• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gunung Sejahtera Puti Pesona (GSPP), Astra Agro Lestari, desa Arga Mulya, Kalimantan Tengah. (Di bawah Bimbingan Prof. Dr. Ir. SUDIRMAN YAHYA, MSc.)

Kegiatan magang dilaksanakan sejak tanggal 15 Februari 2010 sampai 15 Juni 2010 di perkebunan kelapa sawit PT. Gunung Sejahtera Puti Pesona (GSPP), Astra Agro Lestari, desa Arga Mulya, Kalimantan Tengah. Tujuan dari kegiatan magang ini adalah memperdalam pengetahuan yang telah diterima dalam perkuliahan dengan penerapan langsung di lapangan dengan melakukan proses kerja yang nyata, memperoleh pengetahuan pengelolaan teknis dan manajerial di lapangan pada berbagai pekerjaan serta mengetahui pengelolaan perkebunan kelapa sawit khususnya aspek panen. Selama melakukan kegiatan magang penulis melaksanakan berbagai jenis pekerjaan di lapangan dan di kantor pada seluruh level manajerial yang diizinkan manajemen kebun mulai dari karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten.

Kegiatan panen di Kebun PT. GSPP menggunakan sistem hanca panen giring tetap per kemandoran, yaitu menempatkan pemanen dengan cara digiring dari satu hanca ke hanca selanjutnya dalam seksi panen yang telah ditetapkan pada hari tersebut.

Permasalahan yang terjadi pada pengelolaan panen di Kebun PT. GSPP adalah jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh Kebun ini, terutama di Afdeling India (OI), masih terbatas dan sebagian dari tenaga panen sudah berusia lanjut, sehingga apabila musim banjir buah pemanen menjadi kewalahan dan seksi panen yang harusnya diselesaikan pada hari itu juga tidak dapat diselesaikan dan harus dikerjakan kembali pada keesokan harinya. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar dilakukan penambahan wilayah kemandoran serta penambahan tenaga kerja panen pada Afd. OI Kebun PT. GSPP sebanyak 6 orang agar seksi yang ada pada hari itu dapat diselesaikan sekalipun terjadi banjir buah sehingga rotasi panen tetap terjaga pada keadaan normal yaitu 6/7.

Latar Belakang

Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting peranannya dalam rangka meningkatkan ekspor migas bagi Indonesia melalui minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit. Kelapa sawit merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dikembangkan sebagai sumber devisa Negara, oleh karena itu peningkatan produksi minyak kelapa sawit perlu terus dilakukan untuk memenuhi permintaan dari dalam dan luar negeri.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas kelapa sawit, yaitu iklim, topografi, kondisi tanah, bahan tanam, dan teknik budidaya tanaman. Selain itu umur tanaman, jumlah populasi per hektare, sistem penyerbukan, sistem koordinasi panen, sistem pengamanan produksi serta sistem premi panen juga berpengaruh terhadap produktivitas kelapa sawit (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006).

Cara untuk meningkatkan produksi minyak kelapa sawit di antaranya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), meningkatkan efisiensi pengelolaan di pabrik kelapa sawit, memperluas areal pertanaman kelapa sawit, dan menerapkan sistem budidaya kelapa sawit secara benar. Peningkatan produksi sudah seharusnya diiringi dengan peningkatan kualitas minyak sawit. Kualitas minyak sawit ditentukan oleh tinggi rendahnya kandungan asam lemak bebas dan kebersihan minyak kelapa sawit tersebut (Rainkine, 1999).

Panen dan pengolahan hasil merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit di lapangan yang berkaitan dengan kualitas minyak sawit. Panen bertujuan untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi, asam lemak bebas yang rendah, serta memelihara kondisi tanaman agar tetap baik. Oleh karena itu pengelolaan panen yang baik harus dilakukan untuk mendapatkan produksi dengan kualitas dan kuantitas yang baik pula.

Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan pemanenan adalah persiapan panen, kriteria matang panen, sistem dan rotasi panen, ramalan produksi, pengawasan dan denda, kebutuhan tenaga kerja dan angkutan panen, basis dan premi panen, serta alat dan perlengkapan panen (Lubis, 2008).

Tujuan

Kegiatan magang bertujuan memperdalam pengetahuan yang telah diterima dalam perkuliahan dengan penerapan langsung di lapangan dengan melakukan proses kerja yang nyata, memperoleh pengetahuan pengelolaan teknis dan manajerial di lapangan pada berbagai pekerjaan serta mengetahui pengelolaan perkebunan kelapa sawit khususnya aspek panen.

Pemanenan merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan produksi tanaman kelapa sawit. Pelaksanaan kegiatan pemanenan berpengaruh langsung terhadap kualitas minyak yang dihasilkan. Maksudnya, kualitas minyak yang dihasilkan tergantung dari kriteria panen buah yang layak dipanen. Oleh karena itu, kegiatan panen harus dilakukan dengan sebaik-baiknya agar diperoleh target produksi dengan kualitas yang baik.

Persiapan Panen

Menurut Hutabarat (1965) keberhasilan panen sangat bergantung pada sarana penunjang dalam pemanenan seperti peralatan yang digunakan untuk panen, kelancaran transportasi dan penyediaan bahan tanaman yang tepat waktu serta didukung oleh faktor pendukung lainnya yang meliputi organisasi panen yang baik, keadaan areal dan insentif yang diberikan. Pelaksanaan panen yang tepat meliputi penentuan kriteria panen, penyebaran dan rotasi panen, penyediaan tenaga kerja yang terampil, teknis panen, pengumpulan hasil dan pengawasan serta pengangkutan panen.

Kualitas Panen

Kualitas panen yang baik meliputi tiga tahapan, yaitu pemanenan yang sesuai dengan prosedur, pengangkutan hasil yang efektif dan efisien, serta tahap pengolahan tandan buah segar (TBS) di pabrik. Ketiga tahapan tersebut merupakan subsistem-subsistem dari satu tujuan induk yaitu objektif Panen Angkut Olah (PAO). Tahap-tahap di atas harus berjalan dengan baik untuk mendapatkan mutu minyak sawit yang tinggi (Tobing, 1992).

Kriteria Matang Panen

Kriteria matang panen adalah tolak ukur yang digunakan untuk menentukan apakah buah sudah layak panen atau belum. Tolak ukur yang digunakan untuk menentukan apakah buah sudah layak panen atau belum adalah buah yang sudah fraksi dua atau minimal terdapat 5 brondolan lepas jatuh di piringan. Brondolan lepas tersebut adalah brondolan yang lepas secara normal, bukan brondolan yang lepas karena serangan tikus atau brondolan yang lepas

karena serangan penyakit. Kriteria matang panen berhubungan dengan kadar kandungan minyak dan kandungan asam lemak bebas (ALB) dalam daging buah.

Rotasi Panen

Rotasi panen adalah selang waktu antara panen yang satu dengan panen berikutnya pada satu hanca panen. Rotasi panen erat hubungannya dengan kerapatan panen, kapasitas pemanen,dan keadaan pabrik. Oleh karena itu, rotasi panen pada kenyataannya dapat berubah-ubah tergantung kondisi di lapangan. Rotasi panen merupakan salah satu faktor pembatas dalam menentukan produksi TBS, kualitas/mutu buah, mutu transport, pengolahan TBS di pabrik kelapa sawit (PKS), dan biaya eksploitasi (Pahan, 2008).

Kerapatan Panen

Hal lain yang perlu diperhatikan pada waktu akan melakukan kegiatan panen adalah kerapatan panen. Kerapatan panen merupakan perkiraan jumlah pokok yang akan dipanen pada suatu blok dalam satu hari panen. Kerapatan panen yang tinggi biasanya terjadi pada bulan panen puncak dan sebaliknya, kerapatan panen yang rendah terjadi pada bulan panen trek atau rendah. Perhitungan kerapatan panen oleh mandor panen dilakukan sehari sebelum pelaksanaan panen dengan melakukan pengambilan contoh yaitu 15% dari luas blok yang dipanen.

Menurut Pahan (2008) kualitas minyak sawit yang dipanen ditentukan oleh tinggi rendahnya kandungan ALB, rendemen, dan kebersihan minyak kelapa sawit tersebut. Buah yang dipanen adalah buah yang mempunyai kandungan asam lemak bebas yang rendah dan rendemen minyak yang tinggi. Hal ini dapat dicapai jika pemanenan tandan dilakukan pada kematangan buah yang optimum. Pengangkutan buah sawit ke PKS harus dilakukan setelah pemanenan pada hari yang sama agar keberlanjutan datangnya buah tetap terjamin dan mutu minyak tidak turun.

Pengangkutan TBS

Pengangkutan TBS merupakan bagian yang tidak kalah penting pada proses produksi di perkebunan kelapa sawit. Ada empat hal yang menjadi sasaran kelancaran transport buah; yaitu, menjaga agar asam lemak bebas (ALB) produksi harian 2-3%, kapasitas atau kelancaran pengolahan di pabrik, keamanan

TBS di lapangan, dan biaya (Rp/kg TBS) transport yang minimum. Menuruti Setyamidjaja (1991) buah kelapa sawit yang sudah matang dan masih segar hanya mengandung 0.1% asam lemak. Tetapi buah-buah yang sudah memar atau pecah dapat mengandung asam lemak bebas sampai 50%, hanya dalam waktu beberapa jam saja. Oleh karena itu, pengangkutan tandan buah segar (TBS) sangat mempengaruhi kualitas dari TBS (Pahan, 2008).

Menurut Pahan (2008) pengangkutan TBS dan brondolan adalah kegiatan pengangkutan dari tempat penampungan hasil (TPH) ke pabrik kelapa sawit pada setiap hari panen. Pada prinsipnya TBS dan brondolan harus diangkut secepatnya ke PKS untuk diolah pada hari itu juga. Hal ini dilakukan supaya minyak yang dihasilkan tetap bermutu baik. Oleh karena itu, pengangkutan panen merupakan unsur yang sangat penting agar tandan dapat masuk segera ke pabrik untuk diolah pada hari panen.

Pengelolaan panen sejak mulai dari persiapan panen hingga pengangkutan tandan buah segar ke pabrik kelapa sawit perlu mendapatkan penanganan yang baik, khususnya pada areal perkebunan di lahan gambut. Hal ini berkaitan dengan kendala lingkungan fisik yang lebih berat dibandingkan di lahan kering tanah mineral.

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di PT. Gunung Sejahtera Puti Pesona, Astra Agro Lestari yang berada di Desa Arga Mulya yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Pangkalan Banteng, Kabupaten Kota Waringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah selama 4 bulan (tanggal 15 Februari 2010 – 15 Juni 2010).

Metode Pelaksanaan Kerja Praktek

Selama bekerja secara langsung di lapangan mahasiswa berperan sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan, pendamping mandor selama satu bulan, dan sebagai pendamping Asisten Divisi selama satu bulan.

Kegiatan yang dilakukan oleh penulis selama menjadi KHL adalah melaksanakan aspek teknis yaitu pembibitan, pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, perawatan tanaman, serta pemanenan tanaman kelapa sawit. Pekerjaan yang dilakukan penulis pada saat berstatus sebagai pendamping mandor adalah melaksanakan aspek manajerial meliputi check roll

atau apel pagi, pengawasan KHL, menghitung prestasi kerja KHL, merencanakan kebutuhan bahan dan biaya operasional, serta membuat laporan kerja mandor. Jurnal harian kegiatan magang sebagai KHL disajikan pada Tabel Lampiran 1, sedangkan jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor disajikan pada Tabel Lampiran 2.

Bulan keempat penulis diberi kesempatan sebagi asisten afdeling. Kegiatan yang dilakukan antara lain membantu mengawasi dan mengontrol mandor serta karyawan, membuat laporan asisten afdeling, mempelajari pembuatan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), serta mempelajari manajerial tingkat kebun dan membuat jurnal harian. Pada Tabel Lampiran 3 disajikan jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data secara langsung dilakukan dengan pengamatan pada kegiatan perkebunan di lapangan, diskusi, wawancara dengan staf dan karyawan kebun dengan pendekatan masalah aspek pemanenan. Metode tidak langsung dilakukan studi pustaka dan pengumpulan data dari dari laporan bulanan, laporan tahunan, dan arsip kebun. Aspek teknis dan aspek manajerial yang diamati penulis dalam kegiatan magang meliputi:

1. Produksi. Pengamatan terhadap jumlah produksi, kondisi areal kebun, dan tindakan kultur teknis yang diterapkan.

2. Persiapan panen. Pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan sebelum panen.

3. Kriteria matang panen. Pengamatan terhadap tingkat kematangan atau tingkat fraksi panen tandan kelapa sawit (TBS) yang telah siap dipanen. Kriteria diamati berdasarkan jumlah brondolan dan warna kulit buah.

4. Sistem hanca panen. Pengamatan terhadap sistem panen yang diterapkan di kebun. Mengevaluasi kelebihan dan kelemahan sistem panen tersebut sesuai dengan kondisi kebun.

5. Rotasi panen. Pengamatan terhadap lama waktu antara panen terakhir dengan panen berikutnya dalam satu seksi panen. Pengamatan dikaitkan dengan tingkat kematangan buah, tingkat produksi, luas lahan panen, dan jumlah tenaga pemanen.

6. Angka kerapatan panen. Pengamatan dilakukan dengan mengambil pohon contoh sekitar 10% dari populasi tanaman dalam satu blok dengan memilih barisan tanaman secara acak. Pada setiap pohon dihitung jumlah tandan yang siap dipanen pada keesokan harinya.

7. Tenaga pemanen. Pengamatan terhadap keefektifan pengaturan tenaga pemanen berdasarkan jumlah pemanen dan tercapainya basis panen.

8. Basis dan premi panen. Pengamatan terhadap besarnya standar kapasitas panen di kebun yang dikaitkan dengan bahan tanaman, umur tanaman, dam topografi lahan dan mempelajari sistem perhitungan premi panen.

9. Pengawasan dan denda panen. Pengamatan terhadap mekanisme dan keefektifan pelaksanaan pengawasan panen, serta mempelajari sistem denda yang diterapkan di kebun.

Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan terhadap semua kegiatan yang berlangsung di perkebunan. Adapun Aspek teknis dan aspek manajerial yang diamati penulis dalam kegiatan magang adalah sebagai berikut:

Pengamatan dan Pengolahan Data

Hasil kegiatan magang berupa data primer dan data sekunder akan digunakan sebagai bahan perbandingan dengan studi pustaka dan norma-norma baku tentang teknik budi daya kelapa sawit. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan lapangan terhadap semua kegiatan yang berlangsung di perkebunan. Data pengamatan lapangan dipusatkan pada kegiatan panen yaitu kriteria panen, sistem dan rotasi panen, hanca panen, bobot janjang rata-rata (BJR), angka kerapatan panen, pelaksanaan panen, basis dan premi panen, pengamatan tangkai panjang belum dipotong, dan buah matang tertinggal di pohon serta brondolan tertinggal tidak dikutip.

Kegiatan pengumpulan data primer dilakukan pada saat penulis melakukan kegiatan magang yaitu pada saat menjadi pendamping mandor dan pendamping asisten. Kegiatan pengumpulan data primer ini dilakukan sebanyak empat kali pengulangan pada blok-blok yang diamati. Adapun cara pengamatan disesuaikan dengan kegiatan yang akan diamati.

Pada pengamatan Angka Kerapatan Panen (AKP) dilakukan pengamatan pada 5 blok, yaitu blok 7, blok 10, blok 13, blok 16 dan blok 19, dengan mengambil 10 % dari total pokok produktif (7 pasar panen dari masing-masing blok) sebagai pokok sampel dan melakukan pengulangan pengamatan sebanyak 4 kali (selama 4 minggu).

Untuk kegiatan pengamatan kematangan buah, mutu hanca, brondolan tinggal, buah matang tinggal dan kondisi pokok dilakukan pengamatan terhadap 6 orang pemanen, masing-masing 3 pemanen dari tiap kemandoran, yakni pemanen dengan nomer 5, 6, 7 dari kemandoran I dan nomer 29, 30, 31 dari kemandoran II.

Dengan melakukan pengamatan sebanyak 4 kali (selama 4 minggu) dari 1 baris tanaman (1 baris tanaman dan 2 TPH) pada masing-masing pemanen.

Data sekunder diperoleh dari arsip laporan manajemen (bulanan, semesteran, tahunan) yang berkaitan dengan keadaan umur perusahaan, keadaan iklim, tata guna lahan, keadaan tanah, produktivitas, struktur organisasi dan ketenagakerjaan serta frekuensi pemupukan.

Secara administratif kebun PT. Gunung Sejahtera Puti Pesona (GSPP) terletak di desa Argamulya, Kecamatan Pangkalan Banteng, Kabupaten Kota Waringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah. Lokasi kebun PT. GSPP sebelah Utara berbatasan dengan PT. Persada Bina Nusantara Abadi (PBNA), sebelah Barat berbatasan dengan PT. Gunung Sejahtera Yoli Makmur (GSYM) dan PT. Gunung Sejahtera Dua Indah (GSDI), di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa I dan Desa III, dan disebelah timur berbatasan dengan PBNA dan PT. Bangun Jaya Alam Permai (BJAP). Peta lokasi kebun PT. GSPP terlampir pada Gambar Lampiran 1.

Keadaan Tanah dan Iklim

Kondisi alam PT. GSPP mempunyai topografi datar hingga bergelombang dengan tingkat kemiringan < 10%. Berdasarkan hasil survey, di kebun PT. GSPP terdapat 2 jenis tanah, yakni ordo Inceptisol dan Ultisol, adapun hasil evaluasi kelas kesesuaian lahan terhadap sifat fisik dan kimia tanahnya, maka kebun PT. GSPP tergolong dalam kelas S3 (kurang sesuai), namun secara teknis semua lahan tersebut masih dapat ditingkatkan menjadi kelas S2 (potensial) dengan memperbaiki faktor pembatas utamanya. Data hasil penggolongan seri tanah dan hasil evaluasi kesesuaian lahan terlampir pada Gambar Lampiran 2 dan 3.

Iklim di lokasi Kebun PT. GSPP adalah iklim basah. Menurut sistem klasifikasi Schmidt Ferguson, areal Kebun PT. GSPP termasuk dalam kelas B. Rata-rata curah hujan tahunan adalah 2869.65 mm dengan rata-rata hari hujan 163 mm. Curah hujan tertinggi tahun 2009 di daerah ini terjadi pada bulan Maret yaitu 476 mm sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan September yaitu 13 mm. Jumlah hari hujan selama tahun 2009 adalah 161 hari, dengan hari terbanyak hujan terjadi pada bulan November yaitu 23 hari. Data curah hujan tahun 2000 sampai dengan tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel Lampiran 4.

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

Perkebunan kelapa sawit PT. GSPP dibangun di areal seluas 8926 ha, dengan seluruh areal adalah areal tanaman menghasilkan (TM), areal prasarana (emplasement, jalan, jembatan, dan parit) seluas 803 ha. Kebun PT. GSPP terbagi menjadi 10 Afdeling, yaitu Afdeling OA seluas 923 ha, Afdeling OB seluas 783 ha, Afdeling OC seluas 849 ha, Afdeling OD seluas 897 ha, Afdeling OE seluas 1.008 ha, Afdeling OF seluas 832 ha, Afdeling OG seluas 760 ha, Afdeling OH seluas 912 ha, Afdeling OI seluas 946 ha, dan Afdeling OJ seluas 1.012 ha.

Kondisi Pertanaman dan Produksi

Berdasarkan hasil penelitian IPB, lahan pada Kebun PT. GSPP termasuk kelas lahan S-3 dengan faktor pembatas sebagian besar adalah ketersediaan hara yang rendah (S3-n) (40.9 %) dan ketersediaan hara dan media perakaran (S3-nr) (40.3 %). Pertumbuhan dan hasil tanaman pada areal TM 10 ke atas memperlihatkan keadaan tegakan yang relatif beragam. Hal ini terjadi karena tinggi tingkat penyulaman. Dalam satu blok bisa terdapat perbedaan umur pokok mencapai 5 tahun atau lebih.

Keadaan ini berkaitan dengan berbagai kekurangan dalam penerapan teknik budidaya yang baik, sejak pembukaan lahan, pembibitan hingga pemeliharan tanaman.. Pembukaan lahan yang kurang sempurna, penyiapan lahan yang tidak mengikuti norma baku, dan seleksi bibit di pimbibitan yang tidak ketat. Beberapa areal sudah ditanami, walaupun masalah drainase dan kejadian banjir belum diatasi.

Selain masalah pembukaan lahan sampai penanaman, pemeliharaan tanaman, terutama pemupukan tidak selalu dilakukan sesuai dengan kebutuhan, baik dari segi dosis, jenis pupuk, maupun waktu pemberian. Mengingat sifat tanah areal perkebunan ini didominasi oleh tekstur berpasir dengan kemampuan menahan air dan hara yang rendah, KTK dan kadar bahan organik yang rendah, maka cara aplikasi dan penempatan pupuk yang tepat adalah juga sangat penting.

Permasalahan penurunan produktivitas mulai dirasakan sejak beberapa tahun terakhir. Berdasarkan laporan managemen pada tahun 2007 produktivitas mencapai 27 ton/ha/tahun, sedangkan pada tahun 2008 turun menjadi 22

ton/ha/tahun. Dari pengamatan lapangan terlihat bahwa selain keragaman pertumbuhan dan hasil yang cukup tinggi, produksi yang rendah dapat terjadi pada pokok ukuran tajuknya kurang jagur (LAI rendah), jumlah buah yang sedikit dan letaknya pada spiral agak ke atas, yakni 3 dan 4. Kahat P dapat memperlambat pemunculan pelepah baru, demikian juga bunga pada ketiak pelepah tersebut. Selain itu kahat unsur hara mikro, terutama B dan Mo, yang biasa terjadi pada tanah berpasir, bisa menyebabkan kematian meristem, aborsi bunga, diferensiasi sel dan perkembangannya. Keadaan ini terlihat terutama pada pokok tanaman sulaman, yang kalah bersaing dengan tanaman yang lebih tinggi dan jagur, dalam mendapatkan cahaya, air dan hara tanah.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Perkebunan kelapa sawit PT. GSPP merupakan salah satu unit usaha dari Astra Agro Lestari. Dalam struktur organisasi PT.GSPP, kedudukan tertinggi dipegang oleh seorang Administratur. Administratur membawahi lima orang Asisten Kepala yakni dua orang Asisten Kepala Tanaman, seorang Kepala Tata Usaha, seorang Kepala Teknik, dan seorang Kepala Pabrik. Struktur organisasi kebun PT.GSPP dapat dilihat dalam Gambar Lampiran 4.

Administratur bertugas mengelola, mengorganisir, dan mengendalikan kebun dalam rangka membangun dan merawat tanaman kelapa sawit untuk mencapai target produksi tandan buah segar yang telah ditetapkkan dengan rencana dan standar teknis kerja yang berlaku. Administratur bertanggung jawab atas seluruh kegiatan operasional dan administrasi kebun.

Asisten Kepala bertugas dan bertanggung jawab langsung kepada Administratur untuk mengelola kegiatan masing-masing rayon dan transportasi unit dengan tujuan mencapai target produksi seluruh divisi dan mengelola kelancaran pengangkutan seluruh kebun. Sementara itu, Asisten Afdeling yang berada di bawah Asisten kepala bertugas dan bertanggung jawab terhadap kebun dengan melaksanakan administrasi afdeling dengan tertib, pembinaan sumber daya manusia di afdeling yang ia pimpin, dan pengendalian biaya yang telah disetujui. Asisten kebun bertanggung jawab atas pengelolaan teknis yang meliputi pengarahan dan instruksi kerja mulai dari mandor I sampai ke karyawan lapangan, menyelesaikan masalah yang terjadi di afdeling yang ia bawahi, dan melakukan

pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan serta mengevakuasi hasil kerja lapangan. Pengelolaan administrasi yang dilakukan oleh asisten afdeling meliputi pembuatan rencana kerja harian, bulanan, dan tahunan, memeriksa dan mengevaluasi laporan kerja mandor serta membuat bon permintaan dan pengeluaran barang (BPPB). Dalam melaksanakan tugasnya, asisten afdeling dibantu oleh mandor I untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada di lapangan.

Tenaga kerja di kebun PT.GSPP terdiri dari karyawan staf dan non staf. Tenaga kerja staf terdiri dari Administratur, Asisten Kepala, Asisten Afdeling (Kepala Afdeling), dan Asisten Kantor. Sementara karyawan non staf terdiri atas Satuan Karyawan Utama (SKU) dan Karyawan Harian Lepas (KHL). Sistem pengupahan staf dan karyawan didasarkan pada ketentuan kebun, sedangkan KHL berdasarkan upah minimum regional yang berlaku di daerah tersebut yaitu Rp 44.520,-. Upah yang diberikan berdasarkan jumlah jam kerja yang ditetapkan yaitu 7 jam (Senin-Kamis dan Sabtu) dan 5 jam pada hari Jumat.

Aspek Teknis

Pemeliharaan tanaman kelapa sawit dan pemanenan buah matang merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan demi tercapainya produktivitas yang tinggi. Kegiatan pemeliharaan bertujuan untuk mengelola areal pertanaman kelapa sawit secara optimal agar didapat pertumbuhan dan

Dokumen terkait