• Tidak ada hasil yang ditemukan

10 Diagram abstrak obyek perancangan

BAB VI APLIKASI PERANCANGAN

Diagram 4. 10 Diagram abstrak obyek perancangan

Keterangan dari kondisi site diatas :

 Jalan Tunjungan merupakan jalan utama yang menghubungkan antara Jalan Bubutan dengan Jalan Pemuda, jalan ini cukup lebar karena untuk menghindari kemacetan yang terjadi di Jalan Tunjungan dan arus pencapaiannya juga mudah, selain bisa dicapai dengan kendaraan pribadi Jalan Tunjungan dilewati banyak kendaraan umum (Bus, Angkutan Umum, Taxi, dll).

 Jalan Kenari merupakan jalan permukiman yang menghubungkan Jl. Tunjungan dan Jl. Simpang Dukuh. Kondisi jalan baik, dengan lebar jalan 6 meter. Saat ini masih ditutup karena lahan belum difungsikan.

Maka dari pertimbangan diatas, perletakkan pintu masuk kedalam site terletak di jalan Tunjungan, untuk memudahkan pengunjung menuju lokasi site.

Jalan Tunjungan

Jalan Kenari Site

Gambar 4. 1. Kondisi site

Gambar 4. 2. Analisa Kondisi Aksebilitas Site

KETERANGAN :

I. Cocok digunakan sebagai ME karena letaknya yang dekat dengan jalan raya utama dan sangat strategis dan memberi waktu bagi pengunjung untuk melihat bangunan.

II. Kurang cocok sebagai ME maupun SE karena letaknya diujung site

III. Kurang cocok sebagai ME karena jalan terlalu sempit untuk berpapasan

I II

4. 2. 2. Analisa Iklim

Matahari terbit dari arah timur - barat. Solusi untuk bangunan pada arah hadap timur – barat yaitu dapat diberikan sun screen atau penahan-penahan pada bangunan atau bisa juga hadap arah bangunan yang tidak langsung menghadap sinar matahari, solusi yang lain adalah diberikan pepohonan agar sinar tidak langsung mengenai bangunan.

untuk pergerakan angin yaitu dari arah barat laut ke tenggara untuk musim hujan, sedangkan musim kemarau angin bertiup dari tenggara ke barat laut, untuk mengatasi agar angin tidak langsung masuk ke dalam bangunan disekitar site maka diberi vegetasi untuk meminimalkan.

4. 2. 3. Analisa Lingkungan Sekitar

Lokasi perancangan disini terletak diwilayah bisnis dengan Hotel Majapahit sebagai salah satu landmark nya yang berpotensi untuk menarik minat masyarakat. Hotel Majahapit ini adalah salah satu hotel yang mempunyai nilai sejarah tersendiri dan nama awal hotel ini adalah Hotel Yamato.

Gambar 4. 3. Analisa Iklim

Selain lokasi site yang berdekatan dengan Hotel Majapahit, yang merupakan hotel ternama di Surabaya Pusat, lokasi site gedung pagelaran ini juga berdekatan dengan salah satu tempat perbelanjaan yang terkenal di Surabaya Pusat, Plaza Tunjungan.

4. 2. 4. Analisa Zoning

Merupakan pengelompokkan zona – zona kebutuhan ruang yang digunakan oleh pemakai atau pengguna didalam obyek perancangan. Dimana pengelompokkan zona – zona tersebut memberikan batas – batas terhadap fungsi - fungsi ruang yang ada dalam obyek perancangan.

Gambar 4. 4 Hotel Majapahit

Gambar 4. 5 Plaza Tunjungan (SOGO)

Zona parkir

Zona utama

Zona servis

4. 3. Analisa Bentuk Dan Tampilan

Analisa bentuk dan tampilan ini menggambarkan hasil dari analisa ruang dan gagasan desain tetapi masih dalam bentuk geometri baik secara dua dimensi maupun tiga dimensi.

4. 3. 1. Analisa Bentuk

Analisa bentuk ini menggambarkan sebuah bangunan yang bentukannya masih bentuk geometri, pada bentukan awal dari bangunan ini mengadopsi pada bentuk persegi dan lengkung yang menggambarkan suatu fungsi utama bangunan, yaitu auditorium yng berbentuk tapal kuda. Karena bentuk tapal kuda cocok digunakan untuk pagelaran musik sejanis orkestra.

4. 3. 2. Analisa Tampilan

Analisa tampilan ini menjelaskan tentang gambaran ide bentuk yang memberikan sentuhan pada tampilan bangunan agar dapat memperoleh tampilan yang sesuai dengan konteks perancangan. Dalam hal ini paling utama adalah mendesain tampilan atau fasad sesuai dengan metode perancanagan.

Gambar 4. 7. Analisa Bentuk

BAB V

KONSEP PERANCANGAN

Dalam sebuah proses perancangan, diperlukan adanya analisa dan pembuatan konsep yang didasari atas hasil analisa yang di dalamnya terdapat penyelesaian – penyelesaian terhadap permasalahan yang ada tersebut. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai analisa dan konsep rancangan yang diinginkan pada proyek Gedung Pagelaran Musik Klasik di Surabaya untuk direalisasikan pada rancangan tersebut.

5. 1. Konsep Dasar Rancangan

Saat orang berpikir tentang arsitektur klasik, umumnya mereka berpikir sebuah bangunan yang terbuat dari kayu, batu, dll. Dalam beberapa kasus hal tersebut benar, namun arsitektur klasik juga banyak memiliki napas modern dan desain gedung yang rumit. Misalnya, atap, tiang, bahkan struktur batu atau marmer dibuat dengan detail sempurna. Dan musik klasik lahir dari budaya Eropa dan di golongkan melalui periodisasi tertentu.

Konsep dasar rancangan di dapat dari sebuah tema rancang yang ingin dihadirkan, yaitu digunakan sebagai tolak ukur dasar dalam perancangan. Dalam konsep perancangan ini yang digunakan sebagai konsep dasar adalah Arsitektur Klasik. Karena fakta dari sebuah musik klasik sendiri adalah musik yang lahir dari budaya Eropa, sedangkan budaya Eropa sendiri banyak menggunakan arsitektur klasik.

Ciri dari arsitektur klasik adalah diadopsi dalam bangunan-bangunan modern. Pilar-pilar besar, bentuk lengkung di atas pintu, atap kubah, dsb.

5. 2. Konsep Bentuk

Bentuk bangunan diaplikasikan berdasarkan dari ciri – ciri arsitektur klasik. Konsep bentuk pada auditorium utama tersebut adalah bentuk tapal kuda yang cocok untuk kegiatan pertunjukan musik, khususnya musik klasik.

5. 3. Konsep Tampilan

Tampilan bangunan tetap tidak meninggalkan dari fungsi dan pengguna bangunan ini dimana fungsi bangunan yaitu sebagai gedung pertunjukan musik. Untuk membuat tampilan bangunan yang sesuai dengan konsep rancangan maka pada bagian depan bangunan ada beberapa pilar – pilar besar dan juga peletakan material jendela yang monoton. Agar terlihat mewah pada bangunan maka pilar – pilar tersebut menjulang tinggi langsung ke lantai 2.

Gambar 5. 1. Tampak depan bangunan

Melalui analisa bentukan yang sesuai dengan konsep rancangan pada bagian entrance ada beberapa pilar – pilar besar .

Pada bagian atap bangunan barbentuk sejanis kubah dan level dari lantai 1 ke lantai 2 cukup tinggi, agar terlihat megah pada bangunan.

Simetris juga termasuk dari salah satu ciri – ciri dari arsitektur klasik.

5. 4. Konsep Sirkulasi

Pada konsep sirkulasi Gedung Pagelaran Musik Klasik di Surabaya ini terbagi menjadi dua sirkulasi yaitu sebagai berukut :

 Sirkulasi ruang luar

Sirkulasi pengunjung pada ruang luar menggunakan sirkulasi linier yang diterapkan dengan penggunaan satu pintu masuk dan satu pintu keluar keluar.

 Sirkulasi ruang dalam

Pola sirkulasi yang digunakan untuk mengarahkan pengunjung sesuai aktifitasnya terbagi menjadi 2 macam sirkulasi yaitu:

a. Sirkulasi horizontal, menggunakan sirkulasi radial. Sistem sirkulasi radial memadukan unsur-unsur sistem sirkulasi terpusat dan linier.

b. Sirkulasi vertikal, menggunakan tangga.

5. 5. Konsep Ruang Dalam (Interior)

Pola ruang dalam pada Gedung pertunjukan Musik di Surabaya terdiri dari beberapa fungsi ruang yang berbeda, yaitu dibedakan antara Fasilitas utama, fasilitas penunjang dan fasilitas servis.

5. 6. Konsep Ruang Luar

Penyelesaian ruang luar antara lain dengan penggunaan vegetasi (tanaman) baik seperti pohon-pohon besar dan perdu maupun vegetasi tambahan, dan juga penggunaan unsur air seperti pada area kolam sebagai pembatas.

Fasilitas Utama

Fasilitas penunjang Fasilitas servis Keterangan :

5. 7. Konsep Struktur

Sistem Struktur yang direncanakan memakai sistem grid pada penataan kolom dan balok. Konstruksi yang digunakan pada kolom dan balok adalah beton bertulang. Sedangkan pada atap menggunakan sistem struktur rangka batang dan atap dack.

Material seperti kaca dan pilar - pilar juga dipergunakan untuk memperkuat identitas bangunan yang juga menunjukan metode perancangan yang diangkat yaitu arsitektur klasik.

5. 8. Konsep Mekanikal Elektrikal A. Sistem Aliran Listrik

Listrik mutlak diperlukan sebagai kelangsungan kegiatan yang terus menerus pada Gedung Pagelaran Musik Klasik di Surabaya ini. Untuk itu disamping menggunakan aliran listrik dari PLN, disediakan pula alternatif generator set (genset), apabila terjadi pemadaman listrik dari PLN. Penempatan genset disesuaikan sehingga tidak menimbulkan kebisingan yang dapat mengganggu aktifitas dalam Gedung Pagelaran Musik Klasik di Surabaya.

B. Sistem Penghawaan

Sistem Penghawaan yang secara khusus hanya dibuat untuk ruang – ruang pada studio latihan, ruang auditorium, dll. Untuk auditorium maupun ruang yang mendukung menggunakan AC central, sedangkan untuk ruang kantor pengelola menggunakan AC split. Pemakaian jenis AC ini dipertimbangkan dengan :

 Kebisingan yang timbul AC dapat dihindarkan

 Pemeliharaan dan maintenance lebih mudah

 Biaya operasional lebih efisien. C. Sistem Pencegahan Bahaya Kebakaran

Gedung Pagelaran Musik Klasik di Surabaya ini merupakan gedung dengan fungsi bangunan umum yang melibatkan banyak pelaku aktifitas, maka

haruslah direncanakan keamanan terhadap bahaya kebakaran dengan digunakannya sistem pencegahan kebakaran yang dapat mengamankan manusia. Adapun cara pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran antara lain adalah :

 Perencanaan terhadap pemilihan bahan / material yang tidak mudah terbakar dan penyebaran apinya lambat.

 Merencanakan pintu darurat dan sirkulasinya.

 Menyediakan peralatan pemadam kebakaran pada tempat – tempat umum yang mudah dilihat dan ditemukan, seperti :

a. Sprinkler dengan smoke detektor yang bekerja secara otomatis dengan

membunyikan fire alarm, yang ditempatkan pada masing – masing ruang dalam.

b. Fire Extinguiser khususnya pada ruang dapur, mekanikal / elektrikal

atau ruang - ruang yang terdapat aliran listrik.

c. Fire Hydrant yang ditempatkan pada ruang luar dengan sumber air

BAB VI

APLIKASI PERANCANGAN

Perancangan Gedung Pagelaran Musik Klasik di Surabaya ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan baik bagi para pecinta musik maupun musisi dari seluruh tanah air khususnya dalam sarana hiburan.

Pada aplikasi konsep rancangan proyek Gedung Gedung Pagelaran Musik Klasik di Surabaya ini menggunakan persyaratan – persyaratan yang ada pada bab sebelumnya untuk kemudian diterapkan pada penyelesaian gambar rancangan tugas akhir yang akan diuji dengan kaidah – kaidah dan azas – azas perancangan sehingga dapat diperoleh hasil desain rancangan yang paling optimal.

6. 1. Aplikasi Bentuk

Aplikasi bentukan bangunan pada rancangan Gedung Pagelaran Musik Klasik di Surabaya ini merupakan penggabungan bentuk dasar auditorium utama yaitu bentuk tapal kuda.

Melalui analisa bentukan yang sesuai dengan konsep rancangan pada bagian entrance ada beberapa pilar – pilar besar .

Pada bagian atap bangunan barbentuk lengkung dan level dari lantai 1 ke lantai 2 cukup tinggi, agar terlihat megah pada bangunan.

6. 2. Aplikasi Tampilan

Tampilan bangunan disesuaikan dengan konsep rancangan ” Arsitektur Klasik” dimana tampilan ini berusaha menghadirkan kesan bangunan yang menunjukkan kemewahan da kemegahan. Selain itu juga pada bangunan dan konsep rancangan mempunyai kesamaan .

Pada depan bangunan sengaja menggunakan pilar- pilar besar, hal ini disesuaikan dengan konsep rancangan yang menggunakan arsitektur klasik. Seperti pintu masuk sebelah utara dan selatan juga terdapat pilar – pilar besar

Gambar 6. 2. Tampak Barat

Simetris juga termasuk dari salah satu ciri – ciri dari arsitektur klasik.

ditata sejajar dengan pola yang sama sehingga dapat menunjukkan konsep rancangan arsitektur klasik, sedangkan atap bangunan menggunakan atap sejenis kubah .

6. 3. Aplikasi Sirkulasi

Sirkulasi dalam site ditata menggunakan pola linier, ini ditujukan agar pengguna jalan dapat dengan mudah bersirkulasi di dalamnya.

Area sirkulasi in dan out pada motor dan mobil pengunjung memiliki satu arah yang sama, untuk parkir motor terletak sebelah utara bangunan utama di lantai 2 sedangkan parkir mobil menyabar di sekitar bangunan, dan juga ada bangunan untuk parkir mobil dan motor. ini ditujukan agar pengunjung tidak merasa bingung.

Sedangkan aplikasi sirkulasi dalam bangunannya menggunakan sirkulasi radial. Sebelum menuju auditorium para pengunjung masuk melalui hall terlebih dahulu untuk membeli tiket. Pengunjung kelas I masuk melalui pintu pada Lantai 1, sedangkan untuk kelas II dan VIP pada Lantai 2, hal ini karena disesuaikan dengan kenyamanan pada saat berada di auditorium utamanya.

6. 4. Aplikasi Ruang Luar

Dalam penyelesaian ruang luar pada Gedung Pagelaran Musik Klasik di Surabaya ini antara lain :

Gambar 6. 4. Vegetasi pada area gedung

1. Memberikan pola vegetasi seperti pohon-pohon palem, perdu, dan sebagainya untuk memperkuat kesan sirkulasi dan sebagai penanda arah sirkulasi.

2. Permainan elevasi lantai diterapkan pada beberapa poin, perbedaan elevasi ini diterapkan kedalam bentuk tangga dan juga pejalan kaki dari arah parkir. Hal ini untuk mengarahkan pengunjung dan menghindari kesan jenuh.

6. 5. Aplikasi Ruang Dalam Bangunan (Interior)

Sesuai dengan tema confort concert di tekankan pada interior bangunan seperti kenyamanan mendengarkan dan kenyamanan menonton, untuk kenyamanan mendengarkan pagelaran ditekankan pada akustik ruang, untuk kenyamanan menonton ditekankan pada jarak untuk menonton dan juga pandangan untuk melihat pagelaran.

Ruang dalam pada Gedung Pagelaran Musik Klasik di Surabaya ini dibuat seefisien mungkin dengan kebutuhan aktivitas pengguna dan tetap terasa nyaman.

Pada ruang Auditorium dan ruang latihan, dinding dilapisi dengan peredam suara, agar penonton merasa nyaman untuk menyaksikkan pagelaran sedangkan pada plafonnya diatur sedemikian rupa disesuaikan dengan akustik ruang sebuah auditorium.

Gambar 6. 5. Interior Auditorium Utama

Gambar 6. 7. Interior Cafetaria

PENUTUP

Dengan berakhirnya penyusunan laporan tugas akhir Gedung Pagelaran Musik Klasik di Surabaya ini diharapkan segala tujuan dan sasaran dari penyusunan laporan ini dapat tercapai dan terlaksana dengan baik dan lancar.

Karena keterbatasan waktu dan data-data yang penyusun terima di dalam proses penyusunan laporan tugas akhir, maka mohon segala kritik dan saran dari bapak dan ibu dosen jurusan Teknik Arsitektur dan pembaca akan sangat diharapkan demi tercapainya suatu hasil yang baik didalam pengerjaan laporan Tugas Akhir ini.

Demikian laporan Tugas Akhir ini telah tersusun, diharapkan nantinya dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat serta dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Apabila terdapat kata-kata maupun penggunaan bahasa yang kurang tepat, selaku penyusun mohon maaf yang sebesarnya sekian saya ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

A, Idrus H . 1996. Kamus Umum Baku Bahasa Indonesia. Bintang Usaha Jaya. Surabaya.

Chiara, Joseph De and Jhon C. Time Sarver Standart for Building Type.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan dan Kesenian.

Buku Petunjuk Pendididkan Dasar Musik.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Edisi Ketiga. Balai Pustaka. Jakarta.

Doelle, Lestie L. 1990. Akustik Lingkungan. Penerbit Erlangga. Jakarta. Neufert, Ernest. 1996. Data Arsitek Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta. Neufert, Ernest. 2002. Data Arsitek Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Supandar, J Pamuji. 2004. Faktor Akustik Dalam Perancangan Desain Interior. Djambatan. Jakarta.

Eviutami, Christina. 2002. Akustika Bangunan, Penerbit Erlangga. Jakarta Lord, Peter. 2001. Detail Akustik, Penerbit Erlangga. Jakarta.

Tutt, Paricia and David Adler. New Matric Hand Book. London. Penyusunan Rencana Teknik Ruang Kota. UD. Tunjungan. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya. Bapekko Surabaya www.google.com

www.surabaya.go.id www.wikipedia.org

Dokumen terkait