• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran Kimia

Pembelajaran adalah setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar (Sudjana, 2004: 28). Menurut Sugihartono (2007: 81), menggambarkan pembelajaran sebagai usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar. Pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi suatu proses belajar (Sugihartono dkk., 2012:80). Lingkungan dalam hal ini tidak hanya meliputi ruang belajar, tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa.

Pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam mewujudkan kualitas pendidikan yang baik. Pembelajaran sangat tergantung dari kemampuan guru dalam mengemas proses pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan secara baik dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri siswa, sebaliknya pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara yang tidak baik akan menyebabkan potensi siswa sulit dikembangkan atau diberdayakan (Saekhan Muchith, 2007: 1).

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan yang paling pokok. Teori contiguity menekankan bahwa belajar terdiri atas pembangkitan respons dengan stimulus yang pada mulanya bersifat netral atau tidak memadai. Melalui persinggungan (contiguity) stimulus dengan respons, stimulus yang tidak memadai untuk menimbulkan respons akhirnya mampu menimbulkan respons (Oemar Hamalik, 2004:

9

49). Berhasil tidaknya tujuan pencapaian pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi guru terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai.

Belajar dan mengajar mempunyai hubungan yang erat dalam suatu pencapaian tujuan pendidikan. Dari proses belajar mengajar akan diperoleh hasil belajar dan akan mengakibatkan perubahan pada siswa. Belajar merupakan proses aktif siswa untuk membangun dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar, baik individual maupun kelompok, baik mandiri maupun dibimbing (Mulyani Arifin: 2005: 2).

Menurut Morgan (Agus Suprijono, 2009: 3) mengemukakan, “Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience”.Pengertian belajar juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan dan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010: 2). Belajar adalah perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang didapat melalui pengamatan, pendengaran, dan membaca (Oemar Hamalik, 2004: 51).

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar. Belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada. Faktor-faktor yang dimaksud adalah sebagai berikut (Oemar Hamalik, 2009: 32-33):

a. Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan. Siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap,

10

kebiasaan dan minat. Apa yang dipelajari perlu digunakan secara praktis dan diadakan ulangan secara kontinyu di bawah kondisi yang serasi, sehingga penguasaan hasil belajar menjadi lebih mantap.

b. Belajar memerlukan latihan, dengan jalan relearning, recalling, dan reviewing, agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami.

c. Belajar hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.

d. Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya.

e. Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar. Segala pengalaman, baik yang lama maupun yang baru, akan diasosiasikan sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.

f. Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-pengertian yang telah dimiliki oleh siswa dapat menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman baru dan pengertian-pengertian baru.

g. Faktor kesiapan belajar. Murid yang telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil.

h. Faktor minat dan usaha.

i. Faktor-faktor fisiologis, seperti kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar.

j. Faktor intelegensi.

Belajar dan mengajar memiliki keterkaitan yang sangat erat. Kedua kegiatan ini saling menunjang dan saling mempengaruhi satu sama lain.Menurut Oemar Hamalik (2009: 44-50) mengajar adalah proses menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa di sekolah. Mengajar atau mendidik adalah memberikan bimbingan belajar kepada murid.

Mengajar merupakan proses aktif guru untuk menciptakan situasi agar siswa dapat belajar dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam proses belajar mengajar (Mulyati Arifin, 2005: 2). Sedangkan Alvin W. Howard (Slameto, 2010: 32) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk

11

mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude,ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan), dan knowledge.

Dalam mengajar, hendaknya guru memenuhi beberapa prinsip. Prinsip mengajar atau dasar mengajar merupakan usaha guru dalam menciptakan dan mengkondisi situasi belajar-mengajar agar siswa melakukan kegiatan belajar secara optimal. Beberapa prinsip mengajar yang paling utama harus digunakan guru antara lain prinsip motivasi, kooperasi dan kompetisi, korelasi dan integrasi, aplikasi dan transformasi, serta individualitas (Nana Sudjana, 2010: 16).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari susunan, sifat dan reaksi suatu unsur atau zat. Oleh karena itu, ilmu kimia memiliki kedudukan penting karena dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan pengetahuan-pengetahuan lain. Maka, pelajaran kimiadiberikan pertama kali secara khusus di bangku sekolah menengah. Untuk itulah, pembelajaran kimia yang baik di tingkat sekolah menengah menjadi suatu keharusan karena dasar pengetahuan pertama kali diberikan peda tingkat ini.

Ilmu kimia adalah ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang materi yang meliputi struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi serta energi yang menyertainya (Agung Nugroho Catur Saputro, 2008: 3). Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari komposisi, struktur, sifat-sifat materi, perubahan suatu materi menjadi materi yang lain dan energi yang menyertai perubahan materi. Dengan demikian seluruh materi di langit dan di bumi tanpa terkecuali adalah zat-zat kimia. Alam semesta berproses melalui reaksi kimia (Imam Isnaeni Sidiq, 2008: 2). Melalui kimia, kita mengenal susunan (komposisi) zat dan penggunaan bahan-bahan kimia, baik alamiah maupun buatan, dan mengenal proses-proses penting pada makhluk hidup. Mata pelajaran kimia diklasifikasikan sebagai mata pelajaran yang cukup sulit. Kesulitan ilmu kimia ini terkait dengan ciri-ciri ilmu kimia, yaitu sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak sehingga diperlukan suatu media

12

pembelajaran yang dapat lebih mengkonkritkan konsep-konsep yang abstrak tersebut (Kean dan Middlecamp, 1985: 5-9).

Menurut E. Mulyasa (2006: 133-134), mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Membentuk sikap positif terhadap kimia dan menyadari keteraturan dan

keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. b. Memupuk sikap ilmiah yang jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan

dapat bekerja sama dengan orang lain.

c. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana siswa melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan, dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.

d. Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

e. Memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari teknologi.

Pembelajaran kimia merupakan proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran kimia. Kualitas pembelajaran kimia atau ketercapaian tujuan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh beberapak faktor, antara lain strategi belajar-mengajar, metode dan pendekatan pembelajaran, serta sumber belajar yang digunakan (Rahma, 2012: 11).

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kimia adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar berupa pelajaran kimia pada suatu lingkungan belajar untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa.

13 2. Strategi Pembelajaran

Strategi Pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran. Paling tidak ada tiga jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni (1) strategi pengorganisasian pembelajaran, (2) strategi penyampaian pembelajaran, dan (3) strategi pengelolaan pembelajaran (Hamzah B. Uno, 2009: 45). Strategi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan (Syaiful Bahri Djamarah, 2010: 5).

Guru perlu memahami empat strategi dasar dalam proses pembelajaran yang meliputi hal-hal sebagai berikut (Syaiful Bahri Djamarah, 2010: 5-6):

a. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana diharapkan.

b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.

c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.

d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk juga penggunaan metide dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti bahwa di dalam penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu, artinya disini bahwa arah dari semua keputusan penyusunan

14

strategi adalah pencapaian tujuan, sehingga penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Namun sebelumnya perlu dirumuskan suatu tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya. 3. Pengetahuan Awal

Pengetahuan awal merupakan sekumpulan pengetahuan yang dimiliki peserta didik sebelum pembelajaran lebih lanjut. Menurut Ratna Wilis Dahar (2011: 44), setiap orang membentuk konsep sesuai stimulus yang diberikan. Stimulus yang diterima setiap orang berbeda, maka konsep yang dibentuk juga berbeda. Konsep yang dibentuk tersebut adalah abstraksi-abstraksi yang berdasarkan pengalaman.

Seorang siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami suatu pengetahuan tertentu. Salah satu penyebabnya karena pengetahuan baru yang diterima tidak terjadi hubungan dengan pengetahuan awal yang sebelumnya sudah dimiliki (Trianto, 2010:33). Dengan demikian, pengetahuan awal merupakan salah satu syarat utama dalam belajar siswa.

Syarat untuk belajar adalah harus terjadi hubungan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan awal. Pengetahuan awal merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembelajaran. Pengetahuan awal dapat mempermudah proses pembelajaran yang lebih baik sehingga dapat dicapai prestasi belajar yang baik pula.

4. Motivasi Belajar

Menurut Mc. Donald: “motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”. Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 2009: 158).

Motivasi oleh Eysenck dan kawan-kawan dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan

15

berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap, dan sebagainya (Slameto, 2010: 170).

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling memengaruhi. Keberhasilan proses pembelajaran sangat tergantung oleh motivasi belajar siswa. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Hamzah B. Uno, 2008: 23):

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan. d. Adanya penghargaan dalam belajar.

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.

Dalam meningkatkan motivasi belajar, diperlukan beberapa prinsip-prinsip motivasi yang mengandung pandangan demokratis dan dalam rangka menciptakan self motivation dan self discipline di kalangan murid-murid. Kenneth H. Hover mengemukakan prinsip-prinsip motivasi sebagai berikut (Oemar Hamalik, 2009: 163-166):

16 a. Pujian lebih efektif daripada hukuman.

b. Semua murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan.

c. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar.

d. Terhadap jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan usaha pemantauan (reinforcement).

e. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain.

f. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi.

g. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada apabila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru.

h. Pujian-pujian yang datangnya dari luar (external reward) kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya. i. Teknik dan proses mengajar yang bermacam-macam adalah efektif untuk

memelihara minat murid.

j. Manfaat minat yang telah dimiliki oleh murid adalah bersifat ekonomis. k. Kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang minat murid-murid yang

kurang pandai mungkin tidak ada artinya bagi siswa yang tergolong pandai.

l. Kecemasan yang besar akan menimbulkan kesulitan belajar.

m. Apabila tugas terlalu sukar, akan memicu murid melakukan hal-hal yang tidak wajar.

n. Setiap murid mempunyai tingkat frustasi toleransi yang berlainan.

o. Tekanan kelompok murid lebih efektif daripada tekanan dari orang dewasa.

p. Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas murid.

Motivasi Belajar adalah keseluruhan kemampuan dalam menggerakan diri seseorang yang mengakibatkan kegiatan belajar dimana menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada

17

kegiatan belajartersebut, sehingga tujuan yang diinginkan oleh individu atau subyek belajar itu bisa tercapai.

5. Prestasi Belajar

Tujuan pembelajaran dalam ranah kognitif adalah peserta didik mampu memahami satu bahan kajian tertentu dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan yang ditunjukkan dengan perubahan tingkah laku peserta didik salah satunya berupa hasil belajar yang optimal (Mulyati, 2005: 13-14). Proses pembelajaran melibatkan dua subjek, yaitu guru dan peserta didik akan menghasilkan suatu perubahan pada diri peserta didik sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran yang bersifat non-fisik seperti perubahan sikap, pengetahuan, maupun kecakapan (Widoyoko, 2009: 25).

Prestasi belajar menurut Gagne & Briggs (Suprihatiningrum, 2013: 37) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan peserta didik (learner’s performance). Terdapat lima tipe hasil belajar, antara lain intellectual skill, cognitive strategy, verbal information, motor skill, dan attitude. Hasil belajar sangat erat kaitannya dengan belajar atau proses belajar. Hasil belajar pada sasarannya dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan dibedakan menjadi empat macam, yaitu pengetahuan tentang fakta-fakta, prosedur, konsep, dan keterampilan.

Prestasi belajar kimia peserta didik dinilai pada akhir materi pelajaran sebagai tolak ukur ketercapaian tujuan pembelajaran kimia.Penilaian prestasi belajar kimia peserta didik didahului dengan pengukuran hasil belajar kimia peserta didik (Subali, 2012: 1). Penilaian ini diartikan sebagai suatu cara yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan ketrampilan peserta didik yang hasilnya dapat digunakan untuk pengambilan keputusan yang berupa evaluasi. Prestasi belajar kimia peserta didik dapat berupa perubahan tingkah laku peserta didik sebagai hasil dari proses suatu pembelajaran kimia pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Subali, 2012: 33). Sehingga, dapat dipahami bahwa prestasi

18

belajar kimia adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan.

Proses pembelajaran yang berhasil ditunjukkan dengan komunikasi yang baik antara peserta didik dan guru, termasuk dalam proses transfer pengetahuan (Taber, 2011). Pengetahuan guru ditransfer kepada peserta didik dan terjadi perubahan pengetahuan dalam diri peserta didik selama proses pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari perencanaan pembelajaran yang tepat, termasuk dalam menentukan tujuan pembelajaran.

Menurut Purwanto (2010: 50), hasil belajar kognitif berkaitan dengan perubahan perilaku peserta didik yang terjadi dalam kawasan kognisi. Hal tersebut berarti proses belajar yang telah dijalani oleh peserta didik melibatkan kognisi mulai dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, pengolahan data menjadi informasi dalam otak, dan pemanggilan kembali informasi yang telah diperoleh ketika diperlukan dalam menyelesaikan masalah.

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Sugihartono, 2012: 76). Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu. Metode mengajar guru dan metode belajar peserta didik merupakan faktor eksternal yang memengaruhi prestasi belajar peserta didik (Slameto, 2013: 65-69).

Ketercapaian tujuan belajar diukur dengan evaluasi. Hasil evaluasi disebut prestasi belajar. Menurut H. Abu Ahmadi menjelaskan pengertian prestasi belajar sebagai berikut: Secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan dapat secara intrinsik (kegairahan untuk menyelidiki, mengartikan situasi). Disamping itu siswa memerlukan dan

19

harus menerima umpan balik secara langsung derajat sukses pelaksanaan tugas (nilai rapor/nilai tes) (Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, 2004:151).

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan dalam pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan oleh guru (Asmara. 2009:11). Menurut Hetika (2008: 43) prestasi belajar adalah pencapaian atau kecakapan yang dinampakkan dalam keahlian atau kumpulan pengetahuan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah sesuatu yang dapat dicapai selama proses pembelajaran yang ditunjukkan dalam pengetahuan, sikap, dan keahlian. 6. Pembelajaran dengan Penerapan Pre-Lecture Quiz (PLQ)

Pembelajaran dengan menggunakan Pre-Lecture Quiz (PLQ) merupakan pembelajaran dengan penerapan kuis yang diberikan kepada siswa sebelum menerima pembelajaran sehingga berguna untuk mengetahui kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran. Kuis ini didasarkan dari Pre-Lecture Resources. Pre-Pre-Lecture Resources are any activity a student might do in preparation for your lecture. This could take the form of reading a textbook extract or Word document, listening to a podcast, performing an online activity or completing a quiz (Michael K Seery, 2010: 1). Jadi Pre-Lecture Quiz (PLQ) ini merupakan salah satu aktivitas siswa dalam persiapan sebelum pembelajaran berupa pengerjaan kuis.

Konsep dari aktivitas pre-lecture didasarkan pada teori beban kognitif, yang menjelaskan bahwa bagaimana pembelajaran adalah proses memperoleh dan menyimpan informasi baru. Salah satu alternatif dalam penggunaan kuis yaitu dilakukan sebelum guru menyampaikan pembelajaran. Tujuan penggunaan kuis untuk meningkatkan pembelajaran, memberi motivasi siswa untuk membaca materi sebelum pembelajaran. Aktivitas penugasan membaca sebelum materi pelajaran diajarkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.

20

Tinjauan tentang peranan kuis dalam pembelajaran antara lain untuk melihat penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan perlu dilihat hasilnya dengan alat ukur yaitu tes/kuis. Tes kecil yang diberikan secara kontinu dapat meningkatkan prestasi belajar sebab umumnya siswa akan berusaha aktif dan belajar lebih tekun untuk mendapatkan nilai yang baik. Tes semacam ini biasanya disebut kuis. Siswa akan lebih giat lagi belajar kalau tahu akan diadakan kuis, sesuai dengan pendapat Sadirman (1992: 93) bahwa “Para siswa akan lebih giat belajar kalau mengetahui akan ada kuis”.

Pre-Lecture Quiz adalah model variasi pembelajaran yang diberikan oleh guru berupa pemberian quiz pilihan ganda yang diberikan sebelum proses pembelajaran dengan materi yang akan diajarkan pada hari tersebut. Quiz tersebut dapat disebut sebagai pretest sebelum pembelajaran berlangsung. Pemberian tugas kuis atau pretest mempunyai arti dan tujuan sendiri bagi murid-muridnya. Pretest sering kali dijadikan instrument andalan untuk mengukur tingkat pencapaian siswa dalam menguasai suatu materi pelajaran. Dengan kata lain, guru memberikan pretest sebagai bagian dari assessment terhadap siswanya

7. Materi Asam Basa

Pada penelitian ini, peneliti mengambil materi mengenai asam basa. Materi ini diajarkan di kelas XI pada semester genap. Berdasarkan kurikulum 2013, materi asam basa ini terkandung dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar pada Tabel 1.

Tabel 1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kompetensi Inti Kompetensi Dasar 1. Menghayati dan mengamalkan

ajaran agama yang dianutnya

1.1 Menyadari adanya keteraturan dari sifat hidrokarbon, termokimia, laju reaksi kesetimbangan kimia, larutan dan koloid sebagai wujud kebesaran

21

Tuhan YME dan pengetahuan tentang adanya keteraturan tersebut sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat tentatif.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,

Dokumen terkait