• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Determinan Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah tindakan atau perbuatan yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek, yakni aspek fisik, psikis dan sosial.

Akan tetapi dari aspek tersebut sulit ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia (Notoadmodjo, 2007). Perilaku manusia cenderung bersifat menyeluruh dan merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan : keinginan, minat, kehendak, pengetahuan, emosi, berpikir, sikap, motivasi, reaksi, dan sebagainya. Sangat sulit untuk membedakan refleksi dari kejiwaan yang manakah seseorang berprilaku tertentu, ada berbagai faktor lain yang mempengaruhi gejala kejiwaan yang tercermin dalam tindakan atau perilaku seseorang antara lain pengalaman. Sarana, fisik, sosial budaya, masyarakat dan sebagainya (Notoadmodjo, 2003).

2.3.1 Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo(2003), pengetahuan adalah merupaka hasil “tau” dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui seluruh panca indera manusia yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan mannusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupaka domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daraipada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Rogers (1974) dalam Notoadmodjo (2003), dari hasil penelitiannya mengungkapakan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam dirinya orang tersebut terjadi proses berurutan, yaitu :

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulus ( obyek)

c. Evaluation, orang sudah mulai menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, dimana subyek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Menurut Bloom (1908) yang dikutip oleh Notoadmodjo (2002), menyatakan bahwa pengetahuan yang dicakup didalam domain, kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni:

1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Apikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan

5. Sintesis (Synthesis)

Sintensis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

Pengetahuan bukanlah suatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pehaman baru.

Menurut Notoatmodjo (2005) ada beberapa faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang yaitu :

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk menggembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah berlangsung seumur hidup. Pendidikan memengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Degan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pegetahuan yang didapat tenaga kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat dperoleh pada pendidikan non formal. Konselig merupakan salah satu kegiatan pendidikan non formal yang dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan konseling memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan sasaran.

2. Media Massa/Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga meghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang apa memengaruhi pengetahuan masyarakat tenang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majaah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa mebawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat megarahkan opini seseorang. Adanya infomsi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

3. Sosial Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demkian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga aka

menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlakukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status ekonomi in akan memengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, fiologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses tidak masukknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan menifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

6. Umur

Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola piker seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat.

b. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi tehadap suatu objek

3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

atitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Menurut Purwanto (1999) sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak terhadap suatu obyek. Ciri-ciri sikap adalah :

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang

perkembangan orang itu dalam hubungannya dengan obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat-sifat biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula

sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu

dengan jelas. Obyek sikap itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

4. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sikap inilah yang

membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

5. Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif,

kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu (Purwanto, 1999).

Sikap dibedakan atas beberapa tingkatan :

1. Menerima (Receiving )

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulasi yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang tinggi.

Proses terbentuknya perilaku digambarkan sebagai berikut :

Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green dan teori Snehandu B. Kar (1983).

Gambar 2.3. Asumsi Determinan Perilaku, (Notoatmodjo, 1993)

1.Teori Lawrence Green (1980)

Perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor perilaku (behavior causes) dan

faktor luar perilaku (non behavior causes) sedangkan perilaku ditentukan oleh tiga

faktor yaitu :

a. Faktor–faktor predisposisi (predisposing Faktors) yaitu pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai dan sebagainya

b. Faktor–faktor pendukung (enabling Faktors) yaitu lingkungan fisik, tersedianya

atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.

c. Faktor-faktor reinforcing (reinforcing faktors) yaitu sikap dan perilaku petugas

kesehatan, tokoh masyarakat.

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan tradisi dan sebagainya dari masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan

Pengetahuan Persepsi Sikap Keinginan Kehendak Motivasi Pengalaman Keyakinan Fasilitas Sosio Budaya Perilaku

perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku (Notoadmojdo,2007).

2. Teori Snehandu B. Karl (1983)

Karl mencoba me menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku kesehatan merupakan fungsi :

a. Dukungan sosial

Dukungan sosial masyarakat sekitarnya ( sosial support) merupakan penentu yang luas sebuah perilaku, misalnya semotional support, incetife for action.

b. Assesibilitas

Ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan yang diperlukan untuk mendukung berperilaku sehat( accessibility of informational)

c. Niat untuk berperilaku

Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perilaku kesehatan( behavior intentention).

d. Otonomi Pribadi

Otonomi Pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil keputusan ( personal autonomi).

e. Situasi aksi

Situasi aksi memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situation).

Dokumen terkait