• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran 6. Biodata Ketua Pelaksana

DI KECAMATAN CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA

(Phenotipic Variability Morphologic Characters and Correlation to Lauric Acid Tall Coconut in Cikalong Tasikmalaya)

Nani Hermiati, Agung Karuniawan, dan Andies A.S. Program Studi Pemuliaan Tanaman Jurusan Budidaya Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Kata kunci : variabilitas fenotipik, karakter morfologi, korelasi, asam laurat, Kelapa Dalam

Key words : phenotipic variability, morphology characters, correlation, lauric acid, tall coconut

Abstract

A research was conducted to estimate phenotypic variability morphology, analysis of relationship, and correlation to lauric acid of Tall Coconuts. Observation was conducted at Sindangjaya Cikalong Tasikmalaya from March 2007 to July 2007. The experiment was arranged in survey method, using 30 sample of Tall Coconut with cluster random sampling.

Observation result shows that morphological characters which have broad phenotypic variability were girth of stem from 20 cm above ground level, girth of stem from 1,5 m above ground level, number of 11 leaf scars from 1,5 m above ground level, petiole length, lamina length, number of subleave, panicle length, infloresensia length, number of spikelet, number of female flower, spatha length, number of fruit per bunch, fruit length, fruit weight, fruit weight without husk, piece fruit shell diameter,,and endosperm fruit weight. Analysis of relationship showed that population of Tall Coconut had close relationship in 1.36 euclid distance and devided into four main clusters in 0,76 euclid. Number of female flower character has correlation and direct effect point to lauric acid.

Abstrak

Penelitian dilakukan untuk menduga variabilitas fenotipik dan kekerabatan genetik serta korelasinya dengan asam laurat karakter morfologi tanaman Kelapa Dalam di Cikalong Tasikmalaya. Pengamatan dilakukan di perkebunan kelapa rakyat Desa Sindangjaya Cikalong Tasikmalaya pada bulan Maret 2007 hingga Juli 2007. Penelitian dilakukan dengan metode survei, melalui pengamatan 30 sampel tanaman Kelapa Dalam yang diambil secara acak dengan menggunakan teknik cluster random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter morfologi yang memiliki variabilitas fenotipik yang luas adalah lingkar batang pada 20 cm di atas permukaan tanah (dpt), lingkar batang pada 1,5 m dpt, panjang batang pada 11 bekas daun dari ketinggian 1,5 dpt, panjang tangkai daun, panjang lamina, jumlah pinak daun, panjang pinak daun, panjang tangkai tandan, panjang rangkaian bunga, jumlah spikelet, jumlah bunga betina, panjang seludang, jumlah buah per tandan, panjang buah, berat buah utuh, berat buah tanpa sabut, berat tempurung, dan berat daging buah. Analisis kekerabatan genetik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang dekat pada populasi tanaman Kelapa Dalam dengan jarak euclidean 1.36 dan membentuk empat klaster pada jarak 0,76 euclid. Karakter jumlah betina berkorelasi dan berpengaruh langsung terhadap asam laurat.

Pendahuluan

Pertanaman kelapa di Indonesia merupakan yang terluas di dunia. Pada tahun 2004, total areal pertanaman kelapa Indonesia mencapai 3,74 juta ha yang sebagian besar didominasi oleh perkebunan kelapa rakyat sekitar 98% dan melibatkan lebih dari 3 juta rumah tangga petani yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia (Hengki Novarianto, 2005).

Di Jawa Barat luas areal pertanaman kelapa tahun 2006 mencapai 174. 971 ha (Disbun Jabar, 2007) yang tersebar di beberapa wilayah, salah satunya di Kabupaten Tasikmalaya. Pada tahun 2006, luas areal pertanaman kelapa di Kabupaten Tasikmalaya mencapai 35.836 ha dengan produksi 117.333 ton untuk bahan mentah, dan 23.466 ton untuk hasil olahan. Dari jumlah tersebut Kecamatan Cikalong merupakan daerah pertanaman kelapa yang cukup potensial dengan areal pertanaman kelapa terluas di Kabupaten Tasikmalaya yaitu 1.667 ha (Dishutbun Kab. Tasikmalaya, 2006).

Pemanfaatan daging buah kelapa sekarang ini semakin variatif dalam bentuk olahan, salah satunya adalah Virgin Coconut Oil (VCO). VCO adalah minyak kelapa murni yang diolah tanpa pemanasan, mengandung asam lemak jenuh rantai sedang (medium chain fatty acids, MCFA) sekitar 64% dengan rincian lebih dari 50% berupa asam laurat, 6 sampai 7% asam kaprat dan 8% asam kaprilat (Susilo Wibowo, 2006). Salah satu asam lemak jenuh rantai sedang yang berperan penting bagi kesehatan adalah asam laurat. Asam laurat dalam tubuh manusia akan diubah menjadi monolaurin yang mempunyai efek kesehatan yang hampir sama dengan air susu ibu yaitu dapat meningkatkan sistem kekebalan dari infeksi virus, bakteri dan protozoa. Kandungan asam laurat dalam VCO ini berperan dalam menjaga kesehatan dan mengatasi berbagai penyakit. Oleh karena itu VCO mempunyai kemampuan untuk menangkal dan menyembuhkan berbagai penyakit, antara lain kanker, darah tinggi, kolesterol, jantung dan HIV.

Dalam suatu seleksi, variabilitas yang luas menentukan efektivitas dan efisiensi seleksi karena akan memberikan keleluasaan dalam proses pemilihan suatu genotip. Variabilitas genetik yang luas akan memberikan variabilitas fenotipik yang luas pula jika interaksi dengan lingkungannya cukup tinggi (Allard, 1960).

Tanaman Kelapa Dalam umumnya menyerbuk silang, maka populasi tanaman Kelapa Dalam adalah heterozigos heterogenus. Bila setiap tipe tanaman

Kelapa Dalam terdiri dari beberapa populasi yang memiliki latar belakang genetik yang berbeda-beda maka memungkinkan diperolehnya variabilitas yang cukup luas (Hengki Novarianto, 2005).

Adanya perbedaan variabel karakter-karakter morfologi di antara populasi tanaman Kelapa Dalam yang diduga luas, maka perlu dilakukan analisis hubungan kekerabatan genetik untuk mengetahui sejauh mana populasi tersebut berkerabat. Menurut Suhendi (1999) kekerabatan sebagai salah satu upaya untuk menganalisis hubungan antar genotip yang dapat dilakukan berdasarkan kemiripan genetik sehingga diperoleh informasi apakah suatu populasi berkerabat dekat ataupun jauh. Hubungan genetik atau kekerabatan yang jauh dapat digunakan untuk pembentukan genotip yang lebih potensial. Semakin jauh hubungan genetik antar genotip maka semakin besar peluang terbentuknya kultivar yang potensial.

Korelasi adalah keeratan hubungan antara dua karakter. Adanya korelasi antara karakter-karakter pengamatan akan memberikan peluang bagi pemulia untuk melakukan seleksi tidak langsung.

Untuk mengetahui akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variabel terhadap variabel lainnya maka digunakan analisis koefisien lintas. Analisis koefisien lintas akan membagi korelasi menjadi efek yang berpengaruh langsung atau tidak langsung melalui karakter-karakter morfologi terhadap karakter hasil.

Pada penelitian ini digunakan populasi tanaman Kelapa Dalam dari perkebunan kelapa rakyat Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya yang merupakan salah satu sentra pertanaman kelapa di Jawa Barat. Hingga saat ini belum diketahui variabilitas fenotipik dan kekerabatan genetik karakter morfologi tanaman Kelapa Dalam serta korelasinya dengan kandungan asam laurat.

Bahan dan Metode

Bahan yang digunakan dalam pengamatan ini adalah populasi tanaman Kelapa Dalam umur 20-25 tahun di perkebunan kelapa rakyat Cikalong Tasikmalaya

Penelitian dilakukan dengan metode survei, pada lokasi survei berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan COGENT (The International Genetic Resources Network) diamati 30 tanaman Kelapa Dalam yang diambil secara acak dari pertanaman kelapa seluas 3 ha. Penarikan sampel menggunakan teknik cluster random sampling yaitu teknik penarikan sampel secara acak dengan membagi objek penelitian menjadi beberapa kelompok berdasarkan karakter yang diamati untuk dilihat penyebarannya.

Pengamatan dilakukan pada 30 tanaman sampel Kelapa Dalam. Variabel-variabel yang diamati meliputi :

No KARAKTER No KARAKTER

1 Lingkar batang 20 cm di atas permukaan tanah (dpt).

15 Jumlah Spikelet 2 Lingkar batang pada 1,5 m (dpt). 16 Jumlah Bunga Betina. 3 Panjang batang pada 11 bekas daun,

dimulai dari ketinggian 1,5 m (dpt).

4 Panjang tangkai daun. 18 Panjang seludang 5 Tebal tangkai daun. 19 Jumlah buah per tandan. 6 Lebar tangkai daun. 20 Diameter buah.

7 Panjang lamina (helaian daun). 21 Panjang buah. 8 Jumlah pinak daun. 22 Berat buah utuh. 9 Panjang pinak daun. 23 Berat buah tanpa sabut.

10 Lebar pinak daun. 24 Diameter tempurung.

11 Panjang Tangkai Tandan. 25 Berat tempurung. 12 Lebar Tangkai Tandan. 26 Berat daging. 13 Tebal Tangkai Tandan. 27 Tebal daging 14 Panjang rangkaian. 28 Tebal sabut

Buah kelapa yang telah dipanen kemudian dibuat VCO menggunakan metode mixer. Beberapa sampel VCO dari tiap-tiap klaster dianalisis kandungan asam lauratnya di Laboratorium Kimia FMIPA Universitas Padjadjaran.

Nilai varians fenotipik dihitung dengan rumus (Steel dan Torrie, 1995) :

1 / 1 2 1 2 2 − − = = = n n x x n i n i i i f σ Keterangan : 2 f

σ = nilai varians fenotipik

Xi = nilai karakter morfologi yang diamati n = jumlah tanaman yang diamati

Metode standar deviasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : f f

Sdσ

2

= σ

2 Keterangan : 2 f

Sdσ = nilai standar deviasi varians fenotipik

2

f

σ = nilai varians fenotipik

Dengan menggunakan kriteria penilaian luas atau sempitnya variabilitas fenotipik, adalah sebagai berikut (Anderson dan Bancroft (1952), dikutip Pinaria (1995):

• Bila σf2 > 2xSdσf2, berarti variabilitas fenotipiknya luas

• Bila σf2 < 2xSdσf2, berarti variabilitas fenotipiknya sempit

Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar karakter yang diamati dilakukan perhitungan statistik parametrik dengan analisis korelasi linier sederhana (Walpole, 1982).

( )( )

( )

[

][

( )

]

− = 2 2 2 2 i i i i i i i i xy y y n x x n y x y x n r Ket :

Rxy = Koefisien korelasi antara karakter morfologi (x) terhadap karakter rendemen VCO (y)

n = banyaknya perlakuan xi = karakter morfologi

yi = karakter hasil (asam laurat)

Perhitungan analisis koefisien lintas dilakukan dengan bantuan program software SPSS

Hasil dan Pembahasan

Hasil analisis statistik variabilitas fenotipik terhadap semua karakter morfologi terdapat pada Tabel 1, dari 28 karakter morfologi yang diamati, 18 karakter memiliki variabilitas fenotipik luas, dan 10 karakter yang memiliki variabilitas fenotipik yang sempit.

Variabilitas fenotipik yang paling luas ditunjukkan oleh karakter berat buah utuh (341880.63). Variabilitas fenotipik paling sempit terdapat pada karakter tebal daging buah (0.01). Variabilitas fenotipik luas yang ditunjukkan oleh sebagian besar karakter-karakter morfologi tanaman Kelapa Dalam disebabkan oleh penyerbukan silang dari sumber tetua populasi yang beragam sehingga karakteristik populasinya heterozigos heterogenus. Adanya pengaruh lingkungan serta interaksi faktor genetik dengan lingkungan yang besar juga menjadi sebab adanya variabilitas fenotipik yang luas terhadap penampilan karakter-karakter tersebut.

Variabilitas yang luas menggambarkan adanya peluang dilakukannya seleksi efektif untuk memilih genotip dengan karakter-karakter yang diinginkan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Hallaeur (1987) dalam Fehr (1987) bahwa keefektifan seleksi akan bergantung pada adanya variabilitas. Seleksi akan efektif dilakukan pada populasi tanaman yang memiliki variabilitas yang luas dan seleksi tidak akan efektif dilakukan pada populasi tanaman yang memiliki variabilitas yang sempit (Allard, 1960). Berdasarkan hal tersebut, seleksi akan mudah dilakukan terhadap karakter yang memiliki variabilitas yang luas, misalnya pada karakter berat buah utuh.

Tabel 1. Nilai Varians Fenotipik, Standar Deviasi, dan Kriteria Variabilitas Fenotipik Karakter-Karakter Morfologi

No Variabel 2

f

σ Sdσf2 2.Sdσf2 Kriteria

Batang

1 lingkar batang pada 20 cm dpt 560.60 23.68 47.35 luas 2 lingkar batang pada 1,5 m dpt 86.48 9.30 18.60 luas 3 panjang batang pada 11 bekas daun

dari ketinggian 1,5 dpt

95.05 9.75 19.50 luas

Daun

4 panjang tangkai daun 705.43 26.56 53.12 luas 5 tebal tangkai daun 0.38 0.61 1.23 sempit 6 lebar tangkai daun 0.78 0.88 1.77 sempit 7 panjang lamina 3340.99 57.80 115.60 luas 8 jumlah pinak daun 62.94 7.93 15.87 luas 9 panjang pinak daun 199.80 14.14 28.27 luas 10 lebar pinak daun 0.47 0.69 1.38 sempit

Bunga

11 panjang tangkai tandan 24.94 4.99 9.99 luas 12 lebar tangkai tandan 0.35 0.59 1.18 sempit 13 tebal tangkai tandan 0.11 0.33 0.66 sempit 14 panjang rangkaian bunga 38.61 6.21 12.43 luas 15 jumlah spikelet 52.82 7.27 14.54 luas 16 jumlah bunga betina 73.36 8.56 17.13 luas 17 jumlah tandan berseludang 0.72 0.85 1.70 sempit 18 panjang seludang 178.54 13.36 26.72 luas Buah

19 jumlah buah / tandan 7.84 2.80 5.60 luas 20 diameter buah 3,64 1,91 3,81 sempit 21 panjang buah 6,33 2,52 5,03 luas 22 berat buah utuh 341880.63 584.71 1169.41 luas 23 berat buah tanpa sabut 88538.66 297.55 595.11 luas 24 diameter tempurung 1.24 1.11 2.23 sempit 25 berat tempurung 3102.92 55.70 111.41 luas 26 berat daging buah 5186.23 72.02 144.03 luas 27 tebal daging buah 0.01 0.09 0.19 sempit 28 tebal sabut 3.94 1.99 3.97 sempit

Pada Gambar 1, diperoleh jarak euclidean 1,36, nilai tersebut menunjukkan kekerabatan genetik populasi dekat, karena menurut Agung Karuniawan (Komunikasi Pribadi, 2007) jika jarak euclidean di bawah 7,00 maka kekerabatan genetiknya dekat. Bila digunakan jarak euclidean 0.76 diperoleh 4 cluster (Tabel 2). Cluster I yang terdiri dari 5 anggota populasi tanaman memiliki jarak euclidean sekitar 0.65. Cluster II yang terdiri dari 22 anggota populasi tanaman memiliki jarak euclidean sekitar 0.60. Cluster III yang terdiri dari 2 anggota poppulasi tanaman, memiliki jarak euclidean sekitar 0.30, sedangkan cluster 4 yang terdiri dari satu anggota populasi tanaman, yang memiliki jarak euclidean 1,36.

Coefficient 0.15 0.45 0.76 1.06 1.36 CKL1 CKL5 CKL2 CKL3 CKL4 CKL6 CKL23 CKL7 CKL10 CKL8 CKL11 CKL14 CKL29 CKL21 CKL30 CKL15 CKL16 CKL26 CKL12 CKL20 CKL18 CKL17 CKL27 CKL19 CKL24 CKL22 CKL25 CKL9 CKL13 CKL28

Tabel 2. Pengelompokkan 30 Tanaman Kelapa Dalam Berdasarkan Karakter Karakter morfologi.

Untuk efisiensi biaya maka dari setiap cluster hanya diambil satu sampel yang volumenya terbanyak untuk kemudian dianalisis kandungan asam lauratnya, yaitu CKL1 (Cluster I), CKL16 (Cluster II), CKL13 (Cluster III), dan CKL 28 (Cluster IV).

Berdasarkan analisis variabilitas fenotipik sebagian besar karakter morfologi variabilitasnya luas, namun kekerabatan genetiknya sempit. Artinya faktor lingkungan lebih dominan daripada faktor genetik.

Dari karakter-karakter morfologi yang diamati, 3 karakter berkorelasi dengan asam laurat, yaitu karakter panjang tangkai daun (0,540), lebar tangkai tandan (0,431), dan jumlah bunga betina (0,444), data dapat dilihat pada Tabel 3.

Gambar 1. Dendogram 30 sampel Kelapa Dalam berdasarkan pengamatan karakter-karakter morfologi.

Cluster No Tanaman Jumlah

I CKL1, CKL2, CKL3, CKL4, CKL5 5 II CKL6, CKL23, CKL7, CKL10, CKL8, CKL11, CKL14, CKL29, CKL21, CKL30, CKL15, CKL16, CKL26, CKL12, CKL20, CKL18, CKL17, CKL27, CKL19,CKL24, CKL22, CKL25 22 III CKL9, CKL13 2 IV CKL28 1

Karakter panjang tangkai daun, lebar tangkai tandan, dan jumlah bunga betina berkorelasi dengan kandungan asam laurat karena diduga berhubungan dengan proses translokasi fotosintat dari daun ke buah. Karakter panjang tangkai daun dan lebar tangkai tandan berkaitan dengan kegiatan partisi asimilat ke buah. Tingginya asimilat yang terdapat dalam buah akan menentukan tingginya kandungan asam laurat dengan adanya proses perubahan biokimia yang mengubah protein dalam buah menjadi asam lemak. Karakter jumlah bunga betina berkaitan erat dengan hasil buah. Dalam jumlah tertentu, bertambahnya jumlah bunga betina akan diperoleh kandungan asam laurat yang semakin tinggi.

Tabel 3. Nilai Korelasi Antar Karakter-Karakter Morfologi Dengan Kandungan Asam Laurat

Kode

Karakter Karakter Morfologi Y

Kode

Karakter Karakter Morfologi Y

a lingkar batang pada 20

cm dpt -0.179

p jumlah bunga betina

0.444* b lingkar batang pada 1,5

m dpt 0.180

q jumlah tandan

berseludang -0.173 c panjang batang pada 11

bekas daun dari ketinggian 1,5 dpt

-0.070 r panjang seludang 0.279 d panjang tangkai daun 0.540* s jumlah buah / tandan -0.163 e tebal tangkai daun -0.076 t diameter buah 0.190 f lebar tangkai daun 0.121 u panjang buah 0.352 g panjang lamina 0.021 v berat buah utuh 0.243 h jumlah pinak daun

0.358 w berat buah tanpa

sabut -0.328 i panjang pinak daun 0.333 x diameter tempurung -0.174 j lebar pinak daun 0.177 y berat tempurung -0.078 k panjang tangkai tandan 0.132 z berat daging buah 0.095

l lebar tangkai tandan 0.431* aa tebal daging buah 0.145 m tebal tangkai tandan 0.342 ab tebal sabut 0.292

n panjang rangkaian

bunga 0.225 o jumlah spikelet 0.191

Keterangan :, * nyata pada taraf 5%, t 0.05= 2,048, Y=Nilai korelasi dengan asam laurat

Karakter jumlah bunga betina memiliki pengaruh langsung yang besar (1.118) dengan nilai korelasi yang besar pula (0,444), sehingga pendugaan kandungan asam laurat melalui karakter jumlah bunga betina akan sangat efektif. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi yang ada menggambarkan sepenuhnya pengaruh langsung dari karakter tersebut terhadap kandungan asam laurat.

Gambar 2. Diagram lintas pengaruh langsung antara karakter morfologi dengan asam laurat

Kesimpulan

Karakter lingkar batang pada 20 cm di atas permukaan tanah (dpt), lingkar batang pada 1,5 m dpt, panjang batang pada 11 bekas daun dari ketinggian 1,5 m dpt, panjang tangkai daun, panjang lamina, jumlah pinak daun, lebar pinak daun, panjang tangkai tandan, panjang rangkaian bunga, jumlah spikelet, jumlah bunga betina, panjang seludang, jumlah buah per tandan, panjang buah, berat buah utuh, berat buah tanpa sabut, berat tempurung, dan berat daging buah variabilitas fenotipiknya luas, sedangkan populasi Kelapa Dalam di Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya kekerabatan genetiknya dekat dengan jarak euclidean 1.36. Pada jarak euclidean 0,76 ada 4 cluster anggota populasi.

Karakter panjang tangkai daun, lebar tangkai tandan, dan jumlah bunga betina berkorelasi dengan kandungan asam laurat dan karakter jumlah bunga betina memberikan pengaruh langsung yang besar terhadap kandungan asam laurat.

Daftar Pustaka

Allard, R. W. 1960. Principles of Plant Breeding. John Wiley & Sons, Inc. New York. London.

Diah Iswari. 2003. Aneka Kerajinan Dari Kelapa. Puspa Swara. Jakarta.

Dishutbun Kab.Tasikmalaya, 2006. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat. Kabupaten Tasikmalaya. Propinsi Jawa Barat.

Fehr, W.R. 1987. Principles of Cultivar Development (1) : Theory and Technique Macmillan. New York.

Hengki Novarianto. 2005. Plasma Nutfah dan Pemuliaan Kelapa. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Balai Penelitian Tanaman Kelapa Dalam dan Palma Lain, Manado.

Poehlman and Sleeper. 1995. Breeding Field Crops. Fourth Edition. Iowa State University Press.

Suhendi, 1999. Analisis Kemiripan Genetik Beberapa Klon Kakao Berdasarkan Karakter Morfologi Buah. Zuriat Vol. 10. No. 2 Juli-Desember 1999.

Steel, R.G.D., and J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika : Suatu Pendekatan Biometrik. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Susilo Wibowo. 2006. Manfaat VCO Untuk Kesehatan. Konferensi Nasional Kelapa VI, Gorontalo.

Thampan. 1981. Handbook On Coconut Palm. Oxford & IBH Publishing Co. New Delhi Bombay Calcuta.

Walpole, R.E. 1982. Pengantar Statistika. Edisi Ketiga. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Perincian Anggaran Penelitian Jenis Pengeluaran Jumlah (Rp) Flash disk 120.000 Tinta printer 160.000 Kertas HVS 100.000 Dokumentasi 100.000

Pengamatan Morfologi : 30 tan x 3

lokasi x Rp 50 000 4.500.000

Pembuatan VCO 1.600.000

Analisis Kimia 4.250.000

Transport ke lokasi 3 lokasi x 10 x 9.800.000

Pengeluaran Lain-lain

a. Pertemuan (diskusi), seminar 1.000.000

b. Publikasi + laporan 2.000.000

Upah/honor :

Ketua 1 orang x 7 bulan 2.100.000

Anggota 3 orang x 7 bulan 3.150.000

Pembantu 2 orang x 7 bulan 1.120.000

Total 30.000.000

EVALUASI MARKA MORFOLOGI DAN

Dokumen terkait