• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diagnosa Keperawatan Post Operas

2.2. Konsep Keperawatan Secara Teoritis 1 Pengkajian

2.2.2. Diagnosa Keperawatan Post Operas

Menurut Merelyn E, Doengoes (2000), diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan Hernia Scrotalis pasca operasi antara lain sebagai berikut:

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya konti-nuitas jaringan dan proses

inflamasi luka operasi

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya keterbatasan rentang gerak dan ketakutan

bergerak akibat dari respon nyeri dan prosedur infasive.

3. Konstipasi berhubungan dengan immobilisasi sekunder akibat post operasi dan efek anastesi

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan akibat prosedur invasive/ tindakan

operatif dan adanya proses inflamasi luka post operasi

5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan nyeri akibat terputusnya

kontinuitas jaringan akibat prosedur invasive dan immobilisasi post operasi

6. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan efek tekanan akibat trauma dan bedah

perbaikan/insisi post operasi

7. Resiko tinggi retensi urine yang berhubungan dengan nyeri, trauma dan penggunaan anestetik

selama pembedahan abdomen

8. Kurang pengetahuan klien dan keluarga: potensial komplikasi Gastrointestinal yang berkenaan

dengan adanya hernia post operasi dan kurangnya informasi. 2.2.3. Intervensi Keperawatan

Dari beberapa diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan Hernia pasca operasi, intervensi pada masing-masing diagnosa antara lain sebagai berikut ( Doengoes : 2000: 137) :

1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya konti-nuitas jaringan, dan proses

inflamasi luka operasi

Tujuan :

Kriteria hasil :

1) Ekspresi wajah pasien rileks dan tidak menahan nyeri

2) Klien menyatakan nyeri berkurang sampai hilang, skala nyeri berkurang

3) Tanda–tanda vital dalam batas normal

Intevensi

a) Monitor tanda–tanda vital pasien sesuai kondisi pasien dan jadwal

Rasional: Tanda-tanda vital merupakan pedoman terhadap perubahan pada kondisi klien dan abnormalitas pada kondisi klien

b) Kaji nyeri meliputi lokasi, frekuensi, kwalitas dan skala nyeri pasien.

Rasional: Mengetahui status nyeri pada klien

c) Posisikan yang nyaman dengan sokong/tinggikan dengan ganjal pada posisi anatomi

ekstremitas yang sakit dan kurangi pergerakan dini pada area luka operasi

Rasional: Latihan aktivitas bertahan mengurangi respon nyeri tapi tetap pertahan kenyamanan klien dan mengurangi rasa nyeri klien

d) Ajarkan tekhnik relaksasi dan dextrasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri saat nyeri muncul

Rasional: Nafas dalam dan tekhnik relaksasi mengurangi nyeri secara bertahap dan dapat dilakukan mandiri.

e) Anjurkan pada keluarga untuk memberikan massase pada area abdomen yang nyeri tapi bukan

area luka operasi.

Rasional: Relaksasi dan pengalihan merupakan rasa mengalihkan rasa nyeri dan menciptakan kenyamanan klien

f) Kolaborasi dengan tim medis dalam program therapy analgetik

Rasional: Program terapi sebagai system kolaboratif dalam menyelesaikan masalah nyeri.

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya keterbatasan rentang gerak dan ketakutan

bergerak akibat dari respon nyeri dan prosedur infasive.

Tujuan :

Intoleransi aktifitas dapat teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan Kriteria hasil :

2) Klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri

3) Klien tidak takut bergerak lagi dan mau beraktivitas mandiri.

Intervensi

a) Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas.

Rasional: Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.

b) Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktifitas.

Rasional: Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan

c) Bantu klien dalam memilih posisi yang nyaman untuk istirahat dan tidur.

Rasional: Membantu klien seperlunya dalam latihan beraktivitas

d) Dorong partisipasi klien dalam semua aktifitas sesuai kemampuan individual.

Rasional: Melatih klien untuk beraktivitas secara mandiri dan meningkatkan kemampuan klien. e) Dorong dukungan dan bantuan keluarga/orang terdekat dalam latihan gerak.

Rasional: Melatih klien beraktivitas dan kemandirian klien dalam memenuhi kebutuhan sehari- hari

f) Berikan lingkungan tenang dan mempertahankan tirah baring.

Rasional: Meningkatkan kenyaman dan kecemasan klien. g) Bantu aktifitas atau ambulasi pasien sesuai dengan kebutuhan

Rasional: Meningkatkan kemandirian klien dalam beraktivitas Memperbaiki kondisi klien

3) Konstipasi berhubungan dengan immobilisasi sekunder akibat post operasi dan efek anastesi

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat BAB secara rutin dan tidak terjadi konstipasi

Kriteria hasil :

1) Pasien bisa BAB minimal 1x dalam sehari

2) Konsistensi feses lunak

3) Nyeri berkurang saat BAB.

4) Tidak ada penumpukan masa feses pada abdomen

Intervensi

a) Kaji dan observasi adanya kesulitan BAB dan masalah dalam BAB pasien

Rasional: Mengetahui masalah dan hambatan dalam pola eliminasi klien

b) Anjurkan pasien untuk alih posisi tiap 2 jam sekali

Rasional: Meningkatkan peristaltik usus dan meningkatkan kemampuan BAB

c) Anjurkan pada pasien untuk minum banyak 1500–3000cc tiap hari dan makanan yang

mengandung serat.

Rasional: Asupan cairan memungkinkan feses lunak dan klien dapat melakukan BAB

d) Anjurkan pada pasien makan makanan yang lunak porsi sedikit-sedikit tapi sering

Rasional: Makanan yang lunak dan berserat sangat mudah dicerna sehingga system pencernaan membaik dan klien mampu BAB

e) Kaji peristaltik usus setiap pagi dan sesuai kondisi klien

Rasional: Peningkatan peristaltic usus mengidentifikasikan adanya kelancaran dalam metabolisme pencernaan

f) Anjurkan pasien menghindari mengejan saat BAB

Rasional: Mengejan saat BAB meningkatkan rasa nyeri pada klien.

4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan akibat prosedur invasive/ tindakan

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi. Kriteria hasil :

1) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi seprti pada luka operasi terdapat pus dan kemerahan, oedem.

2) Tanda–tanda vital dalam batas normalLaboratorium leukosit, dan hemoglobin normal.

3) Luka kering dan menunjukan penyembuhan

Intervensi

a) Observasi tanda–tanda vital pasien sesuai kondisi pasien.

Rasional: Tanda-tanda vital merupakan pedoman terhadap perubahan pada kondisi klien dan abnormalitas pada kondisi klien

b) Kaji adanya tanda–tanda infeksi dan peradangan meliputi adanya kemerahan sekitar luka dan

pus pada luka operasi.

Rasional: Adanya kemerahan, oedem, pus, dan rasa panas pada luka merupakan adanya infeksi pada luka operasi

c) Lakukan medikasi luka steril/bersih tiap hari.

Rasional: Mensterilkan luka dan menjaga luka agar tetap steril/tidak infeksi dan cepat sembuh.

d) Pertahankan tekhnik aseptic antiseptik/kesterilan dalam perawatan luka dan tindakan

keperawatan lainnya.

Rasional: Meningkatkan penyembuhan dan menghindari infeksi pada luka operasi.

e) Jaga personal hygiene pasien.

Rasional: Meningkatkan sterilan pada luka dan personal hygiene klien

f) Manajemen kebersihan lingkungan pasien.

g) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian therapy antibiotik

Rasional: Mempercepat penyembuhan luka agar tidak terjadi infeksi.

5) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan nyeri akibat terputusnya

kontinuitas jaringan akibat prosedur invasive dan immobilisasi post operasi (Doengoes, 2000).

Tujuan :

Kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan. Kriteria hasil :

1) Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin

2) Mempertahankan posisi fungsional

3) Meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit

4) Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas

Intervensi :

a) Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan

Rasional: tirah baring mengistirahatkan muskuloskelektal sehingga aktivitas bertahap tidak kelelahan

b) Tinggikan ekstrimitas yang sakit

Rasional: sebagai relaksasi mmengurangi rasa nyeri dan kenyamanan mobilitas fisik

c) Instruksi klien/bantu dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit.

Rasional: latihan secara bertahap dapat meningkatkan kemandirian klien dalam beraktivitas.

d) Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas

Rasional : keterbatasan gerak dapat dimanfaatkan untuk istirahat dan kenyamanan klien dan latihan bertahap dapat meningkatkan kemampuan klien dalam beraktivitas.

e) Berikan dorongan pada pasien untuk melakukan aktifitas dalam lingkup keterbatasan dan beri

bantuan sesuai kebutuhan. Awasi tekanan darah, nadi dengan melakukan aktivitas

Rasional: untuk meningkatkan kemandirian klien dalam beraktivitas dan mobilisasi, latihan secara bertahap menghindari kelelahan dan injury

f) Ubah posisi secara periodic tiap 2 jam

Rasional: meningkatkan kenyamanan dan keamanan klien dan mencegah dekubitus.

6) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan efek tekanan akibat trauma dan bedah

perbaikan/insisi post operasi (Doengoes, 2000)

Tujuan :

Kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan. Kriteria hasil :

1) Penyembuhan luka sesuai waktu

2) Tidak ada laserasi, integritas kulit baik

Intervensi :

a) Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainage.

Rasional: untuk mengetahui tingkat kerusakan integritas kulit dan derajat keparahan.

b) Monitor tanda-tanda vital dan suhu tubuh pasien

Rasional: tanda-tanda vital untuk memonitor keadaan dan perubahan status kesehatan klien

c) Lakukan perawatan pada luka operasi sesuai dengan jadwal

Rasional: mencegah keparahan dan memperbaiki jaringan kulit yang rusak

d) Lakukan alih posisi dengan sering pertahankan kesejajaran tubuh

Rasional: menghindari dekubitus

Rsional: menghindari adanya decubitus pada klien

f) Gunakan tempat tidur busa atau kasut udara sesuai indikasi

Rsional: menghindari adanya decubitus pada klien

g) Kolaborasi pemberian antibiotic

Rasional : mempercepat proses penyembuhan luka operasi dan decubitus.

7) Resiko tinggi retensi urine yang berhubungan dengan nyeri, trauma dan penggunaan anestetik

selama pembedahan abdomen.

Tujuan :

Tidak terjadi retensi urine dan klien mampu memenuhi keutuhan eliminasi urine dan tidak nyeri saat BAK.

Kriteria hasil :

1) Dalam 8-10 jam pembedahan, pasien berkemih tanpa kesulitan.

2) 100 ml setiap berkemih dan adekuatHaluaran urine (kira-kira 1000-1500 ml) selama periode

24 jam. Intervensi

a) Kaji dan catat distensi suprapubik atau keluhan pasien tidak dapat berkemih.

Rasional: untuk mengetahui masalah dan kelainan dalam pola eliminasi urine klien

b) Pantau haluaran urine dan endapan darah pada urine

Rasional: mengetahui jumlah urine yang keluar mencegah adanya dehidrasi dan overhidrasi dan masalah dalam pola eliminasi klien

c) Anjurkan klien BAB agar tigak mengejan

Rasional: mengejan saat BAK akan meningkatkan rasa nyeri

Rasional: untuk meningkatkan kemandirian dalam eliminasi urine

8) Kurang pengetahuan klien dan keluarga: potensial komplikasi Gastrointestinal yang berkenaan

dengan adanya hernia post operasi dan kurangnya informasi Tujuan:

Keluarga mampu merawat mengenal masalah hernia dan pencegahan komplikasi dan perawatan pasien post operasi.

Kriteria hasil:

1) Keluarga mampu menyebutkan mengenai masalah hernia.

2) Keluarga mampu menyebutkan perawatan hernia.

Intervensi:

a) Kaji pengetahuan keluarga tentang pengertian, tanda gejala, penyebab dan perawatan hernia.

Rasional: mengetahui tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit yang diderita klien

b) Diskusikan dengan keluarga tentang komplikasi hernia.

Rasional: agar keluarga memahami bagaimana pencegahan komplikasi dan perawatan setelah operasi

c) Evaluasi semua hal yang telah dilakukan bersama keluarga.

Rasional: agar keluarga memahami bagaimana pencegahan komplikasi dan perawatan setelah oparasi

d) Beri penyuluhan pada klien dan keluarga tentang penyakit hernia

BAB III

Dokumen terkait