• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

B. Metode Yang Digunakan

3. Diagram Pareto

Diagram yang digunakan untuk mengklasifikasikan masalah menurut sebab dan gejalanya, dimana masalah dipresentasikan dengan menggunakan histogram menurut prioritas.

4. Histogram

Histogram adalah grafik yang dapat menggambarkan penyebaran suatu proses.

5. Diagram Pencar (Scatter Diagram)

Diagram ini digunakan untuk mengumpulkan beberapa grup data yang berhubungan dan digambarkan dalam bentuk grafik.

6. Diagram Tulang Ikan (Diagram Sebab Akibat)

Diagram yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis suatu proses serta menemukan penyebab suatu masalah dan akibat yang disebabkannya.

7. Grafik dan Bagan Kendali (Control Chart)

Merupakan grafik yang digunakan untuk menganalisa proses dan memperbaikinya secara terus menerus. Grafik tersebut dapat mendeteksi penyimpangan abnormal (variasi yang disebabkan oleh masalah) dengan bantuan garis kendali batas tengah, atas dan bawah, memeriksa ketidaknormalan dalam proses.

Ryan (1989), menyatakan penting untuk mengetahui bagaimana suatu proses bervariasi dalam menghasilkan output sehingga dapat diambil tindakan perbaikan terhadap proses tersebut secara tepat. Dalam hal ini prosedur statistik diperlukan untuk mengendalikan keanekaragaman pengukuran. Metode statistik diperlukan untuk mengidentifikasi penyimpangan dan untuk menunjukkan penyebab dari berbagai penyimpangan, baik untuk proses produksi maupun untuk bisnis secara umum sehingga menyebabkan peningkatan produktivitas.

Bagan kendali merupakan grafik kronologis (jam ke jam atau hari ke hari) yang membandingkan karakteristik mutu nyata produk dengan batas kemampuan produksi produk tersebut yang ditunjukkan dengan pengalaman dan pengamatan masa lalu (Feigenbaum, 1986). Menurut Montgomery (1990), bagan kendali adalah perangkat statistik yang memungkinkan suatu organisasi untuk mengetahui dan memantau konsistensi suatu proses atau produk yang dihasilkan melalui pengamatan yang sedang berlangsung dan proses yang telah dilakukan, dengan menggunakan prinsip-prinsip statistik dalam penyelesaiannya.

Menurut Assauri (1999), pengendalian mutu dengan menggunakan pendekatan statistik mempunyai banyak keuntungan diantaranya sebagai berikut.

1. Mencegah penyimpangan dalam proses sebelum terjadi hal-hal yang serius sehingga akan diperoleh kesesuaian yang lebih baik antara kemampuan proses dengan spesifikasinya.

2. Mengurangi biaya pemeriksaan karena statistika pengendalian mutu dilakukan dengan menggunakan teknik sampling.

Gaspersz (1998) menyatakan bahwa terdapat dua macam bagan pengendalian proses berdasarkan sifat atribut dan variabel dari parameter mutu yang diukur, yaitu bagan pengendalian atribut dan bagan pengendalian variabel. Bagan pengendalian atribut digunakan untuk mengendalikan sifat-sifat atribut seperti cacat- normal, baik-buruk, tolak-terima dan lain-lain, sedangkan bagan pengendali variabel digunakan untuk produk dengan karakteristik tertentu (sifat fisik, sifat kimia dan sebagainya). Montgomery

(1990) menyatakan bahwa suatu proses dinyatakan tidak terkendali apabila hasil sampling pengamatan produk menunjukkan adanya fenomena produk-produk yang melebihi batas toleransi kerusakan (batas kerusakan yang diizinkan).

Dalam penerapan konsep manajemen mutu dikenal delapan langkah pemecahan masalah dengan teknik manajemen dasar kendali mutu. Langkah-langkah pemecahan masalah menjadi tujuan yang diinginkan, sedangkan teknik dasar kendali mutu yang digunakan tergantung pada tujuannya. Langkah pertama dari delapan langkah tersebut adalah mencari informasi tentang problem yang dihadapi. Langkah ini dapat dilakukan dengan menggunakan Diagram Pareto, Histogram dan Bagan Kendali (PT. Angkasa Pura, 1990). Setelah problem yang dihadapi diketahui maka langkah selanjutnya adalah menemukan faktor-faktor dari masalah yang teridentifikasi tersebut. Diagram sebab akibat lazim digunakan dalam menemukan faktor-faktor masalah tersebut. Langkah ketiga merupakan langkah yang akan mempelajari faktor-faktor masalah yang telah ditemukan, kemudian setelah itu dilakukan langkah keempat berupa pembuatan tindakan perbaikan sebagai solusi atas masalah. Langkah keempat tersebut dilakukan dengan memakai rumusan tindakan 5W (Why, What, Where, When, Who) + 1H (How) (Prawirosentono, 2004).

Pelaksanaan tindakan perbaikan merupakan langkah kelima yang harus dilakukan. Tindakan evaluasi mutlak diperlukan sebagai kontrol yang akan memeriksa apakah tindakan perbaikan sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana atau tidak. Evaluasi dilakukan sebagai langkah keenam dari seluruh rangkaian. Langkah ketujuh dan kedelapan adalah pencegahan terhadap terjadinya persoalan yang sama serta pencatatan persoalan yang belum terpecahkan. Delapan langkah pemecahan masalah diperlihatkan pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Langkah-langkah pemecahan masalah dengan menggunakan teknik dasar kendali mutu

No LANGKAH-LANGKAH TEKNIK DASAR KENDALI MUTU YANG DIGUNAKAN

1. Mengetahui problem yang dihadapi (apa yang mau ditingkatkan)

a. Diagram Pareto b. Histogram c. Bagan kendali 2. Menemukan faktor-faktor masalah a. Diagram sebab akibat 3. Mempelajari faktor yang berpengaruh a. Diagram Pareto

b. Diagram pencar 4. Membuat langkah-langkah perbaikan ”5W 1H”

a. Mengapa ...pentingnya b. Apa ………….sasarannya c. Dimana ………...tempat d. Kapan …………batas waktu e. Siapa …………..orangnya f. Bagaimana …………..caranya 5. Melaksanakan langkah-langkah

perbaikan

Rencana perbaikan harus dilakukan sebagaimana mestinya dan diketahui oleh pihak-pihak yang terkait

6. Mengadakan evaluasi hasil a. Diagram Pareto b. Histogram c. Bagan Kendali 7. Mencegah terulangnya persoalan yang

sama

Dengan standarisasi, revisi standar operasi, inspeksi dan peraturan

8. Mencatat persoalan yang belum terpecahkan

Masukkan dalam rencana berikutnya. Mulai dari No. 1

C. PENELITIAN TERDAHULU

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan manajemen mutu telah dilaksanakan pada ruang lingkup industri yang berbeda-beda. Walaupun demikian, pada dasarnya beberapa penelitian terdahulu tersebut memiliki konsep yang sama. Konsep umum yang dapat disimpulkan antara lain faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas produk. Rahayu (1997) mendapatkan kesimpulan dari hasil penelitiannya terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi jaminan mutu produk bahwa bahan baku, proses produksi dan pengemasanlah yang berpengaruh terhadap mutu produk. Kusmayanti (1999) menemukan bahwa keberhasilan kelompok kerja di PT. Indofood tergantung pada partisipasi, komitmen manajemen puncak, kepemimpinan, komunikasi dan koordinasi, pendidikan dan pelatihan dan struktur tugas.

Analisis Wardani (2003) memiliki fokus terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap mutu sosis sapi. Mutu produk ditentukan oleh metode, bahan baku, mesin dan peralatan. Seluruh faktor tersebut mempunyai tingkat pengaruh yang sama penting terhadap mutu sosis sapi. Daftar beberapa penelitian terdahulu secara rinci ditampilkan pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Penelitian Terdahulu NO. NAMA

PENELITI

TEMPAT PENELITIAN

ANALISIS DIFOKUSKAN PADA KESIMPULAN

1. Rahayu (1997) PT. Nestle Indonesia, Pasuruan, Jatim

Faktor-faktor yang

mempengaruhi jaminan mutu produk

Faktor yang mempengaruhi sistem jaminan mutu adalah bahan baku, proses produksi dan pengemasan.

2. Kusumayanti (1999)

PT. Indofood, Jakarta

Keberhasilan kelompok kerja Keberhasilan kelompok kerja tergantung pada partisipasi, komitmen manajemen puncak, kepemimpinan, komunikasi dan koordinasi, pendidikan dan pelatihan dan struktur tugas

3. Maflahah (2000)

CV. Graha Agri Industri

Tahapan proses yang menentukan mutu produk akhir

Kinerja proses pengolahan nata de coco telah berlangsung dengan baik, kecuali pada tahapan proses pasteurisasi

4. Sitanayah (2001)

PT. Indonesian Maltose Industry

Pengukuran kinerja proses pengolahan sirup glukosa

Pengukuran kinerja dengan bagan kendali X-R menunjukkan bahwa secara umum terkendali pada rentang 3-sigma

5. Yuli Arisanti (2001)

PT. Ultrindo Intijaya

Pengukuran kinerja proses pengolahan susu bubuk instan

Keseluruhan data pengukuran telah terkendali secara statistik pada rentang kendali 3-sigma.

6. Rahadi Kusuma (2002) Restoran Padzzi Pondok Ulam Jakarta

Aspek-aspek yang perlu diukur dalam suatu pengendalian mutu dan keamanan pangan

Tahapan proses critical control point bahaya biologis meliputi penerimaan bahan, penyimpanan, pemasakan, garnishing, pra penyajian dan penyajian.

7. Indi Permata Dhevi (2003)

PT Ika Muda Seafood Indonesia

Analisis masalah yang mempengaruhi mutu dengan diagram pareto dan diagram tulang ikan, kemudian mencari alternatif solusi menggunakan analisis SWOT

Masalah manajemen mutu meliputi organisasi, pendidikan dan pelatihan serta sarana yang dimiliki perusahaan. Alternatif untuk mengatasi masalah tersebut diantaranya yaitu dengan mengadakan pendidikan dan pelatihan secara berkala bagi para pekerja dan mengadakan kegiatan yang dapat mempererat persaudaraan karyawan 8. Teresa Wardani (2003) PT Badranaya Putra, Bandung

Aplikasi manajemen mutu sosis sapi dengan

menggunakan histogram, diagram pareto dan diagram sebab akibat

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu sosis sapi oleh metode, bahan baku, mesin dan peralatan. Seluruh faktor tersebut mempunyai tingkat pengaruh yang sama penting terhadap mutu sosis sapi.

D. WHEEL RIM

Wheel Rim adalah komponen yang menjadi tempat dimana ban dipasang. Biasanya terbuat dari bahan keras seperti metal aluminium dan lain-lain. Wheel rim disambungkan pada as dengan menggunakan jari-jari (McKeough, www.wheelchairnet.org)

Dengan meningkatnya kecanggihan teknologi dewasa ini, kualitas ban dan wheel rim memerlukan perhatian khusus terutama dalam hal desain, konstruksi dan aspek rasionya. Adanya getaran pada roda saat pemakaian dan masalah suspensi secara aktual diprediksi akibat ketidakseimbangan ban dan kesalahan pembuatan wheel rim yang berkaitan dengan kondisi mekanik roda (Yokohama Rubber Manufacturers Association, 2003), sedangkan dalam

Workplace Health and Safety Act (1998) dikemukakan bahwa dua penyebab utama kerusakan produk wheel rim pada saat perakitannya antara lain kerusakan atau ketidaksesuaian bagian rim dan adanya korosi atau pengotor pada rim. Berikut ini adalah gambar wheel rim (Gambar 1).

Gambar 1. Wheel rim. D: 45 cm

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN KONSEPTUAL

Manajemen mutu merupakan bagian dari manajemen yang secara keseluruhan dapat diartikan sebagai pengelolaan semua fungsi dan kegiatan yang diperlukan untuk menetapkan dan mencapai kualitas yang telah ditetapkan. Penerapan sistem manajemen mutu selain dapat mempercepat peningkatan mutu produk secara keseluruhan juga dapat mempercepat tumbuhnya cara kerja dan sikap mental yang lebih maju.

Penelitian tentang manajemen mutu yang dilakukan di PT. Dharma Polimetal bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh pada proses produksi Wheel rim dan menerapkan teknik manajemen mutu untuk mengetahui kinerja proses dan kemudian berusaha menemukan akar penyebab permasalahan dengan menggunakan why-why analysis. Analisis dengan diagram Pareto bertujuan untuk mengetahui faktor yang menjadi prioritas utama untuk dilakukan perbaikan. Apabila telah diketahui faktor utama yang menjadi prioritas untuk diperbaiki maka selajutnya dilakukan analisa dengan diagram sebab akibat untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah. Akar penyebab permasalahan ditelusuri dengan menggunakan why-why analysis. Berikut ini diperlihatkan gambar untuk mengidentifikasi penyebab-penyebab dari suatu masalah (Gambar 2).

Gambar 2. Why-Why analysis dalam pengendalian mutu

Hasil dari penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi perusahaan untuk mengetahui apakah mutu wheel rim yang dihasilkan sudah dalam batas toleransi perusahaan. Apabila jumlah produk cacat masih diluar batas toleransi perusahaan maka perlu dilakukan perbaikan secara menyeluruh. Apabila kualitas produk yang dihasilkan berada dalam batas toleransi perusahaan maka proses perlu dipertahankan dan apabila memungkinkan dapat diperbaiki lagi. Diagram alir pemikiran konseptual dapat dilihat pada Gambar 3.

Disebabkan oleh Akibat Penyebab Terkendali Penyebab Terkendali Penyebab Terkendali Penyebab Terkendali Akar Penyebab: Solusi (Tindakan) Penyebab Tidak Terkendali

Daftar penyebab yang dapat diperkirakan: 1. --- 2. --- Daftar tindakan: 1. --- 2. ---

Daftar penyebab yang tidak dapat diperkirakan: 1. --- 2. --- Daftar tindakan: 1. --- 2. ---

Gambar 3. Diagram alir pemikiran konseptual penelitian

Penelitian ini dimulai dengan pendefinisian masalah didalam proses produksi wheel rim sehingga masalah dapat tergambarkan dengan jelas kemudian dilanjutkan dengan pengukuran dan analisa masalah, hal ini diperlukan agar dapat menemukan akar permasalahan yang ada sehingga solusi yang diterapkan tepat sasaran. Implementasi solusi dan pengontrolan terhadap tindakan merupakan langkah terakhir agar permasalahan yang ada tidak muncul kembali.

B. METODE YANG DIGUNAKAN

Pada penelitian ini, analisa kinerja proses produksi wheel rim

menggunakan teknik manajemen kualitas yaitu lembar pemeriksaan, stratifikasi, diagram Pareto dan diagram sebab akibat.

1. Lembar Pemeriksaan

Lembar pemeriksaan mempunyai banyak tujuan yaitu mempermudah pengumpulan data dan memungkinkan analisis secara umum. Lembar pemeriksaan juga berfungsi sebagai pemeriksaan distribusi proses produksi, pemeriksaan lokasi cacat, pemeriksaan penyebab cacat, pemeriksaan konfirmasi dan lain-lain.

Pendefinisian masalah Analisis Masalah Pengontrolan Pengukuran Masalah Implementasi solusi

2. Stratifikasi

Stratifikasi adalah teknik pengelompokan data ke dalam kategori-kategori tertentu sehingga dapat menggambarkan permasalahan yang terjadi di dalam proses produksi dengan jelas.

3. Diagram Pareto

Analisis diagram Pareto digunakan untuk menunjukkan masalah apa yang pertama harus dipecahkan untuk menghilangkan kerusakan dan memperbaiki operasi berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Pada dasarnya diagram Pareto dapat digunakan sebagai alat interpretasi untuk menentukan urutan pentingnya prioritas masalah-masalah atau penyebab-penyebab dari masalah yang ada (Gasperz, 1997).

Diagram Pareto selain digunakan untuk perbaikan mutu dalam pabrik, dapat digunakan pula untuk memecahkan masalah efisiensi, konservasi bahan dan biaya penghematan energi. Diagram Pareto bertujuan untuk melihat bagian yang paling penting yang mempengaruhi proses produksi. Ishikawa (1988) merumuskan langkah-langkah untuk membuat diagram Pareto seperti daftar di bawah ini.

1. Ditentukan item klasifikasi yang akan digunakan dalam grafik 2. Ditetapkan periode waktu untuk digambarkan dalam grafik

3. Dijumlahkan setiap item untuk periode waktu yang telah ditetapkan 4. Digambar sumbu horizontal dan vertikal pada kertas grafik dan

membatasi sumbu vertikal dengan unit yang tepat

5. Di bawah sumbu horizontal dituliskan item yang paling penting, kemudian yang penting dan seterusnya.

6. Digambarkan balok, tinggi balok menggambarkan nilai pada sumbu vertikal

7. Diberikan judul pada grafik dan tulis dengan singkat sumber data grafik tersebut

Dokumen terkait