• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diagnosis Stroke

Dalam dokumen ANALISIS COST EFFECTIVENESS (Halaman 48-52)

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Stroke .1 Definisi .1 Definisi

2.3.7 Diagnosis Stroke

Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan perjalanan penyakit dan hasil pemeriksaan fisik. Perjalanan penyakit yang dimaksud adalah riwayat penyakit pasien sedangkan pemeriksaan fisik berfungsi untuk membantu menentukan lokasi kerusakan otak. Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan yaitu glasgow coma scale (GCS), respon pupil, denyut nadi, tekanan darah, frekuensi pernapasan, dan suhu (Junaidi, 2004).

Pada pasien stroke perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan yang diperiksa meliputi kadar glukosa darah (sewaktu, puasa, 2 jam setelah makan);

elektrolit, analisa gas darah, hematologi lengkap, kadar ureum, kreatinin, enzim jantung, prothrombine time (PT) dan activated partial thromboplastin time (aPTT).

2.3.7.1 Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah

Pemeriksaan kadar glukosa darah untuk mendeteksi adanya hipoglikemia maupun hiperglikemia, karena pada kedua keadaan ini dapat dijumpai gejala neurologis. Batasan hipoglikemia adalah 45 atau 50 mg/dL. Gejala hipoglikemia dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu neuroglikopeni dan neurogenik. Gejala neuroglikopeni adalah efek langsung susunan saraf pusat terhadap kekurangan glukosa meliputi perubahan perilaku, bingung, lemah, kejang dan hilangnya kesadaran dan bila terjadi hipoglikemia berat akan menyebabkan kematian.

Neurogenik merupakan keadaan gawat darurat yang menyebabkan penurunan

tekanan darah karena sirkulasi darah yang tidak normal. Selain penurunan tekanan darah, syok neurogenik juga akan mengakibatkan lemahnya detak jantung dan penurunan suhu tubuh. Hal tersebut akan menimbulkan gejala pusing, mual, muntah, pandangan kosong, pingsan, mengeluarkan banyak keringat, gelisah, dan kulit pucat (Setiabudy, 2018).

2.3.7.2 Pemeriksaan Elektrolit

Pemeriksaan elektrolit ditujukan untuk mendeteksi adanya gangguan elektrolit (natrium, kalium, kalsium, fosfat dan magnesium). Jika hiponatremia mengakibatkan hipoosmolalitas, maka sel otak mengalami over hidrasi sehingga menyebabkan sakit kepala, bingung dan kematian. Sebaliknya jika terjadi hipernatremia mengakibatkan hiperosmolalitas, maka sel otak mengalami dehidrasi sehingga menyebabkan rasa haus yang tinggi, mental confusion, dan koma. Kelainan kalium baik hiperkalemia maupun hipokalemia menghasilkan depresi saraf perifer dengan manifestasi utama kelemahan otot. Kelainan magnesium dan kalsium menyebabkan depresi susunan saraf pusat dan perifer.

2.3.7.3 Pemeriksaan Analisa Gas Darah

Pemeriksaan analisa gas darah juga perlu dilakukan untuk mendeteksi asidosis metabolik, hipoksia, dan hiperkapnia yang menyebabkan gangguan neuro logis. Pada pemeriksaan analisa gas darah dapat dijumpai myoclonus (kondisi di mana tubuh mengalami kedutan atau kejang singkat dan tiba-tiba); edema papil (kondisi pembengkakan saraf mata yang sifatnya serius) dan edema serebri yang terjadi akibat tekanan oksigen menurun sehingga mengakibatkan perdarahan diretina, neuropati, gangguan sensorik dan gangguan perilaku (Setiabudy, 2018).

2.3.7.4 Pemeriksaan Hematologi Lengkap

Pemeriksaan hematologi lengkap dapat diperoleh data tentang kadar hemoglobin, hematokrit, eritrosit, leukosit, trombosit dan morfologi darah merah.

Menurut laporan Arboix, stroke iskemik salah satu manifestasi pertama dari trombositemia essensial. Pada pemeriksaan lebih dari 1.000.000/µL dan dapat ditemukan trombosit dengan morfologi abnormal seperti bentuk bizar (bentuk aneh), giant platelet, heavy granulation (Arboix, 1995).

2.3.7.5 Pemeriksaan aPTT dan PT

Faktor yang menyebabkan terjadinya stroke yaitu terjadinya gangguan hemostasis atau koagulasi didalam darah. Salah satu pemeriksaan ganguan hemostasis yaitu pemeriksaan aPTT dan PT. Pemeriksaan aPTT dan PT sebagai titik awal untuk menyelidiki perdarahan yang berlebihan atau gangguan pembekuan, sehingga diperoleh petunjuk penyebab gangguan pembekuan atau perdarahan apakah diperlukan pemeriksaan lebih lanjut atau tidak. Pemeriksaan aPTT dan PT untuk menilai pembentukan trombin (Rand, M.L dan Robert K.M.

(2013).

Pemeriksaan aPTT digunakan untuk menguji pembekuan darah melalui jalur intrinsik dan jalur bersama yaitu faktor pembekuan XII, prakalikren, kininogen, V, VIII, IX, X, XI, prothromin dan fibrinogen. Prinsip pemeriksaan ini adalah mengukur lamanya terbentuk bekuan bila ke dalam plasma ditambahkan reagens thromboplastin parsial dan aktifator serta ion kalsium pada suhu 37ºC.

Reagen thromboplastin parsial adalah fosfolipid sebagai pengganti platelet fakor 3. Hasil pemeriksaan memanjang bila terdapat kekurangan faktor pembekuan di jalur intrinsik dan bersama atau terdapat inhibitor. Untuk membedakan hal

tersebut maka dilakukan pemeriksaan ulang terhadap campuran plasma penderita dan plasma control dengan perbandingan 1:1 dan apabila hasilnya memanjang maka terdapat inhibitor (Setiabudy, 2018). Nilai normal aPTT yaitu 21-45 detik (Kemenkes RI, 2011).

Protrombin merupakan protein yang dihasilkan hati untuk membekukan darah. Pemeriksaan PT digunakan untuk menguji pembekuan darah jalur ekstrinsik dan jalur bersama yaitu faktor pembekuan V, VII, X, protrombin dan fibrinogen. Prinsip pemeriksaan ini adalah mengukur lamanya terbentuk bekuan ke dalam plasma yang diinkubasi pada suhu 37ºC, ditambahkan reagens tromboplastin jaringan dan ion kalsium. Hasil PT memanjang bila terdapat kekurangan faktor pembekuan di jalur ekstrinsik dan jalur bersama atau adanya inhibitor. Sama seperti aPTT, untuk membedakan hal tersebut maka dilakukan pemeriksaan ulang terhadap campuran plasma penderita dan plasma kontrol dengan perbandingan 1:1 dan apabila hasilnya memanjang maka terdapat inhibitor (Setiabudy, 2018). Nilai normal untuk PT yaitu 10-15 detik (Kemenkes RI, 2011).

2.3.7.6 Pemeriksaan CT-SCAN, Foto Thorax, Ecohardiograph dan MRI Pemeriksaan Computerized Tomographic Scanner (CT-Scan) yaitu pemeriksaan yang umum digunakan untuk membedakan stroke iskemik atau stroke perdarahan dan dapat menilai letak, besar, luas dari area infark setelah 24 jam. Pemeriksaan CT-Scan tidak cukup peka digunakan sebagai pedoman penggunaan obat trombolitik. Foto thorax adalah prosedur pemeriksaan dengan menggunakan radiasi gelombang elektromagnetik guna menampilkan gambaran bagian dalam tubuh. Gambaran dari benda padat seperti tulang atau besi

ditampilkan sebagai area berwarna putih, sedangkan udara yang terdapat pada paru-paru akan tampak berwarna hitam, dan gambaran dari lemak atau otot ditampilkan dengan warna abu-abu. Foto thorax penderita stroke dan hipertensi biasanya dijumpai gambaran elongasi aorta, kardiomegali dan aterosklerosis (Junaidi, 2004).

Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) sangat bermanfaat dan dapat memperlihatkan area iskemik atau mendiagnosis stroke iskemik lebih dini.

Pada pemeriksaan MRI bekerja dengan menggunakan sifat paramagnetik bahan kontras gadolinium, cara ini mampu mendeteksi adanya kelainan otak dalam waktu 6 jam. Pemeriksaan ecohardiography untuk mengetahui stroke yang disebabkan atau bersumber dari jantung, karena sekitar 20 % stroke sumbernya dari kelainan jantung (Junaidi, 2004).

Dalam dokumen ANALISIS COST EFFECTIVENESS (Halaman 48-52)

Dokumen terkait