• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stroke Iskemik

2.1.5 Diagnosis Stroke Iskemik

Untuk mendiagnosis kasus stroke, idealnya dengan observasi klinis sindrom/kumpulan gejala dan perjalanan penyakit, serta karakteristik patofisiologi dan mekanisme penyakit yang dikonfirmasi dengan data-data patologis, laboratoris, elektrofisiologi, genetik, atau radiologis13.

1. Pemeriksaan radiologis a. CT-Scan

Pada kasus stroke, CT-Scan dapat menentukan dan memisahkan antara jaringan otak yang infark dan daerah penumbra. Selain itu, alat ini bagus juga untuk menilai kalsifikasi jaringan. Berdasarkan beberapa studi terakhir, CT-Scan dapat mendeteksi lebih dari 90% kasus stroke iskemik, dan menjadi baku emas dalam diagnosis stroke13,16.

b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Secara umum lebih sensitif dibandingkan CT-Scan. MRI juga dapat digunakan pada kompresi spinal. Kelemahan alat ini adalah tidak dapat mendeteksi adanya emboli paru, udara bebas dalam peritoneum dan fraktur. Kelemahan lainnya adalah prosedur pemeriksaan yang lebih rumit dan lebih lama, hanya sedikit sekali rumah sakit yang mempunyai, harga pemeriksaan yang sangat mahal serta tidak dapat dipakai pada pasien yang memakai alat pacemaker jantung dan alat bantu pendengaran13,16.

2. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada stroke akut meliputi beberapa parameter yaitu hematologi lengkap, kadar gula darah, elektrolit, ureum, kreatinin, profil lipid, enzim jantung, analisis gas darah, protrombin time (PT) dan activated thromboplastin time (aPTT), kadar fibrinogen serta D-dimer. Polisitemia vera dan trombositemia esensial merupakan kelainan darah yang dapat menyebabkan stroke. Polisitemia, nilai hematokrit yang tinggi menyebabkan hiperviskositas dan mempengaruhi darah otak. Trombositemia meningkatkan kemungkinan terjadinya agregasi dan terbentuknya trombus.

Kadar glukosa darah untuk mendeteksi adanya hipoglikemia dan hiperglikemia dimana dapat dijumpai gejala neurologis. Pemeriksaan elektrolit bertujuan

mendeteksi gangguan natrium, kalium, kalsium, fosfat dan magnesium yang semuanya dapat menyebabkan depresi susunan saraf pusat. Analisis gas darah perlu dilakukan untuk mendeteksi penyebab metabolik, hipoksia dan hiperkapnia. Profil lipid dan enzim jantung untuk menilai faktor resiko stroke.

PT dan aPTT untuk menilai aktivitas koagulasi serta monitoring terapi.

Sedangkan D-dimer diperiksa untuk mengetahui aktivitas fibrinolisis2,13,15,22. 2.2. Trombosit

2.2.1. Produksi Trombosit

Trombosit dihasilkan dalam sumsum tulang melalui fragmentasi sitoplasma megakariosit8,25,26. Prekursor megakariosit, megakarioblast, muncul melalui proses diferensiasi dari sel induk hemopoietik. Megakariosit mengalami pematangan dengan replikasi inti endomitotik yang sinkron, memperbesar volume sitoplasma sejalan dengan penambahan lobus inti menjadi kelipatan duanya25. Pada berbagai stadium perkembangannya (paling banyak pada stadium inti delapan), sitoplasma menjadi granular dan trombosit dilepaskan. Produksi trombosit mengikuti pembentukan mikrovesikel dalam sitoplasma sel yang menyatu membentuk membran pembatas trombosit. Tiap sel megakariosit bertanggung jawab untuk menghasilkan sekitar 4000 trombosit8,25. Interval waktu semenjak diferensiasi sel induk manusia sampai produksi trombosit berkisar sekitar 10 hari25,27.

Trombopoietin adalah pengatur utama produksi trombosit dan dihasilkan oleh hati dan ginjal2,8,25. Trombosit mempunyai reseptor untuk trombopoietin (C-MPL) dan mengeluarkannya dari sirkulasi, karena itu kadar trombopoietin tinggi pada trombositopenia akibat aplasia sumsum tulang dan sebaliknya.

Trombopoietin meningkatkan jumlah dan kecepatan maturasi megakariosit2,25. Jumlah trombosit mulai meningkat 6 hari setelah dimulainya terapi dan tetap tinggi selama 7-10 hari25,26. Interleukin-11 (IL-11) juga dapat meningkatkan trombosit dalam sirkulasi25,28.

2.2.2. Struktur Trombosit

Glikoprotein permukaan sangat penting dalam reaksi adhesi dan agregasi trombosit25,27. Adhesi pada kolagen difasilitasi oleh glikoprotein Ia (GPIa)25,26. Glikoprotein Ib dan IIb/IIIa penting dalam perlekatan trombosit pada faktor von Willebrand (vWF) dan subendotel vaskular25,27,29. Reseptor IIb/IIIa juga merupakan reseptor untuk fibrinogen yang penting dalam agregasi

trombosit-Membran plasma berinvaginasi ke bagian dalam trombosit untuk membentuk suatu sistem membran (kanalikular) terbuka yang menyediakan permukaan reaktif yang luas tempat protein koagulasi plasma diabsorpsi secara selektif. Fosfolipid membran (faktor trombosit 3) sangat penting dalam konversi faktor koagulasi X menjadi Xa dan protrombin (faktor II) menjadi trombin (faktor IIa)25,26,30,31.

2.2.3. Antigen Trombosit

Beberapa protein permukaan trombosit telah terbukti merupakan antigen penting dalam autoimunitas yang spesifik terhadap trombosit dan disebut sebagai antigen trombosit manusia (human platelet antigen, HPA). Pada sebagian besar kasus, terdapat dua alel berbeda, yang disebut alel a atau b, misalnya HPA-1a.

Trombosit juga mengekspresikan antigen ABO dan antigen leukosit manusia (human leucocyte antigen, HLA) kelas I, tetapi tidak mengekspresikan HLA kelas II25.

2.2.4. Fungsi Trombosit

Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbat mekanik selama respons hemostasis normal terhadap cedera vaskular25,32. Tanpa trombosit, dapat terjadi kebocoran darah spontan melalui pembuluh darah kecil25. Reaksi trombosit berupa adhesi, sekresi, agregasi, dan fusi serta aktivitas prokoagulannya sangat penting untuk fungsinya5,25.

Adhesi dan agregasi trombosit sebagai respons terhadap cedera vaskular Setelah cedera pembuluh darah, trombosit melekat pada jaringan ikat subendotel yang terbuka25,32,33. Mikrofibril subendotel mengikat multimer vWF yang lebih besar, yang berikatan dengan kompleks Ib membran trombosit25,34. Di bawah pengaruh shear stress, trombosit bergerak di sepanjang permukaan pembuluh darah sampai GPIa/IIa (integrin α2β1) mengikat kolagen dan menghentikan translokasi8,25,26,33. Setelah adhesi, trombosit menjadi lebih sferis dan menonjolkan pseudopodia-pseudopodia panjang, yang memperkuat interaksi antar trombosit yang berdekatan25,26,33. Aktivasi trombosit kemudian dicapai melalui glikoprotein IIb/IIIa (integrin αIIbβ3) yang mengikat fibrinogen untuk menghasilkan agregasi trombosit8,25,26,34. Kompleks reseptor IIb/IIIa juga membentuk tempat pengikatan sekunder dengan vWF yang menyebabkan adhesi lebih lanjut8,25,27.

Faktor von Willebrand (vWF) terlibat dalam adhesi trombosit pada dinding pembuluh darah dan pada trombosit lain (agregasi)25,34. vWF juga membawa

faktor VIII yang merupakan molekul multimerik besar yang kompleks (berat molekul (BM) 0,8-20 x 106) yang tersusun atas beberapa rantai subunit yang bervariasi dari dimer (BM 5 x 105) sampai multimer (BM 20 x 106) yang terikat dengan ikatan disulfida. vWF dikode oleh suatu gen pada kromosom 12 dan disintesis oleh sel endotel dan megakariosit. vWF disimpan dalam badan Weibel-Palade pada sel endotel dan dalam granula α yang spesifik untuk trombosit25,26,32. Pelepasan vWF dari sel endotel terjadi di bawah pengaruh beberapa hormon.

Stress dan olahraga atau pemberian infus adrenalin atau desmopresin (1-deamino-8-D-arginin vasopresin, DDAVP) menyebabkan peningkatan yang cukup besar dalam kadar vWF dalam darah25,33.

Reaksi pelepasan trombosit

Pemajanan kolagen atau kerja trombin menyebabkan sekresi isi granula trombosit, yang meliputi ADP, serotonin, fibrinogen, enzim lisosom, β-tromboglobulin, dan faktor penetral heparin (faktor trombosit, faktor trombosit

4)25,33,35,36. Kolagen dan trombin mengaktifkan sintesis prostaglandin

trombosit25,26,27,36. Terjadi pelepasan diasilgliserol (yang mengaktifkan fosforilasi protein melalui protein kinase C) dan inositol trifosfat (yang menyebabkan pelepasan ion kalsium intrasel) dari membran, yang menyebabkan pembentukan suatu senyawa yang labil yaitu tromboksan A2, yang menurunkan kadar adenosin monofosfat siklik (cAMP) dalam trombosit serta mencetuskan reaksi pelepasan25,28. Tromboksan A2 tidak hanya memperkuat agregasi trombosit, tetapi juga mempunyai aktivitas vasokonstriksi yang kuat25,26,28. Reaksi pelepasan dihambat oleh zat-zat yang meningkatkan kadar cAMP trombosit8,25,26,33. Salah satu zat yang berfungsi demikian adalah prostasiklin (PGI2) yang disintesis oleh sel endotel vaskular8,25,33. Prostasiklin merupakan inhibitor agregasi trombosit yang kuat dan mencegah deposisi trombosit pada endotel vaskular normal25.

Agregasi trombosit

ADP dan tromboksan A2 yang dilepaskan menyebabkan makin banyak trombosit yang beragregasi pada tempat cedera vaskular25,26,33,37. ADP menyebabkan trombosit membengkak dan mendorong membran trombosit pada trombosit yang berdekatan untuk melekat satu sama lain25,26,38. Bersamaan dengan itu, terjadi reaksi pelepasan lebih lanjut yang melepaskan lebih banyak ADP dan tromboksan A2 yang menyebabkan agregasi trombosit sekunder25,26,28. Proses

umpan balik positif ini menyebabkan terbentuknya massa trombosit yang cukup besar untuk menyumbat daerah kerusakan endotel5,25.

Aktivitas prokoagulan trombosit

Setelah agregasi trombosit dan pelepasan tersebut, fosfolipid membran yang terpajan (faktor trombosit, platelet faktor 3) tersedia untuk dua jenis reaksi dalam kaskade koagulasi, yang bergantung pada ion kalsium25,27. Reaksi pertama (tenase) melibatkan faktor IXa, VIIIa, dan X dalam pembentukan faktor Xa. Reaksi kedua (protrombinase) menghasilkan pembentukan trombin dari interaksi faktor Xa, Va, dan protrombin (II). Permukaan fosfolipid membentuk cetakan yang ideal untuk konsentrasi dan orientasi protein-protein tersebut yang penting25,26,27.

Agregasi trombosit irreversibel

Konsentrasi ADP yang tinggi, enzim yang dilepaskan selama reaksi pelepasan, dan protein kontraktil trombosit menyebabkan fusi yang irreversibel pada trombosit-trombosit yang beragregasi pada lokasi cedera vaskular25,26,38. Trombin juga mendorong terjadinya fusi trombosit, dan pembentukan fibrin memperkuat stabilitas sumbat trombosit yang terbentuk3,25,26.

Faktor pertumbuhan

PDGF yang ditemukan dalam granula spesifik merangsang sel-sel otot polos vaskular untuk memperbanyak diri, dan ini dapat mempercepat penyembuhan vaskular setelah cedera3,25.

Gambar 2. Mekanisme kerja trombosit

2.3. Agregasi Trombosit

Proses agregasi adalah suatu proses yang menyebabkan trombosit saling melekat satu sama lain5. Pemeriksaan agregasi trombosit merupakan salah satu uji dalam laboratorium untuk menilai faal trombosit, terutama pada pasien dengan jumlah trombosit yang normal tetapi disertai perdarahan atau pasien dengan trombosit yang normal dengan kecenderungan mengalami trombosis5,39.

Agregasi trombosit dapat meningkat pada beberapa keadaan seperti uremia, paraproteinemia, diabetes melitus, hiperlipoproteinemia, pemakai kontrasepsi hormonal, dan perokok5,7. Pada uremia dilaporkan terjadinya perdarahan akibat gangguan fungsi trombosit yang disebabkan akumulasi metabolik toksik5. Peningkatan kadar imunoglobulin yang disebabkan paraproteinemia, menyebabkan gangguan fungsi trombosit karena adanya interaksi antara paraprotein dengan membran glikoprotein dari trombosit yang mengakibatkan gangguan ikatan trombosit dengan fibrinogen dan faktor von Willebrand5. Pada penderita diabetes melitus terdapat prostaglandin E-like material meningkat yang menyebabkan sintesa tromboksan lebih banyak juga pembentukan prostaglandin I2

(PGI2) berkurang5,40. Kedua keadaan tersebut akan menginduksi agregasi trombosit. Hiperlipoproteinemia yang disebabkan peningkatan kadar kolesterol dapat merubah karakteristik trombosit menjadi lebih aktif. Kontrasepsi hormonal meningkatkan agregasi trombosit yang kemungkinan disebabkan oleh estrogen.

Pada perokok, nikotin menghambat sintesa PGI2 yang menyebabkan hambatan terhadap agregasi trombosit5,19.

Obat yang dapat menghambat agregasi trombosit antara lain aspirin, sulphinpyrazone, dipiridamol, thienopyridine clopidogrel, glycoprotein blokers seperti abciximab dan dekstran5. Aspirin dan sulphinpyrazone mengurangi aktivasi trombosit dengan menghambat kerja siklooksigenase, sehingga sintesa prostaglandin dan tromboksan A2 menjadi terhambat5,35. Hambatan yang terjadi akibat pemakaian aspirin bersifat irreversibel karena berlangsung seumur hidup trombosit. Dekstran dan abciximab menghambat agregasi trombosit dengan menduduki reseptor glikoprotein (GP)5. Dipiridamol menghambat kerja fosfodiesterase, sehingga terjadi peningkatan siklik AMP yang menghambat reaksi penglepasan5,35. Thienopyridine clopidogrel bekerja menduduki reseptor platelet adenosin5.

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian dilakukan dengan observasional analitik dengan cara cross sectional (potong lintang). Pengambilan sampel dengan cara consecutive sampling, dimana jumlah sampel dibatasi minimal sesuai perkiraan jumlah sampel atau sampai batas waktu pengumpulan sampel yang ditetapkan. Pengukuran variabel dilakukan hanya satu kali.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian direncanakan dilakukan mulai bulan Februari 2011 sampai dengan Juni 2011 di Divisi Hematologi Onkologi Medik Departemen Penyakit Dalam dan Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik dan RS Pirngadi Medan.

3.3. Subjek Penelitian

Pasien-pasien stroke iskemik yang berobat ke Divisi Hematologi Onkologi Medik Departemen Penyakit Dalam dan Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik dan RS Pirngadi Medan.

3.4. Kriteria Inklusi

a. Pasien dengan bukti stroke iskemik (telah di Head CT-Scan) b. Laki-laki dan perempuan usia di atas 40 tahun

c. Pasien sebelumnya tidak mengkonsumsi obat-obat yang dapat mempengaruhi agregasi trombosit (aspirin, clopidogrel, dll)

3.5. Kriteria Eksklusi

a. Pasien yang alergi terhadap aspirin b. Pasien dengan stroke hemoragik c. Pasien gagal ginjal kronik

d. Pasien yang menggunakan kontrasepsi hormonal e. Pasien dengan riwayat perdarahan herediter f. Pasien yang tidak bersedia ikut dalam penelitian 3.6. Besar Sampel

Perkiraan besar sampel :

Rumus yang digunakan : n1 = n2 =

2

(Zα + Z) S 2

(x1-x2)

Dimana:

n = jumlah sampel.

Zα = deviat baku alpa. Untuk α = 0,05 → Zα = 1,96.

Z = deviat baku beta. Untuk  = 0,10 → Z = 1,282.

x1-x2= beda rerata yang bermakna = 1,5

S = simpangan baku agregasi trombosit = 1,141 Jumlah sampel yang dibutuhkan:

(1,96 +1,282) 1,1 2

a. Prosedur pengambilan data

1. Pasien stroke di Divisi Hematologi Onkologi Medik Departemen Penyakit Dalam dan Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik dan RS Pirngadi Medan.

2. Dilakukan pemeriksaan CT-Scan kepala pada pasien stroke.

3. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi diambil sebagai subjek penelitian.

4. Subjek yang memenuhi kriteria telah mengkonsumsi anti agregasi yaitu aspirin selama ≥4 minggu dan dilakukan pemeriksaan agregasi trombosit, dilihat hasilnya.

b. Analisa data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan perhitungan statistik. Untuk melihat perbandingan agregasi trombosit pada pasien stroke yang telah diberikan anti agregasi trombosit digunakan uji Chi-Square. Dikatakan bermakna apabila p < 0,05

c. Definisi operasional

1. Stroke iskemik adalah sekumpulan tanda klinik yang berkembang oleh sebab vaskular, disebabkan oleh trombosis, emboli dan hipoperfusi sistemik, berlangsung 24 jam atau lebih; pada umumnya terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak, yang menyebabkan cacat atau kematian13. Pada gambaran CT-Scan kepala, terdapat penurunan densitas dibandingkan dengan otak normal.

2. CT-Scan otak merupakan proses pemeriksaan radiologi untuk melihat kelainan pada otak.

3. Pemeriksaan agregasi trombosit merupakan salah satu uji dalam laboratorium untuk menilai faal trombosit, dapat dengan makroskopik, mikroskopik, dan menggunakan analyzer. Pemeriksaan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan analyzer berdasarkan perubahan transmisi cahaya.

3.8. Ethical Clearance dan informed consent

Ethical clearance (izin untuk melakukan penelitian) diperoleh dari Komite Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang ditanda tangani oleh Prof. Dr. Sutomo Kasiman, SpPD, SpJP (K) pada tanggal 20 April 2011 dengan Nomor surat 100/ KOMET/FK USU/2011.

Informed consent diminta secara tertulis dari subjek penelitian yang bersedia untuk ikut dalam penelitian setelah mendapatkan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian ini.

3.9. Kerangka Operasional

Pasien stroke Divisi Hematologi Onkologi Medik dan Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik dan RS Pirngadi Medan.

CT-Scan otak

Terapi anti agregasi (aspilet ≥4 minggu) Stroke iskemik

Test agregasi trombosit

Tidak ada penurunan agregasi trombosit Test agregasi trombosit

Penurunan agregasi trombosit

Stroke iskemik

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Karakteristik dasar populasi penelitian

Selama periode seleksi penelitian diperoleh sebanyak 32 subjek penelitian yang lolos kriteria inklusi dan eksklusi. Kelompok pasien stroke iskemik yang diberikan anti agregasi trombosit dan kelompok pasien stroke iskemik kasus baru direkrut dan selanjutnya dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan agregasi trombosit pada seluruh sampel penelitian. Masing-masing kelompok terdiri 16 orang.

32 subjek penelitian

16 pasien stroke iskemik yang diberikan anti agregasi trombosit

16 pasien stroke iskemik kasus baru yang belum diberikan anti agregasi

Anamnesis, pemeriksaan fisik dan agregasi trombosit

Hasil analisis

Gambar 3. Alur penelitian

Tabel 1. Data karakteristik dasar kelompok stroke iskemik yang diberikan terapi anti agregasi dan kelompok stroke iskemik kasus baru

Kelompok stroke iskemik yang diberikan

terapi anti agregasi

Kelompok stroke

iskemik kasus baru P

Usia (tahun) 57.06±12.304 63.13±13.980 0.203

Berat badan (kg) 62.50±8.017 61.31±6.829 0.655

Tinggi badan (m) 1.61±0.046 1.62±0.033 0.793

Indeks massa tubuh 24.0087±2.52127 23.4881±2.50741 0.562

TDs 153.75±19.621 152.50±18.074 0.853

TDd 90.00±14.142 91.88±11.673 0.685

KGD adrandom 160.25±51.525 137.56±34.756 0.155

Kolesterol 178.31±43.188 181.38±40.173 0.837

Trigliserida 122.56±35.870 137.00±50.529 0.359

HDL 43.25±10.421 44.88±13.195 0.702

LDL 121.44±29.478 113.88±26.525 0.452

TDs: tekanan darah sistolik; TDd: tekanan darah diastolik; KGD: kadar gula darah; HDL:

high density lipoprotein; LDL: low density lipoprotein

Tabel 2. Data kelompok stroke iskemik yang diberikan anti agregasi dan kelompok stroke iskemik kasus baru berdasarkan jenis kelamin

Kelompok stroke

Semua parameter karakteristik dasar yang diperoleh pada masing-masing kelompok penelitian tersebut dengan uji Kolmogorov-Smirnov memiliki sebaran data yang terdistribusi normal. Untuk membandingkan parameter karakteristik dasar diantara kedua kelompok digunakan uji t tidak berpasangan. Keseluruhan data karakteristik dasar tertera pada tabel 1 dan 2 di atas. Tidak ditemukan perbedaan yang bermakna pada seluruh parameter yang diuji (p> 0.05).

4.2. Perbandingan agregasi trombosit antara kelompok stroke iskemik yang diberikan anti agregasi dan kelompok stroke iskemik kasus baru

Dengan menggunakan uji Chi-Square ditemukan perbedaan bermakna pada nilai agregasi trombosit diantara kedua kelompok penelitian (dengan p=0.029, diperlihatkan pada tabel 3).

Tabel 3. Perbandingan agregasi trombosit antara kelompok stroke iskemik yang diberikan anti agregasi dan kelompok stroke iskemik kasus baru

Kelompok stroke iskemik yang diberikan

terapi anti agregasi

Kelompok stroke

iskemik kasus baru P n (%) n (%)

Agregasi trombosit :

 Rendah 2 (6,3%) 0 (0%)

 Meningkat 7 (21,9%) 14 (43,8%) 0,029

 Normal 7 (21,9%) 2 (6,3%)

4.3. Perbandingan agregasi trombosit antara kelompok hipertensi dan non hipertensi

Dengan menggunakan uji Chi-Square tidak ditemukan perbedaan bermakna pada nilai agregasi trombosit diantara kedua kelompok penelitian berdasarkan faktor risiko hipertensi (dengan p=0.602, diperlihatkan pada tabel 4).

Tabel 4. Perbandingan agregasi trombosit antara kelompok hipertensi dan non hipertensi

Agregasi trombosit p

rendah meningkat normal n (%) n (%) n (%) Hipertensi 2 (6,3%) 16 (50%) 6 (18,8%)

0,602 Non hipertensi 0 (0%) 5 (15,6%) 3 (9,4%)

4.4. Perbandingan agregasi trombosit antara kelompok diabetes mellitus dan non diabetes mellitus

Dengan menggunakan uji Chi-Square tidak ditemukan perbedaan bermakna pada nilai agregasi trombosit diantara kedua kelompok penelitian berdasarkan faktor risiko diabetes mellitus (dengan p=0.212, diperlihatkan pada tabel 5).

Tabel 5. Perbandingan agregasi trombosit antara kelompok diabetes mellitus dan non diabetes mellitus

Agregasi trombosit p

rendah meningkat normal n (%) n (%) n (%) Diabetes mellitus 0 (0%) 2 (6,3%) 3 (9,4%)

0,212 Non diabetes mellitus 2 (6,3%) 19 (59,4%) 6 (18,8%)

4.5. Perbandingan agregasi trombosit antara kelompok dislipidemia dan non dislipidemia

Dengan menggunakan uji Chi-Square tidak ditemukan perbedaan bermakna pada nilai agregasi trombosit diantara kedua kelompok penelitian berdasarkan faktor risiko dislipidemia (dengan p=0.369, diperlihatkan pada tabel 6).

Tabel 6. Perbandingan agregasi trombosit antara kelompok dislipidemia dan non dislipidemia

Agregasi trombosit p

rendah meningkat normal n (%) n (%) n (%) Dislipidemia 0 (0%) 3 (9,4%) 3 (9,4%)

0,369 Non dislipidemia 2 (6,3%) 18 (56,3%) 6 (18,8%)

BAB 5 PEMBAHASAN

Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab kematian sesudah penyakit jantung pada sebagian besar negara di dunia1. Faktor risiko stroke ada yang tidak dapat diubah, tetapi ada yang dapat dimodifikasi dengan perubahan gaya hidup atau secara medik1,4,16. Stroke dapat dicegah dengan memanipulasi faktor-faktor risikonya4,13.

Beberapa penelitian mengemukakan bahwa adanya hubungan peningkatan agregasi trombosit dengan terjadinya stroke iskemik. Dalam penelitian Giovanni D'Andrea, dkk terhadap 48 pasien stroke iskemik (onset gejala ± 24 jam) dan 17 kontrol orang sehat ditemukan bahwa terjadi peningkatan agregasi trombosit pada pasien stroke dibandingkan dengan kontrol orang sehat41. Smout J, dkk meneliti 17 pasien yang dalam 24 jam mengalami stroke isemik dan sebagai perbandingan adalah 18 orang sehat, didapatkan peningkatan agregasi trombosit pada pasien stroke iskemik dibandingkan kontrol42. Untuk itu diperlukan pemeriksaan awal agregasi trombosit yang berperan penting dalam patogenesis trombosis akut pada stroke iskemik.

Hasil dari penelitian cross sectional ini ditemukan perbedaan yang bermakna pada nilai agregasi trombosit diantara kedua kelompok penelitian. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Boysen dkk didapatkan penghambatan agregasi trombosit pada 19 dari 23 pasien yang diberikan 50-75 mg aspirin setiap hari pada kasus stroke.

Weksler dkk mendapatkan adanya penurunan agregasi trombosit pada kasus stroke iskemik dengan pemberian aspirin dosis rendah sebesar 40mg setelah 3 sampai 7 hari pada 23 pasien. Sebaliknya pada penelitian oleh Svensson dan Samuelsson didapatkan bahwa 3 dari 9 pasien dengan stroke iskemik sebelumnya yang diberikan aspirin 50 mg setiap hari gagal mengalami penurunan agregasi trombosit. Kemungkinan penyebab adanya variasi individual terhadap pemberian aspirin termasuk adanya perbedaan absorbsi dari obat pada masing-masing individu, tingkat deasetilasi dari aspirin pada plasma dan hati, nilai turnover dari trombosit dan kemungkinan adanya resistensi aspirin41.

Bila ditinjau dari faktor risiko hipertensi, diabetes mellitus dan dislipidemia tidak ditemukan perbedaan yang bermakna dari agregasi trombosit pada stroke iskemik yang diberikan anti agregasi dan stroke iskemik kasus baru.

Banyak peneliti melaporkan bahwa penyumbatan pembuluh darah otak dan jantung sering terjadi akibat hiperaktivitas fungsi trombosit. Hiperaktivitas trombosit dapat meningkatkan agregasi trombosit yang menimbulkan trombosis, akibatnya pembuluh darah menjadi tersumbat5. Salah satu cara untuk menilai fungsi trombosit dengan memeriksa agregasi trombosit5,6. Agregasi trombosit memegang peranan penting dalam patogenese trombosis akut pada penyakit jantung koroner, stroke, dan penyakit arteri perifer6,7. Pemeriksaan agregasi trombosit bertujuan mendeteksi abnormalitas fungsi trombosit5,6. Hasil pengukuran agregasi trombosit yang meningkat merupakan salah satu faktor untuk menilai perkembangan trombosis dan progresivitas aterosklerosis vaskular9. Pada orang sehat meningkatnya agregasi trombosit sesuai dengan bertambahnya umur dan hal tersebut berhubungan dengan perkembangan aterosklerosis9,10.

Agregasi trombosit dapat meningkat pada beberapa keadaan seperti uremia, paraproteinemia, diabetes melitus, hiperlipoproteinemia, pemakai kontrasepsi hormonal, dan perokok5,7. Pada uremia dilaporkan terjadinya perdarahan akibat gangguan fungsi trombosit yang disebabkan akumulasi metabolik toksik5. Peningkatan kadar imunoglobulin yang disebabkan paraproteinemia, menyebabkan gangguan fungsi trombosit karena adanya interaksi antara paraprotein dengan membran glikoprotein dari trombosit yang mengakibatkan gangguan ikatan trombosit dengan fibrinogen dan faktor von Willebrand5. Pada penderita diabetes melitus terdapat prostaglandin E-like material meningkat yang menyebabkan sintesa tromboksan lebih banyak juga pembentukan prostaglandin I2 (PGI2) berkurang5,40. Kedua keadaan tersebut akan menginduksi agregasi trombosit.

Hiperlipoproteinemia yang disebabkan peningkatan kadar kolesterol dapat merubah karakteristik trombosit menjadi lebih aktif. Kontrasepsi hormonal meningkatkan agregasi trombosit yang kemungkinan disebabkan oleh estrogen. Pada perokok, nikotin menghambat sintesa PGI2 yang menyebabkan hambatan terhadap agregasi trombosit5,19.

Adanya keterbatasan studi ini adalah kecilnya jumlah subjek yang ikut serta dalam penelitian ini sehingga hasil penelitian ini perlu diinterpretasikan secara lebih hati-hati.

Selain itu peneliti tidak melakukan matching pada kedua kelompok pasien dan pasien-pasien pada kedua kelompok bukan merupakan pasien-pasien yang sama.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Dari hasil yang ditemukan pada penelitian ini dan pembahasannya dapat diajukan kesimpulan sebagai berikut: Ditemukan perbedaan yang bermakna pada agregasi trombosit antara pasien stroke iskemik yang diberikan anti agregasi dengan pasien stroke iskemik kasus baru.

6.2 SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang melibatkan sampel yang lebih besar dan metodologi yang lebih baik di masa yang akan datang untuk memastikan adanya hubungan antara faktor resiko hipertensi, diabetes mellitus dan dislipidemia dengan

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang melibatkan sampel yang lebih besar dan metodologi yang lebih baik di masa yang akan datang untuk memastikan adanya hubungan antara faktor resiko hipertensi, diabetes mellitus dan dislipidemia dengan

Dokumen terkait