• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

1. Kepada Mahasiswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai adanya strategi-strategi dalam menyelesaikan masalah. Strategi coping yang berorientasi pada masalah (PFC) bisa berupa: memecahkan masalah secara terencana, cermat, aktif meminta pendapat atau

pandangan orang lain, mencari informasi dari orang lain dan saling mempercayai dengan pihak lain. Strategy coping yang berorientasi pada emosi (EFC) bisa berupa: mengurangi beban yang dihadapi, menciptakan rasa humor, menerima apa adanya, menghapuskan perasaan yang negatif. Mencari dukungan keluarga melalui cara: menanamkan kepercayaan pada keluarga dan saudara, memohon bimbingan, nasehat dari pihak-pihak yang terpercaya. 2. Bagi pihak civitas akademis, diharapkan aktif mengadakan kegiatan seputar

strategi menghadapi masalah melalui penyebaran informasi lewat kegiatan di universitas dengan menghadirkan para pakar psikologi dan kesehatan, misalnya dengan mengadakan pelatihan strategi menyelesaikan masalah, serta pelatihan kemandirian emosional.

3. Mengingat pentingnya dukungan keluarga, kepada orangtua diharapkan mampu lebih memahami anak-anaknya, maka sebisa mungkin selalu diadakan pertemuan yang bisa dimanfaatkan sebagai ruang sharing dan diskusi bersama untuk mencari cara bagaimana menyelesaikan masalah, untuk mendukung anak agar bisa benar-benar lepas dari minuman beralkohol, termasuk misalnya tekanan seperti bagaimana menghadapi teman yang masih mengajak minum. Orangtua bergerak untuk melakukan stimulus-stimulus yang menolong anaknya untuk mengembangkan strategi menghadapi masalah yang efektif dalam penyelesaian masalah-masalahnya.

4. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian ulang namun dengan subjek yang berbeda yaitu subjek berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan yang berbeda pula. Selain itu karena adanya indikasi tentang

social support yang cukup tinggi pada mantan pecandu untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Adger, H. Jr., 1992, “Alcohol and Other Drug Use and Abuse in Adolescents”. Dalam Rogers, D.E dan Ginzberg, E. Adolescents at Risk: Medical and SocialPerspectives. Oxford: Westview Press.

Aldwin,C.M., & Revenson,T. A., 1987, Does Coping Help Are Examination BetweenCoping and Mental Health. Journal of Personality and Social Psychology, 53

Afiatin, T. 2001. Persepsi terhadap Diri dan Lingkungan pada Remaja Penyalagunaan Napza. Psikologika. No 12 Vol VI, Pg 11-28.

Atkitson, J.M., 1990, Mengatasi Stres. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Bactiar, A.P. 2002. Menjadi Mahasiswa Indonesia. Kedaulatan Rakyat, 14 September 2002. no 340.

Baron, R.A., & Byrne,D., 1991, Social Psychology Understanding Human Interaction. 6 th Ed. Boston: Allyn and Bacon

Bell, C.S., & Battjes, R.J., 2001, Overview of Drug Abuse Prevention Research. dalam Monograph Series 63 National Institute on Drug Abuse. http///www. Nida.nih.gov.

Carver, C.S.; Scheler, F.M.,& Weintraub, K.J., 1989, Assesing Coping Strategies: A Theorytically Based Approach. Journal of Personality dan Social Psychology,56(2), 267-283.

Cooper, M.L., & Wilson, T., 1992, Stress and Alcohol Use: Moderating Effectsor Gender Coping and Alcohol Expectancies. Journal of Abnormal Psychology,

101(1), 139-152.

DepKes RI Dirjen Pelayanan Medik., 2000, Pedoman Terapi Pasien Ketergantungan Narkotika dan Zat Adiktif lainnya. Jakarta.

Ferko, A.P., 1990, Ethanol and Related Alcohols, Basic Farmakology in Medicine. Thirded, International Edition, Singapore: Mc.Graw-Hill, PP.232-239.

Gerhana Media., 2003, Penyalahgunaan Narkoba. Yogyakarta: No.3, thn 1.

Garry, D.R., 2000. Konseling Kristen yang efektif. Seminari Alkitab Asia Tenggara, 177-181. Malang.

Goldman, A.M., & Brown, A.S., 1989, Expectation of Reinforcement From Alcohol:

Gunarsa, S.D. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta : BPK Gunung Mulia Hardjana, A.M., 1994, Stres Tanpa Distres. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hardjana, A.M., 1997, 35 Cara Mengurangi Stres. Yogyakarta: Kanisius. Haryanto, S., 2000, Penyalahgunaan NAPZA: Tantangan Psikologi

Menghadapi Millenium Baru. Yogyakarta: Yayasan Pembina Fak.Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Hawari, D. (2003). Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Joyce, D.G. 1999. Apa Itu Alcoholics Anonymous? (www.ycab.org/id/druginfo.asp )

Joewana, S., 1989, Gangguan penggunaan Zat Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif lain. Jakarta: PT. Gramedia.

Kamus Besar Bahasa Indonesia . 1989. Jakarta : Balai Pustaka.

Landau, E. (1994). Teenage Drinking. Hillside : New Jersey Enslow Publisher Inc.

Lazarus, S.R. 1976. Pattern Of Adjustment. Tokyo; McGraw-Hill Kogakusha Ltd

Moleong. J. L., 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mönks, F.J., Knoers, A. M. P., dan Haditono, S. R. (2001). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Murdoko. 2005. Miras Mudah Didapat, Menuai Maksiat. Kedaulatan Rakyat, 15 Agustus 2005. no 456.

Poerwandari, Kristi (2001). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta : Lembaga Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Facultas Psikologi Universitas Indonesia.

Purwanto, Y. (2002). Bahaya Penyalahgunaan NAPZA dalam Perspektif Psikologi. Laporan Pelaksanaan Program Studi Piloting Crisis Unit di SMU. Proyek pengembangan Kegiatan Kesiswaan dan Pemberian Beasiswa Bakat dan Prestasi Direktorat Pendidikan Menengah Umum Departemen Pendidikan Nasional.

Putu, B. 2002. Minum alkohol tak terkendali, bersiaplah buta.

www.balipost.co.id/BALIPOSTCETAK/2002/5/20/f3.htm

Ronodikoro. S., Pudjono. M., dan Rustamto. (1992). Studi Kasus Daerah Rawan Penyalahgunaan Narotika. Laporan Penelitian. Yogyakarta : UGM Yogyakarta dan Kanwil Depsos RI Propinsi DIY.

Sadayanti 1995. Hubungan antara efikasi diri dengan strategi coping dalam menghadapi stres kerja. Skripsi ( tidak diterbitkan ). Yogyakarta Fak. UGM

Sarafino. E. P. (1990). Health Psychology. New York: John Wiley & Sons

Singarimbun, M. & Effendi, S. 1982. Metode Penelitian Survai. LP3ES: Jakarta.

Siswanto. (2002). Pengaruh Pengalaman Menulis Emosional Terhadap Simtom-simtom Depresi pada Mahasiswa. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Smet, B., 1994, Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo.

Suryabrata, Sumadi (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Their Domain and Relation to Drinking Patterns. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 4(5), 419-426.

Taylor, S., 1991, Health Psychology. New York: Mc.Graw-Hill, Inc.

Yesamine, 0. 2000. Hubungan menggunakan PFC Dengan Tingkat Depresan Pada Mahasiswa Tingkat Akhir. Skripsi ( tidak diterbitkan ) Yogyakarta Fak. UGM

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama (Inisial) : ………. Usia : ………. Alamat : ….……… Jenis kelamin : ...……….. Universitas : ………. Semester : ……….

Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang bertemakan “Studi Deskriptif Strategi Coping Mahasiswa Mantan Pecandu Minuman Beralkohol Dalam Menghadapi Masalah” dan berjanji untuk memberikan informasi secara sesuai dengan keadaan sebenar-benarnya yang saya alami.

Pernyataan ini saya buat dengan kesadaran penuh dan tidak ada paksaan dari dari pihak manapun.

Mengetahui, Yogyakarta,……….2008

Yang menyatakan

_______________________

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama (Inisial) : ………. Usia : ………. Alamat : ….……… Jenis kelamin : ...……….. Universitas : ………. Semester : ……….

Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang bertemakan “Studi Deskriptif Strategi Coping Mahasiswa Mantan Pecandu Minuman Beralkohol Dalam Menghadapi Masalah” dan berjanji untuk memberikan informasi secara sesuai dengan keadaan sebenar-benarnya yang saya alami.

Pernyataan ini saya buat dengan kesadaran penuh dan tidak ada paksaan dari dari pihak manapun.

Mengetahui, Yogyakarta,……….2008

Yang menyatakan

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama (Inisial) : ………. Usia : ………. Alamat : ….……… Jenis kelamin : ...……….. Universitas : ………. Semester : ……….

Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang bertemakan “Studi Deskriptif Strategi Coping Mahasiswa Mantan Pecandu Minuman Beralkohol Dalam Menghadapi Masalah” dan berjanji untuk memberikan informasi secara sesuai dengan keadaan sebenar-benarnya yang saya alami.

Pernyataan ini saya buat dengan kesadaran penuh dan tidak ada paksaan dari dari pihak manapun.

Mengetahui, Yogyakarta,……….2008

Yang menyatakan

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama (Inisial) : ………. Usia : ………. Alamat : ….……… Jenis kelamin : ...……….. Universitas : ………. Semester : ……….

Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang bertemakan “Studi Deskriptif Strategi Coping Mahasiswa Mantan Pecandu Minuman Beralkohol Dalam Menghadapi Masalah” dan berjanji untuk memberikan informasi secara sesuai dengan keadaan sebenar-benarnya yang saya alami. Pernyataan ini saya buat dengan kesadaran penuh dan tidak ada paksaan dari dari pihak manapun. Mengetahui, Yogyakarta,……….2008

Yang menyatakan

VERBATIM DAN KODING

Catatan Lapangan

No brs

Pertanyaan dan Wawancara Coding

Subjek ternyata orang yang tepat waktu dan janji: Peneliti janji mau interview jam 18.00, dia sudah nunggu. Peneliti terlambat, Interview dimulai jam 19.00. Subjek takut identitasnya diketahui karena Subjek adalah sudah kenal dengan peneliti dan teman-teman peneliti 1 5 10 15 20 25 30 35 41 Subjek 1

T : Nggak ada acara kan?!

J : Enggak, kan kita sudah janjian ... dari tadi aku sudah nunggu lo! T : Maaf ... kalau lama nunggunya ...

biasa, ngecek tempat usaha dulu. J : Nggak pa-pa ... masih laris kan,

ayamnya?

T : Lumayanlah .... bisa kita mulai sekarang?!

J : Boleh ... tapi identitasku dirahasiakan kan?!

T : Iya dong ... aku cuma pengin datanya aja, soal identitasmu ... nggak ditulis di skripsi ...

J : Iya deh, kalau gitu ... tapi bener loh, jaga rahasia ...

T : Iya ... ya ... aku mulai nih.... dahulu kamu pernah sampe kecanduan kan? Boleh nggak kalau aku mengetahui lebih jauh?

J : Boleh ... asal aku masih ingat dan bisa menjawabnya.

T : Apakah saat ini kamu juga masih sering minum alkohol?

J : Kalau saat ini, saya sudah sama sekali tidak minum. Saya sudah berhenti .... .

T : Tapi dulu kamu sudah sampai kecanduan ya?

J : Kalau kecanduan sih saya kurang tahu, yang jelas hampir setiap hari saya minum alkohol. Mula-mula memang cuma sedikit dan hanya sesekali saja, namun lama-lama

Mula-mula Subjek kurang lancar menjawab karena kelihatanny a sedikit bimbang, lama-lama interview semakin lancar. Ketika ditanya tentang awal mula minum Subjek kurang lancar, karena sambil mengingat-ingat … peristiwa tersebut sudah lama terjadi. 45 50 55 60 65 70 75 80 85

menjadi kebiasaan. Tiada hari tanpa minum alkohol.

T : Sejak kapan kamu mulai mengkonsumsi alkohol?

J : Pertama kali saya minum alkohol sejak Kelas 2 SMP, namun masih sesekali saja. Itupun hanya sedikit, paling-paling sekali minum satu gelas, karena satu botol bisa diminum rame-rame sama teman. T : Jadi kamu minum bersama

teman-teman? Biasanya berapa orang? J : Tidak tentu. Tapi biasanya lebih dari

empat orang. Biasanya kalau teman yang ngumpul banyak, beli

minumannya juga banyak. Misalnya jika ada lebih sepuluh anak,

minumannya bisa lebih dari tiga botol.

T : Uang siapa yang sering dipakai untuk membeli minuman? J : Tidak tentu. Kadang-kadang ada

teman lagi lagi punya uang, atau pas ulang tahun. Tapi kadang-kadang juga patungan.

T : Apa yang menyebabkan kamu mengkonsumsi alkohol?

J : Mula-mula dari ajakan teman dan kakak-kakak kelas. Selain itu secara pribadi juga ingin tahu, seperti apa rasanya?

T : Saat pertama kali minum, apa yang kamu rasakan?

J : Mula-mula takut juga. Takut ketahuan orang tua atau guru. Tapi karenaada beberapa teman yang minum dan saya ingin tahu rasanya, saya juga minum. Pertama kali minum ada rasa pahit dan bau

Awal Mengkonsumsi alkohol : kelas 2 SMP Penyebab eksternal : ajakan teman Penyebab internal : Ingin tahu

90 95 100 105 110 115 120 125 130

yang menyengat, namun karena

ingin mendapat ”pengakuan” dari teman-teman... tetap saya minum. Sebenarnya ada sedikit rasa pusing, tapi lama-lama enak juga.

T : Apa yang mendorong kamu berani mencoba minum?

J : Selain ajakan teman, saya juga merasa bangga, karena berani minum. Saya menjadi mendapatkan semacam pengakuan dari teman-teman yang sama-sama minum. Saya jadi punya teman ngumpul.

T : Apakah ada masalah yang cukup berat saat itu?

J : Sebenarnya kalau masalah berat saya kira tidak ada. Mungkin karena ingin diakui saja. Ingin pengakuan dari orang-orang sekitar. Saya pertama kali minum sebenarnya tidak ada masalah sama sekali. Hanya mungkin karena kurang

pengawasan dari orang tua atau guru saja, saya bisa mempunyai kesempatan berkumpul dengan teman-teman dan minum bersama. T : Saat itu apakah kamu ingat masalah

apa yang pernah kamu rasakan? J : Kalau masalah sih belum begitu ada,

karena saya masih SMP, masih suka hura-hura. Masalah saya paling hanya merasa kurang mendapatkan perhatian saja...

T : Bagaimana kamu menyikapi masalah kamu saat itu?

J : Saya ingin adanya pengakuan saja dari orang-orang sekitar, dari teman-teman, apalagi saat itu saya masih SMP. Saya ingin diterima di

Penyebab internal :

ingin mendapat pengakuan teman

Penyebab eksternal:

kurang pengawasan orang tua dan guru

Penyebab internal :Persepsi subjek kurang

mendapatkan perhatian

Penyebab eksternal :

ingin adanya pengakuan saja dari orang-orang sekitar

Subjek cerita masa lalu secara datar, kadang-kadang ada jeda berfikir mengingat-ingat peristiwa yang sudah lama terjadi. Subjek cerita tentang kecanduan mulai ada ekspresi emosi … seperti menyesali peristiwa tersebut 135 140 145 150 155 160 165 170 175 kelompok.

T : Adakah ada tekanan kelompok saat itu?

J : Tekanan dari kelompok tidak begitu kuat. Kelompok tersebut sebenarnya adalah kelompok bermain dari teman-teman sekolah. Secara langsung tekanan tidak ada. Namun saya merasa jika saya tidak

bergabung dengan mereka saya takut dijauhi dan tidak punya teman. Jadi tekanannya hanya pada masalah interaksi saja. Saya bisa interaksi dengan mereka jika saya juga mau bergabung minum bersama mereka.

T : Apakah setelah mulai minum, akhirnya frekuensi minum bertambah?

J : Ya.... Dulu minum hanya sesekali, paling-paling seminggu sekali, pas hari libur, namun lama-lama menjadi lebih sering. Akhirnya hampir setiap hari minum. Minum menjadi kebiasaan. Setelah SMA dan awal-awal kuliah, saya

menjadi sering sekali minum. Apalagi saat kuliah, saya kost sehingga lebih bebas untuk minum. T : Kapan mulai kecanduan alkohol? J : Paling parah SMA dan

semester-semester awal kuliah. Tiap kali minum adanya selalu kurang. Kayaknya nambah-nambah dan akhirnya menjadi ketergantungan.

Saat banyak pikiran rasanya ingin minum. Agar rasa pusing hilang. Tiap hari minum, kalau ada masalah nambah. Jika ada masalah rasanya ingin minum, akhirnya biarpun tidak ada masalah tetap minum.

T : Masalah apa yang memicu pemakaian alkohol?

J : Masalah berat tidak ada, tetapi

Masalah internal : takut dijauhi dan tidak punya teman

Frekuensi Mengkonsumsi Alkohol : Dulu seminggu sekali, lama-lama

menjadi lebih sering

Fase Kecanduan:

SMA dan semester-semester awal kuliah

Penyebab Internal : Kebutuhan biologis:

Tiap kali minum adanya selalu kurang

EFC : Alcohol-drug disengagement :

Jika ada masalah rasanya ingin minum

180 185 190 195 200 205 210 215 220

masalah yang dihadapi mungkin

masalah belajar saya merasa jenuh, prestasi tidak sesuai yang saya inginkan, juga masalah-masalah yang dihadapi anak sekolah pada umumnya, mungkin masalah tugas yang waktu itu saya anggap terlalu banyak dan susah,

masalahkonflik dengan teman, pacar. Paling juga masalah-masalah keluarga. Masalah berat ya paling

hubungan dengan keluarga, orang tua, saya merasa kurang

diperhatikan. Mungkin masalah yang berat adalah menghadapi lingkungan. Saat itu saya tidak nyaman di lingkungan. Saya banyak main di luar, jarang di rumah, karena di kampung tidak ada teman sebaya.

Akhirnya menarik diri dari lingkungan. Saya kurang bergaul dengan masyarakat sekitar saya. Tidak pernah ikut kegiatan-kegiatan di lingkungan rumah, karena tidak ada teman sebaya. Teman yang sebaya dengan saya hanya sekitar 4 orang. Saya jadi terganggu, males bergaul dengan orang-orang yang usianya tidak sebaya.

Jika pas di rumah, saya jarang keluar rumah, untuk mengurangi rasa tidak nyaman, saya paling dengerin musik, atau baca-baca …. Tapi kalau sudah bosan, paling secara sembunyi-sembunyi minum alkohol.

Mengenai masalah keluarga, merasa tidak digagas di rumah. Orang tua sibuk, rumah selalu kosong.

Rumah menjadi semacam open house bagi teman-teman yang ingin main. Orang yang paling dekat adalah teman-teman. Saya punya pikiran bahwa pelindung saya

Masalah Internal:

masalah belajar prestasi

masalah tugas sekolah

Masalah Eksternal:

- konflik dengan teman, pacar

- tidak nyaman di lingkungan

Masalah Eksternal:

hubungan dengan keluarga, orang tua kurang baik

EFC Behavioral disengagement :

menarik diri dari lingkungan (kurang bergaul dg masyarakat)

EFC Mental disengagement :

untuk mengurangi rasa tidak nyaman, saya paling dengerin musik, atau baca-baca ….

EFC : Alcohol-drug disengagement :

Tapi kalau sudah bosan, paling secara sembunyi-sembunyi minum alkohol.

Penyebab Internal:

Subjek mulai lancar bercerita … Kadang-kadang kalau ia merasa mood dengan pertanyaan … ia menjawab secara panjang lebar 225 230 235 240 245 250 255 260 265

adalah teman-teman. Jika ada masalah atau cekcok dengan orang lain yang membantu adalah teman-teman. Teman-teman juga rapi dan bisa menutupi perbuatan-perbuatan saya. Saya jarang membicarakan masalah dengan orang tua. Jika ada masalah yang selalu ada di dekatku adalah teman teman. Karena merasa ada jarak dengan orang tua maka saya jarang sharing dengan orang tua. Males merayu-rayu orang tua, males mencari perhatian orang tua. Saya waktu itu sibuk dengan dunia masing-masing.

T : Bagaimana cara menyikapi masalah ketika itu?

J: Jika merasa bosan atau pikiran pusing saya minum saja, agar pusing hilang. Saya sebenarnya terganggu dengan hubungan dengan orang tua, namun masalah tersebut tidak saya pikirkan. Saya lari dari masalah tersebut. Tapi jika pikiran tersebut muncul, saya minum agar pikiran jadi enak. Pada saat itu saya ada pikiran orang tua berubah, namun setelah mereka berubah pun aku tetap sudah terbiasa dengan kebiasaanku minum alkohol.

Jika ada masalah, saya minum maka masalah tersebut hilang, lupa, namun besoknya muncul lagi. Jika masalah muncul lagi, saya minum lagi. Saya selalu minum biar nggak ada pikiran lagi. Setelah minum saya jadi lebih PD, enjoy.

Saat itu masalah itu saya anggap menjengkelkan dan membuat saya stress, sehingga jika ada masalah saya selalu minum. Masalah itu selalu ada, merasa tidak adil. Kalau ada masalah di keluarga tidak ada yang bisa diajak ngomong. Maka

rumah

- Orang tua sibuk, - rumah selalu kosong

EFC : Alcohol-drug disengagement :

- Jika merasa bosan atau pikiran pusing, minum

Masalah Internal :

Terganggunya hubungan dengan orang tua,

EFC : Alcohol-drug disengagement :

- minum agar pikiran jadi enak

EFC : Alcohol-drug disengagement :

Jika ada masalah : minum.

Jika masalah muncul lagi: minum lagi. Setelah minum jadi lebih PD, enjoy.

Subjek terlihat menyesali peristiwa masa lalu. Cerita tentang DO Subjek terlihat agak tersipu … Subjek kenal peneliti dan teman-teman peneliti, sehingga agak malu. 270 275 280 285 290 295 300 305 310

minum dulu baru curhat pada teman, tapi biasanya dimulai dengan minum dulu.

Setelah minum, masalah itu tidak tambah baik, namun masalah timbul terus, maka minum saja. Kadang-kadang saya juga merasa bersalah terhadap orang tua.

Beberapa kali kadang ditegor, tetapi kadang-kadang juga

didiamkan saja. Jika ditegor dalam keadaan minum saya tidak mau mengalah. Kadang-kadang cek-cok. Jika ortu bicara banyak, saya tinggal pergi.

T : Apakah kamu pernah merasa bahwa mengkonsumsi alkohol merugikan kamu?

J : Ya. Kadang-kadang saya merasa bersalah. Banyak tugas kuliah yang keteteran karena saya lebih asyik minum. Apalagi prestasi akademik

saya sangat menurun. Nilai-nilai kuliah saya tidak memuaskan saya. Namun jika memikirkan hal ini, saya kembali minum.

T : Setelah ada perasaan bersalah apakah ada keinginan untuk berhenti

minum?

J : Saat itu perasaan susah

dikendalikan. Pengin sih berhenti minum, namun tidak bisa. Jika saya pikir saya telah bersalah dan berdosa terhadap keluarga, saya merasa tertekan .... untuk melupakannya saya minum lagi.

T : Jika demikian ... kenapa kamu bisa berhenti minum?

J : Saya bisa berhenti minum karena ada peristiwa yang memaksa saya

berhenti minum.

T : Bisakah kamu ceritakan peristiwa yang menyebabkan ada keinginan kamu untuk lepas dari alkohol? J : Titik baliknya adalah setelah saya

EFC : Alcohol-drug disengagement :

Setelah minum, masalah tidak tambah baik, maka minum saja

Penyebab eksternal :

Beberapa kali ditegor, tetapi kadang-kadang juga didiamkan saja.

Masalah internal : Kadang-kadang merasa bersalah Penyebab internal mengkonsumsi alkohol : - prestasi menurun

-Nilai tidak memuaskan

Penyebab internal subjek mengkonsumsi alkohol :

perasaan susah dikendalikan

EFC : Alcohol-drug disengagement :

merasa tertekan .... untuk melupakannya minum.

Penyebab Internal Awal subjek mengkonsumsi

Subjek terlihat membangga kan orang tuanya Karena sudah jam 21.00 Subjek terlihat capek … siang kerja, interview dihentikan. Minggu 22 315 320 325 330 335 340 345 350 355

kuliah semester 4. Peristiwa titik balik itu adalah adanya

pengumumnan DO. Saya mendapat peringatan dari kampus bahwa saya akan di DO, karena nilai-nilai akademik saya tidak sesuai target yang ditentukan kampus.

Menghadapi ini saya bingung ... mula-mula saya minum, sampai mabuk. Hal ini saya lakukan di rumah. Kemudian saya ditanya oleh ayah saya ... kenapa minum

berlebihan? Setelah saling berdebat akhirnya saya mengaku bahwa saya mendapat peringatan DO dari kampus. Orang tua saya tidak marah ... tetapi malah memberi kebebasan, saya boleh berhenti kuliah atau meneruskan kuliah karena saya dianggap sudah dewasa. Orang tua saya memberikan beberapa gambaran pilihan yang dapat saya pilih. Setelah saya renungkan, saya mulai berfikir positif .... ternyata orang tua saya demikian bijak. Mereka bisa menerima saya apa adanya .... bahkan jika saya memilih akan terus minum, saya dipersilahkan asal saya bertanggungjawab atas pilihan saya .... asal saya mau menerima resiko dan tidak menyesali apa yang telah saya perbuat. Dari hasil sharing dengan norang tua tersebut, saya diberi kebebasan. Saya diajak berargumen, saya mulai belajar berfikir sendiri. Saya mulai merasa nyaman ada perhatian orang tua. T : Apa hasil dari peristiwa tersebut? J : Setelah saya merasa nyaman di

rumah, mulai ada perubahan. Saya mulai jarang keluar rumah, saya mulai membatasi frekuensi pertemuan dengan teman-teman peminum. Setelah sadar saya baru

Alkohol: pengumumnan DO EFC : Alcohol-drug disengagement : Menghadapi masalah DO

Dokumen terkait