• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 7. Perbandingan Angka Kerapatan Panen

Blok Angka Kerapatan Panen

Plan (%) Real (%) OI 7 22.00 24.67 OI 10 21.79 20.28 OI 13 22.47 25.87 OI 16 24.78 23.98 OI 19 19.82 20.25

Sumber: Pengamatan Lapang, 2010

Dari Tabel 7, dapat dapat dilihat bahwa AKP dari masing-masing blok yang diamati berbeda. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya iklim, umur tanaman dan keadaan atau lokasi blok tersebut. Dari pengamatan diatas, dapat dilihat bahwa nilai AKP yang diperoleh berkisar antara 19-25 %. Menurut Tobing (1992) nilai AKP 15-25 % menunjukkan produksi sedang, maka berdasarkan pernyataan tersebut produksi Kebun PT. GSPP Afd. OI blok 7, 10, 13, 16, dan 19 tergolong sedang.

Ada beberapa hal yang menyebabkan AKP rencana dan realisasi berbeda, di antaranya adalah tingkat ketelitian saat pengamatan masih rendah atau adanya kesalahan dari pemanen, seperti adanya buah matang tertinggal di pokok dan adanya buah mentah (belum fraksi) yang dipanen. Perbedaan selisih AKP rencana dan realisasi sebagaimana yang ditetapkan oleh PT. GSPP adalah < 5%, dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis didapati bahwa selisih AKP rencana dan realisasi adalah < 5%.

Angka kerapatan panen digunakan untuk menghitung estimasi produksi pada blok yang diamati, sehingga dapat diketahui berapa jumlah unit truk pengangkut yang dibutuhkan untuk mengangkut hasil panen keesokan hari serta tenaga pemanen yang dibutuhkan. Berikut adalah contoh perhitungan perkiraan produksi dengan menggunakan hasil dari pengamatan AKP:

Perkiraan Produksi = AKP × jumlah pokok produktif × BJR Blok 7 = 22.00% × 5,717 × 23.80 = 29,934 kg

Blok 10 = 21.79% × 3,522 × 21.48 = 16,484 kg Blok 13 = 22.47% × 3,123 × 21.84 = 15,325 kg

Blok 16 = 24.78% × 3,499 × 19.79 = 17,158 kg Blok 19 = 19.82% × 3,355 × 17.82 = 11,850 kg

Pelaksanaan Panen

Prinsip dasar dari kegiatan panen adalah memotong tandan matang, mengumpulkan TBS, dan mengangkut ke pabrik untuk seterusnya diolah menjadi minyak sawit berkualitas baik yaitu mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dan asam lemak bebas (ALB) yang rendah serta memelihara kondisi tanaman tetap baik. Urutan pelaksanaan panen di kebun PT. GSPP adalah sebagai berikut: 1. Mengikuti apel pagi dan setelah mendapat hanca dari mandor panen, pemanen segera menuju blok yang akan dipanen sesuai batas hanca yang telah ditentukan. 2. Tempat awal dan arah panen dari setiap pemanen harus searah pada masing- masing mandorkan.

3. Pemanen harus memperhatikan jumlah brondolan yang jatuh di piringan sebagai indikator melaksanakan pemotongan buah.

4. Pemanen memotong pelepah yang menjadi penyanggah buah masak (tidak boleh sengkleh) lalu kemudian memotong buah matang panen dan mengutip brondolan yang ada di piringan, pelepah (ketiak daun) dan sekitarnya (di gawangan, bila brondolan tersebar ke gawangan). Mengeluarkan brondolan bersamaan dengan janjang panen.

5. Tangkai panjang harus dipotong pendek, dengan panjang maksimal 2 cm. 6. Menyusun pelepah sesuai aturan. Pada saat ini aturan yang berlaku untuk penyusunan pelepah adalah disusun membentuk huruf “U”.

7. Menyusun janjangan dengan rapi di TPH resmi (Tempat Pengumpulan Hasil), 5 janjang perbaris ke belakang untuk memudahkan penghitungan.

8. Mengalasi brondolan dengan alas terpal atau karung bekas pupuk yang telah dicuci bersih.

9. Pada pelaksanaan panen dengan menggunakan egrek, pemanen terpaksa memotong pelepah di bawah buah yang akan dipanen untuk dapat memotong buah tersebut. Oleh karena itu untuk menjaga jumlah pelepah daun yang tetap optimal untuk fotosintesa dan pembentukan buah, maka pelepah-pelepah yang ada di bawah buah yang tidak dipanen tidak perlu dipotong untuk menjaga jumlah pelepah daun minimal 48 pelepah per pohon.

Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan pada saat pemanenan, diantaranya adalah pemanen harus teratur memeriksa secara teliti setiap pokok untuk melihat buah matang yang siap dipanen, tidak boleh memanen buah mentah, tidak ada buah matang yang tertinggal baik di pokok ataupun yang sudah diturunkan, tangkai buah harus dipotong rapat (cangkem kodok) dan tidak ada pelepah yang sengkleh.

Dalam pelaksanaan magang ini penulis masih menemui adanya kesalahan- kesalahan yang dilakukan oleh pemanen, di antaranya adalah masih didapati buah masak yang tinggal di pokok, buah mentah (belum fraksi) yang di panen, dan masih adanya brondolan yang tertinggal di pokok dan di piringan. Hal ini pada aplikasinya memerlukan pengawasan atau kontrol yang lebih baik dari mandor sehingga kesalahan-kesalahan dapat diminimalisir.

Basis dan Premi Potong Buah

Basis borong adalah jumlah tandan yang harus dipanen sebagai dasar untuk menghitung kelebihan tandan sebagai premi. Basis borong ini ditentukan berdasarkan bobot janjang rata-rata (BJR). Premi panen diberikan kepada pemanen yang memperoleh panenan melebihi target (basis borong) yang harus dipanen oleh seorang pemanen. Premi panen diberikan dengan tujuan memotivasi pemanen, meningkatkan mutu hasil panen dan pendapatan pemanen sesuai dengan jumlah dan mutu hasil yang diperoleh oleh pemanen tersebut.

Kegiatan panen di Kebun PT. GSPP menerapkan dua jenis premi yaitu premi progresif dan premi lebih borong. Premi progresif adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat jumlah janjang panen sama dengan atau lebih dari jumlah janjang basis borong yang telah ditentukan dan besarnya premi basis borong (dinyatakan dalam Rp/HK), nilainya adalah sama untuk setiap tahun tanam.

Premi lebih borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat pemanen memperoleh jumlah janjang panen lebih dari jumlah janjang basis borong yang telah ditentukan. Besarnya nilai premi lebih borong (dinyatakan dalam Rp/janjang), nilainya berbeda untuk setiap tahun tanamnya tergantung bobot janjang rata-rata.untuk kegiatan panen tenaga kerja yang digunakan adalah serikat karyawan utama (SKU).

Mutu Buah

Kriteria matang panen adalah pedoman yang digunakan untuk menentukan apakah buah itu dinyatakan matang, mentah, atau busuk. Hal ini amat penting karena sangat mempengaruhi kualitas rendemen minyak dan asam lemak bebas. Pedoman yang digunakan Kebun PT. GSPP untuk menentukan kematangan suatu buah adalah minimal terdapat lima buah brondolan alami jatuh di piringan. Brondolan yang jatuh di piringan adalah brondolan yang lepas secara normal, bukan brondolan yang lepas karena serangan tikus atau brondolan yang lepas karena perubahan iklim yang ekstrim.

Menurut Mangoensoekarjo (2003) panen buah mentah akan merugikan perusahaan karena produktivitas minyak kelapa sawit menurun. Selain itu pengolahan inti kelapa sawit menjadi sulit karena tempurung buah yang belum matang cukup keras. Kandungan minyak sawit meningkat dari tahap mentah ke matang kemudian menurun pada tahap lewat matang, sedangkan kandungan ALB meningkat dari buah matang sampai lewat matang. Adapun kriteria kematangan buah dan hubungan hubungan fraksi buah dengan kadar minyak dan asam lemak bebasnya dapat dilihat pada tabel 8 dan tabel 9.

Tabel 8. Tingkat Kematangan Buah pada Tanaman Kelapa Sawit

Fraksi ∑ brondolan lepas Derajat

kemat angan 00 Buah masih berwarna hitam, belum ada yg membrondol Sangat mentah

0 Buah jingga dan buah luar sudah membrondol 1 – 12.5 % Mentah

1 Buah luar sudah membrondol 12.5 - 25 % Hampir matang

2 Buah luar sudah membrondol 25 – 50 % Matang

3 Buah luar sudah membrondol 50 – 75 % Matang

4 Buah luar sudah membrondol 75 – 100 % Lewat matang

5 Buah bagian dalam buah sudah ikut membrondol Lewat matang Sumber: Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2006)

Tabel 9. Hubungan Fraksi Buah dengan Kadar Minyak dan ALB

Fraksi Kadar Minyak Rata-rata (%) Kadar ALB Rata-rata (%)

0 10 1,6 1 21,4 1,7 2 22,1 1,8 3 22,2 2,1 4 22,2 2,6 5 21,9 3,8 Sumber: Lubis (1992)

Pada kegiatan di lapangan, kriteria panen lima brondolan jatuh di piringan merupakan pedoman baku oleh pemanen untuk menentukan kematangan buah, pengamatan visual baru dilakukan apabila pemanen melihat ada brondolan yang tersangkut atau ada kemungkinan buah tersebut merupakan buah abnormal (buah gila) sehingga kualitas panen dapat terjaga.

Ketika melakukan magang, penulis melakukan kegiatan pengamatan terhadap kualitas mutu buah dengan unsur yang diamati adalah tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan dengan mengambil sampel tiga orang pemanen dari setiap kemandoran. Hasil pengamatan kematangan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Pengamatan Kematangan Buah

Kemandoran No. Pemanen % Mentah % Matang % Lewat Matang % Busuk % Tangkai Panjang I 5 0 96.93 1.53 1.53 0 I 6 3.07 96.93 0 0 0 I 7 1.53 95.39 3.07 0 0 II 29 0 98.47 0 1.53 1.53 II 30 1.53 95.39 3.07 0 1.53 II 31 0 95.39 4.61 0 0 Rata-Rata 1.02 96.41 2.04 0.51 0.51 Standar < 5 > 90 < 5

Dari hasil pengamatan di atas, dapat dilihat bahwa secara garis besar tenaga panen pada Afd. OI PT. GSPP sudah memiliki pemahaman yang cukup baik atas kriteria matang buah. Hal ini dapat dilihat dari persentase data tandan mentah yang hanya sebesar 1.02 % dan persentase tandan matang yang sudah mencapai 96.41 %. Hal ini masih harus ditingkatkan sekaligus dipertahankan dengan cara melakukan supervisi yang lebih sering ke dalam blok. Sementara itu persentase buah tangkai panjang juga masih di ambang batas kewajaran, tetapi masih perlu ditingkatkan agar kualitas buah tetap terjaga.

Mutu Hanca

Pemeriksaan mutu hanca dilakukan oleh asisten, mandor I, mandor panen, dan krani buah. Pemeriksaan meliputi brondolan tinggal (piringan, pokok, pasar rintis, dan gawang mati), buah matang tinggal (di pokok dan di piringan), penyusunan pelepah dan kondisi pokok (pelepah sengkleh, lebih tunas, dan pelepah gondrong). Ketika magang penulis melakukan kegiatan pengamatan kualitas mutu hanca dengan mengamati brondolan tertinggal, buah matang tertinggal, penyusunan pelepah dan kondisi pokok. Kegiatan pengamatan dilakukan dengan mengambil sampel tiga orang pemanen dari masing-masing kemandoran.

Brondolan Tinggal

Pengutipan brondolan sangat penting dilakukan untuk menekan kehilangan (looses) minyak karena brondolan mengandung minyak sekitar 48% sedangkan TBS hanya mengandung sekitar 22% minyak. Sehingga apabila brondolan tidak dikutip perusahaan akan mengalami kerugian serta akan menambah beban pekerjaan rawat karena brondolan yang tidak dikutip akan tumbuh menjadi anak sawit (kentosan). Berikut adalah hasil pengamatan brondolan tinggal yang dilakukan oleh penulis.

Tabel 11. Pengamatan Brondolan Tinggal

Kemandoran Pemanen

Brondolan (buah)

Total Piringan Pokok Pasar

pikul Gawangan mati I 5 3 6 2 0 11 I 6 8 3 0 2 13 I 7 6 5 5 0 16 II 29 0 3 0 1 4 II 30 5 7 5 0 17 II 31 4 5 3 0 12

Sumber: Pengamatan Lapang (2010)

Berdasarkan Tabel 11 dapat disimpulkan bahwa brondolan tinggal lebih banyak dikarenakan tertinggal di pokok. Faktor utama yang menyebabkan brondolan tertinggal adalah kelalaian dari pemanen, kelalaian tersebut dapat disebabkan karena jumlah brondolan yang banyak akibat buah telah lewat matang, pokok yang terlalu tinggi, dan pelepah yang tidak dipotong mepet. Dari data tersebut juga dapat dilihat persentase brondolan tinggal di gawangan mati hampir mencapai 0 %, hal ini dapat diartikan bahwa pemanen tidak membuang brondolan ke gawangan mati.

Buah Matang Tinggal

Buah matang tinggal dibedakan menjadi dua jenis, yaitu buah matang tinggal di pokok dan buah matang sudah dipanen tinggal di piringan. Buah dapat dikatakan tinggal di pokok apabila buah tersebut sudah memenuhi kriteria matang panen namun tidak dipanen oleh pemanen akibat kecerobohan pemanen. Janjang yang tinggal akan menyebabkan masalah yang cukup besar pada akhirnya karena akan menyebabkan buah akan mengalami kemungkinan busuk yang berpengaruh langsung terhadap rendemen minyak dan kadar asam lemak bebas buah itu sendiri.

Janjang sudah dipanen tinggal di piringan adalah janjang yang sudah di panen tapi tidak terangkut ke TPH. Tertinggalnya janjang terjadi karena kelalaian dari pemanen, pada saat memotong buah, buah yang sudah dipotong tidak langsung dipindahkan ke sisi piringan yang dekat dengan pasar pikul sehingga

pada saat mengangkut buah tidak terlihat buah matang yang sudah di potong tersebut.

Selama magang penulis melakukan pengamatan buah tinggal dengan mengamati lima orang pemanen dari wilayah kemandoran II dengan hasil tidak didapatinya buah matang yang tinggal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengangkutan buah di Kebun PT. GSPP Afd. OI sudah berjalan dengan baik. Hal ini disebakan pengawasan yang baik dan tingginya denda yang diberikan apabila ditemukan buah matang tertinggal baik di pokok maupun di piringan.

Kondisi Pokok

Kondisi pokok sangat mempengaruhi produktivitas kelapa sawit. Oleh karena itu, harus dijaga agar tidak ada pelepah sengkleh, over prunning ataupun pokok gondrong karena menyebabkan kondisi yang tidak optimal bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Apabila terjadi kondisi yang buruk pada pelepah sawit akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan pokok dan buah karena terganggunya daun sehingga mengakibatkan terhambatnya fotosintesis yang terjadi, hal ini dapat berdampak pada pengecilan buah kelapa sawit. Berikut adalah hasil pengamatan kondisi pokok yang dilakukan oleh penulis.

Tabel 12. Pengamatan Kondisi Pokok

Kemandoran Pemanen Pokok diamati Kondisi pokok Pelepah sengkleh Over prunning Pelepah gondrong I 5 66 0 1 0 I 6 64 1 0 1 I 7 64 0 0 0 II 29 66 2 0 0 II 30 66 2 0 0 II 31 64 0 0 1

Sumber: Pengamatan Lapang (2010)

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pemanen pada Kebun PT. GSPP sudah melakukan kegiatan pemanenan dan penunasan dengan baik. Hal ini dapat

disebakan karena terjaganya sistem rotasi pruning, pengawasan yang baik dan tenaga panen yang terampil.

Struktur Organisasi Panen

Kegiatan panen harus terorganisasi dengan baik supaya dapat berjalan baik sehingga pada akhirnya dapat mencapai target produksi yang diinginkan. Struktur organisasi yang tersusun baik akan menghilangkan kesalahan informasi yang dapat membingungkan pekerja yang dapat mengakibatkan kerugian pada perusahaan/kebun itu sendiri. Sebaliknya organisasi yang terstruktur dengan baik akan mendukung tujuan perusahaan untuk pencapaian terget produksi.

Seluruh anggota kerja pada organisasi panen memiliki tanggung jawab masing-masing, tenaga panen harus bertanggung jawab terhadap hancanya masing-masing. Mandor panen bertanggung jawab kepada mandor I atas hasil yang diperoleh pada hanca yang diawasinya. Dan, mandor I bertanggung jawab kepada asisten terhadap produksi buah yang dihasilkan oleh Afdelingnya. Sedangkan, asisten bertanggung jawab langsung kepada asisten kepala terhadap hasil yang diperoleh oleh Afdeling yang dibawahinya.

Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS)

Dalam pengelolaan kebun kelapa sawit, faktor transportasi mendapat perhatian khusus. Keterlambatan pengangkutan TBS ke pabrik kelapa sawit akan mempengaruhi proses pengolahan, kapasitas olah, dan mutu produk akhir.

Menurut Pahan (2008) ada empat hal yang menjadi sasaran kelancaran transport buah yaitu: menjaga agar asam lemak bebas (ALB) produksi harian 2-3 %, kapasitas atau kelancaran pengolahan di pabrik, keamanan TBS di lapangan, dan biaya (Rp/kg TBS) transport yang minimum. Buah kelapa sawit yang sudah matang dan masih segar hanya mengandung 0.1 % asam lemak. Tetapi buah-buah yang sudah memar atau pecah dapat mengandung asam lemak bebas sampai 50 %, hanya dalam waktu beberapa jam saja (Setyamidjaja, 1991). Oleh karena itu, pengangkutan tandan buah segar (TBS) sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas dari TBS.

Pengangkutan TBS dan brondolan adalah kegiatan pengangkutan dari tempat penampungan hasil (TPH) ke pabrik kelapa sawit (PKS) pada setiap hari panen. Pada prinsipnya TBS dan brondolan harus diangkut secepatnya ke PKS

untuk diolah pada hari itu juga. Hal ini dilakukan supaya minyak yang dihasilkan tetap bermutu baik. Oleh karena itu, pengangkutan panen merupakan unsur yang sangat penting agar tandan dapat masuk segera ke pabrik untuk diolah pada hari panen.

Pengangkutan TBS dimulai setelah kerani transport mengecek buah yang telah keluar di lapangan. Pengecekan yang dilakukan adalah pengecekan terhadap jumlah buah yang telah keluar dan ada atau tidaknya buah mentah dipanen atau buah restan. Dari hasil pengecekan kerani buah akan menentukan kapan dan berapa jumlah unit angkut yang dapat melakukan pengangkutan buah, serta kerani akan menetapkan hanca pemuat. Sistem pengangkutan yang dilakukan adalah pengambilan TBS dari jarak yang terjauh dari arah pabrik terlebih dahulu.

Pengangkutan dilakukan dengan mendatangi TPH yang menjadi hanca pemuat. Pada Kebun PT. GSPP Afdeling OI terdapat empat tim pemuat dimana tiap tim terdiri dari tiga orang. TBS yang telah tersusun rapi harus dicatat terlebih dahulu oleh kerani buah sebelum dimuat ke truk. TBS dimuat oleh pemuat dengan menggunakan tojok sedangkan ganco digunakan untuk menyusun buah di atas truk.

Pada Kebun PT. GSPP pengangkutan TBS ke pabrik menggunakan truk milik perusahaan pengangkutan dengan sistem kontrak (kontraktor). Pengangkutan TBS dengan truk milik perusahaan sendiri dan truk sistem kontrak memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing.

Pengangkutan TBS dengan sistem kontrak memiliki keuntungan :

 Perusahaan dapat menyewanya sesuai dengan kebutuhan.

 Tidak perlu mengeluarkan biaya pemeliharaan. Kerugian pengangkutan TBS dengan sistem kontrak :

 Pengisian TBS yang melebihi kapasitas dapat menyebabkan kecelakaan akibat buah jatuh dari truk dan juga mengakibatkan jalan cepat hancur.

 Jika digunakan untuk pengangkutan pupuk dan tenaga kerja perusahaan harus mengeluarkan biaya lembur atas pekerjaan tersebut.

Jumlah truk pengangkut TBS pada Afdeling OI PT. GSPP adalah sebanyak 4 buah, yakni masing-masing 2 truk untuk setiap kemandoran. Dengan jumlah dua truk per kemandoran dan dengan estimasi produksi harian sebesar 60

– 80 ton, maka masing-masing truk dengan kapasitas angkut TBS ± 8 ton/trip dapat mengangkut ± 3 kali trip dalam 1 hari panen.

Berdasarkan hasil pengamatan selama melaksanakan magang di Kebun PT. GSPP, tenaga kerja pemanen pada Kebun PT. GSPP memiliki disiplin kerja yang baik serta telah memiliki pemahaman yang baik tentang kriteria matang buah, buah matang tinggal dan ketuntasan hanca. Hal tersebut dapat disimpulkan dari hasil pengamatan yang dilakukan, dimana hasil pengamatan yang didapat sudah memenuhi standar yang diberikan oleh perusahaan.

Permasalahan yang terjadi pada manajemen panen di Kebun PT. GSPP adalah jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh Kebun ini, terutama di Afdeling OI, masih terbatas dan sebagian dari tenaga panen sudah berusia lanjut, sehingga apabila musim banyak buah pemanen menjadi kewalahan dan seksi panen yang harusnya diselesaikan pada hari itu juga tidak dapat diselesaikan dan harus dikerjakan kembali pada keesokan harinya.

Masalah lain yang terjadi di Kebun PT. GSPP adalah tenaga bongkar muat yang terbatas, sehingga pada saat banyak buah, tandan buah segar yang telah dipanen sering kali tidak dapat diangkut ke pabrik kelapa sawit hari itu juga (restan), sehingga dapat menurunkan kualitas minyak sawit yang dihasilkan.

Saran

Agar dilakukan penambahan wilayah kemandoran serta penambahan tenaga kerja panen pada Afd. OI Kebun PT. GSPP sebanyak 6 orang agar seksi yang ada pada hari itu dapat diselesaikan sekalipun kerapatan buah meningkat drastis, sehingga rotasi panen tetap terjaga ke keadaan normal yaitu 6/7.

Hutabarat, M. S. 1965. Masalah-masalah yang Menyangkut Efisiensi dan Premi Panen Kelapa Sawit. PPN-Aneka Tanaman IV. Medan.

Lubis, A. U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat – Bandar Kuala, Pematang Siantar – Sumut. 435 Hal.

Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. 605 Hal.

Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 Hal.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 153 Hal.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006. Potensi dan Peluang Investasi Industri Kelapa Sawit Di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 233 Hal.

Rainkine, I. dan T. Fairhurst. 1999. Seri Tanaman Kelapa Sawit, Tanaman Belum Menghasilkan. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan, Sumatera Utara. Tobing, M.O.S.L. 1992. Pemanenan dan Pengangkutan Hasil Panen Kelapa Sawit.

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas Tanggal Blok Kegiatan Status Prestas Kerja

Standar Mahasiswa 22/02/2010 2,4,6,9 Pemupukan Dolomite KHL 450 kg/HK 450 kg/HK 23/02/2010 26,27,29,30 Pemupukan Dolomite KHL 450 kg/HK 450 kg/HK 24/02/2010 4,6 Pemanenan KHL 65 Jjg/HK 9 Jjg/HK 25/02/2010 27,28 Pemanenan KHL 66 Jjg/HK 10 Jjg/HK 27/02/2010 1,3,5 Pemanenan KHL 66 Jjg/HK 13 Jjg/HK 01/03/2010 4,6 Pemanenan KHL 72 Jjg/HK 16 Jjg/HK 02/03/2010 18,21,24 Monitoring Panen Pend. Mandor 03/03/2010 7, 10 Monitoring Panen Pend. Mandor 04/03/2010 17, 20 Pemupukan Dolomite KHL 450 kg/HK 450 kg/HK 05/03/2010 27 Garuk Piringan KHL 52 Pkk/HK 32 Pkk/HK 06/03/2010 29 Tanam Bunga Pkl.9 KHL 5 ha/HK

2.5 ha/HK 08/03/2010 16 Isi Rorak Pelepah KHL

36 Lbg/HK

36 Lbg/HK 09/03/2010 2, 4 Penyemprotan CPT KHL 5 ha/HK 3 ha/HK 10/03/2010 13

Tabur Pupuk

Kandang KHL 1.8ton/HK

1.8 ton/HK 11/03/2010 14 Tanam Bunga Pkl.9 KHL 5 ha/HK 5 ha/HK 12/03/2010 15 Tanam Bunga Pkl.9 KHL 5 ha/HK 5 ha/HK 13/03/2010 4 Penyemprotan CPT KHL 5 ha/HK 5 ha/HK 15/03/2010 10 Tabur Tankos KHL 17/03/2010 13, 16 Pemupukan Dolomite KHL 450 kg/HK 450 kg/HK 18/03/2010 10, 13 DAK KHL 1 ha/HK 1 ha/HK 19/03/2010 20, 23 DAK KHL 1 ha/HK 1 ha/HK 20/03/2010 Gudang Until Pupuk Urea KHL 1.5ton/HK

1.5 ton/HK 22/03/2010 Gudang Until Pupuk Urea KHL 1.5ton/HK

1.5 ton/HK 23/03/2010 Gudang Until Pupuk Urea KHL 1.5ton/HK

1.5 ton/HK 24/03/2010 22, 25, 29 Tabur Pupuk KHL 450 kg/HK 450 kg/HK Urea 25/03/2010 5, 8 Pemupukan Dolomite KHL 450 kg/HK 450 kg/HK

Lampiran 1 (Lanjutan). Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas.

Tanggal Blok Kegiatan Status Prestas Kerja Standar Mahasiswa 26/03/2010 27, 29, 30

Tabur Pupuk

CuEDTA KHL 1 ha/HK 1 ha/HK

27/03/2010 19, 22

Tabur Pupuk

CuEDTA KHL 1 ha/HK 1 ha/HK

29/03/2010 13, 16

Tabur Pupuk

CuEDTA KHL 1 ha/HK 1 ha/HK

30/03/2010 7

Tabur Pupuk

CuEDTA KHL 1 ha/HK 1 ha/HK

31/03/2010 11

Tabur Pupuk

CuEDTA KHL 1 ha/HK 1 ha/HK

01/04/2010 21 Tabur Pupuk Kandang KHL 1.8ton/HK 1.8 ton/HK 03/04/2010 11, 19 Tabur Pupuk Kandang KHL 1.8ton/HK 1.8 ton/HK 05/04/2010 Gudang Until Pupuk NPK KHL 1.5ton/HK

1.5 ton/HK 06/04/2010 7, 10, 16 Tabur Pupuk NPK KHL 450 kg/HK 450 kg/HK 07/04/2010 Gudang Until Pupul NPK KHL 1.5ton/HK

1.5 ton/HK 08/04/2010 Gudang Until Pupul NPK KHL 1.5ton/HK

1.5 ton/HK 09/04/2010 21,24,27,30 Tabur Pupuk Urea KHL

450 kg/HK

450 kg/HK 10/04/2010 Gudang Until Pupuk NPK KHL 1.5ton/HK

1.5 ton/HK 12/04/2010 25,26,28 Tabur Pupuk NPK KHL 450 kg/HK 450 kg/HK 13/04/2010 15 Garuk Piringan KHL 52 Pkk/HK 32 Pkk/HK 14/04/2010 15, 18 Garuk Piringan KHL 52 Pkk/HK 32 Pkk/HK

Dokumen terkait