• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

B. Sejarah Objek Penelitian

1. Deskriptif Data

Pengolahan data dilakukan secara elektronik mempergunakan

Microsoft Excel dan SPSS 16.0 for Windows untuk mempercepat perolehan data hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Tabel deskriptif menunjukkan semua variabel yang digunakan dalam model analisis Regresi Berganda, yaitu variabel Y (Earning per Share), variabel X1 Financial Leverage, X2 Price Earning Ratio (PER), X3

Return On Assets (ROA), dan X4 Debt to Equity Ratio (DER) sebagai variabel bebas. Penjelasan lengkap masing-masing variabel adalah:

a. Financial Leverage

Financial Leverage Modal atau dana yang dibentuk di luar perusahaan (sumber eksternal) terdiri dari modal sendiri dan modal asing (pinjaman/utang). (Bambang Riyanto, 1997 : 209). Modal sendiri merupakan modal yang berasal dari pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan. Sedangkan modal asing merupakan utang bagi perusahaan.

Keown, dkk (2000 : 496). “financial leverage adalah membiayai sebagian dari aset perusahaan dengan surat berharga yang mempunyai tingkat bunga yang tetap dengan mengharapkan peningkatan yang luar biasa pada pendapatan bagi para pemegang saham”.

61 Tabel 4.2 Financial Leverage EMITEN 2006 2007 2008 2009 AQUA 0,431185 0,423516 0,411032 0,422189 ASGR 0,493956 0,497122 0,604216 0,53869 DLTA 0,238873 0,221916 0,24963 0,227595 DPNS 0,158217 0,217214 0,262919 0,219959 DYNA 0,582956 0,565869 0,581295 0,53318 HMSP 0,542907 0,485595 0,501034 0,467184 FAST 0,404004 0,400535 0,385104 0,394973 GGRM 0,393798 0,409104 0,355323 0,341931 GDYR 0,381703 0,483277 0,709753 0,619548 INCI 0,118942 0,131625 0,090404 0,081494 PBRX 0,796559 0,828447 0,896453 0,840649 SMGR 0,255488 0,210874 0,22911 0,205157 UNVR 0,486248 0,49486 0,522376 0,480008 SMSM 0,042372 0,044039 0,043303 0,03666 MRAT 0,158969 0,120456 0,094061 0,099672

Berdasarkan hasil perhitungan Financial leverage masing-masing perusahaan pada Tabel 4.2, Pada Tahun 2006, Financial leverage, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 0,796559 dan terendah dipegang oleh PT. Selamat Sampoerna Tbk sebesar 0,042372. Pada Tahun 2007, Financial leverage, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 0,828447 dan terendah dipegang oleh PT. Selamat Sampoerna Tbk sebesar 0,044039. Pada Tahun 2008, Financial leverage, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 0,896453 dan terendah dipegang oleh PT. Selamat Sampoerna Tbk sebesar 0,043303. Dan pada Tahun 2009, Financial leverage, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar

62 0,840649 dan terendah dipegang oleh PT. Selamat Sampoerna Tbk sebesar 0,03666.

b. Price Earning Ratio

PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Darmaji, 2001:139). Sedangkan menurut Ang (1997:24) PER merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham dengan Earning Per Share (EPS) dari saham yang bersangkutan.

Tabel 4.3

Price Earning Ratio

EMITEN 2006 2007 2008 2009 AQUA 24,47 20,30 31,28 31,28 ASGR 11,04 4,32 6,35 7,05 DLTA 6,07 3,82 9,71 10,97 DPNS 34,78 (58,73) 24,63 28,97 DYNA 23,22 14,44 3,57 3,83 HMSP 15,66 9,11 9,27 12,03 FAST 12,27 11,04 12,57 13,29 GGRM 10,07 4,35 12,56 13,99 GDYR 12,57 252,45 3,12 3,12 INCI (9,58) 18,58 4,64 15,27 PBRX 4,09 (1,32) 1,34 1,38 SMGR 19,59 9,81 13,95 14,78 UNVR 24,51 24,72 27,75 28,38 SMSM 6,56 6,59 6,87 7,73 MRAT 13,34 13,58 15,06 11,79

Berdasarkan hasil perhitungan Price Earning Ratio masing-masing perusahaan pada Tabel 4.3. Pada Tahun 2006, Price Earning

63

Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Dynaplast Tbk sebesar 34,78 dan terendah dipegang oleh PT. Inti Wijaya International Tbk sebesar -9,58. Pada Tahun 2007, Price Earning Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Goodyear Indonesia Tbk sebesar 252,45 dan terendah dipegang oleh PT. Dynaplast Tbk sebesar -58,73. Pada Tahun 2008, Price Earning Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 27,75 dan terendah dipegang oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 1,34. Dan pada Tahun 2009, Price Earning Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Aqua Golden Missisipi Tbk sebesar 31,28 dan terendah dipegang oleh PT. Pan Btother Tex Tbk sebesar 1,38. Pertumbuhan yang tinggi (high Growth) biasanya mempunyai PER yang besar, perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah (low growth) biasanya memiliki PER yang rendah. Semakin besar PER memungkinkan harga pasar dari setiap lembar saham akan semakin baik, demikian pula sebaliknya.

c. Return On Asset

Return On Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktivitas yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.

Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba. ROA

64 (Return On Asset) adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi.

Tabel 4.4 Return On Asset EMITEN 2006 2007 2008 2009 AQUA 10,03 10,75 11,76 9,72 ASGR 13,95 15,26 9,98 8,31 DLTA 10,52 11,25 16,86 15,10 DPNS 3,50 (4,83) 1,11 2,47 DYNA 0,35 1,46 0,67 7,36 HMSP 42,22 34,09 35,93 32,00 FAST 19,85 22,90 21,40 19,59 GGRM 7,38 9,21 11,03 13,73 GDYR 8,06 10,55 0,65 13,33 INCI (2,90) 1,84 2,54 0,91 PBRX 2,47 3,55 (4,30) 4,07 SMGR 24,77 30,07 33,85 28,32 UNVR 53,28 52,90 53,01 44,64 SMSM 15,06 15,39 14,70 12,11 MRAT 6,96 3,88 4,66 3,62

Berdasarkan hasil perhitungan Return On Asset masing-masing perusahaan pada Tabel 4.4, Pada Tahun 2006, Return On Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 53,28 dan terendah dipegang oleh PT. Inti Wijaya International Tbk sebesar -2,90. Pada Tahun 2007, Return On Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 52,90 dan terendah dipegang oleh PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk sebesar -4,83. Pada Tahun 2008, Return On Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 53,01 dan terendah dipegang oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar -4,30.

65 Dan pada Tahun 2009, Return On Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk sebesar 44,64 dan terendah dipegang oleh PT. Inti wijaya International Tbk sebesar 0,91.

d. Debt to Equity Ratio

DER adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang dengan jumlah modal sendiri yang diberikan pemilik perusahaan. Berdasarkan pendapat di atas, pengertian DER dalam penelitian ini adalah rasio yang membandingkan antara total hutang dengan total ekuitas pemilik. (Lukman Syamsuddin (2001:54)

Tabel 4.5

Debt to Equity Ratio

EMITEN 2006 2007 2008 2009 AQUA 0,77 0,74 0,71 0,74 ASGR 0,98 0,99 1,53 1,17 DLTA 0,31 0,29 0,34 0,30 DPNS 0,20 0,29 0,38 0,30 DYNA 1,71 1,63 1,79 1,46 HMSP 1,21 0,94 1,00 0,88 FAST 0,68 0,67 0,63 0,65 GGRM 0,65 0,69 0,55 0,52 GDYR 0,62 0,94 2,45 1,63 INCI 0,13 0,15 0,10 0,09 PBRX 3,73 4,85 8,69 5,29 SMGR 0,35 0,27 0,30 0,26 UNVR 0,95 0,98 1,10 0,92 SMSM 0,71 0,61 0,53 0,57 MRAT 0,19 0,14 0,10 0,11

Berdasarkan hasil perhitungan Debt To Equity Ratio masing-masing perusahaan pada Tabel 4.5. Pada Tahun 2006, Debt to Equity Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 3,73 dan

66 terendah dipegang oleh PT. Inti Wijaya International Tbk sebesar 0,13. Pada Tahun 2007, Debt to Equity Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 4,85 dan terendah dipegang oleh PT. Mustika Ratu Tbk sebesar 0,14. Pada Tahun 2008, Debt to Equity Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar 8,69 dan terendah dipegang oleh PT. Mustika Ratu sebesar 0,10. Dan pada Tahun 2009, Debt to Equity Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brother Tex Tbk Tbk sebesar 5,29 dan terendah dipegang oleh PT. Inti Wijaya International Tbk Indonesia Tbk sebesar 0,09.

e. Earning Per Share

EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham (Darmaji, 2001:139).

Tabel 4.6

Earning Per Share

EMITEN 2006 2007 2008 2009 AQUA 3.711.590.000 5.007.630.000 6.255.430.000 5.869.540.000 ASGR 41.200.000 53.440.000 46.330.000 3.490.000 DLTA 2.703.040.000 2.955.730.000 5.230.340.000 4.786.620.000 DPNS 29.040.000 (8.510.000) 4.160.000 9.490.000 DYNA (21.220.000) 2.460.000 10.000 168.240.000 HMSP 805.500.000 826.840.000 888.720.000 841.490.000 FAST 154.460.000 229.780.000 280.710.000 310.340.000 GGRM 523.790.000 750.270.000 977.340.000 1.286.540.000 GDYR 619.430.000 1.034.130.000 19.810.000 230.940.000 INCI (25.570.000) 21.370.000 18.970.000 7.860.000 PBRX 21.880.000 55.310.000 (92.620.000) 75.440.000 SMGR 2.184.130.000 299.320.000 425.450.000 406.010.000 UNVR 225.630.000 257.490.000 315.500.000 298.610.000 SMSM 44.180.000 46.310.000 45.970.000 41.700.000 MRAT 30.730.000 19.880.000 21.250.000 18.770.000

67 Berdasarkan hasil perhitungan Earning Per Share masing-masing perusahaan pada Tabel 4.6, Pada Tahun 2006, Earning Per Share, tertinggi dimiliki oleh PT. Aqua Golden Misisipi Tbk sebesar 3.711.590.000 dan terendah dipegang oleh PT. Intan Wijaya Internasional Tbk sebesar - 25.570.000. Pada Tahun 2007, Earning Per Share, tertinggi dimiliki oleh PT. Aqua Golden Misisipi Tbk sebesar 5.007.630.000 dan terendah dipegang oleh PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk sebesar - 8.510.000. Pada Tahun 2008, Earning Per Share, tertinggi dimiliki oleh Aqua Golden Misisipi Tbk sebesar 6.255.430.000 dan terendah dipegang oleh PT. Pan Brother Tex Tbk sebesar - 92.620.000. Dan pada Tahun 2009, Earning Per Share, tertinggi dimiliki oleh PT. Aqua Golden Misisipi Indonesia Tbk sebesar 5.869.540.000 dan terendah dipegang oleh PT. Astra Graphia Tbk sebesar 3.490.000.

Setelah melakukan pengolahan data maka penulis dapat menjelaskan mengenai variabel-variabel yang terdapat dalam model yang digunakan dalam penelitian ini, seperti terlihat dalam tabel :

68 Tabel 4.7

Tabel Deskripsi Data Variabel Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On Asset dan Debt to Equity Ratio Terhadap Earning Per Share

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

FL (X1) 60 .04 .90 .3744 .21517

PER (X2) 60 -58.73 252.45 15.4708 33.66018

ROA (X3) 60 -4.83 53.28 14.3817 14.38640

DER (X4) 60 .09 8.69 1.0410 1.41756

EPS (Y) 60 -9.E7 6.E9 8.57E8 1.586E9

Valid N (listwise) 60

Dari tabel 4.7 dapat dijelaskan bahwa variabel dependent yaitu

Earning Per Share (Y) dengan jumlah data sebanyak 60 memiliki nilai terkecil (min) sebesar -9.E7 dan nilai terbesar (Max) sebesar 6.E9 dan nilai rata-rata 8.57E8 dan standar deviasinya 1.586E9. Financial Leverage (X1) dengan jumlah data sebanyak 60 memiliki nilai terkecil (min) sebesar 0.04 dan nilai terbesar (Max) sebesar 0.90 dan nilai rata-rata 0.3744 dan standar deviasinya 0.21517. Price Earning Ratio (X2) dengan jumlah data sebanyak 60 memiliki nilai minimum sebesar -58.73 dan terbesar 252.45 (max) sebesar nilai rata-ratanya sebesar 15.4708 dan standar deviasinya 33.66018. Return On Asset (X3) dengan jumlah data sebanyak 60 memiliki nilai minimum sebesar -4.83 dan terbesar 53.28 (max) sebesar nilai rata-ratanya sebesar 14.3817 dan standar deviasinya 14.38640. Variabel Debt Equity Ratio (X4) dengan jumlah data sebanyak 60 memiliki nilai minimum sebesar 0.09 dan terbesar (max) sebesar 8.69 nilai rata-ratanya sebesar 1.0410 dan standar deviasinya 1.41756.

69 2. Pengujian Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas Data

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2005: 110-112).

1. Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Gambar 4.2 Uji Normalitas

70

Sumber : data diolah

Dari gambar grafik di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal (mengikuti pada wilayah garis linear). Hal ini menunjukkan bahwa data pada penelitian ini terdistribusi secara normal dan model regresi tersebut layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen yaitu

Earning Per Share berdasarkan masukan variabel independen yaitu

Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On Assets dan

Debt to Equity Ratio. 2. Analisis Statistik

Uji Normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya.

Tabel 4.8

Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Uji Normalitas)

FL (X1) PERX2 ROAX3 DERX4 EPSY

N 60 60 60 60 60

Normal Parametersa Mean 3.7442541E1 3.71500E1 3.76833E1 3.80583E1 3.78500E1

Std. Deviation 2.15174920E1 2.213045E1 2.243408E1 2.233055E1 2.221301E1

Most Extreme Differences Absolute .098 .087 .083 .091 .098

Positive .098 .087 .083 .082 .098

Negative -.080 -.082 -.080 -.091 -.066

Kolmogorov-Smirnov Z .758 .670 .644 .706 .756

Asymp. Sig. (2-tailed) .614 .760 .802 .702 .617

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan uji kolmogorof-Smirnov di atas, terlihat nilai Asymp.Sig memiliki nilai > 0,05, Hal ini menunjukkan bahwa data

71 pada penelitian ini terdistribusi secara normal dan model regresi tersebut layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen yaitu

Earning Per Share berdasarkan masukan variabel independen yaitu

Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On Assets dan

Debt to Equity Ratio. Maka data penelitian layak digunakan sebagai penelitian.

b. Uji Multikolinieritas

Penelitian dilakukan pengujian terhadap data bahwa data harus terbebas dari gejala multikolinearitas, gejala ini ditunjukan dengan korelasi antar variabel independen. Pengujian dalam uji multikolinearitas dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor)

harus berada di bawah 10, hal ini akan dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 4.9

Hasil Pengujian Multikolinearitas

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) FL (X1) .154 6.484 PERX2 .902 1.109 ROAX3 .862 1.160 DERX4 .151 6.606

a. Dependent Variable: EPSY (Sumber data diolah)

Tabel di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi gejala multikolinearitas antara masing-masing variabel independen yaitu dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya

72 mencapai 10 maka data di atas dapat dipastikan tidak terjadi gejala multikolinearitas. Karena data di atas menunjukan bahwa nilai VIF lebih besar dari 10, keadaan seperti itu membuktikan tidak terjadinya multikolinearitas.

c. Uji Autokolerasi

Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan uji Durbin Watson

(DW).

Pada tabel 4.10 diketahui nilai Durbin Watson (d) sebesar 2.260 nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sample (n) 60 dan jumlah variabel independen (k) adalah 5. Maka dari tabel didapat nilai du = 1.360 dan 4 – du = 4 – 1.360 = 2.64. Oleh karena nilai du < d < 4-du atau 1.360 < 2.260 < 2,64 maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif

Tabel 4.10

Hasil Pengujian Autokolerasi

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .700a .489 .452 16.438214 2.260

a. Predictors: (Constant), FL (X1), ROAX3, PERX2, DERX4 b. Dependent Variable: EPSY

73 d. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitasvarian variabel dependen dalam model tidak equal terhadap variabel independen. Konsekuensi adanya heteroskedastisitas dalam model regresi adalah estimator yang diperoleh tidak efisien, baik pada sampel kecil maupun besar. Diagnosis adanya heteroskedastisitas dalam uji regresi dapat diidentifikasi dari pola scatter plot diagram.

Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas

Pada gambar 4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak terlihat pola tertentu. Dengan demikian pada persamaan regresi linier berganda dalam model ini tidak ada gejala atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

74 3. Uji Signifikansi

a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang terdiri dari dari Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On Assets dan Debt to Equity Ratio terhadap Earning Per Share di Bursa Efek Indonesia secara parsial.

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Uji t

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 5.995 6.720 .892 .376 FL (X1) .585 .243 .566 2.409 .019 PERX2 .109 .102 .109 1.069 .290 ROAX3 .682 .103 .688 6.631 .000 DERX4 -.506 .236 .522 2.202 .032

a. Dependent Variable: EPSY

(Sumber : Data diolah)

Variabel Financial Leverage, dengan nilai t hitung sebesar 2.409 > 2,00 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,019 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti Financial

Leverage berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Earning per Share.

Variabel Price Earning Ratio, dengan nilai t hitung sebesar 1.069 < 2,00 atau nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0.290 > 0,05), maka dapat disimpulkan H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti Price

Earning Ratio tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap

75 Variabel Return On Asset, dengan nilai t hitung sebesar 6.631 > 2,00 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0.000 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti Return On

Asset berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Earning Per Share.

Variabel Debt Equity Ratio, dengan nilai t hitung sebesar 2.202 > 2,00 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,032 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti Debt equity

Ratio berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Earning Per Share.

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen yang terdiri dari Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On Assets dan Debt to Equity Ratio terhadap Earning Per Share secara simultan atau serentak.

Tabel 4.12 Hasil Pengujian Uji F

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 14249.831 4 3562.458 13.184 .000a

Residual 14861.819 55 270.215

Total 29111.650 59

a. Predictors: (Constant), FL (X1), ROAX3,PERX2,DERX4 b. Dependent Variable: EPSY

(Sumber : Data diolah)

Hasil pengujian ANOVA dengan menggunakan uji F dapat dilihat nilai F hitung sebesar 13.184 dengan signifikan 0,000. Dengan

76 mencari pada table F, diperoleh nilai F tabel 2.37. Dengan kondisi dimana F hitung lebih besar daripada F tabel dan nilai signifikan lebih kecil dari alpha (0,05), maka dapat diambil kesimpulan adalah H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti variabel-variabel independen berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Earning Per Share. c. Koefisien Determinasi (Adj.R Square)

Melalui pengujian serentak dapat diketahui besarnya koefisien determinasi (Adj.R2). Dari koefisien determinasi (Adj.R2) dapat diketahui derajat ketepatan dari analisis regresi linier berganda menunjukkan besarnya variasi sumbangan seluruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya.

Besarnya nilai pengaruh variabel bebas ditunjukkan oleh nilai (R

2

) = 0,452 yaitu persentase pengaruh variabel Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On Assets dan Debt to Equity Ratio

terhadap Earning Per Share sebesar 45,2%.

Tabel 4.13

Hasil Pengujian Adj R Square

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .700a .489 .452 16.438214 2.260

a. Predictors: (Constant), FL(X1), PER(X2), ROA(X3), DER(X4)

b. Dependent Variable: EPSY (Sumber : Data diolah)

77 4. Analisis Regresi Linier Berganda

Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On Assets dan Debt to Equity Ratio terhadap

Earning Per Share di BEI adalah sebagai berikut: Tabel 4.14

Hasil Analisis Regresi

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 5.995 6.720 .892 .376 FL (X1) .585 .243 .566 2.409 .019 PERX2 .109 .102 .109 1.069 .290 ROAX3 .682 .103 .688 6.631 .000 DERX4 -.519 .236 .522 2.202 .032

a. Dependent Variable: EPSY (Sumber : Data diolah)

Dari tabel di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk mengetahui pengaruh Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On Assets dan Debt to Equity Ratio sebagai berikut:

Y = 5.995 + 0.585 X1 + 0.682 X3 - 0.519 X4 + ei Keterangan :

Y = Earning Per Share

a = konstanta

X1 = Financial Leverage X3 = Return On Assets X4 = Debt to Equity Ratio Ei = error term

Koefisien-koefisien persamaan regresi linier berganda di atas dapat diartikan koefisien regresi untuk konstan sebesar 5.995 menunjukkan

78 bahwa jika variabel Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On Asset bernilai nol maka nilai Earning Per Share adalah 5.995. Sedangkan variabel Financial Leverage sebesar 0.585 menunjukkan bahwa jika variabel Financial Leverage meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan

Earning Per Share sebesar 0.585 satuan dengan ketentuan variabel yang dianggap konstan. Variabel Return On Asset sebesar 0.682 menunjukkan bahwa jika variabel Return On Asset meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan Earning Per Share sebesar 0.682 satuan, Variabel Debt Equity Ratio sebesar 0.519 menunjukkan bahwa jika variabel Debt Equity Ratio meningkat 1 satuan maka akan menurunkan Earning Per Share

sebesar 0.519 satuan, dengan catatan variabel lain dianggap konstan.

D. Interpretasi

Hasil uji regresi berganda yang didapat adalah yang paling berpengaruh dan signifikan adalah Financial Leverage, Return On Assets dan

Debt to Equity Ratio, dengan nilai signifikansi dibawah 0,05 Financial Leverage dengan nilai signifikasi 0,019 < 0,05, Return On Asset dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan Debt Equity Ratio dengan nilai signifikansi 0,032 < 0,05. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuli Winarni (2003), menggunakan model Regresi Linear Berganda (Multiple Regression), dengan variabel dependent Earning Per Share dan Variabel Independent Net Sales, Current Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Inventory Turn Over, Total Asset Turn Over, Net Profit Margin, Operating Profit

79

Margin, Current Assets Turn Over, Leverage Ratio, dan Gross Profit Margin.

Hasil Penelitian menyatakan bahwa Variabel Net Profit Margin, Current Assets Turn Over, dan Leverage Ratio memiliki pengaruh signifikan terhadap

Earning Per Share sedangkan variabel lainnya yaitu Net Sales, Current Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Inventory Turn Over, Total Asset Turn Over,

Operating Profit Margin, dan Gross Profit Margin tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Earning Per Share.

Lain halnya dengan Penelitian yang dilakukan oleh Yunina, SE.,M.Si, Ak, Nazir, SE., M.Si dan Ghazali Syamni, SE., M.Sc (2008) mengenai analisis Pengaruh Return on Assets Dan Return on Equity terhadap Earning Per Share pada PT. Bank Muamalat Indonesia penelitian ini menggunakan regresi berganda menggunakan variabel dependen Earning Per Share dan dengan variabel independent Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE. Hasil penelitian pada variabel return on assets dan return on equity

secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap earning per share.

Dalam hal ini perbedaan antara hasil pengujian sebelumnya dengan pengujian ini dikarenakan adanya perbedaan waktu penelitian, sektor yang diteliti, dan merubah variabel bebas menjadi Financial Leverage, Price Earning Ratio, Return On Assets, Debt to Equity Ratio karena pada penelitian sebelumnya menggunakan variabel terikat dengan return. Sehingga adanya perbedaan hasil analisis.

Menurut Keown, dkk (2000 : 496) “financial leverage adalah membiayai sebagian dari aset perusahaan dengan surat berharga yang

80 mempunyai tingkat bunga yang tetap dengan mengharapkan peningkatan yang luar biasa pada pendapatan bagi para pemegang saham”. Teori ini sejalan dengan penelitian ini bahwa semakin tinggi Financial Leverage

semakin tinggi juga Earning Per Share ini terlihat pada hasil penelitian. Karena Financial Leverage tidak mempengaruhi perusahaan. Besarnya penggunaan utang dalam suatu perusahaan tergantung pada besar kecilnya perusahaan. Semakin besar utang yang digunakan, maka semakin besar biaya tetap (bunga) yang akan ditanggung oleh perusahaan. Hal ini menimbulkan risiko Financial bagi kreditur yaitu risiko atas ketidakmampuan perusahaan dalam melaksanakan kewajibannya.

Semakin tinggi PER semakin nampak rendah nilai EPS apabila dibandingkan dengan harga sahamnya (Husnan, 2001:300). Kalau suatu saham mempunyai PER sebesar 20x, berarti apabila saham tersebut memberikan EPS sebesar Rp 1.000,- saham tersebut dapat terjual dengan harga Rp 20.000,-. Hal itu berarti bahwa jika nilai PER naik maka harga saham mengalami kenaikan dan Return saham juga mengalami kenaikan. Begitupun sebaliknya jika nilai PER mengalami penurunan maka harga sahamnya dan return sahamnya mengalami penurunan. Semakin rendah hasil PER sebuah saham, maka semakin baik atau murah harganya untuk diinvestasikan. PER menjadi rendah nilainya bisa karena harga saham cenderung semakin turun atau karena meningkatnya laba bersih perusahaan. Penafsiran terhadap rasio ini juga dipengaruhi oleh persepsi pemodal terhadap kualitas perusahaan dan trend pendapatannya, risiko relatif, penggunaan metode

81 akuntansi alternatif , dan faktor-faktor lain. Teori tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa PER tidak berpengaruh terhadap EPS.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (return) yang akan didapat. Dalam penelitian ini profitabilitas diproksikan dengan ROA menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap EPS. Dalam hal ini, semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan, semakin besar pula laba per lembar saham. Seiring dengan meningkatnya nilai EPS maka calon investor pun akan tertarik untuk menanamkan investasi di perusahaan-perusahaan tersebut.

Debt to Equity Ratio (DER) dalam penelitian ini terbukti berpengaruh positif secara signifikan terhadap Earning Per Share (EPS). Variabel Debt to Equity Ratio menunjukkan berapa kali besarnya debt dibandingkan dengan equity. Semakin besar ratio ini berarti semakin besar sumber dana yang berasal dari utang sehingga assets yang dimiliki oleh perusahaan sebagian besar didanai oleh utang dan semakin besar risiko yang akan dihadapi perusahaan. Hal ini akan berpengaruh pada profitabilitas perusahaan apalagi bila penjualan bersih tidak ditingkatkan dan dimungkinkan karena pada

Dokumen terkait