama sembilan bulan, yakni awal Mei 2012
sampai Januari 2013. Adapun rincian waktu dan jenis kegiatan dalam penelitian
ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1: Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
Waktu
Metode berfungsi menyederhanakan masalah sehingga lebih mudah untuk
dipecahkan dan diatasi (Ratna, 2011b:34). Penelitian ini menggunakan
pendekatan sosiologi sastra. Hakikatnya, penelitian sosiologi sastra adalah
commit to user
xxxix
mengaitkan antara novel (karya sastra) dengan realitasnya dalam masyarakat yang
kemudian dianalisis dari segi data objektif, genetik, dan afektif.
C. Data dan Sumber Data
Sumber data yang diambil oleh peneliti terdiri dari dua macam, sebagai
berikut.
1. Data Primer
Data objektif novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Tohari. Novel tersebut
pertama kali diterbitkan di harian KOMPAS pada akhir tahun 1979.
Kemudian diterbitkan lagi oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada 1994,
sampai cetakan terakhir (cetakan ketiga) diterbitkan pada 2005.
2. Data Sekunder
a. Informan, yaitu pengarang (data genetik) dan pembaca (data afektif) novel
Di Kaki Bukit Cibalak.
b. Sumber data lain yang menunjang seperti buku-buku, dokumen-dokumen,
dan artikel-artikel.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011:218). Pertimbangan tertentu yang
dimaksud tersebut yakni mempertimbangkan peran seseorang yang dianggap
memiliki sesuatu yang lebih terkait kebutuhan informasi dalam penelitian bagi
peneliti dan dapat dipercaya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
data-data baik dari dokumen tertulis, hasil observasi, dan wawancara. Dalam
wawancara tersebut, informan diklasifikasikan berdasarkan:
1. pembaca ahli dan pembaca awam;
2. pembaca sebagai masyarakat Banyumas dan pembaca bukan sebagai
commit to user
xl
E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik studi
dokumentasi, observasi, dan wawancara. Teknik studi dokumentasi yaitu mencatat
dokumen maupun arsip yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian.
Teknik observasi merupakan peninjauan secara cermat pada objek maupun subjek
yang akan diteliti, dalam hal ini yang dimaksud yaitu masyarakat pembaca.
Teknik lainnya yakni teknik wawancara yang dipahami sebagai teknik untuk
mengetahui pandangan informan tentang struktur cerita, latar belakang sosial
budaya, dan konflik sosial yang ditampilkan dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak
karya Tohari (2005).
Teknik wawancara dilakukan peneliti kepada enam informan, yaitu: satu
pengarang novel dan lima pembaca novel. Lima pembaca novel tersebut, yaitu:
tiga diantaranya adalah informan sebagai pembaca ahli dan dua informan lainnya
sebagai pembaca awam. Pembaca ahli dan awam dibedakan berdasarkan seberapa
dalam pengetahuannya terhadap sastra. Selain itu, peneliti mengklasifikasikan lagi
pembaca berdasarkan tempat tinggalnya, yaitu dua diantaranya adalah warga
Banyumas dan tiga lainnya bukan warga Banyumas. Data-data tersebut
bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penelitian lebih jauh.
F. Uji Validitas Data
Uji validitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi.
Sesuai dengan objek kajian dan metode pengumpulan datanya maka validitas data
dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber. Data yang diperoleh dari wawancara, kemudian dicek dengan observasi,
commit to user
xli
G. Analisis Data
Dalam penelitian ini, data dianalisis menggunakan analisis interaktif. Di
dalam model ini terdapat tiga komponen analisis, yaitu: reduksi data, penyajian
data, dan penarikan simpulan. Penerapannya dalam analisis karya sastra adalah
sebagai berikut.
1. Reduksi data merupakan komponen yang mengandung proses seleksi,
pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data kasar. Data yang masuk
berupa data primer dan data sekunder akan diseleksi dan difokuskan pada
hal-hal yang signifikan serta membuang hal-hal-hal-hal yang tidak perlu.
2. Penyajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi atau data secara
teratur dan terinci agar mudah dianalisis. Kegiatan ini dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menganalisis data primer berupa novel Di Kaki Bukit Cibalak dengan
mencocokan data sekunder yang berupa data pelengkap yang diambil dari
kajian pustaka yang mendukungnya.
b. Data sekunder yang diperoleh dikaitkan dengan data primer yang berupa
novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Tohari (2005) yang telah ditelaah oleh
peneliti.
c. Berdasarkan langkah-langkah dari (b) tersebut akan diperoleh deskripsi
struktur cerita, latar belakang sosial budaya, dan konflik sosial dalam
novel Di Kaki Bukit Cibalak.
3. Penarikan simpulan dilakukan berdasarkan semua hal yang terdapat dalam
reduksi data dan sajian data. Tiga komponen tersebut aktifitasnya dalam
bentuk interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai siklus dan
penelitian tetap bergerak di antara tiga komponen tersebut.
Terkait dengan deskripsi di atas, Sutopo (2002:95) mengungkapkan bahwa “Peneliti tetap bergerak di antara tiga komponen analisis dengan proses pengumpulan data selama kegiatan pengumpulan data berlangsung. Sesudah
commit to user
xlii
Proses analisis ini disebut sebagai model analisis interaktif.” Berikut adalah
gambar dari proses analisis data interaktif.
Dari gambar tersebut dapat dijelaskkan bahwa proses analisis data dapat
dilihat pada waktu pengumpulan data, peneliti selalu membuat reduksi data dan
sajian data. Kemudian peneliti menyusun rumusan pengertiannya secara singkat,
berupa pokok-pokok temuan yang penting. Selanjutnya diikuti penyusunan sajian
data yang berupa ceritera sistematis dan logis. Saat pengumpulan data sudah
berakhir, peneliti mulai melakukan usaha untuk menarik simpulan dan
verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi maupun sajian
datanya. Jika simpulan dirasakan belum memuaskan maka peneliti wajib kembali
melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus untuk mencari
pendukung simpulan yang ada dan juga bagi pendalaman data.
H. Prosedur Penelitian
Penelitian terhadap novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Tohari
1. Tahap persiapan, meliputi penyusunan proposal.
2. Tahap pelaksanaan, meliputi pengumpulan data, validitas data, analisis data,
dan penarikan simpulan.
3. Tahap penyusunan laporan, meliputi penyusunan laporan penelitian,
konsultasi dengan pembimbing, dan memperbanyak laporan. Gambar 2. Model Analisis Interaktif
Pengumpulan data
Reduksi data Penyajian data
commit to user
xliii BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang tidak terikat oleh tempat dan
waktu. Namun, demi memfokuskan lokasi dan objek penelitian, peneliti
menentukan Banyumas dan Surakarta sebagai lokasi penelitian. Hal ini
dikarenakan Banyumas merupakan daerah terdekat dengan latar kejadian yang
diangkat dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak, sedangkan sampel dari masyarakat
yang tinggal di daerah Surakarta dimaksudkan untuk menjadi pembanding
informan dari daerah Banyumas. Perbedaan lokasi tersebut bertujuan agar data
yang diperoleh memiliki banyak variasi sehingga tidak monoton dan dapat
menghasilkan sebuah hasil akhir penelitian yang lebih kaya akan informasi.
Terlepas dari lokasi penelitian, hal yang paling penting dalam sebuah
penelitian adalah objek penelitian. Pada analisis sosiologi sastra ini, objek
penelitiannya adalah karya sastra novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Tohari.
Novel ini merupakan salah satu karya sastra yang menarik sebagai hasil imajinasi
Tohari. Novel ini tidak hanya sekedar karya sastra yang menghibur, tetapi
memiliki pesan-pesan kehidupan yang dapat dijadikan renungang oleh masyarakat
pembacanya.
Novel ini memiliki ciri khas hasil kepengaranngan Tohari yang berbeda
dengan hasil karya sastra pengarang lainnya karena pada novel ini kental dengan
nuansa Banyumas dan konflik kedesaan yang kompleks namun tetap mudah
dimengerti oleh pembaca. Dengan ketebalan halaman yang hanya berkisar ratusan
halaman, novel ini mampu mengemas amanat dari pengarang dengan nilai estetis
yang tinggi. Memiliki banyak pesan dan pembelajaran kehidupan yang sangat
bagus. Amanat dari pengarang terwakili dengan karakter yang dibawakan oleh
para tokoh cerita yang menampilkan suatu situasi kehidupan sehingga lebih
menarik untuk disimak.
commit to user
xliv
B.Deskripsi Temuan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif pada novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Tohari
dengan pendekatan sosiologi sastra ini ditemukan beberapa data penelitian sebagai
berikut.
1. Analisis Koherensi Data Teks Novel (Data Objektif)
Pada koherensi data teks novel Di Kaki Bukit Cibalak karya Tohari
banyak ditemukan data yang menarik untuk dikaji. Data-data yang peneliti
perhatikan adalah data-data yang berkaitan dengan sosiologi sastra dari novel
tersebut.
Koherensi data teks (data objektif) pada hakikatnya menekankan pada
nilai-nilai karya sastra itu sendiri dan menjadikan karya sastra sebagai sumber
informasi yang objektif, dan kemudian dikaitkan dengan fenomena yang
terjadi dalam masyarakat sekarang. Namun, suatu analisis novel tidak dapat
lepas dari analisis struktural novel tersebut. Secara structural, novel memiliki
tujuh unsur intrinsik, yaitu tema, tokoh dan penokohan, alur, gaya, setting,
sudut pandang, dan suasana.
Banyak hal dapat ditemukan di dalam novel Di Kaki Bukit Cibalak,
namun yang dominan muncul adalah konflik sosial yang terjadi di desa
Tanggir. Konflik ini terjadi karena ketidakberesan pemerintahan lurah desa
Tanggir yang biasa dipanggil dengan nama Pak Dirga. Dari awal kompetisi
pemilihan lurah, dia sudah menunjukkan kecurangan yang akhirnya
mengantarkannya duduk sebagai lurah desa Tanggir. Setelah menjadi lurah,
dia melakukan penyelewengan dana kas lumbung koperasi desa Tanggir. Dia
tidak mau menolong Mbok Ralem yang notabennya warga miskin yang
membutuhkan bantuan pemerintah desa demi penyembuhan penyakitnya. Pak
Dirga bersama Poyo (pengurus lumbung desa Tanggir) melakukan manipulasi
pada laporan keuangan lumbung desanya. Uang yang seharusnya
dialokasikan untuk keperluan masyarakatnya justru digunakan untuk
kepentingan pribadi Pak Dirga dan Poyo. Kedaan desa Tanggir semakin