• Tidak ada hasil yang ditemukan

DI KABUPATEN LIMAPULUH KOTA PROVINSI SUMATERA BARAT :

PENUTUP 4.1 Kesimpulan

DI KABUPATEN LIMAPULUH KOTA PROVINSI SUMATERA BARAT :

(Studi Kasus Sastra Lisan Salawat Dulang di Nagari Ampalu Kecamatan Lareh Sago Halaban)

Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Padang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melakukan Kegiatan Seminar Hasil Penelitian Sastra Lisan Bertema Islam di Kabupaten Limapuluh Kota, khususnya Sastra Lisan Salawat Dulang di Nagari Ampalu Kecamatan Lareh Sago Halaban. Kegiatan tersebut berlangsung pada tanggal 15 September 2015 serta bertempat di Balai Adat Baramban Gadang Nagari Ampalu. Seminar hasil laporan penelitian tersebut merupakan tindak lanjut pelaksanaan penelitian yang telah berlangsung pada bulan April yang lalu, khususnya kegiatan Focus

Group Discussion dalam rangka pengumpulan data penelitian serta

pertunjukan salawat dulang yang digelar pada tanggal 18 April 2015 di tempat yang sama. Forum seminar hasil tersebut diharapkan menjadi momentum yang tepat untuk dilakukannya berbagai perbaikan dan penyempurnaan penulisan laporan penelitian yang pada gilirannya akan dicetak dalam bentuk buku oleh BPNB Padang.

Seminar hasil dibuka oleh Bapak Munasri Dt. Pangulu Kayo, yaitu Wali Nagari Ampalu Kecamatan Lareh Sago Halaban. Dalam sambutannya Wali Nagari Ampalu mengapresiasi langkah para peneliti BPNB Padang yang telah melakukan penelitian salawat dulang di Nagari Ampalu. Sebagai bagian dari sastra lisan masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat, salawat dulang merupakan perwujudan dari kreatifitas seni bertema Islam yang menyuguhkan nilai-nilai pengajaran kepada masyarakat. Oleh karena itu, dengan adanya perhatian pemerintah melalui BPNB

padang, yaitu dengan memilih Nagari Ampalu sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan, serta beberapa group salawat dulang di nagari tersebut sebagai objek penelitian, merupakan langkah positif dalam upaya melestarikan salawat dulang serta mewariskan nilai-nilai pengajaran yang terdapat di dalamnya.

Seminar hasil menghadirkan tiga orang narasumber/pembedah laporan hasil penelitian, yaitu : (1). Musra Dahrizal Katik Jo Mangkuto (budayawan sekaligus pelaku seni tradisi di Sumatera Barat ); (2). Zainal (pendiri sekaligus tukang salawat dulang Ababil Nagari Ampalu); dan (3). Darmiyunas; (tukang salawat dulang Minang Saiyo Nagari Ampalu). Sementara itu, peserta seminar yang berjumlah sekitar 40 orang berasal dari jajaran Pemerintahan Nagari Ampalu, pemuka masyarakat Nagari Ampalu dari kalangan ulama, cerdik pandai dan ninik mamak, utusan bundo kanduang dan pemuda nagari. Peserta seminar juga para tukang salawat dulang yang pada tiga group salawat dulang yang terdapat di nagari tersebut, yaitu salawat dulang Ababil, salawat dulang Minang Saiyo dan salawat dulang Bintang Sago.

Dalam penyampaiannya, Musra Dahrizal Katik Jo Mangkuto yang biasa disapa Mak Katik, berharap dilakukannya penelitian lebih lanjut serta bersifat lebih mendalam dengan pendekatan keilmuan yang relefan terhadap salawat dulang. Di samping itu, terlaksananya kegiatan dialog seni tradisi yang melibatkan para pemangku kebijakan di Sumatera Barat serta para tukang salawat dulang, dinilai sebagai langkah antisipatif dalam mencegah terkondisinya salawat dulang menuju “kepunahan”. Upaya dialog tersebut diharapkan pula menjadi usaha yang bersifat konstruktif dalam rangka pelestarian serta pewarisan nilai budaya salawat dulang kepada masyarakat di Sumatera Barat, khususnya kepada generasi muda Minangkabau di masa yang akan datang. Selanjutnya, kedua narasumber/pembedah laporan penelitian yang lain, yaitu Zainal dan Darmiyunas melihat pentingnya dilakukan proses pengeditan ulang terhadap penulisan teks salawat dulang yang notabene berbahasa Melayu Minangkabau. Kedua narasumber/pembedah tersebut juga mensyaratkan pentingnya peneliti BPNB Padang mempertahankan setiap pilihan kata berirama yang telah menjadi penanda dialek dalam bahasa lokal masyarakat Nagari Ampalu

sebagaimana pada awalnya telah melekat pada teks salawat dulang yang digunakan.

Hasanadi, S.S, selaku ketua tim penelitian Sastra Lisan Bertema Islam di Kabupaten Limapuluh Kota menjelaskan bahwa, di samping menjelaskan aspek pertunjukan salawat dulang, laporan penelitian juga mengetengahkan hasil analisis terhadap sebelas topik teks salawat dulang. Kesebelas topik tersebut adalah; (1). Teks katuba; (2). Teks nazam hikayaik; (3). Teks

parasaian kubur; (4). Teks kanak-kanak dalam sarugo; (5). Teks

sejarah Nabi Ibrahim; (6). Teks pamuda; (7). Teks pangajian Nabi Muhammad; (8). Teks nutfah; (9). Teks akhlak; (10). Teks basoal

jawek; dan (11) Teks panutuk. Banyak nilai pengajaran serta

pendidikan budaya berbasis ajaran-ajaran agama Islam dalam konteks berkehidupannya masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat yang terdapat pada kesebelas topik teks salawat dulang tersebut. Oleh karena itu, melalui pertunjukan salawat dulang sesungguhnya termanifestasi semangat serta kesungguhan para tukang salawat untuk senantiasa mewariskan nilai-nilai pengajaran serta pendidikan budaya tersebut kepada masyarakat, sebagaimana mengemuka dalam beberapa rumusan berikut :

1. Semangat berdemokrasi dalam konteks kehidupan berbudaya Minangkabau mesti terealisasi secara baik dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Sejatinya, semangat untuk menjaga pola-pola kehidupan yang bersifat demokratis tersebut mampu melampaui keinginan untuk sekedar mempertahankan status sosial tertentu yang melekat pada setiap anggota masyarakat.

2. Ketaatan dalam beribadah mesti didasarkan pada utuhnya pemahaman serta pengetahuan terhadap syariat agama Islam secara benar. Perilaku taat dalam menjalankan ritual ibadah justru akan menjadi bumerang apabila tidak berlandaskan pada norma, aturan serta hukum sebagaimana termaktub dalam kitab suci Al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad SAW. 3. Kehidupan di dunia senantiasa diwarnai oleh berbagai persoalan dan rintangan yang mesti dihadapi, sehingga kesabaran dan kerendahan hati dalam

mengharapkan pertolongan Tuhan merupakan modal penting untuk meraih kesuksesas hidup di kampung akhirat. Kesabaran serta kerendahan hati dalam menjalankan perintah agama sembari terus mengharapkan pertolongan Tuhan mesti dimiliki oleh setiap pribadi Minangkabau.

4. Kemampuan untuk berempati dan bersimpati dalam menjalani berbagai aktifitas kehidupan berbudaya merupakan syarat penting yang akan mengantarkan setiap pribadi muslim Minangkabau kepada kebahagian hidup dunia dan akhirat.

5. Keikhlasan dalam mentauladani akhlak nabi Muhammad SAW serta perilaku baik yang senanatiasa dicontohkan oleh setiap orang tua dan guru dalam mendidik anak merupakan faktor penting yang mesti ada dalam upaya melahirkan generasi muda Minangkabau yang shaleh secara indifidual dan sosial-budaya.

6. Komunikatif dalam pergaulan sosial-budaya, senantiasa menjadikan ketentuan agama Islam sebagai rujukan dalam bersikap dan berperilaku serta senantiasa berkomitmen untuk berupaya membalas segala kebaikan orang tua dan guru yang ditunjukkan oleh setiap anak adalah perwujudan dari ketaatan terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa.

Pada kesempatan terpisah, Drs. Nurmatias selaku Kepala BPNB Padang menilai perlunya disegerakan lahirnya agenda pemerintah yang berorientasi pada usaha peningkatan intensitas kreatifitas para tukang salawat dulang di Sumatera Barat. Pemerintah daerah mulai dari tingkat nagari hingga tingkat Provinsi Sumatera Barat, sekaligus berbagai pihak yang berkepentingan dengan eksistensi sastra lisan bertema Islam tersebut, seperti perguruan tinggi, Taman Budaya dan Dewan Kesenian Sumatera Barat, mesti menunjukkan kepedulian yang lebih dalam mendukung terealisasinya program-program yang bertajuk pelestarian seni tradisi Minangkabau, khususnya sastra lisan salawat dulang di Kabupaten Limapuluh Kota. Di samping itu, para tukang salawat dulang di bawah arahan pemerintah

nagari mesti proaktif dalam menjemput berbagai program bantuan pemerintah, misalnya dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Limapuluh Kota dan program bantuan sosial yang telah disiapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Balai Pelestarian Nilai Budaya Padang. Sikap proaktif tersebut dinilai perlu dimiliki oleh para tukang salawat dulang, khususnya dalam usaha melengkapi sarana dan prasarana kesenian, sehingga setiap sanggar/group salawat dulang dapat berdiri secara permanen dan antusiasme generasi muda dalam mempelajari kesenian tradisional tersebut terus meningkat di masa-masa yang akan datang.

FORM PENCATATAN KARYA BUDAYA :